Vous êtes sur la page 1sur 12

TUGAS METODE

PENELITIAN
DISUSUN OLEH:

RAYMIZARD 145060200111022

MUTIA NUR ARDIANI 145060200111029

GHANI ILHAM A. 145060200111030

FAHROZI FATHUR R. 145060200111038

ADAM HUSEIN 145060200111039


ANALISA KEUNGGULAN BAHAN BAKAR ETANOL SEBAGAI BAHAN
BAKAR UTAMA UNTUK PENGGANTI MINYAK TANAH PADA PROSES
PEMBAKARAN KERAMIK

ABSTRAK
Keramik adalah material yang bersifat kuat keras dan memiliki fracture
toughness yang tinggi. Keramik dapat digunakan untuk sebuah struktur,
peralatan rumah tangga, atau kebutuhan medis. Sifat – sifat keramik diatas
dapat dioptimalkan untuk dapat menyesuaikan sesuai kebutuhan pengguna.
Salah satunya dengan pembakaran keramik pada tungku. Pada penelitian kali
ini bahan bakar yang digunakan adalah etanol. Penelitian kali ini bertujuan
untuk menghilangkan sifat higroskopis yang dimiliki keramik. Etanol dapat
menyerap uap air langsung dari udara atmosfer karena memiliki sifat
higroskopis yang tinggi. Sehingga, dapat mengilangkan sifat higroskopis
keramik dan mengoptimalkan kualitas keramik.
Keyword: Keramik, Tungku, Pembakaran, Etanol.

1. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Keramik merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang masih dilestarikan
sampai saat ini. Tidak hanya digunakan untuk pembuatan cendera mata, keramik juga
digunakan untuk kebutuhan material bangunan, industri dan juga kebutuhan medik.
Perkembangan kebutuhan manusia terhadap keramik membuat masyarakat berlomba
lomba memanfaatkan kesempatan untuk mencari keuntungan. Banyak dari kalangan
masyarakat menemukan bagaimana pembuatan keramik dapat secara cepat
didapatkan dengan modal yang sedikit namun keuntungan yang maksimal.
Penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar cair utama dipercaya dapat
menghasilkan pembakaran yang baik. Minyak tanah sebagai bahan bakar cair
dianggap memiliki kelebihan dibandingkan bahan bakar lain. Minyak tanah memiliki
titik beku -47oC dan titik nyala pada 37 oC. performa yang dihasilkan minyak tanah
dapat berjalan dengan baik pada suhu rendah. Namun minyak tanah memiliki
kekurangan akan keramahannya terhadap lingkungan. Asap hasil pembakaran
minyak tanah yang dibuang keudara mengakibatkan efek rumah kaca jika dibiarkan
terus menerus. Semakin banyaknya pengusaha keramik, pencemaran udara juga
semakin besar. Pemerintah melarang penggunaan minyak tanah, dan menyuluhkan
masyarakat untuk mengganti bahan bakar tersebut. Banyak dari para pengusaha
keramik yang berhenti karena pelarangan ini.

1.2 Spesifikasi keramik


Keramik dapat dikategorikan sebagai salah satu komposit karena disusun atas
material-material organik yang dipadukan dengan senyawa logam. Atau sering
diistilahkan sebagai kombinasi material logam dengan non logam. Dengan
berdasarkan pemahaman sederhana tersebut artinya interaksi antara material logam
dan non logam mengarah kepada adanya bentuk ikatan ion dan kovalen.
Meskipun keramik disusun atas senyawa logam, tetapi keramik bukanlah
merupakan material logam. Keramik memiliki fasa solid dan ikatan kovalen serta
ionik yang terjadi pada keramik memberikan karakteristik si keramik itu. Adanya
perbedaan antara ikatan kovalen dan ionik yang dominan membuat keramik memiliki
karakteristik-karakteristik tertentu. Keramik secara umum memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
1. Memiliki daya tahan panas yang tinggi. Sifat penghantar panas yang dimiliki
cenderung rendah sehingga efektif untuk penyimpan panas
2. Tidak mudah teroksidasi sehingga susah untuk mengalami korosi. Sifat
elektriknya bervariasi sehingga dapat menjadi isolator, konduktor dan bahkan
bahan superkonduktor
3. Memiliki sifat ferrous dan non-ferrous. Kemampuan mekanis yang kuat namun
sangat mudah untuk mengalami kerapuhan
Namun dalam pemrosesannya, keramik perlu melalui proses pembakaran untuk
medapatkan hasil yang maskimal. Keramik meiliki kemampuan hygroscopic yang
tinggi sehingga perlu dihilangkan sifat hygroscopiknya agar mengashilkan sifat
keramik yang diinginkan.

