Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
ZAETI JUHANNIDA
NIM.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengerti, memahami dan melaksanakan asuhan
kebidanan pada ibu dan bayi.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir diharapkan
mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian
b. Mengidentifikasi diagnosa, masalah dan kebutuhan
c. Mengidentifikasi masalah potensial
d. Mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Mengembangkan rencana tindakan intervensi
f. Melaksanakan implementasi rencana tindakan intervensi
g. Mengevaluasi pelaksanaan implementasi asuhan kebidanan
1.3 Rencana penyusunan asuhan kebidanan
1.3.1 Rencana penulisan
Metode yang dipakai dalam penyusunan asuhan kebidanan ini adalah metode
deskriptif, berupa studi kasus yaitu membandingkan teori dan kasus nyata
dilapangan
1.3.2 Teknik pengumpulan data
Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan maka penulis menggunakan
teknik sebagai berikut :
a. Wawancara dan anamnesa langsung dengan klien dan keluarga
b. Observasi, yaitu melakukan pengamatan terhadap klien dan keluarga.
c. Pemeriksaan fisik yaitu melakukan pemeriksaan mulai dari inspeksi, palpasi
, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang.
d. Studi kepustakaan yaitu mencari data dari buku – buku dan makalah yang
berhubungan dengan bayi baru lahir.
1.4 Manfaat
1.4.1 Mahasiswa
Memahami dan mampu menerapkan asuhan kebidanan pada BBL.
1.4.2 Klien
Diharapkan klien dapat mengerti kadaannya.
1.4.3 Institusi
Sebagai bahan kepustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN KASUS
3.1. PENGKAJIAN
Tanggal : 25-03-2011 Jam : 19.30 WIB
3.1.1. Data Subyektif
a. Identitas anak
Nama : By. Ny. ”C”
Tanggal lahir : 22 -03-2011
Umur : 3 hari
Jenis kelamin: Laki-laki
d. Alasan Kunjungan
BBLCB lahir SCTP a/i kala II lama + KPD >12 jam
e. Riwayat Kesehatan Sekarang
Dalam rekam medik tercatum informasi klien BBLCB lahir SCTP a/i kala II lama
+ KPD >12 jam pada tanggal 22 -03-2011jam 22.00 lahir langsung menangis,
ketuban keruh, tonus otot kuat, kulit kemerahan, UK 40-41 minggu. HR :
140x/menit, RR : 44x/mnt, BB : 300 gram, PB : 53 cm, LK : 36 cm, LD : 34 cm.
f. Riwayat Penyakit Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular
(TBC,Hepatitis),menurun (DM) maupun menahun (jantung,ginjal).
g. Riwayat Neonatal
a. Prenatal
Ibu mengatakan ini adalah kehamilan anak pertama selama hamil ANC di
bidan sebanyak 7 kali, terakhir ANC bulan September, HPHT lupa,
selama hamil tidak pernah menderita penyakit hipertensi, hepatitis, TBC,
keluhan keputihan, anyang-anyangan maupun panas badan, dan selama
hamil ibu tidak melakukan pijat, minum jamu ataupun obat-obatan selain
dari bidan yaitu tablet penambah darah dan multivitamin.
1. Natal
Bersalin pada usia kehamilan 40 – 41 minggu, tanggal 22 -03-2011jam
22.00 WIB ketuban pecah meconial/ keruh, lahir SCTP a/i kala II lama +
KPD >12 jam, langsung menangis, tonus otot kuat, kemudian dan bayi
ditempatkan ditempat yang hangat, diposisikan kepala sedikiy extensi,
dibersihkan jalan nafasnya, dikeringkan tubuhnya. kemudian diberi
rangsangan dan direposisi kembali kemudian dilakukan penilaian ulang
yang hasilnya bayi menangis kuat, kulit kemerahan AS: 7-8, dengan RR :
44 RR/menit,HR: 140x/menit,BBL: 3000 gram,PB: 53 cm,LK: 36 cm
LD: 34 cm
c. Post Natal
Setelah dilahirkan dan telah mendapat asuhan bayi baru lahir , bayi
dikirim ke ruang perinatologisis dan mendapat salep mata profilaksis.
h. Data Imunisasi
-
b. Pola Aktivitas
Tonus otot lemah, bayi menangis lemah dan bergerak kurang aktif
c. Pola Istirahat / tidur
Bayi lebih sering tidur, terbangun dan menangis setiap BAB/BAK (±13
jam)
d. Pola Eliminasi
BAK : 3x ganti pampers/ hari, warna kuning, jernih, bau khas
BAB : 3 – 4 x , konsistensi lunak, warna kuning cerah, bau khas
e. Personal hygiene
Memandikan bayi 1x sehari dengan air hangat, popok diganti setelah mandi,
membersihkan alat genetalia dan anus setelah bayi BAK / BAB. Seka 2 x 1,
ganti tenun bayi 3 x 1.
