Vous êtes sur la page 1sur 28

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI NY “ C” UMUR 3 HARI DENGAN

IKTERUS NEONATORUM DI RUANG BAYI RS.MUHAMADIYAH BABAT

Oleh :
ZAETI JUHANNIDA
NIM.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
2011
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi dilahirkan melalui
pelayanan kesehatan yang diberikan kapada ibu hamil. Berbagai bentuk upaya
pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor – faktor yang memperlemah
kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritaskan, seperti gizi yang rendah, anemia,
dekatnya jarak antar kehamilan dan buruknya hygiene. Disamping itu perlu dilakukan
pula pembinaan kesehatan prenatal yang memadai dan penanggulangan faktor –faktor
yang menyebabkan kematian perinatal yang meliputi : perdarahan, hipertensi, infeksi,
kelahiran preterm / bayi berat lahir rendah, asfiksia dan hipertermi.
Tujuan umum perawatan bayi segera sesudah lahir ialah :
a. Memberikan jalan nafas
b. Memotong dan merawat tali pusat
c. Mempertahankan suhu tubuh bayi
d. Identifikasi
e. Pencegahan infeksi
Pembersihan jalan nafas, perawatan tali pusat, perawatan mata, dan identifikasi adalah
rutin segera dilakukan kecuali bayi dalam keadaan kritis dan dokter memberi instruksi
khusus.
Ikterus merupakan suatu gejala yang sering ditemukan pada bayi baru
lahir.Menurut beberapa penulis kejadian ikterus pada BBL berkisar 50% pada bayi
cukup bulan dan 75% pada bayi kurang bulan.
Perawatan ikterus berbeda diantara negara tertentu,tempat pelayanan tertentu dan
waktu tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan pengelolaan pada BBL seperti
pemberian makanan dini kondisi ruang perawatan, penggunaan beberapa profilaksis
pada ibu dan bayi, fototherapi dan transfuse pengganti, asuhan kebidanan pada ibu nifas
juga terlalu singkat, sehingga klien dan keluarga harus dibekali pengetahuan ,
ketrampilan dan informasi tempat rujukan, cara merawat bayi dan dirinya sendiri selama
di RS dan perawatan di rumah.
Bidan sebagai salah satu anggota tim kesehatan mempunyai peranan dalam
memberikan asuhan kebidanan yang paripurna.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti, memahami dan melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu dan bayi.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir diharapkan
mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian
b. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan
c. Mengidentifikasi masalah potensial
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Mengembangkan rencana tindakan intervensi
f. Melaksanakan implementasi rencana tindakan intervensi
g. Mengevaluasi pelaksanaan implementasi asuhan kebidanan
1.3 Rencana penyusunan asuhan kebidanan
1.3.1 Rencana penulisan
Metode yang dipakai dalam penyusunan asuhan kebidanan ini adalah metode
deskriptif, berupa studi kasus yaitu membandingkan teori dan kasus nyata
dilapangan
1.3.2 Teknik pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan maka penulis menggunakan
teknik sebagai berikut :
a. Wawancara dan anamnesa langsung dengan klien dan keluarga
b. Observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap klien dan keluarga.
c. Pemeriksaan fisik yaitu melakukan pemeriksaan mulai dari inspeksi, palpasi
, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang.
d. Studi kepustakaan yaitu mencari data dari buku – buku dan makalah yang
berhubungan dengan bayi baru lahir.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
Memahami dan mampu menerapkan asuhan kebidanan pada BBL.
1.4.2 Klien
Diharapkan klien dapat mengerti kadaannya.
1.4.3 Institusi
Sebagai bahan kepustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP TEORI NCB ( BB : 2500 – 4000 GRAM )