1.3 Bahan bakar


1.3.1 Minyak Tanah
Minyak tanah (kerosin, kerosene, burning kerosene) merupakan produk hasil
penyulingan minyak bumi dengan rentang titik didih 175°C sampai dengan 275°C
(berentang didih di antara fraksi bensin dan minyak gas) (Williams dan Jones, 1963).
Minyak tanah tersusun dari senyawasenyawa hidrokarbon C9 sampai C16, yang terbagi
atas tiga kelompok yaitu hidrokarbon parafinik, hidrokarbon naptenik dan hidrokarbon
aromatik (Reuben dan Wittcoff, 1996). Harga eceran tertinggi minyak tanah untuk rumah
tangga dan industri kecil di Indonesia pada Januari 2003 Rp 700,00 per liter sedangkan
harga keekonomiannya Rp 2.300,00 per liter. Perbedaan harga ini mengakibatkan
pemerintah masih harus memberikan dana subsidi yang cukup besar untuk minyak tanah
(Pertamina, 2003).
 Merupakan rentan karbon C12-C20.
 Harga Minyak Tanah 2500 / Lt (pertamina 1 juli 2017)
 massa jenis = 835 Kg/m3
 nilai kalor Minyak tanah sebesar 45,8 kJ/kg (Wartawan, 1982).=38.243Kj/Lt
 Titik nyala api 38oC.

Minyak bumi atau petroleum - bahan bakar fosil yang merupakan bahan baku untuk
bahan bakar minyak, bensin dan banyak produk-produk kimia - merupakan sumber energi
yang penting karena minyak memiliki persentase yang signifikan dalam memenuhi
konsumsi energi dunia. Citra yang sangat negatif dari minyak adalah - mirip dengan
pembakaran batubara - pemakaian bahan bakar minyak adalah kontributor terbesar untuk
peningkatan CO2 di atmosfir bumi. Tumpahan-tumpahan minyak dari kapal-kapal tanker
juga telah menyebabkan kerusakan berat pada lingkungan hidup bumi.( indonesia-

investments)
Dengan kata lain, produksi minyak tanah sulit untuk didapat (malalui banyak tahapan
proses). Dan minyak bumi semakin menipis. Pemanfaatan minyak tanah yang terus
menerus akan merugikan baik lingkungan maupun sumberdaya.
1.3.2 Etanol
Etanol adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dan sedikit berbau. Etanol
terbakar dengan api biru tanpa asap yang tidak selalu terlihat dalam cahaya normal. Sifat
fisik etanol berasal dari kelompok hidroksil. Gugus hidroksil etanol dapat ikut dalam
ikatan hidrogen.

Karena sifat yang higroskopis. Etanol menjadi pelarut serbaguna karena dapat larut
dengan air dan dengan banyak jenis pelarut organik termasuk asam asetat, aseton,
benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana,
piridin, dan toluena. Etanol juga dapat larut dengan hidrokarbon alifatik ringan seperti
pentana dan heksana serta dengan klorida alifatik seperti trikloroetan dan tetrakloroetil.
40% larutan etanol dalam air akan terbakar jika dipanaskan sampai sekitar 26 °C.
Titik nyala etanol murni adalah 16,60 °C, kurang dari rata-rata suhu kamar. Minuman
beralkohol yang memiliki konsentrasi etanol rendah dapat terbakar jika terkena api atau
percikan listrik. Titik nyala anggur biasa yang mengandung 12,5% etanol adalah sekitar
52 °C.
Pembakaran etanol akan menghasilkan karbon dioksida dan air:
C2H5OH(g) + 3 O2(g) → 2 CO2(g) + 3 H2O(l); (ΔHr = −1409 kJ/mol)
 Dengan berat molekul 46,07 gr/mol, maka didapat nilai kalor 30583.89 KJ/Kg
 789 kg/m³=0.789 Kg/Lt
 Didapat nilai kalor etanol = 24130.7 KJ/Lt
 Harga 96% Etanol Rp 20.000/ Lt dan 99 % 25.000
Titiknyala campuran etanol :
 10% – 120 ° F (49 ° C)
 12,5% – sekitar 125 ° F (52 ° C)
 20% – 97 ° F (36 ° C)
 30% – 84 ° F (29 ° C)
 40% – 79 ° F (26 ° C)
 50% – 75 ° F (24 ° C)
 60% – 72 ° F (22 ° C)
 70% – 70 ° F (21 ° C)
 80% – 68 ° F (20 ° C)
 90% – 63 ° F (17 ° C)
 96% – 63 ° F (17 ° C)
Etanol dapat dihasilkan dari bioethanol, dimana etanol dihasilkan dari proses
fermentasi. Etanol bersumber dari Buah-buahan, kentang, biji-bijian, bahan yang
mengandung cukup banyak gula, atau alcohol (Frazier. Food Microbiology. 1978. McGraw-
Hill. Amerika)

