Vous êtes sur la page 1sur 2

Secara etimologi, istilah sombong dalam bahasa Arabnya adalah kibr.

Dalam kitab Lisan


al-Arab, disebutkan, al-Takabburdan al-Istikbar berarti al-Taazhum(mengagungkan diri
sendiri, merasa benar), sedangkan dalam Kamus al-Munawwir, berarti kesombongan,
kecongkakan. Dalam konteks ketuhanan,al-Mutakabbir mengandung arti yang memiliki
keagungan dan kekuasaan.

Secara terminologi, al-Raghib al-Isfahani, sebagaimana dikutip Harifuddin Cawidu


mengartikan kibr dan takabbur dengan keadaan atau sifat yang menjadikan seseorang
bersikap eksklusif karena merasa bangga dengan dirinya dan memandang dirinya lebih
hebat dari orang lain. Menurut Fachruddin, sombong adalah suatu sifat yang buruk,
tersembunyi dalam hati, yaitu merasa diri lebih dari orang lain dan tidak ada orang yang
melebihinya. Kemudian terbukti dari sikap dan tindakan lahir, yaitu membanggakan dan
menyombongkan diri dihadapan orang lain, bahkan memandang orang-orang lain itu
rendah semuanya. Lawan dari sombong ialah rendah hati dan ramah tamah. Yang
menimbulkan sifat sombong ini biasanya karena merasa diri mempunyai sesuatu yang
tidak dipunyai orang lain atau apa yang dipunyainya jauh melebihi dari apa yang dipunyai
orang lain dan tidak ada orang yang lebih daripadanya. Karena itu dia menyombongkan
diri terhadap orang lain.

Menurut Sayyid Muhammad Nuh, sombong berarti menunjukkan kebanggan pada diri
sendiri dengan melecehkan pribadi orang lain dan tidak mau menerima kebenaran yang
datang dari mereka.

Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya’ Ulum al-Dîn menyebutkan nikmat yang
menyebabkan seseorang menjadi sombong:

1. Pengetahuan (ilmu). Alangkah cepatnya sifat sombong itu timbul dalam hati orang-orang
yang merasa cukup pengetahuannya.

2. Amal dan ibadat. Ini bisa menimbulkan sombong dan karenanya menarik perhatian orang
banyak, kalau dia kurang ikhlas.

3. Kebangsawanan. Karena merasa dirinya turunan bangsawan, dia menjadi sombong dan
memandang rendah kepada orang yang dianggapnya rakyat biasa.

4. Kecantikan rupa. Ini lebih banyak pada kaum wanita. Bukan saja membawanya kepada
kesombongan, tetapi juga suka mencela, merendahkan dan menyebut aib orang lain.
5. Harta dan Kekayaan. Karena merasa diri serba cukup, dia menjadi sombong dan
memandang rendah dan melecehkan orang lain, terutama orang-orang miskin.

6. Kekuatan dan Kekuasaan. Seseorang bisa menjadi sombong karena di tangannya ada
kekuatan dan kekuasaan, memandang rendah dan berlantasangan terhadap orang-orang
yang lemah.

7. Banyak pengikut, teman sejawat, karib kerabat yang mempunyai kedudukan dan jabatan-
jabatan penting.

Kesimpulannya, setiap nikmat yang dirasa oleh seseorang telah dipunyainya dengan
cukup bisa menimbulkan kesombongannya. Di samping orang yang menyombongkan
diri karena hal yang baik, ada pula orang-orang jahat yang menyombongkan dan
membanggakan dirinya, karena banyak mengerjakan dosa dan maksiat, karena dia
mengira bahwa itu ada satu kehormatan dan keistimewaan.

Sebab itu bagi mereka yang menyombongkan diri karena tujuh kelebihan yang tersebut
di atas, wajiblah diingatinya, bahwa ada orang lain yang sama dengan dia berkenaan
dengan apa yang menyebabkan dia menyombongkan diri, bahkan banyak pula orang
yang lebih dari padanya. Dengan kesadaran yang demikian, kesombongannya akan
hilang dan berubah menjadi tunduk dan syukur kepada Tuhan yang memberikan kurnia
kepadanya.

Vous aimerez peut-être aussi