2.1.2 Pengertian
A Pembagian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir dibagi menjadi 2 macam yaitu :
1. Bayi normal ( sehat ) memerlukan perawatan biasa
2. Bayi gawat ( high risk baby ) memerlukan penanganan khusus ( adanya asfiksia
dan perdarahan )
( Prawirohardjo,s : 2006 )
B Neonatus
Neonatus adalah periode bayi mulai usia dari kelahiran sampai empat minggu
pertama setelah kelahiran
( Danis : 2008 )
C Penggolongan Neonatus
1. Neonatus kurang bulan (NKB).
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu.
2. Neonatus cukup bulan (NCB)
Bayi dengan masa kehamilan mulai dari 37 minggu – 42 minggu.
3. Neonatus lebih bulan (NLB)
Bayi dengan masa kehamilan mulai dari 42 minggu atau lebih.
( Manuaba :1998 ).
2.1.2 Faktor – factor riwayat yang dihubungkan dengan perawatan bayi baru lahir
A Faktor genetic
1. Riwayat defek structural atau metabolic dalam keluarga
2. Riwayat sindrom genetic
B Faktor maternal
1. Penyakit jantung
2. Diabetes
3. Penyakit ginjal
4. Penyakit hati
5. Hipertensi
6. PMS
7. Penyalahgunaan zat
8. Rh atau isoimunisasi lain
9. Riwayat abortus
C. Faktor Pranatal
1. Tidak ada perawatan prenatal
2. Perdarahan selama kehamilan
3. Ketidakseimbangan antara ukuran TFU dan UK
4. Hipertensi karena kehamilan
5. Diabetes gestasional
6. Polihidramnion atau oligohidramnion
7. Infeksi
D. Faktor perinatal
1. Persalinan kurang atau lewat bulan
2. Persalinan lama
3. Obat yang digunakan dalam proses persalinan
4. Gawat janin
5. Demam maternal
6. Presentasi atau posisis janin abnormal
7. Cairan terwarnai mekonium
8. Pecah ketuban yang lama
9. Perdarahan berlebihan pada proses persalinan
10. Prolaps tali pusat
11. Hipotensi maternal Asidosis pada janin
12. Asidosis pada janin
13. Jenis kelahiran
( Varney,Helen:2007 )
2.1.3 Perawatan Bayi Baru Lahir
A Alat untuk perawatan bayi
1. Penghisap lendir
2. Tabung oksigen beserta alatnya
3. Alat resusitasi beserta kelengkapannya
4. Obat-obatan ( glukosa,vit.k,salep mata,spuit,dll)
5. Alat pemotong dan pengikat tali pusat + kasa steril
6. Tempat tidur bayi dan incubator bayi
7. Stopwatch dan thermometer
8. Tenun bayi
B Pertolongan Pada Saat Bayi Lahir
1. Melakukan penilaian selintas
- Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan
- Apakah bayi bergerak dengan aktif
- Jika bayi tidak menangis tidak bernafas atau megap-megap maka lakukan
langkah resusitasi
2. Mengeringkan tubuh bayi
- Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka,kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian ekstremitas tanpa membersihkan verniks
- Mengganti handuk basah dengan handuk atau kain yang bersih dan kering
3. Perawatan tali pusat
- Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3
cm dari pusat bayi dan kemudian mendorong isi tali pusat kearah distal dan
jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem partama
- Dengan satu tangan memegang tali pusat yang telah dijepit ( lindungi perut
bayi ) dan melakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
- Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau benang steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan
simpul kunci pada sisi lainnya
- Melepaskan klem dan memasukkan klem dalam wadah yang telah
disediakan
4. Menghangatkan bayi
- Meletakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi dengan meletakkan
bayi tengkurap di dada ibu,meluruskan bahu bayi sehingga menempel di
dada ibu atau perut ibu,usahakan bayi berada diantara payudara ibu dengan
posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.
- Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi
- Mengupayakan IMD
5. Melakukan pemeriksaan antropometri
- Setelah 1 jam lakukan penimbangan dan pengukuran bayi
6. Pemberian profilaksis
- Memberikan tetes mata antibiotic profilaksis
- Memberikan suntikan vit.k 1 Mg intramuscular di paha kiri anterolateral
- Setelah 1 jam pemberian vit.k berikan suntikan imunisasi hepatitis B
dipaha kanan anterolateral
7. Nilai kembali RR,HR dan suhu bayi
( Kosim.M.Sholeh :2003 )
2.1.4 Pemantauan Bayi Baru Lahir
Bertujuan untuk mengetahui aktifitas bayi normal atau tidak dan identifikasi
masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan
penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan
A Dua jam pertama sesudah lahir
Hal – hal yang dinilai waktu pemantauan bayi pada jam pertama sesudah lahir
meliputi :
1. Kemampuan menghisap kuat atau lemah
2. Bayi tampak aktif atau lunglai
3. Bayi tampak kemerahan atau biru
B Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi,pantau adanya :
1. Bayi kecil atau masa kehamilan atau bayi kurang bulan
2. Gangguan pernafasan
3. Hipotermia
4. Infeksi
5. Cacat bawaan atau trauma lahir
C Hal – hal penting yang perlu dilakukan pada BBL:
1. Memantau suhu badan dan lingkungan
2. Mementau tanda-tanda vital
3. Berat badan
4. Mandi dan perawatan kulit
5. Pakaian
6. Perawatan tali pusat
7. Reflek pada bayi
2.1.5 Perubahan – Perubahan Yang Segera Terjadi Sesudah Kelahiran
A Gangguan metabolisme karbohidrat
Kadar gula darah tali pusat yang 65Mg/100ml akan menurun menjadi
50Mg/100ml dalam waktu 2 jam sesudah lahir.Energi tambahan yang diperlukan
neonatus pada jam – jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme
asam lemak sehingga kadar gula darah dapat mencapai 120Mg/100ml
B Gangguan umum
Suhu lingkungan yang tidak baik ( bayi tidak dapat mempertahankan suhu
tubuhnya sekitar 36,5ºC-37,5ºC ) akan menyebabkan kemungkinan
hipertermia,hipotermia maupun trauma dingin
C Perubahan sisitem pernafasan
Pernafasan pertama pada bayi baru lahir normal terjadi dalam waktu 30 detik
sesudah kelahirannya,perubahan ini timbul sebagai akibat aktifitas normal
susunan syaraf pusat dan perifer yang dibantu seperti komereseptor,koirotia yang
sangat peka terhadap keadaan kekurangan oksigen
D Perubahan system sirkulasi
Dengan berkembangnya paru-paru,tekanan oksigen didalam alveoli
meningkat dan sebaliknya tekanan karbondioksida turun secara resisten sesuai
