Vous êtes sur la page 1sur 15

“ASTHMA BRONCHIALE” (Sesak Nafas)

I. PENDAHULUAN

Status atau derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor seperti,
lingkungan, perilaku masyarakat dan pelayanan kesehatan. Dalam mengatasi masalah
kesehatan faktor-faktor tersebut perlu mendapat perhatian serta penanganan sebagai satu
kesatuan. Untuk menjunjung upaya kesehatan agar mencapai derajat kesehatan yang optimal,
maka upaya di bidang kesehatan lingkungan dan perorangan perlu mendapat perhatian, salah
satunya adalah penyakit pernafasan yaitu asthma (Hendarto, dkk, 2003).

Penyakit Asthma Bronchiale merupakan suatu penyakit dengan ciri meningkatnya


respon trakea dan brochus terhadap rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan
jalan nafas yang luas dan derajat yang dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun dari
berbagai alergen. Penyakit Asthma Bronchiale dapat menyerang semua tingkat usia pada
setiap lapisan masyarakat baik dengan status ekonomi lemah maupun status ekonomi cukup,
pada pasien asthma dengan sebab apapun akan mengalami patofisiologi yang dapat
mengganggu pola nafas, pertukaran gas, keseimbangan cairan, nutrisi, aktivitas rasa nyaman
dan dapat terjadi berbagai komplikasi. Pada umumnya penyakit asthma disebabkan oleh
udara dingin, debu, protein, bulu halus binatang, kelelahan, dan zat kimia serta riwayat
keluarga yang mempunyai penyakit yang sama (soeparman dkk.,1999). Penyebab penyakit
pada manusia jarang bersifat sederhana. Hanya beberapa keadaan yang disebabkan oleh
penyakit tunggal, sedangkan yang lain bersifat multifaktor seperti sifat-sifat keturunan,faktor
umum adalah masalah elergi, ketidak seimbangan gizi, faktor stres. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penulis sangat tertarik untuk lebih memahami tentang asthma.
II. TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Asthma merupakan penyakit yang ditandai dengan timbulnya serangangan dalam


periode waktu yang pendek dan bersifat kumat-kumatan, dimana diantara serangan terdapat
kondisi bebas gejala. Gejala yang timbul berupa batuk-batuk, nafas berbunyi (wheezing) dan
sesak nafas, merupakan manifestasi akibat adanya tahanan pada aliran udara pernafasan.
Gejala-gejala tersebut akan berkurang hilang secara menyeluruh dengan obat-obatan
bronchodilator dan steroid (Kodim, Nasrin, 2003). Menurut International Consensus Report
on Diagnosis and Treatmen of Asthma (1992) asthma merupakan kelainan kronis pada
saluran pernafasan berupa inflamsi dimana banyak sel-sel yang memegang peranan di
dalamnya. Pada orang-orang dengan kelainan asthma. Sedangkan definisi menurut Mc.
Fadden dan Frank Austen (1980) dalam Kodim, Nasrin (2003) bahwa asthma merupakan
penyakit saluran pernafasan yang ditandai oleh meningkatnya kepekaan pada batang
tracheobronchial terhadap berbagai stimuli/rangsang. Asthma secara fisiologis bermanifesasi
sebagai menyempitnya secara meluas jalan udara yang dapat sembuh secara spontan ataupun
dengan pengobatan. Soeparman, dkk (1999) mengartikan asthma sebagai suatu penyakit yang
ditandai oleh hipersensitivitas cabang-cabang trakeabronkial terhadap berbagai jenis
rangsangannya. Keadaan ini bermanifestasi sebagai penyempitan saluran-saluran pernafasan
secara periodik dan reversibel akibat bronkospasme (penyempitan bronkus). Mansjoer, Arif
(1999) mendefinisikan asthama yaitu merupakan gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang
melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktifitas bronkus dalam
berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas, dan gejala pernafasan (mengi atau sesak). Obstruksi
jalan nafas bersifat reversibel, namun dapat menjadi kurang reversibel bahkan relatif
nonreversibel tergantung berat dan lamanya penyakit. Dari berbagai definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa asthma merupakan gangguan berupa penyempitan yang terjadi pada jalan
nafas.
B. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya asthma bronchiale diantaranya adalah sebagai berikut


(Soeparman, dkk, 1999):

1. Faktor Ekstrinsik (alergi)

Asthma yang terjadi disebabkan karena kepekaan individu terhadap alergen biasanya protein
serbuk sari yang terhirup, bulu halus binatang, susu atau coklat (jarang)

2. Faktor Intrisik (Non alergi)

Asthma terjadi karena :

- Demam, emosi, latihan fisik

- Infeksi traktus respiratoris (jalan nafas)

