Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pakan merupakan komponen pokok yang mengambil porsi terbesar dari biaya
produksi suatu usaha peternakan. Kualitas pakan ditentukan oleh kualitas bahan
baku yang menyusunnya. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk
menghasilkan produk (susu, telur, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi
lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar
ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada
Ternak membutuhkan zat-zat makanan yang ada dalam pakan seperti protein,
karbohidrat, dan lemak. Analisis proksimat merupakan suatu metoda analisis kimia
serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang
sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah
angka fraksi atau nilai sesungguhnya. Analisis proksimat dapat digunakan untuk
yang telah ada seperti mencari kekurangan pada ransum tersebut kemudian kita bisa
diperlukan.
1.2 Identifikasi Masalah
sebanyak 3 kali:
Padjadjaran
Padjadjaran
2.1 Kedelai
Kedelai merupakan salah satu tanaman sumber utama protein nabati dan
minyak nabati yang paling baik serta sebagai sumber lemak, vitamin, mineral dan
serat. Kandungan protein berkisar 30-40%, karbohidrat 34,8%, lemak 18,1% dan
masih mengandung zat gizi yang lain sehingga mempunyai potensi yang cukup baik
Selain itu kedelai merupakan sumber protein nabati yang efisien, dalam arti bahwa
untuk memperoleh jumlah protein yang cukup diperlukan kedelai dalam jumlah
yang kecil. Dengan jumlah kandungan nutrisi yang dimiliki oleh kedelai cukup
baik, terutama bagi ternak dan adanya teknologi pengolahan untuk mengolah
limbah yang dihasilkan dari kedelai tersebut yang dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ternak maka pemanfaatan limbah kedelai untuk dijadikan bungkil menjadi
(Ahmad, 2006).
Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%, tetapi kandungan methionin
rendah. Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum ayam dianjurkan tidak melebihi
40%. Walaupun dalam penggunaannya sangat dominan, akan tetapi memiliki zat
anti nutrisi yang ada pada Kacang kedelai mentah mengandung beberapa trypsin,
yang tidak tahan terhadap panas, oleh karena itu sebaiknya kacang kedelai diolah
Bungkil kedelai memiliki kandungan zat nutrisi yaitu 4,9% abu, 16,6%
lemak kasar, 60% serat kasar, 26,1% BETN dan 32,4% protein kasar. Protein yang
terkandung dalam bungkil kedelai cukup tinggi sehingga dalam penyusunan ransum
tinggi, sehingga kedua bahan tersebut digunakan sebagai sumber utama protein
batas tolerasi aflatoxin. Persyaratan mutu standar bungkil kedelai yang harus
Mutu I Mutu II
% Air (Maks) 12 12
% Abu (Maks) 7 8
3.1 Air
4.1 Alat
(4) Eksikator
4.2 Bahan
(1) Mengeringkan cawan alumunium dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-
105oC
(2) Mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (Catat
sebagai A gram)
lebih kurang 2-5 gram, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat
105oC sehingga seluruh air menguap (atau dapat pula dimasukkan dalam
(5) Masukkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang. Ulangi pekerjaan
ini dari tahap no 4 dan 5, sampai beratnya tidak berubah lagi. Catat sebagai
D gram.
(6) Setiap kali memindahkan cawan alumunium (baik berisi sampel atau tidak,
Berdasarkan pada hasil perhitungan, didapat kadar air pada menir kedelai
5.2 Pembahasan
Prinsip dari penentuan kadar air dengan cara kering adalah mengeringkan
atau menguapkan air pada suatu bahan (sampel) sehingga diperoleh zat padat yang
bebas air. Pengeringan dilakukan pada titik didih air pada tekanan tertentu. Selisih
berat kering dan berat basah dikonversikan ke dalam satuan kadar air. Penentuan
kadar air dengan oven memerlukan waktu yang lama, dapat mencapai 24 jam
pemanasan untuk sampel yang memiliki kadar tinggi. Sesuai dengan teori Murtidjo
titik didih air. Digunakan oven listrik sebagai alat unuk mengeringkan sampel
karena terdapat pengatur suhu dan juga timer untuk mempermudah analisis.
tahan pada suhu oven. Setelah setiap pengeringan dimasukan ke eksikator sebagai
alat untuk menyerap sisa-sisa air. Eksikator memiliki silica gel yg berfungsi
menyerap air. Semakin banyak kandungan air yg telah diserap silica gel, maka silica
gel akan berubah dari warna biru menjadi semakin ungu. Berdasarkan analisis
proksimat kadar air yang dilakukan pada sampel menir kedelai, didapatkan hasil
PENDAHULUAN)
ANALISIS ABU
III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Abu
Abu merupakan zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik.
