Vous êtes sur la page 1sur 45

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Penyuluhan Kesehatan

2.1.1 Pengertian

Istilah tentang penyuluhan atau pendidikan kesehatan telah

dirumuskan oleh para ahli pendidikan kesehatan dalam berbagai

pengertian, tergantung pada sudut pandang masing-maing. Berikut ini

beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli tersebut.

Penyuluhan atau pendidikan kesehatan identik dengan penyuluhan

kesehatan, karena keduanya berorintasi pada perilaku sehat, sehingga

mempunyai kemampuan mengenal masalah kesehatan dirinya, keluarga

dan kelompoknya dalam meningkatkan kesehatannya (Effendi, 2008).

Anwaz (2003) dalam Effendy (2008), penyuluhan kesehatan

adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan

pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar,

tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran

yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Depkes RI (2000) dalam Effendy (2008), penyuluhan kesehatan

adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan

prinsip–prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, di mana individu,

9
keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat,

tahu bagaimana caranya, dan melakukan apa saja yang bisa dilakukan,

secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta pertolongan

bila perlu

Committee President On Health pendidikan kesehatan adalah

proses yang menjembatani kesenjangan antara informasi kesehatan dan

praktek kesehatan, yang memotivasi seseorang untuk memperoleh

informasi dan berbuat sesuatu sehingga dapat menjaga dirinya menjadi

lebih sehat dengan menhindari kebiasaan yang buruk dan membentuk

kebiasaan yang menguntungkan kesehatan (Notoatmojo, 2009).

Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang

ditujukan untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok,

keluarga dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Sama

halnya dengan proses pembelajaran pendidikan kesehatan memiliki tujuan

yang sama yaitu terjadinya perubahan perilaku yang dipengaruhi banyak

faktor diantaranya adalah sasaran pendidikan, pelaku pendidikan, proses

pendidikan dan perubahan perilaku yang diharapkan (Setiawati dan

Dermawan, 2008).

Dari beberapa defenisi yang dikemukakan diatas, pada

kesimpulannya pendidikan kesehatan merupakan proses perubahan

perilaku secara terencana pada diri individu, kelompok, atau masyarakat

untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat. Pendidikan

10
kesehatan merupakan proses pada individu, kelompok atau masyarakat

dari tidak tahu tentang nilai kesehatan menjadi tahu, dan dari tidak mampu

mengatasi masalah kesehatan sendiri menjadi mandiri. Dengan demikian

pendidikan kesehatan merupakan usaha atau kegiatan untuk membantu

individu, kelompok, dan masyarakat dalam meningkatkan kemampuan

baik pengetahuan, sikap maupun keterampilan untuk mencapai hidup

sehat secara optimal.

2.1.2 Tujuan Penyuluhan Kesehatan

Secara umum, tujuan dari penyuluhan kesehatan ialah mengubah

perilaku individu/masyarakat dibidang kesehatan (WHO,1954) yang

dikutip oleh Notoatmojo (2009). Tujuan ini dapat diperinci lebih lanjut

menjadi:

1. Menjadikan kesehatan sebagai sesuatu yang bernilai dimasyarakat.

2. Menolong individu dan keluarga agar mampu secara mandiri atau

berkelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup

sehat.

3. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana

pelayanan kesehatan yang ada.

Secara operasional, tujuan pendidikan kesehatan diperinci

oleh WONG (1974) yang dikutip Tafal (2007) sebagai berikut :

11
a. Agar penderita atau masyarakat memiliki tanggung jawab yang

lebih besar pada kesehatan (dirinya), keselamatan lingkungan, dan

masyarakat.

b. Agar orang melakukan langkah-langka positif dalam mencegah

terjadinya sakit, mencegah berkembangnya sakit menjadi lebih

parah dan mencegah keadaan ketergantungan melalui rehabilitasi

cacat yangdisebabkan oleh penyakit.

c. Agar orang memiliki pengertian yang lebih baik tentang

eksistensi dan perubahan-perubahan sistim dan cara

memanfaatkannya dengan efisien dan efektif.

d. Agar orang mempelajari apa yang dapat dia lakukan sendiri dan

bagaimana caranya, tanpa selalu meminta pertolongan sistim

pelayanan kesehatan yang formal.

Effendy (2008) tujuan pendidikan kesehatan yang paling

pokok adalah:

1) Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan

masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat

dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

2) Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup

12
sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga dapat menurunkan

angka kesakitan dan kematian.

3) WHO mengemukakan tujuan pendidikan kesehatan adalah

untuk merubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat

dalam bidang kesehatan.

Dari kedua uraian tentang tujuan tersebut diatas, dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan kesehatan

bertujuan untuk mengubah pemahaman individu, kelompok

dan masyarakat dibidang kesehatan agar menjadikan kesehatan

sebagai sesuatu yang bernilai, mandiri dalam mencapai tujuan

hidup sehat, serta dapat menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan yang ada dengan tepat dan sesuai.

