Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN TEORI
A. KONSEP DASAR
Eliminasi
1. Definisi Eliminasi Urin
Eliminasi dasar merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolisme
tubuh pembuangan dapat melalui urin ataupun bowel eliminasi urin
normalnya. Proses ini sangat tergantung pada fungsi organ eliminasi
seperti gunjal, ureter bladder dan uretra .
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Ginjal
Ginjal adalah organ tubuh berbentuk kacang berwarna merah tua,
panjang 12,5 cm dan tebalnya 2,5 cm. besarnya kurang lebih 125 -
175 gram pada laki-laki dan 115 gram pada perempuan.
Fungus utama ginjal :
Mengeluarkan sisa nitrogen, toksin, ion dan obat-obatan.
Mengatur jumlah dan zat-zat kimia dalam tubuh.
Mempertahankan keseimbangan antara air dengan garam serta
asam dan basa.
Menghasilkan rennin enzim untuk membantu pengaturan tekanan
darah.
Menghasilkan hormone eritropoltin, yang menstimulasi
pembentukan sel darah merah di sumsung tulang.
b. Ureter
Setelan urin berbentuk akan dialirkan ke pelvis ginjal lalu ke bladder
melalui ureter. Panjang ureter 26 – 30 cm, diameter 4 - 6 cm. lapisan
tengah ureter terdiri dari obat yang distimulasi oleh tranmisi
impulsentrik berasal dari saraf anatomi akibat gerak peristaltic ureter,
urine akan didorong ke kandung kemih.
1
c. Kandung Kemih
Merupakan tempat penampungan urine, terletak didasar panggul pada
daerah retroperitoneal, terdiri atas otot-otot yang dapat mengenai
kandung kemih. Kandung kemih dapat menampung 300 – 400 ml.
d. Uretra
Merupakan saluran pembuangan urin yang berlangsung keluar dari
tubuh. Control pengeluaran urin terjadi karena adanya spinter ekstema
yang dapat dikontrol oleh kesadaran kita.
3. Reflek Miksi
Kandung kemih dipersyarafi oleh saraf sacral (5-2) dan sakral 3(5-3) saraf
sensorik di kandung kemih dikirim oleh medullaspinalis bagian sakral 2
sampai sakral 4 kemudian diteruskan kepusat miksi pada susunan saraf
pusat. Miksi mengirimkan sinyal ke otot kandung kemih pada saat
kontraksi spinter interna relaksasi dan spinter eksterna akan berperan,
apakah mau miksi atau ditahan. Biasanya tidak lebih dari 10 ml urine yang
tersisa dalam kandung kemih yang disebut urine residu.
4. Pola Eliminasi Urine Normal
Pola eliminasi urine tergantung pada individu, biasanya miksi setelah
bekerja, makan atau bangun tidur, normalnya 5 kali sehari.
5. Karakteristik Urine Normal
Warna normal urine adalah kuning terang, tapi warna urine tergantung
pada intake cairan, keadaan dehidrasi, dan penggunaan obat preparat besi
maka urine akan berubah kemerahan sampai kehitaman. Bau normal urine
adalah bau khas amoniak. Jumlah urine yang dikeluarkan tergantung pada
usia, intake cairan dan status kesehatan. Pada orang dewasa sekitar 1.200 –
1.500 ml/hari atau 150 – 600 ml/sekali miksi.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi urine
a. Pertumbuhan dan Perkembangan
Usia dan berat badan dapat mempengaruhi jumlah pengeluaran urine
pada usia lanjut volume bladder berkurang, demikian juga wanita
hamilsehingga frekuensi berkemih juga akan lebih sering.
2
b. Sosiokultural
Budaya masyarakat diman sebagian masyarakat hanya dapat miksi
pada tempat tertutupdan sebaliknya ada masyarakat yang dapat miksi
pada lokasi terbuka.
c. Psikologis
Pada keadaan cemas dan tress akan meningkatkan simulasi berkemih.
d. Kebiasaan Seseorang
Misalnya seseorang hanya bisa berkemih di toilet, sehingga ia tidak
dapat berkemih dengan pot urine.
e. Tonus Otot
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot bladder, otot abdomen dan
pelvis untuk berkontraksi. Jika ada gangguan tonus, otot untuk
dorongan berkemih juga akan berkurang.
f. Intake Cairan dan Makanan
Alcohol menghambat Anti Diuretik Hormon (ADH) untuk meningkat
pembuangan urine. Kopi, the, cokelat dapat meningkatkan
pembuangan dan ekskresi urine.
g. Kondisi Penyakit
Pada pasien demam akan terjadi produksi urine karena cairan yang
dikeluarkan melalui kulit.
h. Pembedahan
Penggunaan anastesi menurunkan filtrasi glomerulus sehingga
produksi urine akan menurun.
i. Pengobatan
Penggunaan deuretik meningkatkan output urine, antikolinergik, dan
antihipertensi menimbulkan retensi urine.
j. Pemeriksaan
Cystocospy dapat menimbulkan endema local pada uretra, spasme
pada spinter bladder sehingga dapat menimbulkan urine.
