Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TESIS
DISUSUN OLEH:
TESIS
Disusun oleh:
PUSPITA WIDYA CASTRENA
NIM. 070945010
Pembimbing
Vinsensio Dugis, Ph.D
Konsultan
Joko Susanto, M.Sc
i
Bab I
Pendahuluan
dari jaringan global hotel internasional2. Indonesia, yang memiliki banyak destinasi wisa-
hotelan dan restoran terbilang cerah di tahun 2011 atau berbanding lurus dengan partum-
buhan ekonomi Indonesia yang mencapai lebih dari 5%. Secara kumulatif, pada Januari
hingga Oktober 2011 jumlah kedatangan wisatawan mancanegara mencapai 6,27 juta
orang atau naik 8,47% dibandingkan periode yang sama tahun 2010 sebanyak 5,78 juta
orang.3
vinsi pada Oktober 2011 mencapai rata-rata 54,87%, atau naik 1,73 poin dibandingkan
1
Globalisasi dalam kaitan ini dalam beberapa hal dipahami secara saling bertukar dengan upaya-
upaya standarisasi global praktek bisnis internasional.
2
Hotel internasional dalam penelitian ini adalah istilah yang digunakan untuk hotel-hotel yang
termasuk dalam jaringan global. Perusahaan operator hotel yang menjadi induk dari jaringan global di sini
merupakan perusahaan multinasional yang wilayah operasinya meliputi banyak negara di dunia.
3
Suryanto. Antara News. 1 Desember 2011. BPS: Kunjungan Wisman Oktober 656 Ribu Orang.
[online] dalam http://www.antaranews.com/berita/287268/bps-kunjungan-wisman-oktober-656-ribu-orang
[diakses 15 Januari 2012].
4
Suryanto. Antara News. 1 Desember 2011. Ibid.
bisnis hotel terus berkembang. Positifnya pertumbuhan bisnis perhotelan Indonesia ini
masih didukung dengan dominasi pebisnis tradisional atau pemain-pemain lama seperti
Grup Accor, Marriott Internasional, Hyatt, Westin, Shangri-La, Grup Radisson, Holiday
Inn dan sejumlah Grup lain yang terkemuka. Grup papan atas itu menuai sukses besar sa-
mentasi.6 Meskipun demikian, pada tahun 2011 Accor Asia Pacific, AAPC Ltd 7 berhasil
mempertahankan posisi teratas dalam penjualan. Mercure dan Novotel, yang merupakan
satu jaringan Accor, menaikkan kinerja dan nilai perusahaan dan memimpin pangsa lain
hotel, disamping brand Accor lain seperti Ibis dan Sofitel. Dapat dikatakan, saat ini
Accor merupakan perusahaan perhotelan yang memiliki market share8 paling besar di
Indonesia.9
Hingga tahun 2011, jaringan global hotel yang beroperasi di Indonesia tidak se-
dikit jumlahnya. Namun, kasus Accor menarik untuk diteliti sebab perusahaan tersebut
berhasil menguasai sebagian besar pasar di industri perhotelan Indonesia. Hal ini
ditunjukkan oleh fakta bahwa kepemilikan hotel Accor di Indonesia sudah mencapai 40
5
Koran Jakarta. 3 Juni 2011. [online] dalam http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/63645
[diakses 15 Desember 2011].
6
Euromonitor International. 2011. Country Report: Travel Accomodation in Indonesia. [online]
dalam http://www.euromonitor.com/travel-accommodation-in-indonesia/report [diakses 16 Oktober 2011].
7
Disamping nama Accor International yang berpusat di Perancis, divisi manajemen Accor yang
mengurusi wilayah Asia Pasifik dinamai Accor Asia Pacific, AAPC Ltd. Perbedaan nama tersebut tidak
menjadi masalah dalam penelitian ini, sebab keduanya memiliki standard global yang terpusat di Accor
Internasional, yang diberlakukan sama meliputi wilayah Indonesia.
8
Market share merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan proporsi kemampuan
perusahaan terhadap keseluruhan penjualan seluruh pesaing, termasuk penjualan perusahaan itu sendiri.
Tingkat market share ditunjukkan dan dinyatakan dalam angka persentase. Atas dasar angka tersebut dapat
diketahui kedudukan perusahaan dan juga kedudukan pesaing-pesaingnya di pasar. Sehingga tingkat
market share dapat dipergunakan sebagai pedoman atau standard keberhasilan pemasaran perusahaan
dalam kedudukannya dengan pesaing-pesaingnya.
9
Euromonitor International. 2011. Ibid.
2
hotel di tahun 2011. Tak cukup di situ, Accor terus gencar melakukan ekspansi dan be-
rencana meningkatkan jumlahnya hingga 57 hotel di tahun 2013.10 Jumlah ini jauh lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah hotel yang dimiliki oleh jaringan global hotel inter-
nasional lain yang tidak banyak membuka hotel di Indonesia. Di antaranya jaringan Hotel
Intercontinental hanya memiliki dua hotel11; Wyndham Hotel Group memiliki tiga ho-
tel;12 Hilton Hotels juga hanya memiliki dua hotel.13 Sedangkan Marriot International
memiliki tujuh hotel di Indonesia.14 Selain banyaknya jumlah hotel yang dimiliki oleh
Accor, peringkat popularitas yang dicapai Accor di Indonesia pun cukup memuaskan, ya-
itu berhasil mengambil tempat sebesar 12,5% dari 200 peringkat hotel teratas.15
Accor berpusat di Evry, Perancis dan dipimpin oleh Gilles Pellison (Chairman of
the board dan CEO). Perusahaan ini tetap tercatat sebagai salah satu perusahaan multi-
nasional Perancis yang terbesar. Hal tersebut dapat dilihat dari masuknya Accor ke dalam
index CAC 40.16 Accor merupakan operator hotel terkemuka di dunia sekaligus pemim-
pin pasar di Eropa. Jaringannya telah menyebar di 90 negara dengan 4.200 hotel dan le-
10
Kembaren, Luther. 1 Juni 2011. Accor Tambah 21 Hotel Baru. [online] dalam
http://nasional.jurnas.com/halaman/11/2011-06-01/171592 [diakses 18 Juni 2011].
11
Intercontinental Hotel & Resort. 2012. Worldwide Location. [online] dalam
http://www.intercontinental.com/intercontinental/en/gb/locations?dp=true&cm_mmc=google-ps-ic_aunz-_-
b-core-_-all%20ad%20groups-_-g-sitelinks-
locations&siclientid=2793&iogtrid=6.8787&sitrackingid=280618834&sicreative=8136341449 [diakses 13
Januari 2012].
12
Wyndham Worldwide. 2010. Wyndham Rewards. [online] dalam
http://wr.wyndhamrewards.com/wyndhamrewards/control/find_by_map_name?location_level=country&lo
cation_code=id&location_name=indonesia&sel_country_code=&sel_country_name=&sel_state_code=&se
l_state_name= [diakses 13 Januari 2012].
13
Hilton Worldwide. Updated Dec 2011. List View. [online] dalam
http://www3.hilton.com/en_US/hi/search/findhotels/results.htm?view=LIST [diakses 13 Januari 2012].
14
Marriott International, Inc. 2012. Indonesia Hotel. http://www.marriott.com/search/findHotels.mi
[diakses 13 Januari 2012].
15
Lihat tripadvisor. 2012. Hotel di Jawa. [online] dalam http://www.tripadvisor.co.id/Hotels-
g294228-Java-Hotels.html [diakses 20 Januari 2012].
16
Index CAC 40 adalah index yang memperlihatkan bahwa Accor termasuk ke dalam 40 perusahaan
yang paling menguntungkan diantara 100 perusahaan yang memiliki pasar tinggi di bursa Perancis.
3
bih dari 500.000 kamar.17 Saat ini Accor telah mempekerjakan lebih dari 170.000 karya-
Accor secara konsisten beroperasi di Indonesia sejak 1993 dan meletakkan pijak-
an yang kokoh di industri perhotelan tidak hanya sebagai operator hotel internasional ter-
besar namun juga sebagai perusahaan dengan portofolio brand terbesar yang terdiri dari
segmen hotel budget hingga segmen mewah.18 Tahun 2011, Accor mengoperasikan 40
hotel 18 kota di Indonesia dan menambah tujuh hotel baru hingga akhir tahun tersebut.