2.1.3 Metode Dan Alat Bantu (Media)

Pendidikan Kesehatan Beberapa metode dan alat bantu yang

digunakan dalam pendidikan kesehatan yaitu:

1. Metode

Setiawati dan Dermawan (2008) metode yang dipakai dalam

pendidikan kesehatan hendaknya metode yang dapat

mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan

pendidikan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat

pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih

jelas dan mudah dipahami. Dari banyak metode yang dapat

13
dipergunakan dalam pendidikan kesehatan masyrakat dapat

dikelompokan dalam dua macam metode, yaitu:

a) Metode didaktik

Pada metode didaktik yang aktif adalah orang yang

melakukan penyuluhan atau pendidikan kesehatan, sedangkan

sasaran bersifat pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut

serta mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan-

pertanyaan apapun. Dan proses penyuluhan yang terjadi bersifat

satu arah (one way method). Yang termasuk dalam metode ini

adalah :

1) Secara langsung : Ceramah

2) Secara tidak langsung : Poster. Media cetak (majalah,

bulletin, surat kabar) dan Media elektronik

b) Metode sokratik

Pada metode ini sasaran diberikan kesempatan

mengemukakan pendapat, sehingga mereka ikut aktif dalam

proses belajar mengajar, dengan demikian terbinalah komunikasi

dua arah antara yang menyampaikan pesan disatu pihak dengan

yang menerima pesan dilain pihak (two way method). Yang

termasuk dalam metode ini adalah :

14
1) Langsung : Diskusi, Curah pendapat, Demonstrasi, Simulasi,

Bermain peran, Sosiodrama, Symposium, Seminar dan Studi

kasus

2) Tidak langsung : Penyuluhan kesehatan melalui telepon dan

Satelit komunikasi

Syaiful Bahri (2001) yang dikutip metode pembelajaran

terdiri atas (Setiawati dan Dermawan, 2008)

a) Metode Proyek

Metode ini digunakan dengan diangkatnya suatu

masalah, kemudian dibicarakan dari berbagai sudut

pandang dan ditemukan pemecahannya secara keseluruhan.

Keuntungan dari metode ini adalah menambah wawasan

peserta didik, peserta lebih kreatif dan inovatif.

Kekurangan yang dirasakan adalah butuh dana besar,

materi biasa meluas dan butuh fasilitas yang mendukung.

b) Metode Tugas

Penugasan adalah metode pembelajaran yang

digunakan untuk memberikan motivasi terhadap peserta

didik untuk mencari tahu sumber lain yang terkait dengan

materi yang diberikan. Keuntungan dari metode ini adalah

cara merangsang para peserta untuk aktif mengembangkan

kemandirian, membina tanggung jawab, mengembangkan

15
kreatifitas. Kelemahannya adalah kreatifitas tidak merata

pada semua peserta didik.

c) Metode Eksperimen

Metode pembelajaran ini dengan cara memberikan

kesempatan pada peserta didik untuk mencoba sendiri dan

membuktikan materi yang dipelajari. Proses pengkajian

sampai menarik kesimpulan akan diikuti oleh peserta didik.

Keuntungan dari metode ini adalah peserta akan lebih

meyakini hasil belajarnya, lebih aktif dan kreatif.

Kekurangannya membutuhkan fasilitas yang memadai dan

menuntut ketelitian.

d) Metode Diskusi

Diskusi adalah pembelajaran dengan menekankan

pada pembicaraan dua arah yang ditujukan untuk

memecahkan masalah dalam bentuk pernyataan ataupun

dalam bentuk pertanyaan. Keuntungan digunakannya

metode ini adalah merangsang kreatifitas peserta, saling

menghargai, memperluas wawasan. Kelemahan dari

metode ini adalah pembicaraan sering menyimpang dari

materi, tidak dapat dipakai dalam kelompok besar, tidak

semua peserta mendapat imformasi yang sama.

16
e) Metode Sosiodrama

Sosiodrama atau role play adalah

mendramatisasikan suatu materi untuk lebih mudah

dipahami oleh para peserta didik. Keuntungan dari metode

ini antara lain; peserta dituntut untuk memahami materi

dengan benar, lebih aktif dan kreatif. Kekurangan dari

metode ini adalah tidak semua peserta bermain, memakan

waktu, perlu fasilitas.

f) Metode Demonstrasi

Demonstrasi yang melibatkan indra penglihatan,

indra pendengaran, suatu kejadian dengan bantuan alat dan

media untuk mempermudah diterimanya informasi dari

pembicara/pengajar. Kelebihan dari metode ini adalah

penyapaian lebih jelas, lebih menarik, peserta dapat lebih

aktif. Kekurangan adalah; memerlukan keterampilan

khusus pengajar, tersedianya fasilitas yang memadai

g) Metode Problem Solving

Problem solving adalah metode pembelajaran

tentang bagaimana memecahkan suatu masalah dimulai

dari pencarian data, analisa data penyajian sampai dengan

menarik kesimpulan.

17
h) Metode Tanya jawab

Metode ini dilakukan dengan memberikan beberapa

pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik.

Kelebihan dari metode ini pertanyaan yang menarik akan

memancimg perhatian peserta lebih aktif dan kreatif.

i) Metode Situasi Hipotesis

Metode ini merupakan bagian dari cara pemecahan

masalah. Situasi hipotesis mengandalkan kemampuan

berfikir peserta didik untuk memecahkan masalah yang

bersifat andai-andai. Peserta diharapkan mampu

mengidentifikasi, menganalisa dan memecahkan masalah

dengan berbagai cara.

j) Metode Games

Metode ini dilaksanakan dengan cara

menyampaikan pesan kepada peserta didik melalui suatu

symbol-simbol tertentu. Bermain adalah kegiatan yang

menyenangkan, metode ini bukan hanya menekankan unsur

kesenamgan tetapi juga tujuan pembelajaran bisa tercapai

tanpa sadar oleh peserta.