3
7. Masalah-masalah Eliminasi Urine
a. Retensi Urine
Merupakan kumpulan urine dalam bladder dan ketidakmampuan
bladder untuk mengosongkan kandung kemih. Penyebab distensi
adalah urine yang terdapat dalam bladder melebihi 400 ml.
b. Inkontinensia Urine
Ketidakmampuan otot spinter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine. Ada dua inkontinensia pertama
stresinkontenensia yaitu stress yang terjadi pada saat tekanan intra
abdomen meningkat seperti pada saat batuk atau tertawa. Urge
inkontinensia terjadi saat klien terdesak ingin berkemih, akibat infeksi
saluran kemih bagian bawah/spasme bladder.
c. Eaurisis
Ketidaksanggupan menahan kemih yang diakibatkan ketidakmampuan
untuk mengendalikan spinter ekterna.
8. Perubahan Pola Berkemih
a. Frekuensi : Meningkatnya frekuensi berkemih tanpa intake
cairan yang meningkat biasanya terjadi pada
cystitis, stress dan wanita hamil.
b. Urgency : Perasaan ingin segera berkemih dan biasanya
terjadi pada anak-anak karena kemampuan
spinter untuk mengontrol berkurang
c. Dysuria : Rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih
misalnya pada infeksi saluran kemih, trauma
dan striktur uretra.
d. Urinary Surpression : Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi
urine secara tiba-tiba.
4
Eliminasi Bowel
1. Definisi Eliminasi
Merupakan proses pembuangan metabolisme tubuh. Pembuangan berupa
feses melalui anus.
5
b. Diet
Makanan berseras akan mempercepat produksi feses, banyaknya
makanan yang masuk ke dalam tubuh juga mempengaruhi proses
defekasi.
c. Intake Cairan
Intake cairan yang berkurang akan menyebabkan feses menyadi lebih
keras disebabkan karena absorbs cairan yang meningkat.
d. Aktivitas
Gerakan peristaltik akan memudahkan bahan feses bergerak secara
kolon.
e. Filosofi
Keadaan cemas, takut dan marah akan meningkatkan peristaltic
sehingga menyebabkan diare.
f. Pengobatan
Beberapa jenis obat menyebabkan diare dan konstipasi.
g. Gaya Hidup
Kebiasaan untuk melatih buang air besar sejak kecil secara teratur,
fasilitas BAB dan BAK.
h. Prosedur Diagnostik
Biasanya dipuasakan/dilakukan klisma dahulu agar tidak dapat buang
BAB kecuali setelah makan.
i. Penyakit
Beberapa penyakit pencernaan dapat menimbulkan diare dan
konstipasi.
j. Anastesi dan Pembedahan
Anastesi umum dapat menghalangi inpuls parasimpatis, sehingga
kadang-kadang menyebabkan iteus usus.
k. Nyeri
Pengalaman nyeri waktu buang air besar seperti adanya hemeroid,
fraktur ospubis, episiotomy akan mengurangi keinginan untuk BAB.
6
l. Kerusakan Sensorik dan Motorik
Kerusakan spinal cord dan injury kepala akan menimbulkan penurunan
stimulus sensorik untuk defekasi.
5. Masalah-masalah umum pada Eliminasi Bowel
a. Konstipasi : Gangguan eliminasi adanya feses yang kering
dan keras melalui usus besar.
b. Fecal Infaction : Masa feses yang keras dilipatan rekktum yang
diakibatkan oleh retensi dan akumulasi
material feses yang berkepanjangan.
c. Diare : Keluarnya feses cairan dan meningkatnya
frekuensi buang air besar akibat kerusakan
fungsi spinter atau pernafasan di daerah anus.
d. Inkontinensia Alvi : Hilangnya kemampuan otot untuk menginteil
pengeluaran feses dan gas yang dilalui spiter
anus akibat kerusakan fungsi spinter atau
pernafasan di daerah anus.
e. Kembung : Flatus yang berlebihan di daerah intestinal
f. Hemoroid : Peleburan vena di daerah anus sebagai akibat
dari peningkatan tekanan di daerah tersebut.