Pada 2014, jumlah ini direncanakan meningkat menjadi 24 kota. Pengembangan bisnis ti-
dak hanya dilakukan di kawasan Jawa dan Bali tetapi juga kawasan lain seperti Kaliman-
hotel Accor seringkali berhenti sebatas arti penting strategi ekspansi. Salah satunya berita
di Suara Pembaruan pada pertengahan tahun 2011 yang menyatakan bahwa strategi
tel baru yang tersebar di seluruh Indonesia.19 Jumlah hotel tersebut akan dibuka hingga
tahun 2014 dan tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Disebutkan pula bahwa pada ta-
hun 2010 Accor mengumumkan pembukaan 13 hotel milik jaringannya. Network, sebagai
sebuah strategi juga sering disangkutpautkan dengan strategi perusahaan Accor. Tidak
mengejutkan memang, sebab salah satu yang paling menguntungkan dalam mengelola
17
Natalia Ririh. 31 Mei 2011. Tahun 2011, Accor Buka 7 Hotel Baru.[online] dalam
http://bola.kompas.com/read/2011/05/31/18132715/Tahun.2011.Accor.Buka.7.Hotel.Baru [diakses 2
Januari 2012].
18
Suara Pembaruan. 31 Mei 2011. Accor Buka 21 Hotel Baru. [online] dalam
http://www.suarapembaruan.com/ekonomidanbisnis/accor-buka-21-hotel-baru/7400 [diakses 1 Desember
2011].
19
Suara Pembaruan. 31 Mei 2011. Ibid.
4
bisnis hotel saat ini adalah dengan mendompleng nama besar perusahaan operator hotel
strategi network di Indonesia, lantas mengapa Accor yang keluar sebagai kekuatan paling
dominan dalam pasar lokal perhotelan internasional Indonesia? Adakah Accor mengem-
bangkan suatu pendekatan lain di luar strategi network yang membuatnya istimewa dan
layak untuk diteliti? Dari sini kajian atas kesuksesan Accor dalam kemungkinan pen-
jelasan yang tidak berhenti sebatas arti penting strategi network selain mengungkapkan
arti penting strategi alternatif juga memberikan pemahaman lebih baik terkait batas-batas
arti penting strategi network dalam industri perhotelan dan bisnis internasional pada
umumnya.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan penelitian secara umum diru-
muskan sebagai berikut: Mengapa Accor muncul sebagai kekuatan dominan industri per-
sekuensi dari kekuatan jaringan globalnya? Jika benar demikian, mengapa Accor dan bu-
kan jaringan global hotel internasional lain yang muncul sebagai kekuatan utama industri
5
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini secara terutama ialah untuk mengungkap luas lingkup arti
penting jaringan global dalam penguasaan pasar lokal industri perhotelan internasional di
Indonesia. Selain untuk mengklarifikasi batas-batas arti penting strategi globalisasi dalam
suksesan suatu bisnis internasional di luar penjelasan arti penting strategi network. Oleh
karena penguasaan pasar lokal secara teoritik juga membutuhkan glokalisasi, penjelasan-
penjelasan alternatif bagi kesuksesan bisnis internasional bidang perhotelan ini secara
khusus ditelusuri dalam kaitan arti penting inovasi lokal di samping arti penting jaringan
Kaitan antara penguasaan pasar industri perhotelan dan glokalisasi dibangun dari
mengkaji beberapa teori. Dalam bisnis internasional, globalisasi memberi arti penting pa-
da network. Hal ini ditunjukkan dengan adanya standarisasi perusahaan yang diikuti oleh
anak perusahaan yang menjadi bagian dari perusahaan induk. Pada saat yang sama, dife-
rensiasi merupakan paradoks dalam bisnis internasional. Diferensiasi yang memberi pe-
luang terhadap bisnis internasional semakin mudah dilakukan dengan adanya globalisasi.
Pentingnya diferensiasi dalam bisnis ini membentuk suatu global value creation yang ha-
rus diatasi dengan strategi-strategi global. Konsep difference dalam konteks ini tidak se-
mata-mata tentang lokalitas, tapi juga distance. Kajian globalisasi menambahkan arti pen-
6
ting diferensiasi melalui introdusi arti penting glokalisasi dalam bisnis. Pentingnya gloka-
lisasi telah berkembang sedemikian luas sehingga seolah telah menjadi dogma bahwa ti-
Castells, menunjukkan bahwa ada perubahan pola perusahaan dari vertikal menjadi ho-
risontal.20 Perusahaan dengan pola horisontal inilah yang disebut sebagai network. Pe-
rusahaan tidak lagi menggunakan sistem kepengurusan langsung oleh pemilik utama, te-
tapi memiliki banyak otonomi yang dikerjakan oleh perwakilan-perwakilan yang sesuai
dengan keahliannya. Definisi network dalam perusahaan menurut Manuel Castells adalah
bentuk khusus dari perusahaan yang sistemnya didasari pembagian segmen dari tujuan
sistem otonom.21 Castells membagi network ke dalam lima tipe, salah satunya adalah ko-
alisi standard.22 Koalisi standard ini diprakarsai oleh potensial standard global dengan
20
Manuel Castells. 1996. The Information Age Economy, Society, and Culture: The Rise of the
Network Society. Volume I. Oxford: Blackwell Publishers Ltd.
21
“… Definition of the network enterprise is that specific form of enterprise whose system of means
is constituted by the intersection of segments of autonomous system of goals.” Dikutip dari Manuel
Castells. 1996. Ibid. p. 171.
22
“… These five types of networks are: (1) Supplier networks which are defined to include
subcontracting, OEM (Original Equipment Manufacturing) and ODM (Original Design Manufacturing)
arrangements between a client and its suppliers of intermediate productions inputs. (2) Producer networks
which are defined to include all co-production arrangements that enable competing producers to pool their
production capacities, financial, and human resources in order to broaden their product portfolios and
geographic coverage. (3) Costumer networks which are defined as the forward linkages of manufacturing
companies with distributors, marketing channels, value-added resellers and end users, either in the major
export markets or in domestic markets. (4) Standard coalitions which are initiated by potential global
standard setters with the explicit purpose of locking-in as many firms as possible into their proprietary
product or interface standards. (5) Technology cooperation networks which facilitate the acquisition of
product design and production technology, enable joint production and process development, and permit
generic scientific knowledge and R&D to be shared.” Dikutip dari Manuel Castell. 1996. Loc.cit. p. 191.
7
tujuan untuk mengunci sebanyak mungkin perusahaan ke dalam standard atau produk mi-
lik mereka.
Pada abad 20, foreign direct investment (FDI)23 berkembang dengan sangat cepat.
Franchising adalah salah satu bentuk FDI yang merupakan penjelmaan dari network
strategy. FDI mendalilkan bahwa selain keuntungan internalisasi juga harus ada beberapa
keunggulan spesifik perusahaan (firm specific advantage / FSA), yang harus dieksploitasi
sebelum pesaing menyalinnya dengan erosi tak terelakkan yang kemudian mengikutinya.
Ketika FSA digabungkan dengan keuntungan yang berasal dari lokasi internasional dan
masyarakat pribumi.24 Beberapa kritik dari pendekatan ini adalah, FDI menjelaskan ten-
tang pola investasi, bukan memberikan penjelasan tentang proses ekspansi internasional
jangka panjang.25
Ball, et al., mendefinisikan perusahaan global sebagai sebuah organisasi yang berupaya
untuk (1) memiliki kehadiran pasarnya di seluruh dunia, (2) operasi-operasi yang distan-
darisasikan di seluruh dunia dalam satu atau lebih bidang-bidang fungsional perusahaan,
23
Foreign Direct Investment (FDI) adalah pembelian aset fisik atau sejumlah besar kepemilikan
perusahaan di negara lain yang bertujuan untuk berinvestasi dan mendapatkan ukuran kontrol manajemen,
serta agar dapat mengontrol aset-aset luar negeri. FDI meliputi perusahaan yang berafiliasi dan memiliki
kemungkinan bekerjasama dengan perusahaan lain. Melalui FDI ini, perusahaan yang berada di home
country dapat mengendalikan perusahaan yang berada di host country baik sebagian maupun seluruhnya.
24
Dunning, J. H. 1993. Multinational Enterprises and the Global Economy. Addison-Wesley,
Wokingham dalam Julian Birkinshaw, Neil Hood and Stefan Jonsson. 1998. Building Firm-Specific
Advantages In Multinational Corporations: The Role Of Subsidiary Initiative. Strategic Management
Journal, Vol. 19, 221–241 (1998).
25
Dunning, J. H. 1993. Ibid.
