Vous êtes sur la page 1sur 17

Langkah I Pengumpulan Data Dasar

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan

semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.

Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang

akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien

(Ambarwati dan wulandari, 2009). Proses pengumpulan data mencakup

data subyektif dan obyektif adalah sebagai berikut :

1.

Data Subyektif

Data subyektif adalah data yang didapatkan dari klien sebagai suatu pendapat terhadap suatu
situasi dan kejadian. Data tersebut dapat ditentukan oleh perawat secara independen tetapi
melalui suatu interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2005). Data subyektif tersebut

terdiri dari:

a.Biodata yang mencakup identitas pasien meliputi:

1)Nama

Bertujuan untuk mengetahui nama pasien secara jelas dan

lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak

keliru pada saat akan melakukan tindakan asuhan

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

2)Umur

Bertujuan untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum
matang, mental psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk
terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada ibu nifas dengan
postpartum blues

faktor seperti umur dapat mempengaruhi terjadinya postpartum blues (Mansur, 2009).

3)Agama

Bertujuan untuk mengetahui kepercayaan pasien yang berhubungan dengan pemberian dukungan
spiritual sesuai kepercayaan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

4)Suku Bangsa
Bertujuan untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan sehari-sehari (Ambarwati dan Wahyuni,
2009).

5)Pendidikan

Bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pendidikan dan intelektualnya, sehingga bidan
dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikan pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

6)Pekerjaan

Bertujuan untuk mengetahui pekerjaan pasien yang berhubungan dengan tingkat sosial ekonomi
pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

7)Alamat

Bertujuan untuk mengetahui tempat tinggal pasien supaya mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

b. Keluhan Utama

Bertujuan untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya
pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dan
Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues keluhan yang dirasakan yaitu Ibu
merasa cemas dan sedih dengan keadaannya sekarang (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

c.Riwayat Kesehatan

1)Riwayat kesehatan yang lalu

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti :
jantung, ginjal, asma/TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi, yang dapat mempengaruhi pada masa
nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues, faktor
seperti riwayat ibu yang pernah mengalami Postpartum Blues pada kehamilan sebelumnya dapat
mempengaruhi terjadinya postpartum blues (Mansur, 2009).

2) Riwayat kesehatan sekarang

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang
berhubungan dengan masa nifas dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas
dengan postpartum blues keadaan umum kurang baik dan emosi tidak stabil (Rukiyah dan Yuliyanti,
2010).

3) Riwayat Kesehatan keluarga

Bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan
kesehatan pasien dan bayinya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

d.Riwayat perkawinan
Bertujuan untuk mengetahui berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila
melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologinya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

e.Riwayat obstetrik

1)Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu. Bertujuan untuk mengetahui berapa kali ibu
hamil, pernah abortus atau tidak, berapa jumlah anak, cara persalinan yang lalu, penolong
persalinan, keadaan masa nifas yang lalu. Pada kasus Ibu nifas dengan postpartum blues,
pengalaman dan proses kehamilan dan persalinan mempengaruhi terjadinyapostpartum blues
(Mansur, 2009).

2)Riwayat persalinan sekarang

Bertujuan untuk mengetahui tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi
meliputi PB, BB, penolong persalinan guna pengkajian apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang bisa berpengaruh pada masa nifas saat ini (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada
kasus Ibu nifas dengan kasus postpartum blues lamanya persalinan serta intervensi medis yang
digunakan dapat mempengaruhi terjadinya postpartum blues (Mansur, 2009).

f.Riwayat Keluarga Berenana

Bertujuan untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis apa, berapa
lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah masa nifas inidan
beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

g.Kehidupan sosial budaya

Betujuan untuk mengetahui pasien dan keluarga menganut adat istiadat apa yang akan
menguntungkan atau merugikan pasien khususnya pada masa nifas misalnya pada kebiasaan
pantang makanan (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

3)Pola istirahat

Bertujuan untuk mengetahui pola istirahat dan tidur pasien,

berapa jam pasien tidur, dan kebiasaan sebelum tidur.