A. PROSES KEPERAWATAN
I. Pengkajian
Eliminasi Urine
1. Riwayat Keperawatan
Pola berkemih
Gejala daari perubahan berkemih
Faktor yang mempengaruhi berkemih
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen
Pembesaran, pelebaran pembuluh darah vena, distensi bledder,
pembesaran ginjal, nyeri tekan, bising usus.
b. Genetalia wanita
7
Inflamasi, nodul, lesi, adanya secret dari meatus
c. Genetalia laki-laki
Kebersiha, adanya lesi, adanya pembesaran skrotum
3. Intake dan Output Cairan
Kaji intake dan output cairan dalam sehari
Kebiasaan minum di rumah
Intake, cairan infuse, oral makan, NGT
Kaji perubahan volume urine untuk mengetahui
ketidakseimbangan cairan
Output urine dari urinal, cateter bag, sistostomi
Karakteristik urine
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan urine
- Warna (N : Jernih kekuningan )
- Penampilan (N : Jernih)
- Bau (N : Beraroma)
- pH (N : 4,5 - 8,0)
- Berat jenis (N : 1005 – 1030)
- Glukosa (N : Negatif)
- Keton (N : Negatif
b. Kultur Urine (N : Kuman Patogen Negatif)
Eliminasi Bowel
1. Riwayat Keperawatan
- Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
- Perilaku defekasi : penggunaan laksatif
- Deskripsi feses : warna, bau dan tekstur
- Diet : makanan yang mempengaruhi defekasi
- Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari
- Aktivitas : kegiatan sehari – hari
- Kegiatan yang spesifik
- Penggunaan medikasi : obat- obatan yang mempengruhi defekasi
8
- Stres : koping utnuk menghadapi / bagaimana
menerima
- Pembedahan / penyakit menetap
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : distensi, simetris, gerakan perstaltik
b. Rektum dan anus : tanda – tanda implamasi, perubahan
warna
3. Keadaan Feses
Konsistensi, bentuk, bau, warna, jumlah usus abnormal dalam feses :
lender
4. Pemeriksaan Fisik
a. Anuskopi
b. Proktosigmoidoskopi
c. Rontgen dengan kontras
9
Perencanaan eliminasi
10
DAFTAR PUSTAKA
11
BAB II
TINJAUAN KASUS
Ruangan : MELATI
2.1 Pengkajian
A. Data Dasar
1. Identitas
Nama : Tn.S
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Nama : Ardi
Umur : 30 Tahun
Pendidikan : SMA
12
Pekerjaan : Buruh Serabutan
x x x x
Keterangan
: Perempuan X : Meninggal
13
: Garis Pernikahan : Pasien
: Garis Keturunan
a. Kebutuhan Nutrisi
b. Kebutuhan Cairan
Keluarga pasien mengatakan pasien diberi minum 4-5 gelas perhari atau
kurang lebih 1200 cc ditambah pemasukan cairan infus 3botol/hari
adalah 1500cc .pasien tampak meminum air mineral dan susu NGT
dengan melalui selang NGT.
c. Kebutuhan Oksigenasi
Keluarga pasien mengatakan pasien sesak napas. Keluarga pasien
mengatakan dahak pasien sulit dikeluarkan . suara napas pasien rongki .
terlihat penggunaan otot bantu pernapasan , retaksi dinding dada , dan
napas cuping hidung . tampak banyak sekret dimulut pasien . pasien
terpasang oksigen nasal kanul 3liter/menit , RR : 29x/mnt
G. Kebutuhan Eliminasi
a. Pola BAB
Keluarga pasien mengatakan pasien jarang bab , keluarga pasien
mengatakan feses pasien kuning dan encer . keluarga pasien
mengatakan pasien terakhir bab 2 hari yang lalu
b. Pola BAK
Pasien tampak terpasang karteter , warna urine kuning kecoklatan ,
teraba distensi kandung kemih , area perinium pasien lembab ,
14
frekuensi berkemih tidak terkontrol , volume urine di urine bag
kurang lebih hanya 1100cc/hari
H. Pola Istirahat
I. Pola Aktivitas
Pasien tidak berespon saat ditanya nyeri . Wajah pasien tampak bingung , fokus
pasien menyempit hanya pada diri nya.