8
dan (3) menyatukan operasi-operasinya di seluruh dunia.26 Definisi tersebut menunjuk-
kan bahwa standarisasi dalam sebuah perusahaan global merupakan salah satu hal yang
penting. Manajemen lebih menyukai melakukan standarisasi global dalam seluruh operasi
perusahaan sebab standarisasi dapat menghasilkan penghematan biaya yang cukup ber-
arti.27 Jika produk itu dijual di pasar domestik kemudian diekspor, produksi mungkin da-
pat berjalan lebih lama. Ketika produk standar dibuat di luar negeri, ongkos produksi
akan lebih rendah karena pengeluaran ekstra untuk penelitian dan desain baik dari produk
domestik yang disesuaikan maupun mendesain yang baru di luar negeri akan dihindari.
sebut antara lain: 28 (1) biaya lebih rendah, (2) pengendalian dan koordinasi dari kantor
pusat lebih mudah, dan (3) pengurangan waktu yang dihabiskan dalam penyiapan rencana
pemasaran. Economies of scale adalah satu alasan beberapa perusahaan menekankan pa-
da standarisasi periklanan regional atau global. Perusahaan semakin banyak yang meng-
gunakan merek-merek global atau regional dengan sejumlah alasan: yang pertama adalah
biaya. Dengan memproduksi sebuah iklan TV untuk digunakan di seluruh wilayah, se-
buah perusahaan dapat menghemat sampai 50% dalam biaya produksi. Kedua, ada ke-
sempatan yang lebih baik untuk memperoleh sebuah sumber regional untuk melakukan
akan bekerja dengan standar yang sama tingginya. Ketiga, sebagian manajer pemasaran
yakin perusahaan mereka harus memiliki citra tunggal di seluruh kawasan. Keempat, pe-
26
Donald A. Ball, dkk. 2004. Bisnis Internasional. Buku Satu. Diterjemahkan oleh Syahrizal Noor,
SE., MBA. Jakarta: Salemba Empat. p. 6.
27
Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch. 2001. Op.cit. p. 599.
28
Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch. 2001. Loc.cit. pp. 600-615.
9
pemasaran disentralisasikan. Kelima, televisi satelit dan kabel global dan regional se-
rencanaan strategi global yang resmi untuk memberi alat kepada manajemen puncak agar
mentasi strategi-strategi itu.29 Rencana strategis global tidak hanya memberikan kon-
sistensi tindakan di antara para manajer perusahaan di seluruh dunia, tetapi juga meng-
nya secara efisien.30 Perusahaan dapat memindahkan fasilitas produksi mereka pada ne-
dalam melakukan kegiatan bisnis lintas batas negara ini menjadikan strategi diferensiasi
Dalam teori umum bisnis internasional, diferensiasi dianggap sebagai peluang dan
jadikan peluang bisnis semakin terbuka. Anggapan bahwa kita hidup di dunia semi-
29
Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch. 2001. Loc.cit. p. 800.
30
John D. Daniels, Lee H. Radebaugh & Daniel P. Sullivan, 2007. International Business:
Environment and Operations. New Jersey: Pearson Prentice Hall. Chapter 5: International Trade. p. 165.
10
globalized, dengan perbedaan-perbedaan antar negara tetap menjadi hal penting yang me-
nyebabkan sebuah perusahaan mengglobal dan menciptakan nilai-nilai global dalam ke-
giatan bisnisnya. Kegiatan ekspor-impor antar negara muncul karena perbedaan kebutuh-
an di satu negara dan persediaan yang dimiliki oleh negara lain. Itu artinya, pengusaha
perlu melakukan spesialisasi produk sehingga negara memiliki daya tawar di pasar inter-
nasional. Linger mengatakan bahwa perdagangan akan lebih berat bila negara-negara me-
miliki struktur permintaan yang sama, apalagi bila permintaan tersebut tergantung pada
pendapatan.31
Pada diskusi ini, diferensiasi tetap menjadi faktor utama dalam strategi global.
Namun diferensiasi bukan semata-mata soal lokalitas, tetapi juga soal distance. Yang ter-
dan economic (CAGE). Perbedaan distance antar negara dapat menimbulkan masalah
yang harus dihadapi oleh suatu perusahaan. Contohnya kasus perusahaan Google yang
mengalami kesulitan di Russia dan China. Pada cultural distance, kesulitan terbesar
Google untuk masuk pasar Russia terkait dengan bahasa yang relatif sulit. Pada
katan mengenai sensor sebab terdapat perbedaan kerangka kebijakan China dengan kebi-
31
“.. The internal demand had to be ‘representative’ of national demand, meaning that a country
would specialize in the production and export of those goods demanded by a dominant plurality of the
population. … The reasoning behind this argument was that entrepreneurs pursued those profit
opportunities of which they were most aware, which meant domestic needs. … Linder concluded that trade
would be heaviest between countries with similar demand structures, and since those demand structures
depended on income, countries with relatively close per capita income and distribution of income would be
particularly strong trading partners.” Dikutip dari David B. Yoffie dan Benjamin Gomes-Casseres. 1994.
International Trade and Competition: Cases and Notes in Strategy and Management. New York: McGraw-
Hill, Inc. p. 11.
11
Namun demikian Pangkaj Ghemawat berasumsi bahwa distance tidak selalu bu-
ruk.32 Wal-Mart, merupakan salah satu contoh yang berhasil memanfaatkan distance an-
tar negara. Dengan mengeksploitasi economic distance, Wal Mart dapat memperoleh le-
bih banyak pendapatan dari pengadaan barang dari China, dalam sebuah bentuk entitas
international store network. Sensitivitas keempat dimensi distance perlu menjadi per-
hatian sebuah entitas bisnis ketika memasuki wilayah dan pasar negara lain. Memahami
kerangka CAGE sebuah negara dapat menolong kita untuk memetakan keadaan global,
menentukan strategi internasional, serta mengetahui biaya dan keuntungan yang akan di-
Pada akhirnya, diferensiasi merupakan peluang bagi pelaku bisnis untuk dapat
melakukan bisnis internasional. Apalagi dalam hal ini distance, yang merupakan bagian
dari diferensiasi, turut memberikan dampak positif bagi berlangsungnya kegiatan bisnis
arti penting glokalisasi dalam bisnis. Agregasi merupakan salah satu alternatif strategi
yang digunakan untuk mengatasi masalah diferensiasi antar negara, meskipun, agregasi
sangat terbatas kekuatannya.33 Keterbatasan itu membuat bisnis internasional yang di-
ciptakan oleh diferensiasi membutuhkan sebuah cara atau strategi yang dapat memberi-
kan kemudahan dalam pelaksanaannya. Strategi itu disebut dengan glokalisasi. Adaptasi
32
Pangkaj Ghemawat. 2007. Redefining Global Strategy: Crossing Borders in a World Where
Differences Still Matter. Boston, Massachusetts: Harvard Business School Press. p. 35.
33
Pangkaj Ghemawat. Ibid. p. 167.
12
juga perlu dilakukan dengan mencari tahu kesamaan antara negara sebagai sumber pen-
ciptaan nilai.
Pertengahan tahun 1990, glokalisasi menjadi satu konsep yang menduduki tempat
yang semakin sentral dalam studi globalisasi. Konsep glokalisasi bisa dibilang hampir
menggantikan globalisasi, atau yang lebih mungkin, menggunakan kedua konsep itu se-
cara bersama-sama. Istilah glokalisasi dicetuskan oleh Roland Robertson, yang dalam
kamus kata “glocal” dan proses “glocalisation” berarti “formed by telescoping global and
local to make a blend”.34 Ide ini juga timbul dari sebuah kata dalam bahasa Jepang
“dochakuka” yang berarti mengadaptasi teknik pertanian dengan kondisi lokal. Dalam
dunia bisnis ide itu diadopsi untuk merujuk ke lokalisasi global. Glokalisasi diartikan se-
bagai penciptaan produk atau jasa yang ditujukan untuk pasar global, tetapi disesuaikan
”perkawinan budaya” antara budaya lokal dan modern.36 Glokalisasi menjadi strategi
yang muncul sebagai kritik terhadap konsep perdagangan bebas neoklasik. Strategi glo-
kalisasi banyak dimanfaatkan perusahaan agar produknya dapat diterima oleh masyarakat
lokal. Contohnya, McDonald berupaya untuk membuat menu khusus yang dipadukan de-
ngan resep makanan lokal Indonesia, seperti rice burger dan juga nasi sebagai pen-
34
Robertson, Roland. 1995. Glocalization: Time-space and Homogeneity- heterogeneity. M.
Featherstone et al (ed) GlobalModernities, London: Sage. p. 28 dalam Habibul Haque Khondker. 2004.
Glocalization as Globalization: Evolution of a Sociological Concept. Bangladesh e-Journal of Sociology,
Vol. 1. No. 2. July, 2004.
35
“.. The creation of products or services intended for the global market, but customized to suit the
local cultures” dikutip dari http://www.wordspy.com/words/.
36 Fatkhul Anas. 7 Januari 2009. Kebumen Menuju Kota Budaya. [online] dalam
http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/01/07/46260/Kebumen.Menuju.Kota.Budaya.
[diakses 18 Desember 2011].
13
Proporsi-proporsi utama glokalisasi tidak terlalu berbeda dari argumen-argumen
utama versi globalisasi:37 (1) keragaman adalah esensi dari kehidupan sosial; (2) global-
isasi tidak menghapus semua perbedaan; (3) otonomi sejarah dan budaya memberi rasa
unik bagi sebuah kelompok masyarakat yang kita kenal dengan sebutan kebudayaan, ma-
syarakat atau negara; dan (4) glokalisasi adalah gagasan yang menghilangkan ketakutan
bahwa globalisasi akan menjadi gelombang pasang yang menghapus semua perbedaan.