pembulu darah paru sehingga aliran darah ke alat tersebut meningkat
E Perubahan lain
Alat-alat pencernaan,hati,ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi
( Sarwono.P:2006)
2.1.6 Hal-Hal Yang Memerlukan Perhatian Pada BBL
A Catatan
1. Jam dan tanggal kelahiran
2. Jenis kelamin
3. Pemeriksaan tentang cacat bawaan
B Identifikasi bayi
1. Rawat gabung,identifikasi sangat penting untuk menghindari bayi tertukar
2. Gelang identitas tidak boleh lepas sampai penyerahan bayi pulang
C Pemeriksaan ulang dan konsultasi dengan dokter anak
1. Pemeriksaan kepala : sephalhaematoma,caput succedaneum,moulding sutura
kepala
2. Desensus testis pada bayi laki-laki
3. Pemberian jadwal imunisasi agar bayi terlindung dari infeksi yang dapat
menimbulkan cacat seumur hidup
D Kelahiran premature memerlukan perawatan bayi khusus dan konsultasi dengan
dokter anak
E Rawat gabung dan segera memberikan ASI
1. Pemberian ASI dipercepat segera setelah lahir disiapkan pada putting susu ibu
dengan keuntungan sebagai berikut :
- Rangsangan putting susu ibu memberikan reflek oksitosin kelenjar
hipofisis sehingga pelepasan plasenta akan dapat dipercepat
- Pemberian ASI mempercepat involusi uterus menuju ke keadaan normal
- Rangsangan putting susu ibu mempercepat pengeluaran ASI karena
oksitosin bekerja sama dengan hormone prolaktin
- Pemberian ASI dengan rawat gabung memberikan keuntungan pada
pertumbuhan dan perkembangan jiwa maupun fisik bayi
- Kolostum dan ASI dapat memberikan perlindungan bayi terhadap infeksi
terutama diare karena mengandung antibody
2.1.7 Penilaian Bayi Untuk Tanda – Tanda Kegawatan
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau
kelainan yang menunjukkan suatu penyakit
A Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai tanda-tanda:
1. Sesak nafas
2. Frekwensi pernafasan 60x/menit
3. Gerak retraksi di dada
4. Malas minum
5. Panas atau suhu badan bayi rendah
6. Kurang aktif
7. Berat lahir rendah ( 1500-2500 gram dengan kesulitan minum )
B Tanda – tanda bayi sakit berat:
1. Sulit minum
2. Sianosis sentral
3. Perut kembung
4. Periode apneu
5. Kejang,periode kejang ataupun kejang kecil
6. Merentia
7. Perdarahan
8. Sangat kuning
9. Berat badan lahir <1500 gram
2.2 KONSEP DASAR IKTERUS NEONATORUM
2.2.1 Definisi
a. Ikterus Fisiologis
Ikterus pada neonatus tidak selamanya patologis. Ikterus fisiologis adalah
Ikterus yang memiliki karakteristik sebagai berikut (Hanifa, 1987):
1. Timbul pada hari kedua-ketiga
2. Kadar Biluirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg%
pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.
3. Kecepatan peningkatan kadar Bilirubin tak melebihi 5 mg % per hari
4. Kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %
5. Ikterus hilang pada 10 hari pertama
6. Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis
tertentu
b. Ikterus Patologis / Hiperbilirubinemia
Adalah suatu keadaan dimana kadar Bilirubin dalam darah mencapai
suatu nilai yang mempunyai potensi untuk menimbulkan Kern Ikterus kalau
tidak ditanggulangi dengan baik, atau mempunyai hubungan dengan
keadaan yang patologis. Brown menetapkan Hiperbilirubinemia bila kadar
Bilirubin mencapai 12 mg% pada cukup bulan, dan 15 mg % pada bayi
kurang bulan. Utelly menetapkan 10 mg% dan 15 mg%.
c. Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada
otak terutama pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus Subtalamus,
Hipokampus, Nukleus merah , dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.
2.2.2 Etiologi
a. Peningkatan produksi :
1. Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat
ketidaksesuaian golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan
ABO.
2. Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
3. Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik
yang terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
4. Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
5. Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20
(beta) , diol (steroid).
6. Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin
Indirek meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
7. Kelainan kongenital (Rotorg Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
b. Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya
pada Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya
Sulfadiasine.
c. Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau
toksin yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi
Toksoplasmosis, Siphilis.
d. Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
e. Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif
2.2.3 Metabolisme Bilirubin
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah
Bilirubin yang larut dalam lemak menjadi Bilirubin yang mudah larut dalam
air) di dalam hati. Frekuensi dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya
hemolisis dan kematangan hati, serta jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin
binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat serta cukup bulan, hatinya sudah
matang dan menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai
sehingga serum Bilirubin tidak mencapai tingkat patologis.
2.2.4 Patofisiologi
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban
Bilirubin pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila
terdapat peningkatan penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan
pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar
Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar protein Y dan Z berkurang,
atau pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan
peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi
Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan
saluran empedu. Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan
merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek
yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini
memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
Kern ikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat
tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20
mg/dl. Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata
tidak hanya tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah
melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir
Rendah , Hipoksia, dan Hipoglikemia ( Markum, 1991).
2.2.5 Penatalaksanaan Medis
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek
dari Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
a. Menghilangkan Anemia
b. Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
c. Meningkatkan Badan Serum Albumin
d. Menurunkan Serum Bilirubin
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
1.Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan
Transfusi Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus
pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorencent light
bulbs or bulbs in the blue-light spectrum) akan menurunkan Bilirubin
dalam kulit. Fototherapi menurunkan kadar Bilirubin dengan cara
memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika
cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi
menjadi dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari
jaringan ke pembuluh darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah
Fotobilirubin berikatan dengan Albumin dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin
kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam Deodenum untuk
dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan
Taeusch, 1984). Hasil Fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi
Bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine. Fototherapi mempunyai peranan
dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin, tetapi tidak dapat
mengubah penyebab Kekuningan dan Hemolisis dapat menyebabkan
Anemia. Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin
Indirek 4 -5 mg / dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari
1000 gram harus di Fototherapi dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl.
Beberapa ilmuan mengarahkan untuk memberikan Fototherapi Propilaksis
pada 24 jam pertama pada Bayi Resiko Tinggi dan Berat Badan Lahir
Rendah.
2.Tranfusi Pengganti
Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-
faktor :
 Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
 Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
 Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam
pertama.
 Tes Coombs Positif
 Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
 Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
 Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
 Bayi dengan Hidrops saat lahir.
 Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.
Transfusi Pengganti digunakan untuk :
 Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan)
terhadap sel darah merah terhadap Antibodi Maternal.
 Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
 Menghilangkan Serum Bilirubin
 Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan
dengan Bilirubin
 Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera
(kurang dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak
mengandung antigen A dan antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam
kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari
sampai stabil.
3.Therapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim
yang meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini
efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa
minggu sebelum melahirkan. Penggunaan penobarbital pada post natal
masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya (letargi). Colistrisin
dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya lewat urine sehingga
menurunkan siklus Enterohepatika.
2.2.6 Penggolongan Hiperbilirubinemia berdasarkan saat terjadi Ikterus:
a. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama.
Penyebab Ikterus terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya
kemungkinan dapat disusun sbb:
1. Inkomptabilitas darah Rh, ABO atau golongan lain.
2. Infeksi Intra Uterin (Virus, Toksoplasma, Siphilis dan kadang-kadang
Bakteri)
3. Kadang-kadang oleh Defisiensi Enzim G6PD.
4. Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
 Kadar Bilirubin Serum berkala.
 Darah tepi lengkap.
 Golongan darah ibu dan bayi.
 Test Coombs.
 Pemeriksaan skrining defisiensi G6PD, biakan darah atau biopsi
Hepar bila perlu.
b. Ikterus yang timbul 24 - 72 jam sesudah lahir.
1. Biasanya Ikterus fisiologis.
2. Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh, atau
golongan lain. Hal ini diduga kalau kenaikan kadar Bilirubin cepat
misalnya melebihi 5mg% per 24 jam.
3. Defisiensi Enzim G6PD atau Enzim Eritrosit lain juga masih mungkin.
4. Polisetimia.
5. Hemolisis perdarahan tertutup ( pendarahan subaponeurosis,
pendarahan Hepar, sub kapsula dll).
6. Bila keadaan bayi baik dan peningkatannya cepat maka pemeriksaan
yang perlu dilakukan:
 Pemeriksaan darah tepi.
 Pemeriksaan darah Bilirubin berkala.
 Pemeriksaan skrining Enzim G6PD.
 Pemeriksaan lain bila perlu.
c. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama.
1. Sepsis.
2. Dehidrasi dan Asidosis.
3. Defisiensi Enzim G6PD.
4. Pengaruh obat-obat.
5. Sindroma Criggler-Najjar,Sindroma Gilbert.
d. Ikterus yang timbul pada akhir minggu pertama dan selanjutnya:
1. Karena ikterus obstruktif.
2. Hipotiroidisme
3. Breast milk Jaundice.
4. Infeksi.
5. Hepatitis Neonatal.
6. Galaktosemia.
Pemeriksaan laboratorium yang perlu dilakukan:
 Pemeriksaan Bilirubin berkala.
 Pemeriksaan darah tepi.
 Skrining Enzim G6PD.
 Biakan darah, biopsi Hepar bila ada indikasi.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1. PENGKAJIAN
Tanggal : 25-03-2011 Jam : 19.30 WIB
3.1.1. Data Subyektif
a. Identitas anak
Nama : By. Ny. ”C”
Tanggal lahir : 22 -03-2011
Umur : 3 hari
Jenis kelamin: Laki-laki