2. Alat bantu pembelajaran dalam pendidikan kesehatan

Notoatmojo (2009) alat bantu pembelajaran adalah alat-alat

yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan bahan pengajaran

18
dan biasa dikenal dengan nama alat peraga pengajaran. Alat peraga

pada dasarnya dapat membantu sasaran didik untuk menerima

pelajaran dengan menggunakan pancainderanya. Semakin banyak

indra yang digunakan dalam menerima pelajaran semakin baik

penerimaan pelajaran. Macam-macam alat bantu itu terdiri dari:

a. Alat bantu pandang

Alat bantu pandang berguna untuk merangsang indera

penglihatan pada waktu terjadi proses pembelajaran.

Alat bantu pandang ada dua macam yaitu:

1) Alat yang diproyeksikan, contohnya: terawangan (slide), film,

film strip.

2) Alat yang tidak diproyeksikan, contohnya: gambar, peta,bagan,

boneka.

b. Alat bantu dengar

Alat bantu dengar adalah alat yang dapat membantu

menstimulasi indera pendengaran pada waktu proses pembelajaran,

contohnya: piringan hitam, radio, pita suara.

c. Alat bantu pandang dengar

Alat bantu lihat pandang dengar adalah alat bantu

pendidikan kesehatan yang lebih dikenal dengan nama “Audio

Visual Aids” (AVA) yang dapat membantu menstimulasi indera

19
penglihatan dan pendengaran pada waktu proses pembelajaran.

Contohnya: televisi, VCD, dan kaset video.

d. Alat bantu berdasarkan pembuatannya

Alat bantu elektronik yang rumit, contohnya: film,

terawangan film yang memerlukan alat elektronik.

Alat bantu sederhana. Contohnya: leaflet, model buku

bergambar, benda-benda nyata (sayuran, buah-buahan), papan

tulis, flip chart, poster, boneka, panthom, spanduk.

2.1.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi penyuluhan

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan suatu penyuluhan

kesehatan masyarakat menurut Effendy (2008), apakah itu dari penyuluh,

sasaran atau dalam proses penyuluhan itu sendiri.

1. Faktor penyuluh

a. Kurang persiapan.

b. Kurang menguasai materi yang akan dijelaskan.

c. Penampilan kurang meyakinkan sasaran.

d. Bahasa yang digunakan kurang dapat dimengerti oleh sasaran

karenaterlalu banyak menggunakan istilah–istilah asing.

e. Suara terlalu kecil dan kurang dapat didengar.

f. Penyampaian materi penyuluhan terlalu monoton

sehinggamembosankan.

2. Faktor sasaran

20
a. Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit menerima pesan

yang disampaikan.

b. Tingkat sosial ekonomi terlalu rendah sehingga tidak begitu

memperhatikan pesan–pesan yang disampaikan, karena lebih

memikirkan kebutuhan–kebutuhan lain yang lebih mendesak.

c. Kepercayaan dan adat kebiasaan yang telah tertanam sehingga sulit

untuk mengubah misalnya, makan ikan dapat menimbulkan

cacingan, makan telur dapat menimbulkan cacingan.

d. Kondisi lingkungan tempat tinggal sasaran yang tidak mungkin

terjadi perubahan perilaku. Misalnya masyarakat yang tinggal di

daerah tandus yang sulit air akan sangat sukar untuk memberikan

penyuluhan tentang hygiene dan sanitasi dan perseorangan.

3. Faktor proses dalam penyuluhan

a. Waktu penyuluhan tidak sesuai dengan waktu yang diinginkan

sasaran.

b. Tempat penyuluhan dilakukan dekat tempat keramaian sehingga

mengganggu proses penyuluhan kesehatan yang dilakukan.

c. Jumlah sasaran yang mendengarkan penyuluhan terlalu banyak

sehingga sulit untuk menarik perhatian dalam memberikan

penyuluhan.

d. Alat peraga dalam memberikan penyuluhan kurang ditunjang oleh

alat peraga yang dapat mempermudah pemahaman sasaran.

21
e. Metode yang dipergunakan kurang tepat sehingga membosankan

sasaran untuk mendengarkan penyuluhan yang disampaikan.

f. Bahasa yang dipergunakan sulit dimengerti oleh sasaran, karena

tidak menggunakan bahasa keseharian sasaran.

2.2 Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

2.2.1 Pengertian

Pengetahuan adalah merupakan hasil proses dari pembelajaran

dengan menggunakan indera penglihatan, indera pendengaran, indera

penciuman dan indera pengecap. Pengetahuan akan memberikan

penguatan terhadap individu dalam setiap pengambilan keputusan dan

dalam berperilaku (Setiawati, 2008).

Pengetahuan adalah suatu yang datang dari luar individu dan

ditangkap oleh panca indera dan merupakan hal-hal yang kita ketahui

tentang kebenaran yang ada disekitar tanpa harus menguji

kebenarannya yang didapat melalui pengamatan yang mendalam.

(Weis, 2008)

2.2.2 Tingkat Pengetahuan

Secara umum tingkat pengetahuan di dalam Domain Kognitf

memiliki enam tingkatan, yaitu (Notoadmojo, 2007 dalam Wawan A

dan Dewi M, 2010):

1. Tahu (Know)

22
Diartikan sebagai pengingat sesuatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya, termasuk dalam pengetahuan ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau diransang yang telah diterima.

Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan tingkat yang paling

rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa

yang telah dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan,

mengidentifikasi dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang

telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, meramalkan dan sebagainya terhadap objek

yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang

sebenarnya (rill). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi

atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode dan sebagainya

dalam konteks situasi yang lain.