Sejumlah buku dan artikel tentang globalisasi memberikan kesan bahwa globalisasi men-
ciptakan kekuatan yang dapat menyeragamkan dunia dan menghilangkan hambatan bu-
daya serta menggabungkannya menjadi satu kesatuan global. Glokalisasi tidak menjaji-
kan sebuah dunia yang bebas dari konflik dan ketegangan tetapi lebih memahami sejarah
secara mendasar tentang hal-hal yang rumit sebelum memandang pragmatis terhadap du-
nia.
Globalisasi pasar mengacu pada kenyataan bahwa beberapa industri pada dasar-
nya saling terkait dan beberapa kekuatan dalam pasar nasional menyatu ke dalam penga-
ruh pasar global. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa setiap produk global juga harus
diterima oleh konsumen di negara yang dituju dengan menyesuaikan dengan karakteristik
Regionalisme proses produksi dan jasa muncul karena mudahnya MNC melaku-
kan investasi asing di era globalisasi.39 Regionalisme disini diartikan sebagai sebuah upa-
ya yang dilakukan oleh masing-masing perusahaan untuk menekan biaya yang harus di-
37
Habibul Haque Khondker. 2004. Glocalization as Globalization: Evolution of a Sociological
Concept. Bangladesh e-Journal of Sociology, Vol. 1. No. 2. July, 2004.
38
Rusdin, Drs., MSi. 2002. Bisnis Internasional: dalam Pendekatan Praktek. Bandung: Alfabeta.
p. 14.
39
“… The multinatonal firms of the three major economic power have been concentrating their FDI
in their respective backyards and fashioning regionalized production and service networks.” Dikutip dari
Robert Gilpin. 2001. Global Political Economy: Understanding the International Economic Order. New
Jersey: Princenton University Press. p. 292.
14
keluarkan perusahaan dengan melakukan proses produksi di tempat yang lebih dekat de-
ngan sumber daya, baik bahan baku maupun tenaga kerja yang lebih murah. Selain itu,
regionalisme jasa dilakukan untuk memperlancar pemasaran produk dengan cara me-
lakukan adaptasi dengan lingkungan lokal. Agar dapat sukses melakukan bisnis multi-
nasional, perusahaan harus mengerti budaya negara lain dan berupaya untuk beradaptasi
dengannya. 40
lu untuk memodifikasi bauran yang ada maupun mengembangkan yang baru.41 Sejauh
mana perubahan-perubahan itu bergantung pada jenis produk (konsumen atau industrial),
Dengan demikian, glokalisasi memunculkan sebuah budaya perusahaan yang relatif baru,
tergantung pada sejauh mana perusahaan mengadaptasi kebudayaan lokal ke dalam pe-
Dalam industri hospitality, khususnya dalam bisnis jaringan global hotel interna-
sional, network merupakan hal yang perlu untuk memperoleh standarisasi perusahaan dan
menikmati kemudahan akan kekuatan brand yang telah dimiliki perusahaan induk.
40
“… To be successful in multinational businesses, one must understand the cultures of other
countries and learn how to adapt to them. To an extent, all individuals are home country oriented; the
challenge in international business is learning how to broaden one’s perspective to avoid making business
decisions based on misconceptions.”dikutip dari Alan M. Rugman dan Richard M. Hodgetts. 1995.
International Business: A Strategic Management Approach. New York: McGraw-Hill, Inc. p. 124.
41
Donald A. Ball dan Wendell H. McCulloch. 2001. Bisnis Internasional. Buku Dua. Edisi Pertama.
Diterjemahkan oleh Syahrizal Noor, SE., MBA. Jakarta: Salemba Empat. p. 600
15
Namun, di luar pengembangan network, strategi glokalisasi tak jarang juga dilakukan un-
brand image yang kuat dapat lebih sukses tanpa strategi diferensiasi.42 Keutamaan brand
yang digunakan dalam persaingan ini membuat network dan standarisasi menjadi kekuat-
an yang sangat menentukan. Pentingnya network dan standarisasi ini didukung dengan
gulan kompetitif dengan melakukan replikasi layanan secara konsisten dan efisien di ba-
nyak lokasi dalam memandu perilaku karyawan dan membuat proses pelaksanaan tugas-
tugas individu berjalan secara otomatis. Replikasi standard inilah yang kemudian mem-
buat perusahaan lebih unggul karena secara tidak langsung perusahaan tersebut mendapat
Hospitality industry meliputi berbagai bidang, meliputi bisnis hotel, restoran, fast
food, juga bisnis persewaan mobil. Secara umum, industri ini mendominasi penggunaan
mode franchising dan manajemen kontrak untuk mengembangkan usahanya menjadi bis-
42
“… Companies with strong international brand image have also been able to succeed without a
differentiation strategy.” dikutip dari Alan M. Rugman dan Richard M. Hodgetts. 1995. Op.cit. p. 300.
43
“ … At the root of the growth of the large, multi-unit service firm is systematization and in some
cases standardization of the process of delivering services. The firm is able to replicate services
consistently and efficiently at many locations because it creates standardized facilities, methodology, and
procedures to guide the behavior of employees, and automates individual service delivery tasks. … By
proliferating standardized units at many locations, a multi-unit firm can gain substantial competitive
advantages over single-unit firms, both in the service delivery process and especially in support activities
(procurement, human resource management, technology development, and infrastructure).” Dikutip dari
Michael E. Porter. 1990. The Competitive Advantage of Nations. New York: The Free Press. p. 245.
16
nis multinasional.44 Penggunaan tatanan kontrak manajemen dan franchising di bidang
perhotelan memberikan juga keuntungan dalam hal periklanan. Pengusaha hotel periklan-
an hanya perlu dilakukan oleh jaringan hotel saja, selebihnya promosi dilakukan dari da-
lam melalui kepuasan atas pelayanan.45 Mode yang diterapkan ini tak ayal membentuk
sebuah chains of hotels, yang pada perkembangan berikutnya persaingan antara jaringan
hotel jauh lebih signifikan dibandingkan dengan persaingan antar hotel itu sendiri. Pada
industri perhotelan, keunggulan spesifik perusahaan adalah sistem reservasi global dan
ekuitas brand yang memungkinkan operator ekonomi dengan lingkup dan skala internasi-
onal dalam memberikan tawaran kepada pebisnis saat bepergian ke luar negeri.
ditulis oleh Farok J. Contractor dan Sumit K. Kundu (1998) dengan judul artikel Fran-
chising versus Company-Run Operation: Modal Choice in the Global Hotel Sector. Con-
tractor dan Kundu berasumsi bahwa franchise adalah komponen penting dalam strategi
global di banyak sektor jasa, khususnya perhotelan.46 Franchise menunjukkan adanya ga-
bungan beberapa faktor, meliputi level pengembangan dalam pasar luar negeri, jangkauan
globalisasi dan pengalaman internasional dari perusahaan, serta faktor strategis seperti
tingkat investasi dalam sistem reservasi global dan brand, sebaik ukurannya dalam kese-
luruhan operasi.
44
Geoffrey Jones. 2004. Multinationals and Global Capitalism: From the Nineteenth to the Twenty-
first Century. Oxford: University Press. p. 128.
45
“… Applying the paradigm to the service sector, the lower propensity of the hotel industry to
engage in foreign direct investment relative to the advertising industry is hypothesized to be because MNEs
have fewer unique competitive advantages vis-à-vis domestic firms, or because hotel firms believe that they
better appropriate the rent on these assets by way of using the external market that can advertising firms
are better undertaken from a home rather than a foreign production base.” Dikutip dari John H. Dunning.
1993. The Globalization of Business. London: Routledge. pp. 252-253.
46
Farok J. Contractor dan Sumit K. Kundu. 1998. Franchising versus Company-Run Operation:
Modal Choice in the Global Hotel Sector. Journal of International Marketing, Vol. 6, No. 2 (1998), pp. 28-
53. American Marketing Association.
17
Pada dasarnya, hotel merupakan usaha yang bergerak di bidang jasa di mana pro-
duknya yaitu pelayanan, yang mempunyai sifat tidak terlihat tetapi langsung dirasakan
oleh tamu. Pelayanan bersifat heterogen, artinya, bahwa pelayanan dipengaruhi oleh ke-
inginan tamu yang bermacam-macam, sehingga tamu terlibat secara langsung dalam pro-
ses pelayanan ini. Kualitas pelayanan merupakan hal yang sangat penting dalam dunia
perhotelan. Kualitas pelayanan merupakan faktor utama yang membedakan diri dari hotel
lainnya. Pelayanan sangat penting sebab hal tersebut menentukan apakah pelanggan akan
datang kembali atau tidak. Sebagai contoh, perusahaan Amerika banyak membuka ca-
bang di berbagai lokasi dalam suatu negara sebagai sebuah jaringan. 47 Sekali pelanggan
merasakan keuntungan dan kepuasan dari pengalamannya menggunakan jasa jaringan pe-
rusahaan tersebut, berikutnya mereka akan menggunakan jasa jaringan perusahaan ter-
maka terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan mulai dari perencanaan desain ru-
angan, penyediaan dan pemasangan perlengkapan operasional, sikap para karyawan, ke-
indahan dan kebersihan lingkungan serta upaya-upaya lain yang dapat meningkatkan nilai
tambah dari hotel. Yang menarik, pada industri perhotelan, kompetisi internasional uta-
manya berada pada segmen mewah dan perjalanan bisnis.48 Ramainya persaingan di bi-
dang perhotelan seiring dengan majunya kegiatan bisnis di dunia, yang juga ditunjukkan
47
“ … In such service industries as hotels, car rental, industrial laundry, and others, for example,
American firms developed far-flung networks within the nation consisting of dozens, if not hundreds, of
offices or locations. Once they gained the experience of running a network of U.S. locations, the next step
for many was to establish foreign networks.” Dikutip dari Michael E. Porter. 1990. Op.cit. p. 258.