Ethanol juga menjadi adalah salah satu bahan bakar alternatif (yang dapat
diperbaharui) yang ramah lingkungan yang menghasilkan gas emisi karbon yang lebih
rendah dibandingkan dengan bensin atau sejenisnya (sampai 85% lebih rendah)
(Otakku,2008)

2. Metode penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental, sehingga kami
mengumpulkan sumber dan memperkirakan hasil dari penelitian dengan data yang sudah
ada. Sehingga analisa sementara ini dianggap mampu mendekati hasil yang ingin dicapai
dari tujuannya.

2.1 Analisa perbandingan


Pembakaran Keramik. Pembakaran keramik merupakan proses utama dalam
pembuatan benda keramik. Dalam proses pembakaran ini terdapat fenomena pengubahan
massa tanah liat yang rapuh menjadi massa keramik yang padat, keras, dan kuat. Dalam
sains keramik proses pemadatan ini terjadi karena adanya sintering, dimana ada sebuah
fenomena kimia fisika yang kompleks yang mengubah butir-butir mineral keramik
melebur menjadi massa yang matang, kuat, dan padat. Biasanya keramik dibakar pada
suhu minimal 700 C. Tetapi perubahan fase keramik dimulai pada 573 C dengan adanya
inversi kuarsa. Pada keramik umumnya, benda-benda dibakar pada 800 - 1400 C
tergantung dari jenis badan keramik itu sendiri yaitu earthenware (900-1180 C),
stoneware (1200-1300 C), atau porselen (1250-1450 C). suhu tersebut memerlukan
energy kalor yang tinggi. Perbandingan energy adari hasil minyak tanah 38.243Kj/Lt
dengan perbandingan etanol 24130.7 KJ/Lt. Dengan liter minyak tanah Rp 2.500 dan
Etanol 96% Rp 20.000 tiap liter.

2.2 Analisa keunggulan


2.2.1 Segi ekonomis
Etanol lebih mahal dibandingkan dengan minyak tanah. Harga 96% Etanol Rp 20.000/ Lt
dan 99 % 25.000 sedangkan minyak tanah Rp 2500 / liter . namun etanol bisa di produksi
dengan mudah dan murah melalui fermentasi buah –buahan biji-bijian dan alcohol.
2.2.2 Segi energi
Etanol memiliki nilai kalor = 24130.7 KJ/Lt jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
Minyak tanah 38.243Kj/Lt.
2.2.3 Keramahan
Emisi etanol 85% lebih sedikit dibandingkan dengan Minyaktanah. Hasil pembakaran
dari etanol yang ramah lingkungan dianggap lebih unggul dan dapat menyelesaikan
permasalahan penggunaan minyak tanah. Walau dengan harga yang lebih mahal, etanol
dianggap jauh lebih ramah lingkungan. Pembuatan yang mudah dan Nilai kalor yang
dihasilkannya jauh lebih besar dibandingkan dengan minyak tanah membuat etanol layak
untuk di perjuangkan.
Walau Etanol bersifat higroskopis, yang artinya etanol akan menyerap uap air
langsung dari atmosfer. Karena menyerap air akan mengencerkan nilai bahan bakar
etanol, dengan kadar air dibawah 50 %, etanol dapat dengan mudah terbakar karena titik
nyala masih dibawah titiknyala minyak tanah.