23
4. Analisis (Analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam

suatu organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu

kemampuan untuk menyusun fomulasi baru dari formulasi-

formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang dilakukan sendiri atau

kriteria yang telah ada.

2.2.3 Proses perilaku “Tahu”

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku

yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger (1974)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku

24
dalam diri orang tersebut terjadi proses berurutan yakni

(Notoadmodjo, 2007) :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam

arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang yang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers

menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati

tahap diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku

melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan

sikap yang positif (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan

berlangsung lama (Notoadmodjo, 2010).

Pengetahuan menurut Poerwadarminta (2005) ialah

mengerti sesudah melihat atau setelah mengalami atau diajarkan.

Rendahnya pengetahuan seseorang sangat berpengaruh besar dalam

tahap penyembuhan penyakit. Hal ini dibuktikan dengan penelitian

25
yang dilakukan oleh Najamuddin (2006) bahwa tingkat

pengetahuan erat kaitan dengan tingkat kepatuhan berobat. Dari 200

responden yang diteliti didapatkan (83,8%) memiliki pengetahuan

baik/cukup patuh dalam berobat sedangkan (17,2%)

berpengetahuan kurang tergolong kurang patuh (Admin, 2011)

2.2.4 Pengetahuan Keluarga Tentang Kesehatan Jiwa

Pengetahuan keluarga tentang kesehatan jiwa adalah

bagaimana keluarga memahami proses gangguan jiwa dan

mengetahui perawatannya, meningkatkan kemampuan dan

keterampilan keluarga dalam perawatan klien dirumah dengan

tujuan lain adalah agar sesama anggota keluarga klien bisa bertukar

pengalaman dalam menghadapi klien gangguan jiwa di lingkungan

keluarganya (Rivai, 2005).

Pengetahuan dan keterampilan yang disajikan oleh perawat

kepada keluarga, adalah (Rivai, 2005):

1. Pengetahuan proses gangguan jiwa, tanda-tanda dan gejala

gejala kambuh secara dini.

2. Perawatan sehari-hari dan jenis kegiatan di rumah.

3. Pengetahuan tentang tindakan yang harus dilakukan pada saat

kritis, cara komunikasi, pola pertahanan keluarga yang

konstruktif, waktu kontrol dan tempat pelayanan yang bias

dihubungi atau tempat berobat.

26
Depkes RI (2003) dalam Purnawan (2003) menjelaskan

bahwa perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau

suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi

spesifik, durasi, dan tujuan baik disadari maupun tidak. Ketiga

kawasan perilaku disebut: cipta (kognisi), rasa (emosi), dan karsa

(konasi), dimana ketiga kemampuan ini harus dikembangkan secara

seimbang. Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku ke dalam 3

domain, yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor (Notoatmodjo.

2007).

Membentuk jenis respons atau perilaku, maka perlu

diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant

conditioning. Menurut Skinner (1983), prosedur pembentukan

perilaku dalam operant conditioning adalah sebagai berikut

(Notoadmodjo. 2007):

1. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan

penguat atau reinforce berupa rewards bagi perilaku yang

dibentuk

2. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen

komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki,

kemudian disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju

kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

3. Mengidentifikasi reinforce untuk masing-masing komponen

27
4. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan

urutan komponen yang telah tersususn tersebut.

Banyak faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku

seseorang. Perilaku yang dihasilkan dari hubungan berbagai

stimulus dan respon. Adapun faktor-faktor tersebut yaitu (Setiawati

dan Dermawan, 2008) :

1. Faktor internal

a. Kecerdasan : Adalah tingkatan kualitas proses piker

seseorang yang dipengaruhi banyak factor diantaranya ;

herediter, nutirsi dan latihan.

b. Persepsi : Adalah pengalaman yang dihasilkan melalui

indera penglihatan, pendengaran, dan penciuman.

c. Motivasi : Merupakan serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang

mau dan akan melakukan sesuatu. Didalam perubahan

perilaku motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya

penggerak didalam diri seseorang yang diwujudkan dalam

bentuk tindakan atau kegiatan.

d. Minat : Adalah keinginan yang tumbuh dari dalam

diriindividu untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam

mencapai satu tujuan.

28
e. Emosi /mood : Mood seseorang sangat mempengaruhi

dilakukan atau tidak dilakukannya suatu kegiatan.

2. Factor eksternal

a. Orang : Manusia adalah unit terbuka yang tersusun atas

aspek biologis, psikologis, social dan juga spiritual.

Manusia memiliki ketergantungan satu dengan lainnya,

oleh karena itu perubahan perilaku bias dipengaruhi

manusia yang ada disekitarnya.

b. Budaya : Adalah wujud nyata dari hasil proses

pembelajaran. Budaya tumbuh seiring dengan

perkembangan manusia, budaya ada yang berusaha

dipertahankan dan ada yang lambat laun ditinggalkan.

Robert Kwick (1974) dikutip oleh Notoatmodjo (2007)

bahwa perilaku dibentuk melalui suatu proses dan berlangsung

dalam interaksi manusia dengan lingkungannya, yang

dipengaruhi oleh faktor intern mencakup: pengetahuan,

kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, mental, dan sebagainya,

serta faktor ekstern yang meliputi lingkungan sekitar, baik fisik

maupun non-fisik seperti: iklim, sosial-ekonomi, kebudayaan,

dan sebagainya.

