Vous êtes sur la page 1sur 7

ABSTRACK

PENDAHULUAN

1. GEOLOGI REGIONAL

Daerah Bayat terletak sekitar 45 Km tenggara Yogyakarta. Di daerah


Bayat kelompok batuandasar Pra-Tersier yang tersingkap terdiri dari filit, sekis
mika, dan marmer. Umur komplek batuandasar ini belum diketahui. Sebaran
batuan Pra-Tersier di Bayat yang terdapat di Perbukitan Jiwo terbagi dua oleh
aliran K. Dengkeng, daerah sebelah timur K. Dengkeng disebut Jiwo Timur dan
yang di sebelah baratnya disebut Jiwo Barat seperti yang ditunjukkan oleh peta
geologi Bayat (Gambar-1). Stratigrafi daerah Bayat dan sekitarnya dapat dilihat
pada Gambar-2 (strat Bayat dskt).

Gambar 1. Peta Geologi Daerah Bayat


Gambar 2.Lokasi Sample(Strat Bayat)

2. Kondisi Geomorfologi

2.1 Perbukitan Jiwo


Perbukitan Jiwo merupakan inlier dari batuan Pre-Tertiary dan Tertiary di
sekitar endapan Quartenary, terutama terdiri dari endapan fluvio-volcanic yang
berasal dari G. Merapi. Elevasi tertinggi dari puncak-puncak yang ada tidak lebih
dari 400 m di atas muka air laut, sehingga perbukitan tersebut merupakan suatu
perbukitan rendah.

Perbukitan Jiwo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Jiwo Barat dan Jiwo
Timur yang keduanya dipisahkan oleh Sungai Dengkeng secara antecedent.
Sungai Dengkeng sendiri mengalir mengitari komplek Jiwo Barat, semula
mengalir ke arah South-Southwest, berbelok ke arah East kemudian
ke North memotong perbukitan dan selanjutnya mengalir ke arah Northeast.
Sungai Dengkeng ini merupakan pengering utama dari dataran rendah di sekitar
Perbukitan Jiwo.

Daerah Jiwo Barat


Jiwo Barat terdiri dari deretan perbukitan G. Kampak, G. Tugu, G. Sari, G.
Kebo, G. Merak, G. Cakaran, dan G. Jabalkat. G. Kampak dan G. Tugu memiliki
litologi batugamping berlapis, putih kekuningan, kompak, tebal lapisan 20 – 40
cm. Di daerah G. Kampak batugamping tersebut sebagian besar merupakan suatu
tubuh yang massif, menunjukkan adanya asosiasi dengan kompleks terumbu
(reef). Di antara G. Tugu dan G. Sari batugamping tersebut mengalami kontak
langsung dengan batuan metamorfik (mica schist).

Daerah Jiwo Barat memiliki puncak-puncak bukit berarah utara-selatan


yang diwakili oleh puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo, Sari, dan Tugu
dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat yaitu G. Kampak.
HASIL PEMBAHASAN

Bidang 2 KP 01

A. Mineral A

Mineral ini pada keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk anhedral,
terdapat belahan 1 arah, memiliki relief kuat, dan indeks biasnya N mineral lebih
kecil dari n kanada balsam (N < n).

Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi orange keunguan (orde II)
dengan nilai birefringence 0,034. Sudut pemadamannya miring 35̊. Warna
retardasinya orange keunguan (orde 3) menunjukkan orientasi length slow.

B. Mineral B

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk


subhedral equant, terdapat belahan 1 arah, memiliki relief sedang – kuat, dan
indeks biasnya N mineral lebih besar dari n kanada balsam (N > n).

Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi orange (orde II) dengan nilai
birefriengence 0,030. Sudut pemadamannya miring 42̊. Warna retardasinya
kuning keorangean (orde III) menunjukan orientasi length slow.

C. Mineral C

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk


euhedral prismatik, tidak memiliki belahan dan pleokroisme, memiliki relief
sedang – lemah, dan indeks biasnya N mineral lebih besar dari n kanada balsam
(N > n).

Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi abu-abu (orde I) dengan


nilai birefringence 0,006. Sudut pemadamannya miring 57̊. Warna retardasinya
pink – biru (orde II) menunjukkan orientasi length slow. Memiliki kembaran
kalsbad.

D. Mineral D

Mineral ini dalam kadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk euhedral
prismatik, tidak memiliki belahan dan pleokroisme, memiliki relief lemah, dan
indeks biasnya N mineral lebih besar dari n knada balsam (N > n).

Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi abu-abu keputihan (orde I)


dengan nilai birefriengence 0,005. Sudut pemadamannya miring 57̊. Warna
retardasinya pink – biru (orde II) menunjukan orientasi length slow. Memiliki
kembaran kalsbad albit.

Bidang 3

A. Mineral A

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna trasparan, berbentuk


subhedral, memiliki belahan 1 arah serta pleokroismenya lemah. Memiliki relief
kuat, dengan indeks bias N mineral lebih besar dari n kanada balsam (N > n).

Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi orange kekuningan (orde I)


dengan nilai birefringence 0,011. Sudut pemadamannya simetri 45̊. Warna
retardasinya kuning kecoklatan (orde III) menunjukan orientasi length slow, dan
tidak memiliki kembaran.