Kandungan abu dan komposisinya bergantung pada macam bahan dan cara
pengabuan yang digunakan. Kandungan abu dari suatu bahan menunjukkan kadar
mineral dalam bahan tersebut. Ada dua macam garam mineral yang terdapat dalam
bahan, yaitu:
dalam bahan. Penentuan kadar mineral bahan secara asli sangatlah sulit sehingga
perlu dilakukan dengan menentukan sisa hasil pembakaran atas garam mineral
anorganik sehingga terjadi perubahan radikal organik dan terbentuk elemen logam
dalam bentuk oksida atau bersenyawa dengan ion-ion negatif (Anonim, 2008:10).
Analisa kadar abu bertujuan untuk memisahkan bahan organik dan bahan
anorganik suatu bahan pakan. Kandungan abu suatu bahan pakan menggambarkan
kandungan mineral pada bahan tersebut. Menurut Cherney (2000) abu terdiri dari
mineral yang larut dalam detergen dan mineral yang tidak larut dalam detergen
Kandungan bahan organik suatu pakan terdiri protein kasar, lemak kasar, serat kasar
suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik
yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu (ash) . Jumlah
abu dalam bahan pakan hanya penting untuk menentukan perhitungan bahan
ekstrak tanpa nitrogen (Soejono, 1990). Kandungan abu ditentukan dengan cara
mengabukan atau membakar bahan pakan dalam tanur, pada suhu 400-600oC
sampai semua karbon hilang dari sampel, dengan suhu tinggi ini bahan organik
yang ada dalam bahan pakan akan terbakar dan sisanya merupakan abu yang
bahan organik seperti sulfur dan fosfor dari protein, dan beberapa bahan yang
mudah terbang seperti natrium, klorida, kalium, fosfor dan sulfur akan hilang
mewakili bahan inorganik pada makanan baik secara kualitatif maupun secara
4.1 Alat
(4) Eksikator
4.2 Bahan
(1) Mengeringkan cawan porselen ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 100-
105oC
(2) Mendinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang beratnya (Catat
sebagai A gram)
lebih kurang 2-5 gram, timbang dengan teliti. Dengan demikian berat
(4) Memanaskan dengan hot plate atau pembakar bunsen I sampai tidak berasap
lagi.
(5) Memasukkan ke dalam tanur listrik dengan temperatur 600-700oC, biarkan
beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul, lama
(6) Mendinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan timbang dengan
5.2 Pembahasan
sampel dalam tanur/tungku (Furnace) dengan suhu 600o dalam waktu 3-6 jam. Hal
ini sesuai dengan teori Anggordi (1994). Pada analisis kadar abu dimaksudkan
bahan anorganik yaitu mineral. Jadi abu yang didapatkan dapat diasumsikan
sebagai kadar mineral. Pada percobaan ini digunakan cawan porselen karena cawan
porselen memiliki titik leleh yang tinggi sehingga tidak akan hancur dengan suhu
menyempurnakan pembakaran.
ANALISIS PROTEIN KASAR
III
TINJAUAN PUSTAKA
Protein merupakan salah satu zat makanan yang berperan dalam penentuan
nitrogen bahan pakan kemudian dikali dengan faktor protein 6,25. Angka 6,25
1990). Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan
faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25
(100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen
16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari
protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau
yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut
nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen.
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan
makanan secara tidak langsung karena senyawa yang dianalisisnya adalah kadar
nitrogennya. Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan faktor konversi 6,25
diperoleh nilai protein dalam bahan makanan tersebut. Penentuan kadar protein
dengan metode ini mengandung kelemahan karena adanya senyawa lain yang
bukan protein yang mengandung N akan tertentukan sehingga kadar protein yang
diperoleh langsung dengan cara kjeldahl ini sering disebut dengan kadar protein
Pada tahap ini, sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon (C) dan hidrogen (H) teroksidasi
menjadi karbon monoksida (CO), karbondioksida (CO2), dan air (H2O). Elemen
Nitrogen akan berubah menjadi amonium sulfat. Banyaknya asam sulfat yang
penambahan katalisator, maka titik didih asam sulfat akan dipertinggi sehingga
proses destruksi akan berjalan lebih cepat. Katalisator yang digunakan yaitu
campuran Selenium yang dapat mempercepat proses oksidasi dan juga dapat
menaikkan titik didih asam sulfat. Proses destruksi diakhiri jika larutan telah
Pada tahap destilasi, amonium sulfat dapat dipecah menjadi amonia, yaitu
dibebaskan ditangkap oleh larutan asam. Asam yg dapat dipakai adalah H2SO4.