48
“… In hotels, for example, international competition is primarily in the luxury and business travel
segments.” Dikutip dari Michael E. Porter. 1990. Loc.cit. p. 250.
49
Suryanto. Antara News. Loc.cit.
18
sar konsumen merupakan para wisatawan bisnis. Industri perhotelan merupakan bidang
yang sensitif terhadap kenyamanan yang harus didapat oleh konsumen. Oleh karenanya,
yang mencari kenyamanan yang sama dengan yang diperolehnya di tempat asal. Upaya
memberikan kenyamanan bagi tamu hotel juga ditunjukkan dengan tersedianya menu in-
ternasional di samping variasi menu tradisional di seluruh restoran yang berada di hotel.
Hal tersebut disesuaikan dengan para tamu yang tidak hanya berasal dari dalam negeri,
tapi juga dari luar negeri yang kadang-kadang sulit menyesuaikan lidahnya dengan ma-
kanan setempat.
Secara umum, teori tentang industri perhotelan banyak mengarah pada network
sebagai kunci sukses utama. Namun demikian, ada hal lain yang juga tak kalah penting.
Penelitian eklektik yang dilakukan John H. Dunning and Matthew Mcqueen (1981) da-
lam The Eclectic Theory of International Production: A Case Study of the International
struktur dan bentuk keterlibatan perusahaan multinasional dalam industri hotel inter-
nasional, tetapi lebih jauh juga menunjukkan bahwa perbedaan sistem politik dan tata ni-
lai juga menentukan.50 Salah satu hal yang menjadi perhatian utama penulis mengenai
teori eklektik ini adalah pentingnya memperhatikan faktor-faktor ekonomi, politik, sosial
dan budaya ketika sebuah perusahaan memasuki pasar negara lain. Bisnis perhotelan ten-
tu sangat terlibat dengan hal tersebut, sebab karakter usahanya yang sangat memanfaat-
kan pasar di wilayah lain agar dapat eksis. J.A Pienaar (2009) melakukan sebuah peneliti-
an tentang strategi bisnis di bidang hospitality yang kemudian melaporkannya dalam ben-
50
John H. Dunning and Matthew Mcqueen. 1981. The Eclectic Theory of International Production:
A Case Study of the International Hotel Industry. Managerial and Decision Economics, Vol. 2, No. 4,
Multinational Business (Dec., 1981), pp. 197-210.
19
tuk master tesis yang berjudul Effective International Expansion Strategies for Hotel
bisnis hospitality, meliputi pertimbangan apa saja yang perlu diperhatikan sebuah hotel
untuk dapat masuk ke pasar lokal. Dengan menggunakan teori bisnis internasional dan
paradigma eklektik Dunning, ekspansi hotel perlu memperhatikan kebutuhan pasar, sta-
bilitas politik, serta perbedaan budaya. Selain itu, rantai logistik dan persediaan harus di-
kembangkan bersamaan dengan berbagai hal operasional dari laporan keuangan, pemasa-
ran dan human resources. Adaptasi struktur organisasi juga penting dalam menjalankan
bisnis hotel chains. Pienaar juga memasukkan dampak kemajuan teknologi dan global-
isasi dalam penelitian ini dalam melihat perubahan trend pada dekade terakhir di bidang
perhotelan.
mi, dan budaya di negara lain, strategi yang paling tepat untuk memenuhi kebutuhan pe-
rusahaan sehingga dapat memperoleh kemudahan di pasar lokal adalah strategi glo-
kalisasi. Rogel Hallowell, David Bowen, Carin-Isabel Knoop (1993-2005) dalam artikel
berjudul Four Season Goes to Paris lebih banyak berbicara tentang corporate culture,
yaitu melihat bagaimana sebuah perusahaan masuk ke dalam sebuah kebudayaan lain dan
sukses di tengah-tengahnya.52 Four Season Hotel & Resorts membuka properti pertama di
Perancis pada tahun 1999. Artikel ini merupakan studi kasus untuk menggambar-
kan perspektif tentang bagaimana sebuah perusahaan dengan budaya organisasi yang kuat
dan sangat sukses mendekati lingkup nasional budaya baru dengan kebudayaan yang sa-
51
J.A Pienaar. 2009. Effective International Expansion Strategies for Hotel Companies. Master
Tesis. Port Elizabeth: University of the Nelson Mandela Metropolitan University.
52
Rogel Hallowell, David Bowen, Carin-Isabel Knoop. 1993-2005. Four Season Goes to Paris.
The Academy of Management Executive (1993-2005), Vol. 16, No. 4, Services:Enhancing Effectiveness
(Nov., 2002), pp. 7-24. Academy of Management.
20
ngat berbeda, seperti halnya di Perancis. Manajer bisa mendapatkan keuntungan dari ka-
sus ini dengan memahami pendekatan ini untuk organisasi dan nasional budaya, yang pe-
nulis percaya merupakan kerangka kerja yang bermanfaat bagi manajemen global. Arti-
kel ini dimulai dengan diskusi tentang hubungan antara budaya perusahaan dan keunggu-
haan struktur dan filosofi bahwa Four Seasons dikembangkan selama dua dekade untuk
mendukung ekspansi internasional dan untuk mengelola properti yang diajukan Perancis.
itu menjadi salah satu perusahaan yang berhasil. Strategi bisnis internasional, khususnya
glokalisasi yang menjadi fokus utama penelitian ini menentukan keberhasilan perusahaan
dalam menguasai pasar lokal. Jika Four Seasons berhasil masuk ke pasar lokal Perancis
dengan cara mengadopsi berbagai budaya lokal, maka perusahaan lain tentu memiliki ca-
ra dan porsi yang berbeda untuk menyukseskan visi dan misi perusahaannya terkait de-
Setelah membahas arti penting network dan diferensiasi dalam industri hospi-
tality, dalam kasus Accor sebuah penjelasan alternatif mungkin dapat dikemukakan ter-
internasional yang lain juga menerapkan strategi network di industri ini. Contohnya ja-
ringan Hilton Worldwide, yang berupaya untuk memberikan produk, layanan dan penga-
21
laman terbaik di seluruh dunia.53 Sebagai sebuah perusahaan global, Hilton berupaya un-
tuk memberikan tingkat layanan yang sama seperti yang diharapkan tamu di Hilton, mes-
kipun sedang berada di San Francisco, London atau Tokyo. Guna memberikan layanan
ini, Hilton membagi informasi kepada anggota lain dari Hilton Worlwide Portfolio of
Brands, pewaralaba, hotel yang dikelola atau penyedia layanan yang mungkin terletak di
luar negeri. Hilton Worldwide, Inc. adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap mana-
jemen informasi pribadi yang digunakan bersama. Standard pelayanan yang disediakan
oleh hotel relatif sama untuk semua hotel dalam jaringan Hilton Worlwide di manapun
lokasinya, agar standard kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan terjamin.
Sama halnya dengan jaringan hotel Hilton, Jaringan hotel Hyatt pun memiliki se-
jumlah fasilitas dan standard global yang digunakan secara sama di seluruh wilayah ber-
operasinya hotel yang tergabung di jaringan tersebut. Salah satu contohnya adalah dalam
hal teknologi informasi (TI). Untuk hotel sekelas Grand Hyatt, tak bisa dipungkiri peran
teknologi informasi (TI) sangatlah penting guna menunjang proses bisnis.54 Jaringan ho-
tel bintang lima internasional yang berpusat di Chicago AS ini tersebar di berbagai nega-
ra, sehingga sistem TI pun seragam, menggunakan standard yang sama. Penyeragaman
sistem TI ini juga berlaku untuk jaringan hotel Hyatt di Indonesia, seperti Grand Hyatt
Jakarta, Hyatt Regency Bandung, Hyatt Regency Yogyakarta, Hyatt Regency Surabaya,
Bali Hyatt, Grand Hyatt Bali, dan Hotel Aryaduta Jakarta (yang juga dikelola Hyatt Inter-
nasional). Sistem TI global merupakan sistem TI standard yang digunakan oleh jaringan
hotel Hyatt di seluruh dunia. Sistem TI global ini adalah hotel system dengan aplika-
53
Hilton Hotels & Resorts. Updated Dec 2011. Hilton Worldwide, Inc.Kebijakan Privasi Global.