b. Indentitas Orang Tua


Nama Ibu : Ny.”R” Nama Suami : Tn.”S”
Umur : 22 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Pegawai pabrik
Penghasilan : - Penghasilan : Rp 800.000,-
Alamat :BABAT Alamat :BABAT
Kawin ke berapa :1 Kawin ke :1
Umur kawin : 21 tahun Umur kawin : 27 tahun
Lama kawin : 1 tahun Lama kawin : 1 tahun
c. Status keluarga
Jumlah anggota keluarga: 3 orang
Urutan anak :1
Pengasuh anak : Ibu kandung

d. Alasan Kunjungan
BBLCB lahir SCTP a/i kala II lama + KPD >12 jam
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dalam rekam medik tercatum informasi klien BBLCB lahir SCTP a/i kala II lama
+ KPD >12 jam pada tanggal 22 -03-2011jam 22.00 lahir langsung menangis,
ketuban keruh, tonus otot kuat, kulit kemerahan, UK 40-41 minggu. HR :
140x/menit, RR : 44x/mnt, BB : 300 gram, PB : 53 cm, LK : 36 cm, LD : 34 cm.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
(TBC,Hepatitis),menurun (DM) maupun menahun (jantung,ginjal).
g. Riwayat Neonatal
a. Prenatal
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan anak pertama selama hamil ANC di
bidan sebanyak 7 kali, terakhir ANC bulan September, HPHT lupa,
selama hamil tidak pernah menderita penyakit hipertensi, hepatitis, TBC,
keluhan keputihan, anyang-anyangan maupun panas badan, dan selama
hamil ibu tidak melakukan pijat, minum jamu ataupun obat-obatan selain
dari bidan yaitu tablet penambah darah dan multivitamin.
1. Natal
Bersalin pada usia kehamilan 40 – 41 minggu, tanggal 22 -03-2011jam
22.00 WIB ketuban pecah meconial/ keruh, lahir SCTP a/i kala II lama +
KPD >12 jam, langsung menangis, tonus otot kuat, kemudian dan bayi
ditempatkan ditempat yang hangat, diposisikan kepala sedikiy extensi,
dibersihkan jalan nafasnya, dikeringkan tubuhnya. kemudian diberi
rangsangan dan direposisi kembali kemudian dilakukan penilaian ulang
yang hasilnya bayi menangis kuat, kulit kemerahan AS: 7-8, dengan RR :
44 RR/menit,HR: 140x/menit,BBL: 3000 gram,PB: 53 cm,LK: 36 cm
LD: 34 cm
c. Post Natal
Setelah dilahirkan dan telah mendapat asuhan bayi baru lahir , bayi
dikirim ke ruang perinatologisis dan mendapat salep mata profilaksis.
h. Data Imunisasi
-

i. Pola kebisaan sehari-hari


a. Pola Nutrisi
- Bayi minum PASI SGM  8X5 cc/hari 1

b. Pola Aktivitas
Tonus otot lemah, bayi menangis lemah dan bergerak kurang aktif
c. Pola Istirahat / tidur
Bayi lebih sering tidur, terbangun dan menangis setiap BAB/BAK (±13
jam)
d. Pola Eliminasi
BAK : 3x ganti pampers/ hari, warna kuning, jernih, bau khas
BAB : 3 – 4 x , konsistensi lunak, warna kuning cerah, bau khas
e. Personal hygiene
Memandikan bayi 1x sehari dengan air hangat, popok diganti setelah mandi,
membersihkan alat genetalia dan anus setelah bayi BAK / BAB. Seka 2 x 1,
ganti tenun bayi 3 x 1.