15
b. Sistem Pendengaran
Bentuk telinga pasien normal dan simetris, liang telinga pasien sedikit
kotor, pasien dapat mendengar dengan baik dan tidak menggunakan
alat bantu pendengaran.
c. Sistem Wicara
Bentuk bibir pasien normal dan simetris, mukosa bibir kering.
Terdapat sianosis di bibir . Gigi pasien tidak lengkap , warna gigi
pasien kekuningan.
d. Sistem Imunologis
Tidak ada pembesaran Kelenjar Tiroid.
e. Thorax
Bentuk dada pasien normal dan simetris, taktil fremitus pasien
normal, suara napas pasien rongki dengan irama pernapasan tidak
teratur , terjadi retaksi dinding dada , frekuensi pernapasan 29 x
permenit, bunyi jantung normal (lub dup)
f. Abdomen
Bentuk abdomen pasien normal dan simetris, turgor kulitnya elastis,
bising usus 12 x/menit.
5555 3333
16
3. Pemeriksaan Penunjang
Monosit 9 50 – 70 &
12. BT 2 0 – 10 Menit
Monosit 3 9 – 15 &
1–3
17
2–8
Nama : Tn.S Tgl. Order : 08/12/2016,
00.05
No. Rekam Medik : 00484997 Specimen : Serum
Umur : 31 th 6 bln 4 hr Sample ID : 1612080004
Jenis Kelamin : Laki-laki Instalasi : IRD/Non
Bedah
5. RESUME
Pasien datang ke Rumah Sakit tanggal 07-12-2016 pukul 09.00 WIB pasien
dibawa ke Rumah Sakit melalui rujukan Rumah Sakit Natar Medika,dengan
keluhan tubuh lemas , tubuh bagian kiri tidak bisa digerakkan dan disertai
penurunan kesadaran .
18
Lalu saat pengkajian pasien . keluarga pasien mengatakan pasein sesak napas ,
keluarga pasien mengatakan klien batuk dan dahak sulit dikeluarkan . tampak
penggunaan otot bahu pernapasan ,napas cuping hidung ,dan terjadi retaksi
dinding dada, suara napas pasien rongki , banyak sekret dimulut . keluarga
pasien mengatakan pasien tubuh sebelah kiri pasien tidak bisa digerakkan
.tampak aktivitas pasien dibantu keluarga, pasien berbaring di tempat tidur,
keadaan pasien tampak lemah.
5555 3333
S :36,7c N : 87x/mnt
6. DATA FOKUS
5555 3333
19
- Pasien terpasang karteterisasi
- warna urine ke kuning
kecoklatan
- teraba distensi kandung kemih
- area perinium pasien lembab
- frekuensi berkemih tidak
terkontrol
- volume urine di urine bag
kurang lebih hanya 1100cc/hari
20
ANALISIS DATA
21
Do :
- Pasien tampak dibantu ber
aktivitas oleh keluarga
- Tonus otot
5555 3333
5555 3333
DIAGNOSA KEPERAWATAN
22
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
23
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana
No Tgl Tujuan Rasional
Keperawatan Tindakan
1 12-12- Ketidakefektifan Setelah 1. Awas 1.Perubahan pada
2016 bersihan jalan dilakukan asuhan frekuensi pernapasan
nafas berhubungan keperawatan pernafasan, penggunaan otot
dengan sekresi 3x24 jam catat aksesoris
tertahan masalah kemudahan pernapasan, dan
ketidakefektifan bernafas adanya ronki atau
jalan nafas auskultrasi menduga ada
berhubungan bunyi nafas retensi secret.
dengan sekresi selidiki Abstruksi jalan
tertahan dapat kegelisahan, napas meskipun
diatasi dengan dupnea sebagian dapat
kriteria hasil : terjadinya menimbulkan tidak
- Suara ronki sianosis efektifnya pada
hilang napas & gangguan
- Penggunaan pertukaran gas
otot bahu menyebabkan
pernafasan komplikasi
berkurang / 2. Beri pasien 2.Posisi membantu
hilang posisi semi memaksimalkan
- Pernafasan power atau ekspansi peru dan
klien teratur fowler tinggi menurunkan upaya
- Sesak hilang/ pernapasan
berkurang 3. Bantu latihan 3. Memberikan
- Tidak terjadi nafas pasien beberapa
sianosis abdomen atau cara untuk
bibir mengatasi dan
mengontrol dispnea
4. Berikan obat 4.menurunkan
sesuai kongesti lokal.