[online] dalam http://www.hilton.com/en/hi/promotions/hi_privacypolicy_indonesian/index.jhtml [diakses
18 Desember 2011].
54
Suryadi, D. dan Maulana Y. 2003. Bedah Kasus Kebijakan TI. Jaringan Hotel Hyatt: Harus Lebih
Mengenali Pelanggan. Majalah Swa(sembada). Edisi 23 Januari- 5 Februari 2003. No. 02/XIX/23.
22
si property management system (PMS) Maxial/HYAdvantage yang terintegrasi, mulai da-
ri aplikasi front office, purchasing, point of sales, sales and marketing, food and bevera-
ge hingga aplikasi accounting. Penyeragaman juga berlaku untuk software aplikasi yang
sedangkan untuk beberapa hardware yang tidak termasuk kategori major (misalnya
gunakan perangkat yang harganya disesuaikan dengan anggaran hotel. Hyatt juga me-
ngembangkan sistem reservasi global. Hyatt selama ini telah memiliki dan menggunakan
strategi yang sama dalam hal penerapan network dan standarisasi. Namun demikian, po-
pularitas dan market share Accor lebih unggul di pasar Indonesia. Di tengah gencarnya
berhenti sebatas penguatan network atau pun pengembangan standarisasi internasional te-
tapi lebih jauh juga melengkapinya dengan beberapa upaya glokalisasi. Kemampuan
Accor dalam menguasai pasar Indonesia dibandingkan dengan jaringan hotel-hotel inter-
nasional lainnya kemungkinan besar bukan semata konsekuensi dari kuatnya network
23
globalnya, tetapi karena Accor melengkapi jaringan globalnya yang kuat dengan upaya
diferensiasi dan glokalisasi strategis. Meski jaringan hotel Accor lebih sering diasosiasi-
kan dengan network internasional yang kuat, kesuksesannya di Indonesia muncul bukan
merupakan buah dari kecerdikan manajemen Accor dalam melengkapi keunggulan net-
isasi ini tidak hanya yang membuat Accor berbeda dengan jaringan hotel internasional la-
in di Indonesia, tetapi juga menjelaskan mengapa di antara banyak hotel internasional de-
ngan jaringan global yang kuat, Accor mampu bertahan sebagai kekuatan yang paling do-
minan. Dalam hal ini bukan berarti network internasional tidak penting bagi Accor. Net-
work tetap merupakan kelebihan yang menjadikan Accor lebih unggul dibandingkan de-
ngan hotel tanpa jaringan internasional kuat, tetapi dalam persaingan dengan sesama ho-
tel berjaringan kuat atau dalam persaingan antar sesama hotel Accor, keunggulan secara
umum tidak ditentukan oleh faktor network melainkan diferensiasi dan glokalisasi.
I.6.1. Konseptualisasi
24
takan seperangkat petunjuk atau kriteria yang lengkap tentang apa yang harus diamati dan
cakup bukan hanya elaborasi konsep globalisasi ke glokalisasi, inovasi lokal, competitive
pansi hubungan yang melintasi benua, organisasi dari kehidupan sosial pada skala global,
dan pertumbuhan dari kesadaran global bersama.56 Ada beberapa perhatian dalam kajian
globalisasi, antara lain: pertama, hubungan globalisasi dengan politik. Politik mendapat
fokus utama dalam isu globalisasi sebagai international governance, masa depan demo-
krasi lokal, dan negara (serta peran dari entitas politik lainnya). Globalisasi membawa pe-
ngaruh pada pembentukan tipe kota baru yaitu kota global. Kedua, hubungan globalisasi
dengan bisnis. Globalisasi menyebabkan kemunculan pasar global baru dan ideologi yang
mendampinginya.
mengenai peran dari teknologi dan ketimpangan global. Teknologi di sini mewujud pada
komputer, internet, dan pemisahan digital global. Terakhir, hubungan globalisasi dengan
55
Ulber Silalahi. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press. p.110.
56
“… the worldwide diffusion of practices, expansion of relations accross continents, organization
of social life on a global scale, and growth of shared a global consciousness.” Dikutip dari George Ritzer,.
2004. The Globalization of Nothing. Thousand Oaks: Pine Forge Press. p. 72.
25
agama, olahraga, musik popular, dan aspek lain di dalam dunia sosial termasuk di dalam-
nya terdapat masalah kemiskinan dan ketimpangan, kekerasan global, global sex, per-
dagangan seks internasional, dan terorisme sebagai hasil dari globalisasi terhadap lingku-
ngan.
kankan pada pentinganya glokal dan eksistensi dari heterogenitas. 57 Atau dalam definisi
lain dijabarkan sebagai interpenetrasi global dan lokal kemudian memberikan respon dan
menghasilkan keluaran yang unik di dalam area geografis yang berbeda. Sedangkan gro-
balization berfokus pada ambisi imperialistis negara, korporasi, organisasi yang melihat
ngandung variasi subproses dari tiga hal yaitu capitalism, Americanization, dan
McDonaldization.
Dalam industri perhotelan, strategi glokalisasi biasanya digunakan oleh para pelaku
bisnis ini dengan tujuan untuk memudahkan usahanya dalam memasuki pasar lokal. De-
ngan harapan, jika hotel melakukan penyesuaian dengan budaya lokal, maka masyarakat
setempat akan lebih mudah menerimanya. Namun demikian, pada industri perhotelan,
glokalisasi dibedakan dalam empat tingkatan glokalisasi. Tingkatan ini digambarkan se-
bagai berikut:58
57
Robertson, Roland. 1995. Op.cit.
58
Ilustrasi penulis.
26
Bagan I.1 Tingkatan glokalisasi dalam industri perhotelan.
Pada tingkat pertama, glocalisation of accessories, yaitu inovasi lokal yang dilaku-
percantik hotel baik dalam hal penggunaan salah satu furniture khas lokal untuk memper-
cantik interior hotel seperti patung, dll ataupun sekedar memasukkan salah satu menu
bience, pada tahap ini sudah banyak penggunaan nuansa lokal pada desain dan pen-
suasanaan hotel. Ketiga, glocalisation of service, yaitu standard pelayanan yang tidak ka-
standard sendiri dalam hal pelayanan hotel. Keempat, glocalisation of value, yang me-
rupakan tingkatan glokalisasi paling jauh, meliputi perubahan dari nilai-nilai yang di-
pegang teguh oleh perusahaan induk, terdiri dari visi, misi, tujuan hingga budaya peru-
sahaan.
27
I.6.1.2. Inovasi Lokal
inovasi sebagai proses yang digerakkan secara lokal, untuk menyukseskan dan membantu
tem, dan services.59 Pengertian inovasi diungkapkan dalam tiga hal berikut:60 (1) Pemba-
haruan dan perluasan tatanan produk dan jasa pada pasar terkait; (2) establishment meto-
de baru dalam produksi, penyediaan, dan distribusi; dan (3) memperkenalkan perubahan
pada manajemen, kinerja organisasi, dan kondisi kerja serta keahlian tenaga kerja.
Inovasi secara umum dapat didefinisikan sebagai “adopsi” dan “difusi” pada ide ba-
ru dalam perusahaan.61 Adapun gagasan atau ide baru tersebut dapat dikatakan sebagai
inovasi jika ide tersebut dapat dikomersialisasikan menjadi produk yang dapat di-
pasarkan. Dan inovasi yang berhasil akan menghasilkan pula produk yang berkualitas.62
Franke dalam kajiannya mengenai inovasi dalam perusahaan berbasis teknologi mene-
kankan pentingnya inovasi sebagai kunci untuk sukses.63 Maka dari itu inovasi harus di-
lakukan dengan cermat dengan tetap memperhatikan sasaran utamanya yakni memelihara
Menurut Edquist, inovasi adalah ciptaan-ciptaan baru (dalam bentuk materi ataupun
intangible) yang memiliki nilai ekonomi yang signifikan, yang umumnya dilakukan oleh
59
Malecki, 1997; Dikutip dari Jelinek dan Hurt, 2001
60
European Commission. Desember 1995. Green Paper on Innovation. p.1 [online] dalam
http://europa.eu/documents/comm/green_papers/pdf/com95_688_en.pdf [diakses 15 Dember 2011].
61
Thomke, S.et.al,. 1998. Modes of experimentation: an innovation process-and competitive-
variable. Research Policy, (27), pp. 315-332.
62
Zhou, K.Z. et.al., 2005. Developing Strategic Orientation in China: antecedents and consquences
of market and innovation orientations. dalam Journal of Business Research, Vol.58, pp.1049-1058
63
Franke, M. Innovation: The Winning Formula to Regain Profitability in Aviation?. Journal of Air
Transport Management. Vol.13, Issue January. . pp 23-30.