3.1.2. Data Obyektif


1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis
HR : 140 x/mnt
Suhu : 36,8 0C
RR : 40 x/mnt
2. Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
 Kepala : simetris, rambut hitam, penyebaran merata, tidak
terdapat benjolan abnormal.
 Muka : simetris, tidak ada oedema, warna kulit kekuningan
 Mata : simetris, tidak strabismus, tidak ada tanda
infeksi, konjungtiva merah muda, sklera kekuningan
 Hidung : simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan
cuping hidung
 Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
 Mulut : simetris, mukosa bibir kering, tidak ada moruliasis,
tidak ada labio palato schises.
 Leher : bersih, tidak tampak kemerahan/ terjadi iritasi
 Dada : simetris, bentuk dada pigeon chest, tidak terdapat
retraksi dinding dada, payudara menonjol, warna kulit
kekuningan.
 Abdomen : simetris, tidak terdapat hepatomegali dan
splenomegali, warna kulit kekuningan, tali pusat bersih
 Punggung : simetris, tidak ada kelainan bentuk punggung, tidak
ada spina bifida, warna kulit kekuningan.
 Genetalia : bersih, testis sudah turun ke skrotum
 Anus : bersih, terdapat lubang anus
 Ekstremitas atas : simetris, jumlah jari lengkap, warna kulit kekuningan,
tidak ada gangguan pergerakan
 Ekstremitas bawah : simetris, jumlah kaki lengkap, tidak ada gangguan
dalam pergerakan, warna kulit kekuningan sampai
batas lutut
 Integumen : keriput, banyak terdapat lanugo pada punggung dan
bahu, derajat kremer 4
2. Palpasi
 Kepala : tidak terdapat benjolan abnormal, UUB dan UUK
belum menutup
 leher : tidak ada benjolan abnormal
 Abdomen : tidak ada hepatomegali maupun splenomegali
 Ekstremitas : Tidak ada gangguan pergerakan, CRT < 2detik, akral
hangat kering
3. Auskultasi
 Dada : tidak whezzing
 Abdomen : Bising usus14x/menit

3. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
- Pertumbuhan
BB : 3000 gram
PB : 53 cm
LD : 34 cm
LK : 36 cm
- Perkembangan
Reflek pupil : baik
Reflek rooting : lemah
Reflek suckling : lemah
Reflek ekstrusi : baik
Reflek startle : baik
Reflek neck righting : baik
Reflek babinsky : baik
Reflek Moro’s : baik
Reflek merangkak : baik
Reflek gallant : baik
Reflek palmar graps : baik
3.1.3. DATA PENUNJANG
a. No.Laboratorium :187 Tanggal : 25-03-2011
1. Darah Lengkap
Leukosit : 6500 I (N : 3500-10000)
Hemoglobin : 12 g/ dl (N : 11,0-16,5)
Thrombosit : 214000 i (N : 150000-390000)
Hematokrit : 36.6% (N : 35,0-50,0)
Analisa Elektrolit : Natrium : 135 m mol/l (N : 136-145)
Kalium : 4,62 m mol/l (N : 3,5-
5,0)
Khlorida : 105 m mol/l (N : 98-106)
Kalsium : 95 mg/dl (N : 7,6-11,0)
2. Kimia darah
GDA sesaat : 131 mg/dl (N : <200)
SGOT : 63 U/L (N : 11-41)
SGPT : 9 U/L (N : 10-41)
Albumin : 3,06 g/dl (N : 3,5-5,0))
CRP kwantitatif : 1,26 mg/ dl (N :<0,3)

3.2. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH dan KEBUTUHAN


Dx : Bayi Ny. ”C” Umur 3 hari dengan ikterus neonatorum
Do : kepala, muka, sklera, dada, abdomen, punggung, ekstremitas atas, ekstremitas
bawah sampai lutut dan integumen tampak kuning
HR : 140 x/mnt
Suhu : 36,8 0C
RR : 40 x/mnt
Masalah 1 : Pemenuhan Nutrisi in adekuat
Do : Aktivitas tampak lemah, reflek rooting : lemah
reflek suckling : lemah
Masalah 2 : Pemenuhan Cairan in adekuat
Do : Mukosa bibir kering
Masalah 3 : Potensial terjadi Hipotermia
Do : T :36,8°C
Mulut :mukosa bibir kering

3.3. IDENTIFIKASI DIAGNOSA dan MASALAH POTENSIAL


Hipotermia
Infeksi Neonatal
Kern hiperbillirubinemia

3.4. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA


─ Berikan nutrisi adekuat
─ Pantau intake dan output
─ Observasi tanda-tanda vital
─ Kolaborasi dengan tim medis

3.5. INTERVENSI
Dx : Bayi Ny. ”C” Umur 3 hari dengan ikterus neonatorum
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi peningkatan kadar bilirubin
Kriteria hasil :
KU : Baik
TTV : S : 36,5 C – 37,5 C
N : 120 x / menit – 160 x / menit
RR : 40 x / menit – 60 x / menit
Ikhterus pada bayi berkurang
Intervensi
Intervensi dan rasional