2.3 Pemilihan Tungku


Furnace atau juga sering disebut dengan tungku pembakaran adalah sebuah
perangkat yang digunakan untuk pemanasan. Nama itu berasal dari bahasa latin Fornax,
oven. Kadang-kadang orang juga menyebutnya dengan kiln. furnace sebagai keperluan
industri yang digunakan untuk banyak hal, seperti pembuatan keramik, ekstraksi logam
dari bijih (smelting) atau di kilang minyak dan pabrik kimia lainnya, misalnya sebagai
sumber panas untuk kolom distilasi fraksional.
Hampir seluruh furnace menggunakan bahan bakar cair, bahan bakar gas atau listrik
sebagai masukan energinya. Furnace yang dibakar dengan minyak bakar hampir
seluruhnya menggunakan minyak furnace, terutama untuk pemanasan kembali dan
perlakuan panas bahan.
Pembakaran keramik dilakukan dengan tungku keramik. Tungku keramik tersebut
bervariasi jenis dan bahan bakarnya. Ada yang berbahan bakar kayu, minyak, gas, dan
listrik. Masing-masing tungku memiliki kelebihan dan kelemahan. Perajin tradisional
biasa menggunakan tungku kayu karena ketersediaan kayu yang cukup banyak dan relatif
murah. Tungku gas digunakan pada pabrik keramik yang lebih modern karena tungku
jenis ini mampu diatur suasana pembakarannya apakah reduksi atau oksidasi. Tungku
listrik biasa dipakai pada lembaga penelitian dan pendidikan karena konsumsi listrik yang
cukup besar. Tungku ini praktis dan relatif tanpa limbah. Indikator pencapaian suhu biasa
menggunakan pyrometric cone (pancang suhu) atau pirometer-termokopel.
Idealnya furnace harus memanaskan bahan sebanyak mungkin sampai mencapai
suhu yang seragam dengan bahan bakar dan buruh sesedikit mungkin. Kunci dari operasi
furnace yang efisien terletak pada pembakaran bahan bakar yang sempurna dengan udara
berlebih yang minim. Furnace beroperasi dengan efisiensi yang relatif rendah (serendah
7 persen) dibandingkan dengan peralatan pembakaran lainnya seperti boiler (dengan
efisiensi lebih dari 90 persen). Hal ini disebabkan oleh suhu operasi yang tinggi dalam
furnace. Sebagai contoh, sebuah furnace yang memanaskan bahan sampai suhu 1200
derajat Celsius akan mengemisikan gas buang pada suhu 1200 derajat Celsius atau lebih
yang mengakibatkan kehilangan panas yang cukup signifikan melalui cerobong.
Material furnace juga ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan energi apa yang akan
digunakannya. Bisa menggunakan dinding terbuat dari plat ss dengan isolasi ceramic
fiber, atau menggunakan dinding bata tahan api. Semuanya tergantung sesuai aplikasinya.
Furnace secara luas dibagi menjadi dua jenis berdasarkan metode pembangkitan
panasnya: furnace pembakaran yang menggunakan bahan bakar, dan furnace listrik yang
menggunakan listrik. Furnace pembakaran dapat digolongkan menjadi beberapa bagian,
jenis bahan bakar yang digunakan, cara pemuatan bahan baku, cara perpindahan panasnya
dan cara pemanfaatan kembali limbah panasnya. Tetapi, dalam praktiknya tidak mungkin
menggunakan penggolongan ini sebab furnace dapat menggunakan berbagai jenis bahan
bakar, cara pemuatan bahan ke furnace yang berbeda.
Untuk mendapatkan hasil pembakaran yang memuaskan, tungku jenis apapun harus
memenuhi beberapa persyaratan. Antara lain:
1. Dapat mencapai suhu yang diinginkan dengan mudah
2. Suhu seluruh bagian tungku pada ruang pembakaran merata
3. Pemakaian bahan bakar efisien (hemat)
4. Umur pemakaian lama (awet)
5. Memiliki prosedur pengoperasian dan pemeliharaan yang mudah dan murah
Beberapa faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam memilih tungku adalah:
a. Jenis Tungku
Yang dimaksudkan dengan jenis tungku adalah sirkulasi api/jalannya api, bentuk
tungku,ukuran/ kapasitas dan bahan bakar yang digunakan.
b. Kapasitas Tungku Pembakaran
Kapasitas berkaitan erat dengan produktivitas dan volume tungku (ruang
pembakaran), sehingga perlu dipikirkan seberapa ukuran tungku pembakaran yang
harus dibuat.
c. Suhu akhir yang ingin dicapai
Dalam merancang tungku pembakaran perlu mengetahui jenis badan benda
keramik yang akan dibakar, sehingga bahan baku untuk pembuatan tungku juga
menyesuaikan. Agar lebih efisien maka dipilih tungku pembakaran yang dapat
mencapai suhu tinggi.
d. Kondisi pembakaran yang diinginkan
Kondisi pembakaran yang akan dicapai (oksidasi, reduksi, atau netral) harus
ditetapkan guna menentukan bentuk ruang bakar, alat pembakar (burner), dan damper.
e. Jenis barang yang diinginkan
Bahan tanah liat keramik yang dibakar dapat dibedakan menjadi
terracotta/earthenware, stoneware atau porselin. Oleh sebab itu kita perlu menentukan
jenis tungku, ukuran, dan bahan bakar yang akan digunakan.
f. Jenis bahan bakar
Jenis bahan bakar yang akan digunakan perlu mempertimbangkan kondisi
lingkungan, apakah dengan kayu, minyak, gas, batu bara, atau listrik.
g. Lokasi tungku
Lokasi pembuatan tungku harus memperhatikan kondisi lingkungan, di dalam
kota, di daerah pinggiran, halaman pabrik, garasi, dan lain-lain.
h. Ukuran Plat/Shelves
Ukuran plat tahan api juga harus diperhitungkan untuk disesuaikan dengan ukuran
plat yang telah ada di pasaran. Berbagai jenis tungku pembakaran dapat digunakan,
mulai dari yang sederhana hingga yang paling modern, sejalan dengan perjalanan
waktu. Penggolongan jenis tungku dapat dibedakan berdasarkan bentuk, mode operasi,
kontak panas, pemakaian nama penemunya, sirkulasi api, dan bahan bakar yang
digunakan.