Istirahat sangat penting bagi ibu nifas karena dengan

istirahat yang cukup dapat mempercepat penyembuhan

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas

dengan

postpartum blues

Ibu akan mengalami gangguan

tidur atau istirahat (Dewi dan Sunarsih, 2011).


4)

Personal Hygiene

Bertujuan untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu nifas

dengan

postpartum blues

ibu kurang perhatian terhadap

kebersihan diri dan penampilannya (Nurjanah, 2013).

5)

Aktivitas

Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada

pola aktivitas perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap

kesehatannya (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).

2.

Data obyektif

Menurut Sulistyawati (2009) data obyektif bertujuan untuk

melengkapi data dalam menegakkan diagnosa, yang meliputi

30

pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi sebagai

berikut :

a.

Pemeriksaan Umum

1)

Keadaan Umum

Bertujuan untuk mengamati keadaan pasien secara

keseluruhan dengan hasil :


a)

Baik

: Jika pasien memperlihatkan respon yang

baik terhadap lingkungan orang lain, serta fisik dalam

batas normal.

b)

Lemah

: Kriteria ini jika pasien kurang atau tidak

memberi respon yang baik terhadap lingkungan dan

orang lain, tidak mampu berjalan. (Sulistyawati, 2009)

Pada kasus Ibu nifas dengan p

ostpartum blues

keadaan

umum kurang baik dan emosi tidak stabil

(Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

2)

Tingkat kesadaran

Bertujuan untuk mengetahui kondisi kesadaran pasien,

yaitu keadaan composmentis (Kesadaran maksimal) sampai

dengan koma (pasien tidak dalam keadaan sadar)

(Sulstyawati, 2009).

3)

Vital sign

Bertujuan untuk mengetahui keadaan ibu yang berkaitan

dengan kondisi yang dialami pasien. Vital sign menurut

31

(Ambarwati dan Wahyuni, 2009) terdiri dari:


a)

Suhu

Suhu tubuh normal 36,5°C

37,5°C.

b)

Nadi

Bertujuan untuk mengetahui denyut nadi pasien yang

dihitung dalam satu menit. Batas normal 60-80 x/menit,

nadi lebih dari 100x/menit pada masa nifas

mengindikasikan adanya suatu infeksi.

c)

Respirasi

Bertujuan untuk mengetahui jumlah atau frekuensi

pernapasan yang dihitung dalam jumlah satu menit.

Batas Normal 16- 20 x/menit.

d)

Tekanan Darah

Tekanan darah normal 120 mmHg/ 80 mmHg.

b.

Pemeriksaan Fisik

Bertujuan untuk melakukan pemeriksaan fisik dari ujung

kaki dan kemudian menjelaskan pemeriksaan fisik kepada

pasien (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pemeriksaan fisik pada

ibu nifas meliputi:

1)

Kepala
a)

Rambut

Bertujuan untuk mengetahui warna, kebersihan, mudah

rontok atau tidak. Pada kasus Ibu nifas dengan

postpartum

blues

ibu

kurang

memperhatikan

kebersihan penampilan dirinya (Nurjanah, 2013).

b)

Muka

Bertujuan untuk mengetahui keadaan muka adakah

oedema atau tidak. Pada kasus Ibu nifas dengan

postpartum

blues

muka

ibu

tidak

oedema

(Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

c)

Mata

Bertujuan untuk mengetahui konjungtiva bewarna

kemerah-merahan atau tidak dan sklera bewarna putih

atau tidak. Pada kasus Ibu nifas dengan

postpartum

blues
konjungtiva mata ibu berwarna merah dan skera

berwarna putih (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

d)

Hidung

Bertujuan untuk mengetahui kebersihan, ada tidak

polip.

e)

Telinga

Bertujuan untuk mengetahui kebersihan telinga.

f)

Mulut/ gusi/gigi

Bertujuan untuk mengetahui mulut bersih atau tidak,

ada caries dentis dan karang gigi.

33

2)

Leher

Bertujuan untuk mengetahui ada pembesaran kelenjar tyroid

atau kelenjar getah bening atau tidak.