1. Observasi tanda kern ikterus

R / Megetahui penigkatan kadar bilirubin

2. Lakukan teknik septic-aseptik saat perawatan

R/ Mencegah infeksi nosokomial

3. Lakukan personal hygiene setiap hari secara teratur

R/ Mencegah infeksi neonates

4. Lakukan fototherapi

R/ Penatalaksanaan bayi dengan hiperbillirubinemi

5. Observasi TTV

R/ Untuk megetahui keadaan atau kondisi bayi

6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi

R/ untuk penanganan lebih lanjut

Masalah 1 : Pemenuhan nutrisi in adekuat


Tujuan : Pemenuhan kebutuhan nutrisi bayi terpenuhi
Kriteria Hasil : Bayi mendapatkan nutrisi adekuat
Intervensi dan rasional:
1. Lakukan pemberian nutrisi peroral
R/ Bayi terpenuhi kebutuhan nutrisi
2. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam penentuan jumlah kebutuhan nutrisi
R/ Pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan
Masalah 2 : Pemenuhan Cairan in adekuat
Tujuan : Pemenuhan kebutuhan cairan bayi terpenuhi
Kriteria Hasil : Bayi mendapatkan cairan adekuat
Intervensi dan rasional:
1. Lakukan pemberian cairan peroral
R/ Bayi terpenuhi kebutuhan cairan
2. Lakukan kolaborasi pemberian cairan parenteral
R/ Pemenuhan cairan sesuai kebutuhan
Masalah 3 : Potensial terjadi Hipotermia
Tujuan : Bayi tidak terjadi hipotermi
Kriteria Hasil : Suhu bayi dalam batas normal
Intervensi dan rasional:
1. Ganti popok tiap kali basah, dan lingkungan yang hangat dan kering
R/ mencegah hipotermi

3.6. IMPLEMENTASI
Dx : Bayi Ny. ”C” BBLCB Umur 3 hari dengan ikterus neonatorum
Tanggal : 25 -03-2011 Jam 19.30
Implementasi :
1. Megobservasi tanda kern ikterus, memonitoring warna kulit dan kadar bilirubin
2. Melakukan teknik septic-aseptik saat perawatan dengan cuci tangan tiap sebelum dan
sesudah kontak dengan klien
3. Melakukan personal hygiene setiap hari secara teratur yaitu mandi 1x1,seka 2x1,ganti
tenun 3x1,ganti popok tiap kali basah atau kotor,perawatan tali pusat 1x1
4. Melakukan pemberian fototherapy
a. Tx → Fototherapi 1 x 24 jam dengan extra minum ASI/PASI BBLR 1
takar/30cc = 2 x 10 cc
b. Pelaksanaan :
 Melakukan fototherapi kepada klien
 Mempersiapkan pasien
 Mengecek TTV klien
HR : 146x/menit RR : 43x/menit T : 36,8°C
 Memakaikan pelindung mata dan genetalia dengan bahan yang tidak
tembus dengan cahaya
 Melepas semua pakaian bayi kecuali popok
 Meletakkan bayi 45 cm dari sumber cahaya fototherapi
 Menjaga kelembapan kulit
 Memonitor reflek mata tiap 8 jam selama fototherapy
 Memberikan extra minum PASI BBLR 1 takar/30cc sebanyak 2x10cc
 Mengobservasi dan mencatat penggunaan lampu yaitu tiap 6 jam rubah
posisi bayi (tengkurap dan terlentang)
 Mendokumentasikan hasil kerja
5. Observasi TTV
HR : 146x/menit RR : 43x/menit T : 36,8°C
6. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotika
─ Hasil kolaborasi : Tx → Injeksi IV Ampiccilin Sulbactan 2x115Mg
Injeksi IV Gentamiccin 1x12,5 Mg
─ Pelaksanaan kolaborasi :Memberikan suntikan ampiccilin sulbactan 115 Mg
dan gentamiccin 12,5 Mg secara IM

Masalah 1 : Pemenuhan nutrisi in adekuat


Tanggal : 25 -03-2011
1. Melakukan pemberian nutrisi peroral
2. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalam penentuan jumlah kebutuhan nutrisi
8x10cc
Masalah 2 : Pemenuhan Cairan in adekuat
Tanggal : : 25 -03-2011

1. Melakukan pemberian cairan peroral ASI/PASI 8x10 cc


2. Melakukan kolaborasi pemberian cairan parenteral Infus D10 4 tts/mnt
Masalah 3 : Potensial terjadi Hipotermia
Tanggal : 25 -03-2011

1. Mengganti popok tiap kali basah, dan memberikan lingkungan yang hangat dan
kering
R/ Mencegah kehilangan panas secara konveksi,evaporasi,konduksi dan radiasi

EVALUASI
3.7.1 Dx : Bayi Ny “ C ” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum
Tanggal : : 25 -03-2011 Jam : 21.00
S :-
O : Kepala, muka, sklera, dada, abdomen, punggung, ekstremitas atas, ekstremitas
bawah sampai lutut dan integumen tampak kuning
HR : 140 x/mnt
Suhu : 36,8 0C
RR : 40 x/mnt
A : Bayi Ny “ C ” Umur 4 hari dengan Ikterus neonatorum
P : Lanjutkan intervensi
Pantau TTV
Cek billirubin

Masalah 1 : Pemenuhan Nutrisi In Adekuat


Tanggal : 25 -03-2011
S :-
O : Reflek rooting : lemah
Reflek suckling : lemah
A : Bayi Ny “ C ” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum
P : Lanjutkan intervensi