3. Hasil penelitian
3.1 Etanol sebagai bahan bakar yang cocok
Etanol yang mudah untuk di produksi dan juga ramah lingkungan sangat cocok untuk
menggantikan minyak tanah, kemampuan higroskopik yang baik tidak mempengaruhi
kemampuan etanol untuk di bakar. Ramah dan mudah dapat menyelesaikan permasalahan
masyarakat.
3.2 Jenis tungku keramik
Pemilihan untuk bahan bakar etanol dimana Etanol lebih mudah menguap pada suhu
rendah dibandingkan dengan minyak tanah. Etanol juga memiliki sifat hidrokopis yang
tinggi dari pada minyak tanah sehingga mudah terlarut dalam air.
Perlunya pemilihan tungku yang terisolasi agar menjaga kada persen etanol. Kadar etanol
yang tinggi memiliki nilai kalor yang tinggi pula.

4. Kesimpulan
Keramik merupakan material yang cukup banyak digunakan sampai saat ini.
Namun dalam pemrosesannya, keramik perlu melalui proses pembakaran untuk
medapatkan hasil yang maskimal. Keramik meiliki kemampuan hygroscopic yang tinggi
sehingga perlu dihilangkan sifat higroskopisnya agar mengashilkan sifat keramik yang
diinginkan. Proses pembakaran yang digunakan dalam pembentukan keramik biasanya
menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar utamanya. Namun minyak tanah
memiliki kekurangan akan keramahannya terhadap lingkungan, kadar CO banyak
dihasilkan dari hasil pembakarannya. Semakin banyaknya pengusaha keramik,
pencemaran udara juga semakin besar. Dikarenakan minyak tanah memiliki kekurangan
akan keramahannya terhadap lingkungan, maka diperlukan bahan bakar alternative lain
yang dapat mengurangi pencemaran lingkungan tersebut. Dalam hal ini kami
menggunakan etanol sebagai bahan bakar alternative sebagai bahan bakar utama untuk
proses pembakaran keramik.
Etanol murni memiliki titik nyala yang lebih rendah dibandingkan dengan minyak
tanah yaitu sebesar 13 oC dengan harga Rp 20.000 / liter, etanolpun bisa di produksi secara
mandiri dengan proses fermentasi tanaman. keramahan Etanol miliki nilai emisi 85%
lebih rendah dari hasil bahan bakar minyak bumi.
Pemilihan tungku harus terisolasi untuk mencegah sifat higroskopisnya. Walau
terlarut dengan air, etanol 50% masih memiliki titik nyala dengan suhu yang lebih rendah
dari minyak tanah. Pembuatan yang mudah dengan proses fermentasi dan kermahan
lingkungan menjadikan etanol cocok untuk menggantikan minyak tanah
Daftar pustaka
"Ethanol Material Safety Data Sheet – Europe". Distill.com. Retrieved 2014-01-18.
Suyitno 1 , Agus Sujono 1 , Budi Kristiawan 1 , Dharmanto 2 1 Staf Pengajar - Jurusan Teknik
Mesin - Fakultas Teknik UNS 2 Asisten Peneliti Lab Bio Fuel - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas
Teknik UNS

Vous aimerez peut-être aussi