B. Mineral B

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk sub-
anhedral, tidak memiliki belahan dan pleokroismenya lemah. Reliefnya sedang –
lemah, dengan indeks biasnya n kanada balsam lebih besar dari N mineral (n > N).

Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi abu-abu (orde I) dengan


nilai birefringence 0,005. Sudut pemadamannya miring 24̊. Warna retardasinya
orange (orde III) menunjukan orientasi length slow, dan memiliki kembaran
kalsbad.

C. Mineral C

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk sub-
anhedral, memiliki belahan 2 arah 120̊/60̊ dan pleokroismenya lemah. Memiliki
relief sedang – kuat, dengan indeks bias N mineral lebih besar dari n kanada
balsam (N > n).

Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi hijau kebiruan / kuning


kemerahan (orde II) dengan nilai birefringence 0,033 dan 0,030. Sudut
pemdamannya simetri 45̊. Warna retardasinya kuning kecoklatan (orde III)
menunjukan orientasi length slow, tidak memiliki kembaran.

D. Mineral D

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk


subhedral, memiliki belahan 1 arah dan pleokroisme lemah. Memiliki relief kuat,
dengan indeks bias N mineral lebih besar dari n kanada balsam (N > n).
Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi orange keunguan (orde II)
dengan nilai birefringence 0,033. Sudut pemadamannya miring 50̊. Warna
retardasinya kuning kecoklatan (orde III) menunjukan orientasi length slow, tidak
memiliki kembaran.

E. Mineral E

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk


subhedral, memiliki belahan 2 arah/90̊ dan pleokorismenya lemah. Memiliki relief
kuat, dengan indeks bias N mineral lebih besar dari n kanada balsam (N > n).

Dan keadaan XPL meiliki warna interferensi cokelat muda (orde I) dengan
nilai birefringence 0,016. Sudut pemadamannya miring 45̊ . Warna retardasinya
kuning kecoklatan (orde III) menunjukan orientasi lenght slow, tidak memiliki
kembaran.

F. Mineral F

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna hitam, berbentuk subhedral,
memiliki belahan 1 arah dan pleokorismenya lemah. Memiliki relief kuat, dengan
indeks bias N mineral lebih besar dari kanada balsam (N > n).

Dan keadan XPL memiliki warna interferensi hitam (orde I) dengan nilai
birefringence 0,001. Sudut pemadamannya tidak ada. Warna retardasinya hitam
(orde I) menunjukan orientasi lenght fast, tidak memiliki kembaran.

Bidang 4

A. Mineral A

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk


subhedral-anhedral, memiliki belahan 1 arah dan pleokorismenya tidak ada.
Memiliki relief kuat-sedang, dengan indeks bias N mineral lebih dari kanada
balsam (N > n).

Dan keadaan XPL memiliki warna interferensi hijau-biru (orde II) dengan
nilai birefringence 0,023. Sudut pemadamannya 45̊ .warna retardasinya kuning
kecoklatan (orde III) menunjukan orientasinya lenghts slow, tidak memiliki
kembaran.

B. Mineral B

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk


anhedral, tidak memiliki belahan dan pleokroisme. Memiliki relief sedang –
lemah, dengan indeks bias n kanada balsam lebih besar dari N mineral (n > N).
Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi kuning kecoklatan (orde I)
dengan nilai birefringence 0,012. Sudut pemadamannya miring 50̊. Warna
retardasinya kecoklatan (orde I) memiliki orientasi length fast.

C. Mineral C

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk sub-
anhedral, tidak memiliki belahan dan pleokroisme. Memiliki relief lemah, dengan
indeks bias n kanada balsam lebih besar dari N mineral (n > N).

Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi kuning kecoklatan (orde I)


dengan nilai birefringence 0,012. Sudut pemadamannya miring 32̊. Warna
retardasinya kuning keorangean dengan orientasi length slow dan memiliki
kembaran kalsbad albit.

D. Mineral D

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk


anhedral, memiliki belahan 1 arah dan tidak terdapat pleokroisme. Memiliki
sedang – tinggi, dengan indeks bias N mineral lebih besar dari n kanada balsam
(N > n).

Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi orange kekuningan (orde II)
dengan nila birefringence 0,031. Sudut pemadamannya simetri 45̊. Warna
retardasinya coklat kekuningan (orde III) dengan orientasi length slow.

E. Mineral E

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna transparan, berbentuk


anhedral, tidak memiliki belahan dan pleokroisme. Memiliki relief lemah, dengan
indeks bias N mineral lebih besar dari n kanada balsam (N > n).

Dan di keadaan XPL memiliki warna interferensi abu-abu (orde I) dengan


nilai birefringence 0,005. Sudut pemadamannya simetri 45̊. Warna retardasinya
orange (orde III) dengan orientasi length slow.

F. Mineral F

Mineral ini dalam keadaan PPL memiliki warna hitam, berbentuk subhedral,
tidak memiliki belahan dan pleokroisme. Memiliki relief kuat, dengan indeks bias
N mineral lebih besar dari n kanada balsam (N > n).

Dan di keadaan XPL meemiliki warna interferensi hitam (orde I) dengan nilai
birefringence 0,001. Warna retardasinya hitam (orde I) dengan orientasi length
fast.

Vous aimerez peut-être aussi