Vous êtes sur la page 1sur 2

DERIVAT PARA-AMINOFENOL: ASETAMINOFEN

Asetaminofen (paresetamol) merupakan salah satu alternatif aspirin yang efektif sebagai obat
analgesik-antipiretik; namun efek anti inflamasinya sendiri sifatnya lemah. Jika obat ini dipakai untuk
meredakan nyeri pada penderita osteoartritis yang non inflamasi, asetaminofen sendiri bukan
merupakan pengganti yang cocok untuk aspirin dan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) pada
kondisi inflamasi kronis seperti artritis reumatoid. Asetaminofen sendiri memiliki efek samping yang
rendah pada saluran pencernaan. Overdosis akut dapat menyebabkan kerusakan pada hati yang
parah.

SIFAT FARMAKOLOGIS

Asetaminofen hanya mempunyai efek antiinflamasi yang lemah dan secara umum efek
penghambatan terhadap COX sendiri lemah dengan adanya konsentrasi tinggi peroksida, yang dapat
ditemukan di tempat inflamasi.

Dosis terapeutik asetaminofen tunggal atau berulang tidak mempunyai efek pada sistem
kardiovaskular dan respiratori, pada platelet atau pada koagulasi. Tidak terjadi perubahan asam-
basa dan efek urikosurik, juga tidak menyebabkan iritasi lambung, erosi, atau perdarahan yang dapat
terjadi setelah pemberian salisilat.

EFEK MERUGIKAN DAN TOKSISITAS UMUM

Asetaminofen biasanya ditolenransi dengan baik. Ruam eritema dan urtikaria bisa terjadi, juga
mungkin menyebabkan demam karena terjadi akibat obat dan lesi mukosa. Pasien yang alergi
terhadap salisilat sendiri jarang menunjukan sensitivitas terhadap asetaminofen.

Efek akut yang merugikan yang serius pada overdosis asetaminofen adalah nekrosis hati yang dapat
berakibat fatal. Nekrosis tubulus ginjal dan koma hipoglikemia juga dapat terjadi.

Penatalaksanaan Overdosis Asetaminofen

Overdosis asetaminofen merupakan kegawatdaruratan medis. Kerusakan hati terjadi pada 90%
pasien dengan konsentrasi plasma asetaminofen >300 µg/mL pada 4 jam atau 45 µg/mL pada 15 jam
sesudah mengonsumsi obat.

Karbon aktif jika diberikan dalam 4 jam setelah mengonsumsi obat obat, menurunkan absorbsi
asetaminofen hingga 50-90% dan merupakan metode dekontaminasi lambung yang disukai.

N-asetilsistein (NAC) diindikasikan untuk pasien dengan risiko kerusakan hati. Terapi NAC harus
dilakukan pada dugaan kasus keracunan asetaminofen sebelum kadar darah diketahui, terapi
dihentikan jika kadar asetaminofen mulai rendah. (1)
Referensi :

1. Brunton LL, Parker KL, Donald K. Blumenthal, Buxton ILO. Goodman & Gilman : manual
farmakologi dan terapi. Jakarta: EGC; 2010.

Vous aimerez peut-être aussi