- Lingkungan kerja yang berpolusi (asap rokok)

C. PATOFISIOLOGI
Asthma yang disebabkan karena obstruksi saluran pernapasan bagian bawah mempunyai satu
atau lebih dari tiga gejala di bawah ini:

1. Kontraksi otot brenkus yang menyebabkan penyempitan saluran pernapasan

2. Oedema membran bronchus

3. Sputum yang kental pada bronchus

Selain ketiga diatas astma juga disebabkan karena mediator kimia yang menyebabkan
asthma bronchiale, yaitu histamin, bradikinin, subtan yang bereaksi lambat terhadap ana
pilaksis (ECF – A) dan faktor-faktor lain yang menimbulkan reaksi antigen dan anti bodi
Antigen bereaksi dengan anti bodi monoglobolin E (19 – E) menyebabkan terjadinya
degranulasi dari masalalu (reaksi allergen) mediator breaksi dengan reseptor sepesipik pada
membran-membran otot halus, odem mukosa dan meningkatkan sekresi bronchus Nervus –
nervus bersipat mengatur otot-otot bronchus melalui sistem syaraf.
Parasimptis pada astma intrisik rangsangan disebabkanoleh faktor infeksi, latihan
sehingga mengembalikan autokolin Penyebab langsung kotreksi bronkhus yang disebabkan
oleh rangsang kimia, penderita astma mempunyai respon syaraf simpatik yang rendah,
seorang penderita astma senderung meningkat zat kimianya dan menyebabkan kotreksi otot-
otot halus (Soeparman, dkk, 1999).

D. TANDA DAN GEJALA

1. Serangan sering terjadi pada malam hari.

2. Sesak napas

3. Bunyi napas wheezing (mengik)

4. Terjadi sianosis (pucat)

5. Serangan terjadi antara 30 – 60 menit

6. Batuk produktif (berdahak)

7. Diarhotorosis

E. GAMBARAN KLINIS

1. Gejala asthma terdiri dari tiga sekawan yakni sesak nafas, batuk dan wheezing

2. Kebanyakan kasus asthma memberikan gambaran khusus berupa serangan yang bersifast
episodik disertai gejala di atas muncul bersama-sama.
3. Serangan sering muncul pada malam hari tapi dapat juga muncul secara tiba-tiba setelah
terpapar oleh suatu allergen tertentu, olahraga, infeksi saluran pernafasan, ataupun karena
perubahan emosi.

4. Pada waktu serangan pasien merasakan suatu perasaan sesak, sering disertai batik yang
bersifat tidak produktif.

5. Respirasi menjadi terdengar lebih keras, wheezing dapat timbul baik pada waktu inspirasi
maupun expirasi, respirasi sering menjadi lebih cepat, dan ekspirasi menjadi lebih panjang.

6. Kalau serangan yang terjadi berat dan berlangsung lama otot-otot pernafasan biasanya
menjadi lebih aktif, batuk menjadi produktif, sputum bersifat kental dan lengket.

7. Pada keadaan esktrim, wheezing justru menghilang, batuk-batuk tidak efektif lagi untuk
mengeluarkan sputum, pasien menjadi tersenggal-tenggal.

8. Sebagian kecil kasus asthma mempunyai ciri khusus yakni serangan hanya muncul setelah
olahraga/bekerja.

9. Beratnya serangan asthma sangat bervariasi.

(Kodim Nasrin, 2003).

F. FAKTOR-FAKTOR PENCETUS PADA PENYAKIT ASTHMA

Menurut Kodim, Nasrin (2003) terdapat faktor-faktor pencetus timbulnya serangan


asthma, yaitu sebagai berikut:

1. Allergen
a. Faktor-faktor alergi mempunyai peranan yang penting pada sebagian besar penyakit
asthma pada anak.

b. Serangan asthma yang disebabkan oleh adanya stimulus zat alergi pada saluran pernafasan
biasanya ditandai dengan timbulnya gejala-gejala asthma yang berlangsung secara cepat,
obstruksi pulmo berlangsung dengan cepat dan dapat berangsur pulih dalam waktu beberapa
jam.

c. Proses sensitisasi tergantung pada lamanya dan intensitas keterpaparan terhadap substansi
allergen.

d. Pola dari sensitivitas secara berkembang sesuai dengan bertambahnya usia. Pada bayi dan
balita, sensitivitas tinggi terhadap debu rumah yang dapat berupa, tungau, bulu binatang,
spora dan jamur di dalam rumah. Pada anak yang lebih besar, mereka lebih sensitif terhadap
debu atau serbuk tumbuh-tumbuhan atau jamur yang terdapat di luar rumah, serbuhk dari
bunga tumbuhan dapat bersifat musiman, sehingga pada usia tersebut mulai didapat pola
musiman timbulnya serangan asthma pada anak.