64
Laurensius Manurung. 2010 Strategi dan Inovasi Model Bisnis Meningkatkan Kinerja Usaha;
Studi Empiris Industri Penerbangan Indonesia. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. p. 27.
28
perusahaan atau kadang-kadang oleh para individu. Sedangkan Clark dan Guy mendefi-
nisikan inovasi sebagai aplikasi komersial yang pertama kali dari suatu produk atau pro-
Menurut OECD, Inovasi merupakan suatu proses kreatif dan interaktif yang meli-
batkan kelembagaan pasar dan non-pasar. Rosenfeld mengartikan inovasi sebagai trans-
formasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa baru serta sebuah tindakan meng-
gunakan sesuatu yang baru. The British Council mendefinisikan inovasi sebagai eksploi-
tasi yang berhasil dari suatu gagasan, atau dengan kata lain merupakan mobilisasi penge-
tahuan, keterampilan teknologis dan pengalaman untuk menciptakan produk, proses dan
jasa baru. Menurut UU No. 18 tahun 2002, inovasi adalah kegiatan penelitian, pengem-
dan konteks ilmu pengetahuan yang baru, atau cara baru untuk menerapkan ilmu penge-
tahuan dan teknologi yang telah ada ke dalam produk atau proses produksi.
Beberapa definisi yang disebutkan mengungkapkan bahwa inovasi tidak saja me-
nyangkut kreativitas dari gagasan yang membuka peluang baru, namun juga berkaitan de-
ngan nilai komersial, ekonomi dan sosial. Untuk menekankan perbedaannya dari pem-
baruan yang tidak memberikan manfaat atau dampak nyata, beberapa pihak terkadang
menyebut “inovasi yang diadopsi” atau terbukti “berhasil” secara ekonomi sebagai “ino-
29
Bagan I.2 Pengertian Inovasi
Penelitian ini menggunakan konsep inovasi lokal, dengan demikian, pengertian ino-
vasi lokal tidak sebatas inovasi secara umum, melainkan dihubungkan dengan konsep lo-
kal. Jika diambil kesimpulan dari beberapa definisi di atas, inovasi diartikan sebagai pro-
ses atau hasil pengembangan dan pemanfaatan pengetahuan, keterampilan (termasuk ke-
(barang dan jasa), proses, dan sistem yang baru, yang memberikan nilai dalam bidang
ekonomi dan sosial secara signifikan. Inovasi juga diartikan sebagai proses di mana ga-
gasan, temuan tentang produk atau proses diciptakan, dikembangkan dan berhasil di-
sampaikan kepada pasar. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa inovasi lokal merupakan
proses-proses tersebut yang terkait dengan wilayah lokal, baik dalam poin-poin perubah-
an yang menyesuaikan kebutuhan dan kondisi lokal, maupun tujuan dilakukannya inovasi
30
I.6.1.3. Competitive Advantage
kan perbandingan bagi pembeli secara lebih efisien dibandingkan kompetitor (low cost)
atau menunjukkan aktivitas yang membandingkan biaya tetapi dengan cara yang unik
melalui penciptaan nilai bagi pembeli yang lebih dibanding biaya premium kompetitor.65
Menurut Porter, ada tiga landasan strategi yang dapat membantu organisasi memperoleh
keunggulan kompetitif, yaitu keunggulan biaya, diferensiasi, dan fokus. Porter menama-
kan ketiganya strategi umum. Keunggulan biaya menekankan pada pembuatan produk
standard dengan biaya per unit sangat rendah untuk konsumen yang peka terhadap peru-
bahan harga. Keunggulan biaya ini digunakan apabila organisasi ingin menjadi pemimpin
pasar berbasis biaya rendah dengan basis pelanggan luas. Diferensiasi adalah strategi de-
ngan tujuan membuat produk dan menyediakan jasa yang dianggap unik di seluruh indus-
tri dan ditujukan kepada konsumen yang relatif tidak terlalu peduli terhadap perubahan
harga. Diferensiasi digunakan apabila perusahaan ingin bersaing dengan pesaingnya da-
lam hal keunikan produk dan jasa yang ditawarkan. Fokus berarti membuat produk dan
menyediakan jasa yang memenuhi keperluan sejumlah kelompok kecil konsumen. Fokus
digunakan apabila perusahaan ingin melayani kebutuhan spesifik ceruk pasar (market
niche).
Dalam penelitian ini competitive advantage berfungsi untuk melihat sejauh mana
fungsi strategi yang digunakan Accor. Sesuai dengan teori Porter, pengukuran dilakukan
dalam tiga hal, yaitu: pertama, keefektifan strategi dalam menekan biaya yang harus dike-
65
Michael E. Porter. 1990. Op.cit.
31
luarkan oleh perusahaan. Kedua, seberapa jauh strategi perusahaan Accor berbeda dengan
strategi yang dilancarkan oleh kompetitornya. Ketiga, apakah Accor mampu memproduk-
Konsep penguasaan pasar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu penguasaan pasar
(market control) dan pemimpin pasar (market leader). Dari sudut pandang ekonomi, ke-
giatan market control diartikan sebagai kemampuan pelaku usaha, dalam mempengaruhi
pembentukan harga, atau kuantitas produksi atau aspek lainnya dalam sebuah pasar. As-
pek lainnya tersebut tidak terbatas pada pemasaran, pembelian, distribusi, penggunaan,
atau akses atas barang atau jasa tertentu di pasar bersangkutan. Kegiatan ini dapat dilaku-
kan sendiri oleh satu pelaku usaha atau secara bersama-sama dengan pelaku usaha lain-
nya, dan dapat terdiri dari satu atau beberapa kegiatan sekaligus. Definisi lain tentang
market control yaitu kemampuan pembeli atau penjual dalam mempengaruhi harga atau
kuantitas atas barang, jasa atau pertukaran komoditi dalam pasar. 66 Market control ter-
gantung pada jumlah kompetitor. Jika pembeli hanya sedikit sedangkan jumlah penjual
lebih banyak, maka pembeli menjadi lebih mengontrol pasar dibanding penjual, begitu
pula sebaliknya.
66 Economy Glossary. 2008. Economic Definition of market control. Defined. [online] dalam
http://glossary.econguru.com/economic-term/market+control [diakses 18 Januari 2012].
32
Sementara itu, dalam suatu industri terdapat suatu perusahaan yang dominan yaitu
perusahaan yang menduduki posisi sebagai market leader.67 Perusahaan pada posisi ini
nya. Untuk menduduki posisi sebagai pemimpin pasar bukankah hal yang mudah, diper-
Suatu industri yang memiliki satu perusahaan yang diakui sebagai pemimpin pa-
sar, karena perusahaan tersebut mempunyai pangsa pasar yang terbesar di pasar produk
terkait. Perusahaan tersebut biasanya memimpin perusahaan lain dalam perubahan harga,
dan perkenalan produk terkait. Tetapi, pemimpin pasar harus selalu tetap waspada, karena
tidak selamanya posisi sebagai pemimpin pasar tetap dapat dipegangnya, pesaing-pe-
saingnya bisa saja menggeser posisinya tersebut. Pesaing-pesaing bukan hanya yang su-
dah ada dalam industri itu, tapi juga bisa muncul pesaing baru dalam industri tersebut,
apalagi jika disertai dengan inovasi produk, harga yang lebih rendah, dan kualitas yang
bagus, maka peluang untuk bergesernya pemimpin pasar akan semakin besar.
Menurut Tjiptono, pengertian market leader adalah perusahaan yang diakui oleh
industri yang bersangkutan sebagai pemimpin.68 Perusahaan yang menduduki posisi se-
bagai pemimpin pasar mempunyai karakteristik sebagai berikut: pertama, memiliki pang-
sa pasar yang terbesar (40%) dalam pasar produk yang relevan. Kedua, lebih unggul dari
perusahaan lain dalam hal pengenalan produk baru, perubahan harga, cakupan saluran
distribusi dan intensitas promosi. Ketiga, merupakan pusat orientasi para pesaing (dise-
67
Invesdana. 2010. Pengertian Market Leader. [online] dalam http://invesdana.com/pengertian-
market-leader/ [diakses 18 Januari 2011].
68
Fandy Tjiptono. 2002. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: ANDI. p. 303.