Masalah 1 : Pemenuhan cairan In Adekuat


Tanggal : : 25 -03-2011
S :-
O : mukosa bibir kering
A : Bayi Ny “ C ” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum
P : Lanjutkan intervensi

Masalah 2 : Potensial terjadi Hipotermia


Tanggal : : 25 -03-2011
S :-
O : T : 37°C
A : Bayi Ny “ C ” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum
P : Lanjutkan intervensi

Tanggal : 26 -03-2011 Jam : 21.00


S :-
O : Kepala, muka, sklera, dada, abdomen, punggung, ekstremitas atas, ekstremitas
bawah sampai lutut dan integumen tampak kuning
HR : 140 x/mnt
Suhu : 36,8 0C
RR : 40 x/mnt
Bilirubin total : 10,94 Mg/dl (N : <1,0)
Direct : 0,64 Mg/dl (N : 0,25)
Indirect : 10,30 Mg/dl (N: 0,75)
A : Bayi Ny “ C ” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum
P : Lanjutkan intervensi
Pantau TTV
Cek billirubin

Masalah 1 : Pemenuhan Nutrisi In Adekuat


Tanggal : 26 -03-2011 S :-
O : Reflek rooting : lemah
Reflek suckling : lemah
A : Bayi Ny “ C ” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum
P : Lanjutkan intervensi

Masalah 1 : Pemenuhan cairan In Adekuat


Tanggal 26 -03-2011 S :-
O : mukosa bibir kering
A : Bayi Ny “ C ” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum
P : Lanjutkan intervensi

Masalah 2 : Potensial terjadi Hipotermia


Tanggal 26 -03-2011
S :-
O : T : 37°C
A : Bayi Ny “ C ” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum
P : Lanjutkan intervensi
BAB IV

PEMBAHASAN

Setelah dilakukan asuhan kebidanan didapatkan pada pengkajian data, ibu

By.”C” mengatakan setelah mendapat perawatan di RSSA, By.”C” dalam keadaan

membaik.

Dalam rekam medik tercatum informasi klien, ibu bersalin pada usia

kehamilan 40 – 41 minggu, tanggal 20 – 11 – 2009 jam 22.00 WIB ketuban pecah

meconial/ keruh, lahir SCTP a/i kala II lama + KPD >12 jam, langsung menangis,

tonus otot kuat, kemudian bayi ditempatkan ditempat yang hangat, diposisikan kepala

sedikit extensi, dibersihkan jalan nafasnya, dikeringkan tubuhnya. kemudian diberi

rangsangan dan direposisi kembali kemudian dilakukan penilaian ulang yang hasilnya

bayi menangis kuat, kulit kemerahan AS: 7-8, dengan RR : 44 RR/menit,HR:

140x/menit,BBL: 3000 gram,PB: 53 cm,LK: 36 cm LD: 34 cm. Setelah dilahirkan dan

telah mendapat asuhan bayi baru lahir, bayi dikirim ke ruang perinatologi.

Intervensi dilakukan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditentukan

antara lain intervensinya adalah observasi tanda kern ikterus, memonitoring warna

kulit dan kadar bilirubin, melakukan teknik septic-aseptik saat perawatan dengan cuci

tangan tiap sebelum dan sesudah kontak dengan klien, melakukan personal hygiene

setiap hari secara teratur yaitu mandi 1x1,seka 2x1,ganti tenun 3x1,ganti popok tiap

kali basah atau kotor,perawatan tali pusat 1x1, melakukan pemberian fototherapy,

observasi TTV, melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotika,

implementasi dilaksanakan sesuai intervensi yang ditetapkan agar tercapai tujuan dan

kriteria hasil yang sudah ditentukan.

Pada evaluasi didapatkan hasil keadaan umum By.”C” cukup baik, kepala,

muka, sklera, dada, abdomen, punggung, ekstremitas atas, ekstremitas bawah sampai

lutut dan integumen masih tampak kuning. Melanjutkan intervensi pantau TTV, cek

billirubin.
BAB V

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Pengkajian pada By.”C” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum pada tanggal 26
-03-2011RSSA Malang didapatkan pasien dalam keadaan mulai membaik.

Pada intervensi merupakan perencanaan tindakan asuhan kebidanan secara


menyeluruh sesuai kebutuhan bayi.

Evaluasi dari akhir klien, keadaan cukup baik, intervensi dilanjutkan untuk
pemantauan tanda-tanda vital dan cek billirubin.

4.2. Saran
4.2.1. Bagi pasien
Agar terjalin hubungan yang kooperatif antara klien dan petugas kesehatan
dalam pemberian terapi

4.2.2. Bagi mahasiswa


Mahasiswa supaya lebih memahami dan mendalami teori dan dapat
mengaplikasikan pada kenyataan.

4.2.3. Bagi petugas


Agar petugas lebih cermat dan teliti dalam memberikan asuhan kebidanan pada
klien.

Vous aimerez peut-être aussi