2. Infeksi

a. Serangan asthma terutama pada bayi dan balita sering dihubungkan dengan adanya infeksi
saluran pernafasan akut karena virus.

b. Pada bayi dengan bronchiolitis yang disebabkan oleh virus (respiratory sycncytal virus)
terjadi obstruksi pada bronchus dan bronchiolus.

c. Pada infeksi oleh karena influenza virus, obstruksi pada pulmo baru terlihat nyata pada
anak-anak yang mempunyai kepekaan pada saluran pernafasannya.

d. Secara umum sulit memisahkan antara alergi dengan infeksi respirasi bagian atas kalau
keduanya muncul bersamaan.

e. Secara invitro dapat dibuktikan bahwa infeksi dapat meningkatkan pelepasan mediator dari
sel-sel radang.
3. Irritant

a. Keterpaparan terhadap asap, debu dan zat-zat tertentu dapat memicu serangan asthma pada
individu penderita asthma.

b. Sejumlah irritan yang bertindak sebagai pemicu serangan asthma seperti hairspray, parfum,
asap rokok, bau dari cat dinding, air dingin, udara yang kering dapat memicu serangan
asthma dengan mekanisme non immune.

c. Iritasi pada hidung dan saluran nafas lain seperti pada tenggorokan dapat memicu
terjadinya batuk-batuk dan menyebabkan timbulnya reflek kontriksi pada bronchus.

4. Faktor fisik

a. Serangan asthma dapat dipicu oleh perubahan-perubahan pada lingkungan si penderita


misalnya, perubahan temperatur, tekanan udara dan kelembaban udara.

b. Olahraga seperti lari, bersepeda juga dapat memicu obstruksi saluran pernafasan.

5. Faktor emosi

a. Serangan asthma dapat timbul pada saat-saat stres, sedih atau terlalu gembira.

b. Kegelisahan dapat menyebabkan hyperventilasi, dalam hal mekanisme serangan asthma


dapat terjadi karena terjadinya refleks kontriksi pada bronchus sebagai akibat udara yang
mengalir dalam saluran nafas menjadi lebih dingin, hal ini terlihat nyata pada pasien seperti
ini akan membaik bila yang bersangkutan disuruh menghisap udara yang hangat dan lembab.

c. Aspirin dapat menyebabkan timbulnya serangan asthma dengan derajat sedang sampai
berat hampir 30% orang dewasa. Pada orang dewasa aspirin dapat menyebabkan obstruksi
bronchus yang berat bahkan dapat menyebabkan reaksi anafilaksi yang berat.

d. Pada anak-anak belum diketahui reaksinya apakah sama dengan orang dewasa

e. Obat-obat non steroid anti inflamasi lain yang dapat menyebabkan timbulnya serangan
asthma tapi dalam jumlah yang kecil adalah endomethacin dan ibuprofen
f. Reaksi dari obat-obatan tersebut di atas terhadap timbulnya serangan asthma lebih
dipikirkan sebagai reaksi daripada reaksi allergi.

6. Radang/inflamasi saluran pernafasan bagian atas

a. Infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas akut ataupun sinusitis kronis dapat
memicu terjadinya serangan asthma pada orang dewasa maupun pada anak.

b. Terjadinya serangan dapat dipikirkan sebagai akibat adanya mekanisme iritasi ataupun
refleks.

c. Obstruksi nasal menyebabkan orang bernafas melalui mulut, sehingga udara lebih dingin
dan hal ini memicu adanya reflek konstriksi pada bronchus.

7. Faktor endokrin

a. Pada beberapa wanita serangan asthma timbul pada fase akhir dari siklus menstruasinya
yaitu beberapa waktu sebelum timbul mens.

b. Walaupun diketahui ada alergi terhadap faktor hormonal, pada kebanyakan kasus serangan
asthma timbul karena adanya perubahan pada keseimbangan air dan garam yang
mempengaruhi terjadinya perubahan irritabilitas dari bronchus.

c. Kehamilan dapat meningkatkan, menurunkan atau tidak berpengaruh terhadap serangan


asthma

8. Keterkaitan antara faktor-faktor pencetus

a. Serangan asthma dapat terjadi sebagai akibat dari beberapa faktor pencetus terjadi
bersama-sama.

b. Sebagai contoh infeksi virus saluran respirasi terjadi pada saat pasien mengalami hayfever
akan menyebabkan serangan asthma yang lebih berat.
G. PENANGGULANGAN