29
2.3 Tinjauan Umun Gangguan Jiwa Psikotik

2.3.1 Pengertian

Gangguan psikotik singkat didefinisikan sebagai suatu

gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1

bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat

fungsional premorbid. (Saddock BJ, 2009)

Psikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidak

mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat

halusinasi, waham atau perilaku kacau/aneh. (Yosep, 2007 )

2.3.2 Epidemiologi

Menurut sebuah studi epidemiologi internasional, berbeda

dengan skizofrenia, kejadian nonaffective timbul psikosis akut 10 kali

lipat lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara-negara

industri. Beberapa dokter percaya bahwa gangguan yang mungkin

paling sering terjadi pada pasien dengan sosioekonomi yang rendah,

pasien dengan gangguan kepribadian yang sudah ada sebelumnya (

paling sering adalah gangguan kepribadian histrionik, narsistik,

paranoid, skizotipal, dan ambang ), dan orang yang pernah mengalami

perubahan kultural yang besar ( misalnya imigran ).

30
2.3.3 Etiologi

Didalam DSM III faktor psikososial bermakna dianggap

menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah

dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan

diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama

dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya

tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang

heterogen.

Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar

di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin

memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan

gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa

traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit

parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti,

dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung

kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat.

Diagnosis gangguan psikotik singkat berdasarkan adanya satu

atau lebih gejala psikotik seperti waham, halusinasi dan sikap

katatonik. Berdasarkan DSM-IV diagnosisnya terutama atas lama

gejala, untuk gejala psikotik yang berlangsung sekurangnya satu hari

tetapi kurang satu bulan dan yang tidak disertai dengan suatu

gangguan mood, gangguan berhubungan dengan zat, atau suatu

31
gangguan psikotik karena kondisi medis umum, diagnosis gangguan

psikotik singkat kemungkinan merupakan diagnosis yang tepat. Untuk

gejala psikotik yang berlangsung lebih dari satu hari, diagnosis sesuai

yang harus dipertimbangkan adalah gangguan delusional (jika waham

adalah gejala psikotik yang utama), gangguan skizofreniform (

jikagejala berlangsung kurang dari 6 bulan), dan skizofrenia (jika

gejala telah berlangsung lebih dari 6 bulan). (Saddock BJ, 2009)

Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik :

1. Adanya satu (atau lebih) gejala berikut :

a. Waham

b. Halusinasi

c. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau

inkoherensi)

d. Perilaku terdisorganisasi jelas atau katatonik

Catatan: jangan masukan gejala jika pola respon yang diterima

secara kultural.

2. Lama suatu episode gangguan adalah sekurangnya satu hari tetapi

kurang dari satu bulan, akhirnya kembali penuh kepada tingkat

funsi pramorbid.

3. Gangguan tidak lebihh baik diterangkan oleh suatu ganggan mood

dengan ciri psikotik, gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan

32
bukan karena efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya

obat yang disalahgunakan) atau suatu kondisi umum.

Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang

kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang

tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala

yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati

bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian

mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat

daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk

gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau

perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan

gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi.

Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang

mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan

organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negatif.

Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi

psikotik parah yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak

kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak

atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh

pikiran atau perilaku, kegelisahan , halusinasi, delusi, disorientasi,

33
perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan

wawasan miskin.

Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan

untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari

pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi

mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood

sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama

mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping

itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat

tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.

Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa

kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan

emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah

kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang

berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus

dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien.

Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin

memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa

yang tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain

berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa

yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang

34
menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress

yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat

pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin.

2.3.4 Gambaran Klinis

Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang

kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang

tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang

ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa

gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin

lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada

gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan

psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku

yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya

ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala

tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis

delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap,

walaupun hasilnya mungkin negatif.

Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi

psikotik parah yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak

kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak

atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh

pikiran atau perilaku, kegelisahan , halusinasi, delusi, disorientasi,

35
perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan

wawasan miskin.

Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan

untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari

pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi

mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood

sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama

mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping

itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat

tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.

Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa

kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional

yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian

anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat.

Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus

dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien.

Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin

memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa

yang tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain

berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa

yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang

menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress

36
yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat

pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin.

2.3.5 Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Menurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik

singkat adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian,

perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat

menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien

dengan persentasi yang tidak diketahui, yang pertama kali di

klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya

menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan

gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan

psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian di Eropa

telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak

memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.

Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa

hari. Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala

psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik

maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah

dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri

tersebut memiliki kemungkinan kecil untukkemudian menderita

skizofrenia atau suatu gangguan mood.

Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat

37
1. Penyesuaian premorbid yang baik

2. Sedikit trait schizoid pramorbid

3. Stressor pencetus yang berat

4. Onset gejala mendadak 

 Gejala afektif

Konfusi selama psikosis

7. Sedikit penumpulan afektif

8. Gejala singkat

9. Tidak ada saudara yang skizofrenik

2.3.5 Penatalaksanaan

Pasien dengan serangan psikotik akut mungkin memerlukan

rawat inap singkat untuk masalah evaluasi dan keselamatan. Jika

seorang pasien menjadi agresif, pengasingan singkat atau pembatasan

mungkin diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien dan / atau

orang lain. Disamping itu, lingkungan rumah sakit yang tenang dan

terstruktur dapat membantu pasien memperoleh kembali rasa

realitasnya. Sambil klinisi menunggu lingkungan dan obat

menunjukkan efeknya, pengurungan, pengikatan fisik, atau monitoring

berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan.Penatalaksaan

gangguan psikotik singkat secara umum dapat dilakukan melalui

psikoterapi dan pada beberapa kasus diperlukan terapi obat

38
(farmakoterapi) untuk mendukung psikoterapi yang dilakukan. Setelah

episode akut diselesaikan, individu, keluarga, dan terapi kelompok

dapat dianggap untuk membantu mengatasi stres, menyelesaikan

konflik, dan meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.