3)

Dada dan axilla

a)

Mammae

Bertujuan untuk mengetahui bentuk dan ukuran

hyperpigmentasi (areola), keadaan puting susu, retraksi,

massa, pengeluaran cairan dan pembesaran kelenjar

limfe (Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Pada kasus Ibu

nifas dengan

postpartum blues
payudara membesar,

puting susu menonjol, aerola hyperpigmentasi,

colostrum sudah keluar (Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

b)

Axila

Bertujuan untuk mengetahui benjolan dan nyeri

yang terdapat apada axila. Pada kasus Ibu nifas dengan

postpartum blues

tidak ada benjolan disekitar axila

(Rukiyah dan Yulyanti, 2010).

4)

Ekstremitas

Bertujuan untuk mengetahui ada varices atau tidak, ada

oedema atau tidak, reflek patella. Pada kasus ibu nifas

dengan

postpartum

blues

reflek

patella

positif

(Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

34

c.

Pemeriksaan khusus obstetri

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009) keadaan anogenital

adalah :

1)

Keadaan Perineum
Bertujuan untuk mengetahui adakah oedema, hematoma,

bekas luka episiotomi/ robekan, hecting.

2)

Keadaan Anus

Bertujuan untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak.

3)

Lochea

Bewarna merah kehitaman, bau biasa, tidak ada bekuan

darah, jumlah perdarahan yang ringan atau sedikit (hanya

perlu mengganti pembalut setiap 3-5 jam).

d.

Data Penunjang

Data penunjang ini diperoleh dari pemeriksaan

laboratorium antara lain : pemeriksaan Hb dan golongan darah,

serta kadar bilirubin dalam darah (Depkes RI, 2007).

Data penunjang yang diperlukan pada kasus Ibu nifas dengan

postpartum

blues

adalah

pemeriksaan

Hb

(Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan

interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. D

alam

diagnosa kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa


35

masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi mem

butuhkan

penanganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasie

n,

masalah sering berkaitan dengan pengalaman yang diidentifikasi oleh

bidan (Ambarwati dan Wulandari, 2009). Interpretasi data terdiri dari

diagnosa, masalah dan kebutuhan.

1.

Diagnosa

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan yang

berkaitan dengan Para,

abortus

, anak hidup, umur ibu dan keadaan

nifas (Ambarwati dan wulandari, 2009). Data yang mendasari untuk

diagnosa

postpartum bllues

adalah data subjektif, objektif dan data

penunjang. Diagnosa pada kasus Ibu nifas dengan

postpartum blues

adalah

: Ny. A umur ... tahun , P... A...

postpartum

hari ke ...

dengan

postpartum blues

(Rukiyah dan Yuliyanti, 2010).

2.
Masalah

Bertujuan

untuk

mengetahui

masalah

yang

muncul

berdasarkan pernyataan pasien dari hasil anamnesa dan pemeriksaan

fisik (Ambarwati dan wahyuni, 2009). Masalah pada kasus Ibu nifas

dengan

postpartum blues

adalah ketidakmampuan ibu untuk

beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi sehingga

akan terjadi

depresi Postpartum

(Rukiyah dan yuliyanti, 2012).

3.

Kebutuhan

Kebutuhan merupakan hal- hal yang dibutuhkan pasien dan

belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Pada kasus Ib

36

nifas dengan

postpartum blues

kebutuhan yang diperlukan ialah

dukungan dari semua orang terdekat, keluarga, suami atau saudara

(Dewi dan Sunarsih, 2011)