3.5. INTERVENSI
Dx : Bayi Ny. ”C” Umur 3 hari dengan ikterus neonatorum
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 1 x 24 jam diharapkan tidak
terjadi peningkatan kadar bilirubin
Kriteria hasil :
KU : Baik
TTV : S : 36,5 C – 37,5 C
N : 120 x / menit – 160 x / menit
RR : 40 x / menit – 60 x / menit
Ikhterus pada bayi berkurang
Intervensi
Intervensi dan rasional
4. Lakukan fototherapi
5. Observasi TTV
3.6. IMPLEMENTASI
Dx : Bayi Ny. ”C” BBLCB Umur 3 hari dengan ikterus neonatorum
Tanggal : 25 -03-2011 Jam 19.30
Implementasi :
1. Megobservasi tanda kern ikterus, memonitoring warna kulit dan kadar bilirubin
2. Melakukan teknik septic-aseptik saat perawatan dengan cuci tangan tiap sebelum dan
sesudah kontak dengan klien
3. Melakukan personal hygiene setiap hari secara teratur yaitu mandi 1x1,seka 2x1,ganti
tenun 3x1,ganti popok tiap kali basah atau kotor,perawatan tali pusat 1x1
4. Melakukan pemberian fototherapy
a. Tx → Fototherapi 1 x 24 jam dengan extra minum ASI/PASI BBLR 1
takar/30cc = 2 x 10 cc
b. Pelaksanaan :
Melakukan fototherapi kepada klien
Mempersiapkan pasien
Mengecek TTV klien
HR : 146x/menit RR : 43x/menit T : 36,8°C
Memakaikan pelindung mata dan genetalia dengan bahan yang tidak
tembus dengan cahaya
Melepas semua pakaian bayi kecuali popok
Meletakkan bayi 45 cm dari sumber cahaya fototherapi
Menjaga kelembapan kulit
Memonitor reflek mata tiap 8 jam selama fototherapy
Memberikan extra minum PASI BBLR 1 takar/30cc sebanyak 2x10cc
Mengobservasi dan mencatat penggunaan lampu yaitu tiap 6 jam rubah
posisi bayi (tengkurap dan terlentang)
Mendokumentasikan hasil kerja
5. Observasi TTV
HR : 146x/menit RR : 43x/menit T : 36,8°C
6. Melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotika
─ Hasil kolaborasi : Tx → Injeksi IV Ampiccilin Sulbactan 2x115Mg
Injeksi IV Gentamiccin 1x12,5 Mg
─ Pelaksanaan kolaborasi :Memberikan suntikan ampiccilin sulbactan 115 Mg
dan gentamiccin 12,5 Mg secara IM
1. Mengganti popok tiap kali basah, dan memberikan lingkungan yang hangat dan
kering
R/ Mencegah kehilangan panas secara konveksi,evaporasi,konduksi dan radiasi
EVALUASI
3.7.1 Dx : Bayi Ny “ C ” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum
Tanggal : : 25 -03-2011 Jam : 21.00
S :-
O : Kepala, muka, sklera, dada, abdomen, punggung, ekstremitas atas, ekstremitas
bawah sampai lutut dan integumen tampak kuning
HR : 140 x/mnt
Suhu : 36,8 0C
RR : 40 x/mnt
A : Bayi Ny “ C ” Umur 4 hari dengan Ikterus neonatorum
P : Lanjutkan intervensi
Pantau TTV
Cek billirubin
PEMBAHASAN
membaik.
Dalam rekam medik tercatum informasi klien, ibu bersalin pada usia
meconial/ keruh, lahir SCTP a/i kala II lama + KPD >12 jam, langsung menangis,
tonus otot kuat, kemudian bayi ditempatkan ditempat yang hangat, diposisikan kepala
rangsangan dan direposisi kembali kemudian dilakukan penilaian ulang yang hasilnya
telah mendapat asuhan bayi baru lahir, bayi dikirim ke ruang perinatologi.
Intervensi dilakukan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang ditentukan
antara lain intervensinya adalah observasi tanda kern ikterus, memonitoring warna
kulit dan kadar bilirubin, melakukan teknik septic-aseptik saat perawatan dengan cuci
tangan tiap sebelum dan sesudah kontak dengan klien, melakukan personal hygiene
setiap hari secara teratur yaitu mandi 1x1,seka 2x1,ganti tenun 3x1,ganti popok tiap
kali basah atau kotor,perawatan tali pusat 1x1, melakukan pemberian fototherapy,
observasi TTV, melakukan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotika,
implementasi dilaksanakan sesuai intervensi yang ditetapkan agar tercapai tujuan dan
Pada evaluasi didapatkan hasil keadaan umum By.”C” cukup baik, kepala,
muka, sklera, dada, abdomen, punggung, ekstremitas atas, ekstremitas bawah sampai
lutut dan integumen masih tampak kuning. Melanjutkan intervensi pantau TTV, cek
billirubin.
BAB V
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Pengkajian pada By.”C” Umur 3 hari dengan Ikterus neonatorum pada tanggal 26
-03-2011RSSA Malang didapatkan pasien dalam keadaan mulai membaik.
Evaluasi dari akhir klien, keadaan cukup baik, intervensi dilanjutkan untuk
pemantauan tanda-tanda vital dan cek billirubin.
4.2. Saran
4.2.1. Bagi pasien
Agar terjalin hubungan yang kooperatif antara klien dan petugas kesehatan
dalam pemberian terapi