2.3.6 Farmakoterapi

Tujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas

dan untuk mencegah komplikasi. Dua kelas utama obat yang perlu

dipertimbangkan didalam pengobatan gangguan psikotik adalah obat

antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan benzodiazepine. Jika

dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi, misalnya

haloperidol biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada

pada resiko tinggi untuk mengalami efek samping ekstrapiramidal,

suatu obat antikolinergik kemungkinan harus diberikan bersama-sama

dengan antipsikotik sebagai profilaksis terhadap gejala gangguan

pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine dapat

digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun benzodiazepine

memiliki sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan

jangka panjang gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka

singkat dan disertai dengan dengan efek samping yang lebih jarang

daripada antipsikotik.. pada kasus yang jarang benzodiazepine disertai

dengan peningkatan agitasi dan pada kasus yang lebih jarang lagi

dengan kejang putus obat yang hanya biasanya terjadi pada

39
penggunaan dosis tinggi terus menerus. Medikasi hipnotik sering kali

berguna selama satu sampai dua minggu pertama setelah resolusi

episode psikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari

dalam pengobatan gangguan ini.

2.4 Tinjauan Umum Perawatan Gangguan Jiwa Di Rumah

Setadi (2008) beberapa hal penting yang harus dilakukan keluarga

dalam upaya penyesuaian diri dengan kehadiran penderita gangguan jiwa

dalam system mereka dan cara mengatasinya, adalah

1. Aktif mencari informasi atau psikoedukasi.

Informasi-informasi yang akurat tentang gangguan jiwa,

gejala-gejalanya, kemungkinan perjalanan penyakitnya, berbagai

bantuan medis dan psikologis yang dapat meringankan gejala

gangguan jiwa merupakan sebagai informasi vital yang sangat

dibutuhkan keluarga. Informasi yang tepat akan menghilangkan

saling menyalahkan satu sama yang lain, memberikan peganggan

untuk dapat berharap secara realistis dan membantu keluarga

mengarahkan sumber daya yang mereka memiliki pada usaha-usaha

yang produltif. Pemberian informasi yang tepat dapat dilakukan

dengan suatu program psikoedukasi untuk keluarga.

3. Sikap yang tepat adalah SAFE (Sense of humor, Accepting the illness,

family balance, Expectations which are realistic).

40
4. Keluarga perlu memiliki sikap tepat tentang skizofrenia, disingkatnya

sikap-sikap yang tepat itu dengan SAFE.

5. Support group

Bila mana keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga

mereka seorang diri, beban itu akan terasa sanngat berat, namun bila

keluarga yang sama-sama memiliki anggota keluarga dengan

gangguan jiwa bergabung bersama maka beban mereka akan terasa

lebih ringan. Mereka dapat saling menguatkan, berbagai informasi

yang mutahir, bahkan mungkin menggalang dana bersama bagi

keluarga yang kurang mampu. Upaya peradaan ketegangan emosional

secara kelompok juga akan efektif dan lebih murah.

6. Family therapy (Object relations family therapy)

Family therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya

membantu keluarga agar sebagai suatu system meningkat

kohensivitasnya dan lebih mampu melakukan penyesuaian diri.

Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri si

penderita seperti melibatkan dalam kegiatan sehari-hari dan mereka

harus sabar dan menerima kenyataan.

Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh

yang sangat berarti bagi penderita gangguan jiwa. Menerima

kenyataan, menurut Suryantha adalah kunci pertama proses

penyembuhan atau pengendalian gangguan jiwa. Keluarga harus tetap

41
bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan

penderita. Tindakan kasar, bentakan atau mengucilkan malah akan

membuat penderita semakin depresi bahkan cenderung bersikap

kasar. Akan tetapi terlalu dimanjakan juga tidak baik.

Keluarga menanggung beban dan tanggung jawab

merawat anggota keluarga yang sakit, terutama mengatasi perilaku

kacau tanpa informasi, ketrampilan dan dukungan yang memadai.

Akhir-akhir ini perhatian para ahli beralih kepada pengaruh keluarga

terhadap timbulnya. Sikap keluarga terhadap penderita dapat

ditentukan dengan apa yang disebut EE (Emitional Expresion) yang

terdiri atas kritikan atau komentar negative, emosional over

involvement, permusuhan terhadap penderita, ketidak puasan dan

kehangatan.

Keluarga merupakan system pendukung utama untuk

memberikan perawatan dasar langsung pada setiap keadaan (sehat-

sakit) pasien. Keluarga juga merupakan suatu unit pelayanan

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dan

masyarakat. Ada beberapa upaya yang dapat dilaksanakan oleh

keluarga untuk mencegah gangguan jiwa, antara lain (Suliswati et

al. 2009) :

1. Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi anggota

keluarga

42
2. Saling mencintai dan menghargai antara anggota keluarga

3. Saling membantu dan member antar anggota keluarga

4. Saling terbuka dan tidak ada diskriminasi

5. Memberi pujian kepada anggota keluarga untuk segala

perbuatannya yang baik.