Langkah III. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini penulis mengidentifikasi dengan kritis tanda
dan
gejala yang memerlukan tindakan kebidanan untuk membantu
pasien
untuk mengatasi dan mencegah (Ambarwati dan Wahyuni,
2009).
Masalah potensial pada ibu nifas dengan
postpartum blues
akan muncul
apabila tidak segera ditangani yang akan menyebabkan
potensial
terjadi
depresi
dan
psikosis
pacsa salin (Marmi, 2014).
Langkah IV. Antisipasi
Langkah bidan dituntut untuk mengantisipasi masalah potensial
dan merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau
diagnosa
potensial tidak terjadi (Ambarwati dan Wahyuni, 2009).
Antisipasi
atau
untuk Ibu Nifas dengan
postpartum blues
menurut Dewi dan Sunarsih
(2011) yaitu konsultasi dengan tenaga kesehatan seperti bidan,
dokter
spesialis jiwa serta psikiater untuk membantu melakukan upaya
pengawasan.
Langkah V. Perencanaan
Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah
atau
diagnosa
yang
telah
diidentifikasi
atau
diantisipasi
(Ambarwati dan Wahyuni, 2009). Asuhan kebidanan yang
direncanakan
pada pasien dengan
postpartum blues
menurut Marmi (2014) yaitu :
37
1.
Beritahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk.
2.
Beritahukan klien untuk memperlakukan dirinya dengan baik
dengan
cara:
a.
Makan makanan yang bergizi.
b.
Banyak istirahat dan tidur.
c.
Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari.
d.
Berlatih secara rutin (berjalan selama 20 menit atau lebih).
e.
Menyediakan waktu untuk diri sendiri (untuk sejenak
menghindari tugas-tugas dan urusan bayi).
f.
Melewatkan waktu bersama teman-teman.
3.
Anjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau hal
lai
n
yang ingin diungkapkan kepada teman atau kerabat terdekat.
4.
Bila perlu, anjurkan klien untuk berkonsultasi dengan tenaga
medis
untuk mengurangi kekhawatirannya.
Langkah VI. Pelaksanaan
Penatalaksanaan manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu
dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien (Varney,
2007).
Pelaksanaan pada kasus Ibu nifas dengan
postpartum blues
menurut
Marmi (2014) yaitu:
1.
Memberitahu pada ibu bahwa dirinya bukanlah ibu yang buruk.
2.
Membritahukan klien untuk memperlakukan dirinya dengan
baik
dengan cara:
a.
Makan makanan yang bergizi.
38
b.
Banyak istirahat dan tidur.
c.
Pergi keluar untuk mendapat cahaya matahari.
d.
Berlatih secara rutin (berjalan selama 20 menit atau lebih).
e.
Menyediakan waktu untuk diri sendiri
(untuk sejenak menghindari tugas-tugas dan urusan bayi).
f.
Melewatkan waktu bersama teman-teman.
3.
Meganjurkan ibu untuk menceritakan segala permasalahan atau
hal
lain yang ingin diungkapkan kepada teman atau kerabat
terdekat.
4.
Bila perlu, menganjurkan klien untuk berkonsultasi dengan
tenaga
medis untuk mengurangi ke khawatirannya.
Langkah ke VII. Evaluasi
Langkah ketujuh adalah evaluasi keefektifan dari asuhan yang
telah
diberikan (Varney, 2007). Setelah diberi asuhan kebidanan hasil
yang
diharapkan adalah keadaan umum baik, kesadaran
composmentis
, ibu
sudah mau menerima bayinya dan menikmati peran barunya
sebagai
seorang ibu, ibu sudah memperlakukan dirinya dengan baik dan
ibu
bersedia untuk menceritakan perasaan yang dialaminya kepada
tem
an
terdekat.
Di dalam memberikan asuhan lanjutan digunakan tujuh langkah
manajemen Varney, sebagai catatan perkembangan dilakukan
asuhan
kebidanan SOAP dalam pendokumentasian. Menurut Varney,
(2007)
sistem pendokumentasian asuhan kebidanan dengan
menggunakan SOAP
yaitu :
39
1.
S (Subyektif)
Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pengumpulan
data
klien melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.
2.
O (Obyektif)
Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil pemeriksaan
fisik
klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang
dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asuhan langkah satu
Varney.
3.
A (Assesment)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi
data subyektif dan obyektif suatu identifikasi :
a.
Diagnosa atau masalah.
b.
Antisipasi diagnosa atau masalah.
c.
Perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah II, III, IV Varney.
4.
P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi,
perencanaan berdasarkan assesment sebagai llangkah V, VI, VII
Varney.

Vous aimerez peut-être aussi