Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1. GEOLOGI REGIONAL
2. Kondisi Geomorfologi
Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo
Timur yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent.
Sungai Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat, semula
mengalir ke arah South-Southwest, berbelok ke arah East kemudian
ke North memotong perbukitan dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast.
Sungai Dengkeng ini merupakan pengering utama dari dataran rendah di sekitar
Perbukitan Jiwo.
Bidang 2 KP 01
A. Mineral A
Mineral ini pada keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk anhedral,
terdapat belahan 1 arah, memiliki relief kuat, dan indeks biasnya N mineral lebih
kecil dari n kanada balsam (N < n).
Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi orange keunguan (orde II)
dengan nilai birefringence 0,034. Sudut pemadamannya miring 35̊. Warna
retardasinya orange keunguan (orde 3) menunjukkan orientasi length slow.
B. Mineral B
Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi orange (orde II) dengan nilai
birefriengence 0,030. Sudut pemadamannya miring 42̊. Warna retardasinya
kuning keorangean (orde III) menunjukan orientasi length slow.
C. Mineral C
D. Mineral D
Mineral ini dalam kadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk euhedral
prismatik, tidak memiliki belahan dan pleokroisme, memiliki relief lemah, dan
indeks biasnya N mineral lebih besar dari n knada balsam (N > n).
Bidang 3
A. Mineral A
B. Mineral B
Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk sub-
anhedral, tidak memiliki belahan dan pleokroismenya lemah. Reliefnya sedang –
lemah, dengan indeks biasnya n kanada balsam lebih besar dari N mineral (n > N).
C. Mineral C
Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk sub-
anhedral, memiliki belahan 2 arah 120̊/60̊ dan pleokroismenya lemah. Memiliki
relief sedang – kuat, dengan indeks bias N mineral lebih besar dari n kanada
balsam (N > n).
D. Mineral D
E. Mineral E
Dan keadaan XPL meiliki warna interferensi cokelat muda (orde I) dengan
nilai birefringence 0,016. Sudut pemadamannya miring 45̊ . Warna retardasinya
kuning kecoklatan (orde III) menunjukan orientasi lenght slow, tidak memiliki
kembaran.
F. Mineral F
Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna hitam, berbentuk subhedral,
memiliki belahan 1 arah dan pleokorismenya lemah. Memiliki relief kuat, dengan
indeks bias N mineral lebih besar dari kanada balsam (N > n).
Dan keadan XPL memiliki warna interferensi hitam (orde I) dengan nilai
birefringence 0,001. Sudut pemadamannya tidak ada. Warna retardasinya hitam
(orde I) menunjukan orientasi lenght fast, tidak memiliki kembaran.
Bidang 4
A. Mineral A
Dan keadaan XPL memiliki warna interferensi hijau-biru (orde II) dengan
nilai birefringence 0,023. Sudut pemadamannya 45̊ .warna retardasinya kuning
kecoklatan (orde III) menunjukan orientasinya lenghts slow, tidak memiliki
kembaran.
B. Mineral B
C. Mineral C
Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk sub-
anhedral, tidak memiliki belahan dan pleokroisme. Memiliki relief lemah, dengan
indeks bias n kanada balsam lebih besar dari N mineral (n > N).
D. Mineral D
Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi orange kekuningan (orde II)
dengan nila birefringence 0,031. Sudut pemadamannya simetri 45̊. Warna
retardasinya coklat kekuningan (orde III) dengan orientasi length slow.
E. Mineral E
F. Mineral F
Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna hitam, berbentuk subhedral,
tidak memiliki belahan dan pleokroisme. Memiliki relief kuat, dengan indeks bias
N mineral lebih besar dari n kanada balsam (N > n).
Dan di keadaan XPL meemiliki warna interferensi hitam (orde I) dengan nilai
birefringence 0,001. Warna retardasinya hitam (orde I) dengan orientasi length
fast.