6. Menghadapi ketegangan dengan tenang serta menyelesaikan

masalah kritis/darurat secara tuntas dan wajar

7. Menunjukkan empati serta memberi bantuan kepada anggota

keluarga yang mengalami perubahan perilaku, gangguan

pertumbuhan dan perkembangan terlambat serta lansia.

8. Saling menghargai dan mempercayai

9. Membina hubungan dengan anggota keluarga yang lainnya

10. Berekreasi bersama anggota keluarga untuk menghilangkan

ketegangan dalam keluarga.

11. Menyediakan waktu untuk kebersamaan antar anggota

keluarga

Hal-hal yang perlu diketahui oleh keluarga dalam perawatan

gangguan jiwa (Harist, 2009) :

1. Pasien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang

sama dengan orang lainnya, mempunyai martabat dan

memerlukan perlakuan manusiawi.

43
2. Pasien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat kembali

ke masyarakat dan berperan dengan optimal apabila

mendapatkan dukungan yang memadai dari seluruh unsur

masyarakat. Pasien gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat

sembuh

3. Pasien dengan gangguan jiwa tidak dapat dikatakan sembuh

secara utuh, tetapi memerlukan bimbingan dan dukungan

penuh dari orang lain dan keluarga.

4. Tujuan perawatan pasien gangguan jiwa di rumah adalah :

a. Meningkatkan kemadirian pasien

b. Pengoptimalan peran dalam masyarakat

c. Meningkatkan kemampuan mencegah masalah

5. Pesien memerlukan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari

seperti makan, minum, berpakaian dan kebersihan diri dengan

optimal. Keluarga berperan untuk membantu pemenuhan

kebutuhan ini sesuai tahap-tahap kemandirian pasien.

6. Kegiatan sehari-hari seperti melakukan pekerjaan rumah

(ringan), membantu usaha keluarga atau bekerja (seperti orang

normal lainnya) merupakan salah satu bentuk terapi

pengobatan yang mungkin berguna bagi pasien.

44
7. Berilah peran secukupnya pada pasien dengan tingkat

kemampuan yang dimiliki. Pemberian peran yang sesuai

dengan peningkatan harga diri pasien.

8. Berilah motovasi pada pasien sesuai dengan kebutuhan (tidak

dibuat-buat) dalam rangka meningkatkan moral dan harga diri.

9. Kembangkan kemampuan yang telah dimiliki oleh pasien pada

waktu yang lalu. Kemampuan masa lalu berguna untuk

menstimulasi dan peningkatan fungsi klien sedapat mungkin.

Upaya keluarga dalam penyusuaian diri dengan

kehadiran anggota keluarga dengan gangguan jiwa dipengaruhi

oleh beberapa hal, yaitu (Kartono, 2009):

1. Informasi

Informasi-informasi yang akurat tentang gangguan jiwa,

gejala-gejalanya, kemungkinan perjalanan penyakitnya,

berbagai bantuan medis dan psikologis yang dapat

meringankan gejala merupakan info vital yang sangat

diperlukan keluarga. Info yang tepat ekan menghilangkan

saling menyalahkan satu sama lain, dengan suatu program

psikoedukasi untuk keluarga.

2. Tanggung jawab keluarga

45
Keluarga menggung beban dan tanggung jawab merawat

anggota keluarga yang sakit terutama mengatasi perilaku kacau

tanpa informasi, keterampilan dan dukungan yang memadai.

3. Terapi keluarga

Terapi keluarga dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya

membantu keluarga agar lebih mampu melakukan penyesuaian

diri.

4. Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam

diri penderita

5. Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat

penyembuh yang sangat berarti bagi penderita gangguan jiwa

6. Keluarga harus bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan

tidak mengasingkan penderita. Tindakan kasar, bentakan atau

mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi

bahkan cenderung bersikap kasar, akan tetapi memanjakan

juga tidak baik.

7. Pasca perawatan biasanya penderita akan dikembalikan pada

lingkungan keluarga. Penerimaan kembali oleh keluarga akan

sangat besar artinya, dalam berbicara tidak boleh emosional

agar tidak memancing kambali emosi penderita.

8. Yang penting dalam usaha pencegahan berupa, hindari frustasi

dan kesulitan psikis lainnya. Menciptakan kontak sosial yang

46
sehat dan membiasakan pasien untuk memiliki sifat positif dan

mau melihat hari depan dengan rasa keberanian. Selain itu,

kurangi pemberian tanggung jawab agar tidak membebani

penderita dan dapat mengurangi stress jangka pendek.

Penderita mungkin menggunakan kata-kata yang tidak

masuk akal. Agar lebih paham, cobalah berkomunikasi dengan

cara lain dengan mangajak melakukan aktivitas bersama-sama,

seperti mendengarkan musik, menonton TV atau menunjukkan

perhatian. (Suliswati, 2005).

Friedman (1998) dikutip dalam Setiadi (2008)

mendefenisikan dukungan keluarga sebagai suatu proses

hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya.

Dukungan keluarga tersebut bersifat reprokasitas (timbal

balik), umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi), dan

keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan)

dalam hubungan sosial.

Dukungan keluarga merupakan sebuah proses yang

terjadi sepanjang kehidupan, dimana dalam semua tahap siklus

kehidupan dukungan keluarga membuat keluarga mampu

berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal untuk

meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga dalam

kehidupan (Setiadi, 2008).