1. Inhalasi

Tujuannya agar pola napas kembali efektif Alat yang digunakan :

a. Pengalas

b. 2 buah handuk

c. 5 cemiti / penjepit.

d. Waskom

e. Air hangat

f. Minyak angin / minyak kayu putih

2. Minum Air Hangat

a. Minum air hangat yang sudah matang sebanyak mungkin

b. Tujuannya

- mengencerkan dahak

3. Latihan Batuk Efektif

a. Casande congh

- Intruksikan pasien untuk tarik napas dalam

- Kemudian batuk dengan keras sehingga terasa tidakada udara tertinggal di paru

 Menufer batuk ini  untuk mengeluarkan sekret (dahak) dilakukan sampai beberapa kali
b. Huff cough

- Perintahkan pasien untuk tarik napas dalam .

- Kemudian dengan membuka mulut lakukan seri eksfresi “ huff ”

- Setelah diulang beberapakali barulah pasien melakukan batuk

c. End expratori cough

- Perintahkan pasien untuk tarik napas dalam dan exspresi secara berlahan

- Ketika dirasakan paru sudah kosong lakukan batuk manufer ini tidak menghasilkan skret
(dahak) tetapi dapat dilakukan untuk mengeluarkan skret (dahak)

- Setelah dilakukan beberapa kali lakukan casande congh mungkin akan lebih efektif

d. Quad assist cough

- dilakukan untuk membantu pasien dengan menurunkan kemampuan otot expiratori

- perawat membantu otot pasien dengan mendorong lepas dengan satu tangan di bawah
proecsus xiphoild ketika pasien mencoba untuk batuk

- bila memungkin kan pasien akan condong kedepan

Cara Kerja

1) Posisi pasien dalam keadaan duduk

2) Pasang pengalas diatas paha

3) Letakkan waskom yang sudah di isi air hangat diatas pahayang diberi pengalas

4) Masukan / beri minyak angin / kayu putih beberapa tetes / secukupnya


5) Kemudian pasang handuk diatas kepala hingga tertutup lalu diberi cemitisupaya tidak
jatuh

6) Kemudian dihirup mellui hidung hingga napas terasa longgar

4. Melakukan Posisi Semi Fowler

a. Duduk pasien diatas tempat tidur atau diatas kursi

b. Atur kemiringan 450 (drajat)

c. Kemudian bagian punggung di beri bantal untuk mengganjal

d. Tujuan untuk membantu melonggarkan pernapasan

5. Melakukan Olah Raga (Relaksasi)

Caranya :

a. bisa sambil duduk atau berdiri

b. kemudian gerakan bagian dada untuk membantu agar otot paru dapat mengembung,

Tujuan untuk membantu melegakan pernapasan

6. Melakukan Latihan Napas Dalam

Caranya :

a. Pasien duduk ditempat tidur atau kursi.

b. Hirup udara melalui hidung.

c. Kemudian mengeluarkan udara melalui mulut dengan brlahan – lahan.

d. Lakukan ssebanyak 3x lalu batukkan.


Tujuannya: Untuk memenuhi kebutuhan oksigen dalam tubuh dfan mengeluarkan
skret/dahak.
V. KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Kemungkinan masih tingginya prevalensi asthma di dunia, maupun di Indonesia.

2. Ditemukan banyak faktor yang dapat menjadi pencetus kejadian penyakit asthma
bronchiale

3. Kejadian asthma yang disebabkan oleh faktor etnis dapat terjadi di mana saja dan
menyerang, siapapun.

4. Pengobatan yang diberikan harus berkesinambungan, mampu menghilangkan keluhan dan


mencegah kekambuhan serta mampu menekan timbulnya proses peradangan menahun pada
saluran nafas.

B. Saran

1. Pengobatan terhadap penyakit asthma bronchiale yang diberikan harus berkesinambungan,


dengan harapan mampu menghilangkan keluhan dan mencegah kekambuhan serta mampu
menekan timbulnya proses peradangan menahun pada saluran nafas.

2. Bagi penderita asthma diharapkan dapat terus mengikuti pengobatan yang telah diikuti
dengan mengikuti aturan-aturan yang berhubungan dengan kesembuhan.

3. Bagi petugas kesehatan diharapkan dapat terus meningkatkan pendidikan kesehatan berupa
penyuluhan kepada masyarakat khususnya penderita asthma dengan harapan dapat lebih
mengerti tentang cara penanganan dan pengobatan penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer, dkk, (2000). Kapita Selekta Kedoteraan ; edisi ketiga, Media Aesculapius:
Jakarta.

Soeparman, dkk, (1999). Ilmu Penyakit Dalam. FKUI. Jakarta.

www.google.com /penyakit asma /.com

Vous aimerez peut-être aussi