Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Definisi
Asma bronkial adalah penyakit penyempitan saluran pernapasan yang disebabkan
oleh meningkatnya respons trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan.
Penyempitan saluran pernapasan ini bersifat sementara dan dapat kembali seperti semula,
baik tanpa obat maupun dengan obat (Admin, 2011). Pengertian lain dari asma adalah
suatu penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible, bahwa trakea dan bronki
berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulus tertentu. Asma dimanifestasikan
dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi.
B. Epidemiologi
Menurut Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan 2010, Berdasarkan hasil surveilans
penyakit tidak menular berbasis rumah sakit di Sulawesi selatan pada tahun 2008.
Diperoleh informasi bahwa jumlah penderita asma adalah 800 orang. Sedangkan pada
tahun 2009 sebanyak 870 orang, dan berdasarkan hasil surveilans penyakit menular
berbasis puskesmas di Sulawesi selatan pada tahun 2008. Diperoleh informasi bahwa
jumlah penderita asma adalah 654 orang sedangkan pada tahun 2009 sebanyak 746 orang
(Lindawati, 2011). Berdasarkan dari data yang diperoleh dari bagian rekam medik,
Rumah Sakit dr. Wahidin Sudirohusodo. Makassar. Jumlah penderita asma bronchial
pada tahun 2009 sebanyak 166 penderita, sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan
yaitu sebanyak 121 penderita, sedangkan pada tahun 2011 terjadi peningkatan sebanyak
138 penderita.
C. Penyebab
Etiologi dari asma bronchial belum diketahui, tapi ada beberapa faktor predisposisi dan
presipitasi timbulnya serangan asma bronchial:
1. Faktor predisposisi
Genetik adalah factor predisposisi dari asma bronkial yang diturunkan berupa
alerginya, meskipun belum diketahui cara penurunannya karena dengan adanya
alergi ini, penderita akan sangat mudah terkena
penyakitasmabronkialjikaterpapardengan factor pencetusnya.
2. Faktor presipitas
Alergen
Dimana alergen dapat menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Contohnya : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur,bakteri
dan polusi.
E. Patofisiologi
Ciri khas pada asma bronkial adalah terjadinya penyempitan bronkus, yang
disebabkan oleh spasme atau konstriksi otot-otot polos bronkus, pembengkakan atau
edema mukosa bronkus, dan hipersekresi mukosa/ kelenjar bronkus (Smeltzer, 2002;
Sundaru, 2001).Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar
dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi
lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan
spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat.
F. Manifestasi Klinis
Pada anak yang rentan, inflaimasi di saluran napas ini dapat menyebabkan timbulnya
episode mengi berulang, sesak napas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada
malam hari atau pada dini hari. Gejala ini biasanya berhubungan dengan penyempitan
jalan napas yang luas namun bervariasi yang sebagian besar bersifat reversible baik
secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala dab serangan asma biasanya timbul
bila klien terpapar factor pencetus yang sangat beragam dan bersifat individual.
Diameter bronkiolus pada asma akan berkurang selama ekspirasi dari pada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama ekspirasi paksa menekan bagian
luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya
adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan
asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.
A. Pengkajian
Ruang : Alamanda
No. Register : –
1. Identitas Klien
Nama : Ny. H
Umur : 29 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku / bangsa : Jawa
Bahasa : Jawa, Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Sudah menikah
Alamat : Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
Penanggung jawab :
Nama : Tn. J
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Kerinci 39 Sumbersari, Jember
Hubungan dengan klien : Suami
Keluhan Utama
Klien mengeluh dadanya sesak dan batuk.
Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien datang ke rumah sakit pukul 14:00 WIB Klien mengatakan selama 1 minggu
terakhir menderita sesak, batuk pilek, demam yang disertai dahak putih kental.
Riwayat Keperawatan Dahulu
Klien mengatakan bahwa sejak kecil menderita asma, klien pernah masuk rumah sakit
di RS Paru Jember Agustus 2012 karena sesak selama 2 minggu. Klien mengatakan
sedang menjalani pengobatan terapi yang di berikan dokter. Klien mengatakan Asma
akan timbul saat dingin, akibat debu dan mencium bau yang menyengat.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa ibu klien juga menderita penyakit yang sama dengan klien.
Pola eliminasi
Buang air besar : Sebelum sakit : 1x sehari, warna kuning, Selama sakit : 1x
sehari, warna kuning
Buang air kecil : Sebelum sakit : 6 – 7x sehari,warna kuning. Selama sakit : 3 –
4x sehari, warna kuning, tidak terpasang DC
Makan/minum V
Mandi V
Toileting V
Berpakaian V
Mobilitas ditempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi / rom V
Ket :
0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = dibantu oranglain
3 = dibantu orang lain dan alat
Pola tidur dan istirahat
Lama tidur siang 2 jam
Lama tidur malam 7 jam
Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan tidurnya
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : klien tampak sesak
Kesadaran : kompos mentis
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Frekuensi nafas : 36x/menit
Nadi :76x/menit
Suhu : 37o C
Jantung
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V
Auskultasi : suara jantung normal, bunyi tambahan (-)
Abdomen
Inspeksi : perut cembung, asites (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), hepar tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus normal
Ekstremitas
Superior : Oedem (-)
Sianosis(-)
Akral dingin(-)
Turgor kulit : normal
Inferior : Oedem(-)
Sianosis(-)
Akral dingin(-)
Turgor kulit : normal
Hasil Pemeriksaan Diagnostik
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi
mukus.
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
C. INTERVENSI