33
Kegiatan penguasaan pasar sangat erat kaitannya dengan pemilikan posisi do-
minan dan kekuatan pasar yang signifikan di pasar bersangkutan. Penguasaan pasar akan
sulit dicapai apabila pelaku usaha, baik secara sendiri maupun bersama-sama, tidak me-
miliki kedudukan yang kuat di pasar bersangkutan. Sebagai ilustrasi, sulit untuk di-
bayangkan pelaku usaha, baik secara sendiri maupun bersama-sama, yang mempunyai
pangsa pasar hanya 10% dapat mempengaruhi pembentukan harga, atau produksi atau as-
pek lainnya dipasar bersangkutan. Namun di sisi lain, satu pelaku usaha yang memiliki
pangsa pasar 50% di dalam pasar duopoli (hanya ada dua penjual), juga belum tentu se-
Penguasaan pasar juga akan sulit direalisasikan apabila pelaku usaha, baik secara
sendiri maupun bersama-sama, tidak memiliki kekuatan pasar (market power) yang sig-
nifikan di pasar bersangkutan. Sebagai ilustrasi, di dalam pasar persaingan sempurna, pe-
laku usaha secara individual tidak mampu untuk mempengaruhi pembentukan harga, se-
hingga hanya mengikuti harga yang terbentuk di pasar (price taker), sementara di pasar
monopoli, pelaku usaha punya pengaruh yang kuat atas pembentukan harga, sehingga
menjadi penentu tunggal harga yang terjadi di pasar bersangkutan (price maker). Ini ber-
arti di dalam struktur pasar persaingan sempurna pelaku usaha secara individual tidak pu-
nya kemampuan menguasai pasar bersangkutan, sedangkan di dalam struktur pasar mo-
nopoli, pelaku usaha punya kemampuan yang besar untuk menguasai pasar bersangkutan.
Tidak seperti pemilikan kekuatan pasar yang lebih menitikberatkan pada aspek
sar memiliki cakupan yang lebih luas, yaitu juga mencakup kemampuan mempengaruhi
34
aspek lainnya seperti antara lain produksi, pemasaran, pembelian, distribusi, dan akses.
Jadi pemilikan atas kekuatan pasar hanya merupakan salah satu unsur dari penguasaan
pasar. Atau dengan kata lain, penguasaan pasar dapat pula dilaksanakan pelaku usaha me-
lalui aspek selain harga. Misalnya pelaku usaha dapat menguasai pasar bersangkutan me-
lalui jaringan distribusi, atau akses terhadap fasilitas penting yang dikuasainya.
Selain didukung oleh pemilikan posisi dominan dan memiliki kekuatan pasar
yang signifikan, penguasaan pasar oleh pelaku usaha juga bisa terjadi melalui pemilikan
faktor-faktor khusus yang tidak dimiliki oleh pesaingnya. Faktor-faktor khusus ini tidak
terbatas pada HAKI (paten, hak cipta), regulasi pemerintah, hak eksklusif (lisensi), ja-
ringan distribusi, dukungan finansial, fasilitas penting, loyalitas atau preferensi konsu-
men. Pemilikan atas satu atau lebih dari faktor-faktor ini membuat pelaku usaha berada
pada posisi yang lebih diuntungkan (memiliki daya tawar lebih) dibandingkan para pe-
saingnya.
Seperti dijelaskan di atas, selain dapat dilakukan secara sendiri, kegiatan pe-
nguasaan pasar juga dapat dilaksanakan oleh pelaku usaha bersama-sama dengan pelaku
usaha lainnya. Hal ini menandakan bahwa terdapat bentuk koordinasi tindakan di antara
para pelaku usaha yang terlibat. Koordinasi ini dapat berbentuk perjanjian atau kesepa-
or meeting of minds). Pemilikan posisi dominan, atau pemilikan kekuatan pasar yang sig-
dan indikasi awal bagi terciptanya kegiatan penguasaan pasar oleh pelaku usaha.
35
Dalam penguasaan pasar, sebuah perusahaan dapat memilih untuk menguasai
keseluruhan pasar (monopoli) atau hanya berniat menguasai sebagian saja. Penguasaan
pasar keseluruhan (total) dapat mendasarkan pada dua asumsi, yaitu anggapan bahwa pe-
rilaku dan respons pasar adalah relatif homogen atau relatif heterogen. Relatif homogen
berarti perusahaan tidak membedakan pasar. Pasar dianggap sebagai suatu agregat yang
heterogen berarti pemasar melihat pasar meliputi berbagai ragam bagian atau pangsa pa-
sar. Secara keseluruhan perilaku pasar adalah relatif heterogen yang terdiri dari segmen
Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan penguasaan pasar adalah market
leader, yang mengukur kekuasaan perusahaan dalam memimpin pasar. Dalam hal ini, pe-
rusahaan yang memiliki peringkat pertama dalam besarnya market share merupakan yang
menjadi pemimpin pasar. Untuk itu, diperlukan data-data tentang peringkat perusahaan
dan market share untuk menentukan perusahaan yang menguasai pasar. Diagram pe-
Popularitas
Okupansi
Penetrasi
69
Ilustrasi penulis.
36
Diagram tersebut sekaligus menyebutkan komponen penting yang menentukan
ngan antar variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan se-
belumnya. Uraian penelitian ini juga mengandung deskripsi-deskripsi dari variabel yang
digunakan tetapi lebih menekankan pada penjelasan hubungan antar variabel yang ada.
Penelitian yang dilakukan pada unit sosial tersebut dalam kurun waktu tertentu dapat di-
sebut dengan studi kasus (case study). Robert Yin menyebutkan bahwa studi kasus adalah
inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena dalam konteks kehidupan nyata bila batas fe-
nomena dan konteks tidak tampak secara tegas serta dapat memanfaatkan berbagai sum-
ber. Penelitian kasus atau studi kasus merupakan penelitian yang mempelajari secara in-
tensif atau mendalam satu anggota dari kelompok sasaran suatu objek penelitian. Gay dan
Diehl mengatakan bahwa studi kasus adalah investigasi mendalam mendalam terhadap
sebuah kelompok, grup, maupun individu.70 Oleh sebab penelitian ini menggunakan pe-
rusahaan Accor sebagai sebuah studi kasus, maka penelitian berfokus pada data tentang
70
Gay dan Diehl dalam Ulber Silalahi. 2006. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Unpar Press.
p. 172.
37
I.6.3. Teknik Pengumpulan Data
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang bisa dilakukan dalam penelitian, di
antaranya analisa atas bahan tertulis atau studi pustaka, serta pengamatan langsung. Pe-
nelitian ini merupakan penelitian studi pustaka. Penulis menggunakan data-data yang
berasal dari buku-buku atau literatur, terbitan resmi pemerintah maupun non-pemerintah,
situs resmi perusahaan terkait, artikel, jurnal, karya ilmiah, berita dari media, baik yang
Sebagai sebuah studi kasus, penulis mengumpulkan segala data yang terkait de-
ngan perusahaan Accor. Selain itu, data-data tentang perkembangan pasar di industri per-
hotelan Indonesia menjadi pendukung analisis penelitian ini. Untuk memperoleh data ten-
tang peringkat hotel di Indonesia, penulis mengambil data tentang peringkat hotel di pu-
lau Jawa sebagai sampel. Sedangkan data tentang tampilan hotel diambil dari beberapa
Dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, penelitian ini dibangun me-
lalui proses pengumpulan data sekunder untuk kemudian diverifikasi dan dianalisis serta
ada. Analisis kualitatif dilakukan terhadap data yang berupa informasi atau uraian dalam
bentuk bahasa prosa kemudian dikaitkan dengan data lainnya untuk mendapatkan ke-
38
jelasan terhadap suatu kebenaran atau sebaliknya, sehingga memperoleh gambaran baru
Jangkauan penelitian meliputi batasan mengenai jangkauan tempat dan waktu. Pe-
nelitian ini fokus pada wilayah operasi di Indonesia. Jangkauan waktu mulai tahun 1993
hingga tahun 2011. Tahun 1993 ditetapkan sebagai awal sebab pada tahun tersebut Accor
sebagai akhir dari jangkauan penelitian sebab tahun tersebut merupakan dilakukannya pe-
nelitian ini.
Penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab pertama merupakan bab pendahuluan
yang berisi prosedur metodologi penelitian secara komprehensif, terdiri dari latar bela-
kang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka teoritik, hipotesis, tinjauan
pustaka serta metodologi penelitian yang meliputi konseptualisasi, tipe penelitian, jang-
kauan penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Bab dua berjudul
“Accor sebagai simbol dominasi”, yang berisi penjelasan tentang perkembangan global
dan posisi internasional Accor, meliputi sejarah, capaian dan perkembangannya di Indo-
nesia. Bab tiga berjudul “Global – Lokal dalam strategi Accor di Indonesia”. Bab ini ber-
isi penjelasan tentang strategi global-lokal Accor, praktek standarisasi dan praktek ino-
71
P. Joko Subagyo, 1997.Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
p. 106.
39
vasi serta performa standarisasi dan performa inovasi. Bab empat berjudul “Kombinasi
glokalisasi atas network: Rahasia di balik kesuksesan Accor di Indonesia”. Pada bab ini,
penjelasan tentang kekuatan glokalisasi sebagai pelengkap network Accor dilakukan de-
ngan melakukan analisis atas temuan-temuan. Bab lima merupakan bab simpulan.
40