47
Setiadi (2008) komponen – komponen dukungan keluarga

dalam perawatan paenderita gangguan jiwa, terdiri dari :

1. Dukungan Pengharapan

Dukungan pengharapan meliputi pertolongan pada

individu untuk memahami kejadian gangguan jiwa dengan

baik, sumber gangguan jiwa dan strategi koping yang dapat

digunakan dalam menghadapi stressor. Dukungan

pengharapan yang diberikan berdasarkan kondisi

sebenarnya dari penderita. Sehingga dukungan yang

diberikan dapat membantu meningkatkan strategi koping

individu dengan strategi–strategi alternatif berdasarkan

pengalaman yang berfokus pada aspek–aspek yang positif.

2.Dukungan Nyata

Dukungan nyata meliputi penyediaan dukungan

jasmaniah seperti pelayanan, bantuan financial, material

berupa bantuan nyata, dimana benda atau jasa yang

diberikan akan membantu memecahkan masalah, seperti

saat seseorang memberi atau meminjamkan uang,

menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit,

menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh penderita

gangguan jiwa dan menyediakan obat – obatan yang

dibutuhkan. Dukungan nyata paling efektif bila dihargai

48
oleh penerima dengan tepat. Pada dukungan nyata keluarga

merupakan sumber untuk mencapai tujuan praktis dan

konkrit.

3. Dukungan Informasi

Dukungan informasi meliputi pemberian solusi dari

masalah, pemberian nasehat, pengarahan, saran, ide-ide, dan

umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh pasien

gangguan jiwa. Keluarga dapat menyediakan informasi

dengan menyarankan tentang terapi yang baik dan tindakan

yang spesifik bagi pasien gangguan jiwa untuk melawan

stressor.

4. Dukungan Emosional

Selama individu mengalami gangguan jiwa, individu

sering menderita secara emosional, sedih, cemas, dan

kehilangan harga diri. Dukungan emosional yang diberikan

oleh keluarga atau orang lain dapat membuat individu

merasa tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada

keluarga atau orang lain yang memperhatikan, mau

mendengar segala keluhannya, dan empati terhadap

persoalan yang dihadapinya,

49
2.5 Kerangka Konsep Penelitian

Pengetahuan adalah merupakan hasil proses dari pembelajaran dengan

menggunakan indera penglihatan, indera pendengaran, indera penciuman dan

indera pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu

dalam setiap pengambilan keputusan dan dalam berperilaku (Setiawati, 2008).

Secara umum tingkat pengetahuan di dalam Domain Kognitf memiliki enam

tingkatan, yaitu (Notoadmojo, 2007 dalam Wawan A dan Dewi M, 2010):

1. Tahu (Know)

2. Memahami (Comprehention)

3. Aplikasi (Application)

4. Analisis (Analisys)

5. Sintesis (Syntesis)

6. Evaluasi (Evaluation)

Berdasarkan landasan teoritis yang telah diuraikan maka skema

yang menggambarkan tentang mengetahui Pengaruh Penyuluhan

Perawatan Pasien Jiwa psikotik Terhadap Tingkat Pengetahuan Kepala

Keluarga.

Adapun gambaran variable yang di teliti dapat di lihat pada

gambar berikut :

50
Ada Pengaruh
Penyuluhan
riDependen
Perawatan Perubahan Tingkat
Pasien Jiwa Pengetahuan Pada
Psikotik Keluarga

Tidak Ada Pengaruh

Pengetahuan kepala
keluaraga

- Pemahan
- Tingkat Pendidikan

Keterangan :

: Variabel independent

: Variabel dependent

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Skema 2.5 : Kerangka Konsep

2.6 Defenisi Operasional

1.Defenisi operasional adalah mengidentifikasi Variabrl secara operasional

berdasarkan karakter yang di amati ,sehingga memungkinkan penelitian ini

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek fenomena

(Alimul,2008)

51
2.Identifikasi Variabel

a. Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini adalah penyuluhan
perawatan pasien jiwa.

b. Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini perubahan tingkat
pengetahuan pada keluarga

c. Variabel moderat
Variabel Moderat pada penelitian ini umur, tingkat pendidikan dan
sosial budaya

No Variabel Defenisi oprasional Alat Cara Skala Hasil Akhir

Ukur Ukur

1 Independen Pemberian informasi/ Nominal 1. Dilakukan

pengetahuan tentang
penyuluhan
gangguan jiwa yang
perawatan 2. Tidak Di
terdiri dari; pendidikan lakukan
pasien jiwa.
tentang pengertian

Gangguan Jiwa,

penyebab Gangguan

Jiwa, pencegahan

Gangguan Jiwa, dan

perawatan pasien

Gangguan Jiwa, dengan

cara menyuluh dan

menggunakan media

52
penyuluhan. Dalam

penelitian ini

menggunakan media

leaflet dan poster.

2 Dependen Pengetahuan keluarga koesioner Ordinal Baik :


Bila skor
adalah pengetahuan
tingkat responden 76
dan pemahaman
pengetahuan - 100%
keluarga tentang Jawaban
pada
Benar
gangguan jiwa,
keluarga
pengertian dan ciri-ciri
Cukup :
gangguan jiwa, Bila skor
responden 56
penyebab gangguan
- 75%
jiwa, tugas dan fungsi
Jawaban
keluarga dalam Benar

kesehatan jiwa dan


Kurang :
upaya perawatan dalam
Bila skor
gangguan jiwa. responden 40
- 55%
Jawaban
Benar

53

Vous aimerez peut-être aussi