indikasi: Menurunkan
Bronkodilator spasme jalan napas
mengindari
produksi mukosa
obat-obat mungkin
peroral, injeksi,
atau inhalasi
24
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana
No Tgl Tujuan Rasional
Keperawatan Tindakan
2 12-12- Gangguan pola Setelah 1. Kaji pola 1.mengidentifikasi
2016 eliminasi urin dilakukan asuhan berkemih fungsi kandung
berhubungan keperawatan kemih dan
dengan gangguan 3x24 jam keseimbangan
sensor motorik diharapkan klien cairan
dapat mengatasi
masalah
gangguan pola 2. Bersihkan 2.menurunkan
eliminasi urin daerah resiko terjadi iritasi
berhubungan perinium dan kulit/kerusakan
dengan gangguan jaga agar tetap kulit
sensor motorik kering
3. Anjurkan 3.membantu
kelurga pasien mempertahankan
memberi fungsi ginjal
minum 2-
4l/hari
4. Berikan 4.menghambat
kolaborasi pertumbuhan
pengobatan bakteri (kuman)
sesuai indikasi
- antiseptik
urinarius
25
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana
No Tgl Tujuan Rasional
Keperawatan Tindakan
3 13-12- Gangguan Setelah 1. Kaji 1. Mengidentif
2016 mobilitas fisik dilakukan asuhan kemampuan ikasi
berhubungan keperawatan secara kekauatan /
dengan kelemahan 3x24 jam fungsional kelemahan
kekuatan otot diharapkan klien klasifikasika dan dapat
dapat mengatasi n melalui memberika
masalah skala n informasi
gangguan pemulihan
mobilitas fisik
berhubungan 2. Ubah posisi 2. Menurunka
dengan minimal setiap n resiko
kelemahan 2 jam terjadinya
kekauatan otot (terlentang, perburukan
dengan kriteria Miring) sirkulasi
hasil : yang
- Tidak terdapat menimbulk
atrofi an
- Tidak terdapat kerusakan
dekubitus pada kulit /
kuler dekubitus
3. Mulailah 3. Meminimal
melakukan kan atropi
latihan rentang otot,
gerak aktif dan meningkatk
pasif pada an sirkulasi,
semua membantu
ekstermitas mencegah
kontraktur
4. Konsultasikan 4. Program
dengan ahli yang
fisioterapi khusus
dapat
dikembangk
an untuk
menemukan
kebutuhan
yang berarti
/ menjaga
kekurangan
tersebut
26
27
CATATAN PERKEMBANGAN
No DX Evaluasi
Tgl Wakt Implementasi Paraf Wakt
Keprwtn (S O A P)
13/12/ I 10.00 1. Mengawasi S:
2016 frekkuensi - keluarga klien
pernapasan mengatakan
2. Mencatat klien sesak
kemudahan - keluarga klien
bernapas mengatakan
dahak klien sulit
3. Mengauskultasi
dikeluarkan
bunyi nafas
4. Menyelidiki O:
kegelisahan -N: 87x/mnt
dispnea, terjadi RR: 29x/mnt
sianosis - pasien tampak
5. Memberikan gelisah
posisi semi - penggunaan otot
fowler bahu pernapasan
- suara nafas ronki
- terpasang oksigen
nasal kanul 3L/mnt
A: Masalah
belum teratasi
P :Lanjutkan
intervensi
- Berikan
terapi inhalasi
nebulizer
28
CATATAN PERKEMBANGAN
No DX Evaluasi
Tgl Wakt Implementasi Paraf Wakt
Keprwtn (S O A P)
13/12/ II 13.00 1. Mengkaji pola S : -
2016 berkemih
2. Membersihkan O :
dan menjaga area - Terdapat
perinium pasien distensi
tetap bersih kandung
kering kemih
3. Memganjurkan - Wajah klien
keluarga untuk tampak
memberikan gelisah
minum pasien (2- - Urin klien
4L/hari) berbau khas
4. Memberikan amoniak
kolaborasi obat - warna urine
dengan dokter klien kuning
kecoklatan
- area
perinium
pasien bersih
dan kering
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
5555 3333
29
- Tidak terdapat
dikubilus kulit
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
30
CATATAN PERKEMBANGAN
No DX Evaluasi
Tgl Wakt Implementasi Paraf Wakt
Keprwtn (S O A P)
14/12/ I 1. Mengevaluasi S :
2016 frekuensi - Keluarga klien
pernapasan mengatakan
2. Mencatat sesak klien
kemudahan mulai berkurang
bernapas - Keluarga klien
3. Mengauskultasi mengatakan
bunyi napas dahak klien
4. Menyelidiki mulai bisa
kegelisahan keluar sedikit-
dispnea, terjadi sedikit
sianosis
5. Memberikan O :
posisi fowler - N : 64x/mnt
6. Memberikan - RR : 25x/mnt
nobulizer - Pasien
tampak
tenang
- Penggunaan
otot bahu
pernapasan
mulai
berkurang
- Suaran napas
ronki
- Terpasang
oksigen
1L/mnt
-
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
31
II 1. Mengkaji pola S : -
berkemih O :
2. Membersihkan - Terdapat
dan menjaga area distensi
perinium pasien kandung
tetap bersih kemih
kering - Wajah klien
3. Memganjurkan tampak
keluarga untuk tenang
memberikan - Urin klien
minum pasien (2- berbau khas
4L/hari) amoniak
4. Memberikan - warna urine
kolaborasi obat klien kuning
dengan dokter kecoklatan
- area
perinium
pasien bersih
dan kering
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
- Klien tampak
lemah
- Tidak terdapat
dikubilus kolet
32
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
33
CATATAN PERKEMBANGAN
No DX Evaluasi
Tgl Wakt Implementasi Paraf Wakt
Keprwtn (S O A P)
15/12 I S :
/2016 1. Mengevaluasi -Keluarga
frekuensi klien
pernapasan mengatakan
2. Mencatat klien tidak
kemudahan lagi sesak
bernapas O : - Pernapasan
3. Mengauskultasi klien tampak
bunyi napas teratur
4. Menyelidiki - Penggunaan
kegelisahan otot bahu
dispnea, terjadi pernapasan
sianosis hilang
5. Memberikan -N :
posisi semi 64x/mnt
fowler RR : 25x/mnt
- Suara ronki
hilang
A : Masalah teratasi
P : Hentikan
intervensi
34
CATATAN PERKEMBANGAN
No DX Evaluasi
Tgl Wakt Implementasi Paraf Wakt
Keprwtn (S O A P)
15/12/ II 1. Mengkaji pola S : -
2016 berkemih O :
2. Membersihkan - Terdapat
dan menjaga area distensi
perinium pasien kandung
tetap bersih kemih
kering - Wajah klien
3. Memganjurkan tampak
keluarga untuk tenang
memberikan - Urin klien
minum pasien (2- berbau khas
4L/hari) amoniak
4. Memberikan - warna urine
kolaborasi obat klien kuning
dengan dokter kecoklatan
- area
perinium
pasien bersih
dan kering
A : Masalah belum
teratasi
P : Lanjutkan
intervensi
5555 3333
- Tidak terdapat
dikubilus kolet
- Tidak terdapat
atropi otot
A : Masalah teratasi
35
P : Hentikan
intervensi
36
BAB III
Penutup
4.1 Kesimpulan
5. Pasien datang ke Rumah Sakit tanggal 07-12-2016 pukul 09.00 WIB pasien
dibawa ke Rumah Sakit melalui rujukan Rumah Sakit Natar Medika,dengan
keluhan tubuh lemas , tubuh bagian kiri tidak bisa digerakkan dan disertai
penurunan kesadaran .
6. GCS: E:3 V:4 M:6
7. Lalu saat pengkajian pasien . keluarga pasien mengatakan pasein sesak napas ,
keluarga pasien mengatakan klien batuk dan dahak sulit dikeluarkan . tampak
penggunaan otot bahu pernapasan ,napas cuping hidung ,dan terjadi retaksi
dinding dada, suara napas pasien rongki , banyak sekret dimulut . keluarga
pasien mengatakan pasien tubuh sebelah kiri pasien tidak bisa digerakkan
.tampak aktivitas pasien dibantu keluarga, pasien berbaring di tempat tidur,
keadaan pasien tampak lemah.
8. Tonus otot 5555 3333
9.
10. 5555 3333
11.
12. TTV : TD: 160/110mmHG RR: 29x/mnt
S : 36,7c N : 87x/mnt
12.1 Saran
Penulis menydari bahwa masih jauh dari kata sempurna, bagi para pembaca
untuk memberikan kitik dan saran demi kesempurnaannya Laporan Akhir ini,
semoga Laporan Akhir ini bermanfaat bagi pembaca maupun penulis.
37
DAFTAR PUSTAKA
Dongoes, Marilynn E, dkk.2012. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : ECG
Tarwoto Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
38
LEMBAR KONSUL
39