Agar kontak antara larutan asam dengan amonia berjalan sempurna, maka ujung
selang pengalir destilat harus tercelup kedalam larutan asam. Destilasi diakhiri jika
Jika larutan asam yang digunakan HCl, sisa asam klorida yang tidak ereaksi
dengan ammonia dititrasi dengan NaOH. Jika larutan penampung adalah asam
birat, banyaknya asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan
4.1 Alat
Kondensor
4.2 Bahan
(5) H3BO3 5%
4.3.1 Destruksi
(1) Menimbang contoh sampel kering oven sebanyak kurang lebih 1 gram (Catat
sebabai A gram)
(2) Memasukkan sampel ke dalam labu Kjeldhal dengan hati – hati, dan
(4) Memanaskan dalam nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak berbuih
(5) Destruksi sudah dianggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau jernih,
4.3.1 Destilasi
(1) Menyiapkan alat destilasi selengkapnya, pasang dengan hati – hati jangan
(2) Memindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas
untuk menangkap gas amonia, dan telah diberi indikator campuran sebanyak
2 tetes.
(5) Menyalakan pemanas bunsen dan alirkan air ke dalamran pendingin tegak.
(1) Mengambil erlenmeyer berisi sulingan (jangan lupa membilas bagian yang
(2) Mentitrasi dengan HCl yang sudah diketahui normalitasnya catat sebagai B,
Titik titrasi dicapai dengan ditandai dengan perubahan warna hijau ke abu-
5.2 Pembahasan
yang mengandung N namun bukan protein, terhitung sebagai protein. Hal ini
sejalan dengan pendapat Sudarmadji (1989). Pada analisis protein kasar dilakukan
3 tahap yaitu destruksi, destilasi, dan titrasi. Pada tahap destruksi digunakan H2SO4
pekat sebagai pendekstruk sampel agar nitrogen dalam bahan terpisah dari ikatan
organiknya dan kemudian terikat oleh H2SO4 menjadi ammonium sulfat. Pada
tahapan ini juga digunakan katalis campuran. Sesuai dengan pendapat Meloan
(1987), katalis ini digunakan untuk mempercepat proses reaksi dengan menaikkan
titik didih asam sulfat. Pada percobaan kali ini tidak digunakan katalis Se,
K2SO4 dengan perbandingan 1:5. Warna akhir larutan destruksi adalah hijau jernih
Pada tahap destilasi digunakan satu set alat destilasi yang terdidi dari labu
penahan percik, kondensor, corong samping berkeran, dan juga erlenmayer didih.
dan untuk membantu proses pelepasan set alat karena saat proses destilasi alat akan
menjadi vakum dan akan sulit dilepaskan. Proses destilasi dimaksudkan untuk
panaskan dan ditambahkan NaOH jenuh sesuai dengan teori Meloan (1987).
Penggunaan NaOH bertujuan untuk mengambil NH4 dari ammonium sulfat menjadi
mengurai dan menghasilkan NH3. Pada proses penangkapan NH3 pada percobaan
ini tidak digunakan asam sulfat, melainkan digunakan asam borat. Asam borat
kemudian akan menangkap NH3 menghasilkan ammonium borat. Pada proses ini
digunakan indicator campuran yaitu brom cresol green (BCG) dan metil merah
trayek pH yang sesuai, memberikan perubahan yang jelas (nyata), dan mudah
didapat.
HCl 0,1N sesuai dengan teori Legowo (2005). Perubahan yang terjadi adalah warna
laruta yang berubah menjadi merah muda. Hasil dari proses titrasi adalah
volume titrasi berbanding lurus dengan kadar protein kasar. Pada proses titrasi, titik
ekuivalen terjadi saat titrat tepat habis bereaksi dengan titran. Namun titrasi
dihentikan saat terjadinya titik akhir, yaitu titik perubahan warna pada titrasi yang
menandakan bahwa titik ekuivalen telah terlewati. Maka volume HCl yang diambil
TINJAUAN PUSTAKA
Lemak adalah suatu golongan senyawa yang bersifat tidak larut air, namun
larut dalam pelarut organik. Analisis kadar lemak kasar adalah usaha untuk
mengetahui kadar lemak bahan baku pakan (Murtidjo, 1987). Kadar lemak dalam
organik. Zat lemak terdiri dari karbon, oksigen dan hidrogen. Lemak yang
didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni akan tetapi campuran dari
berbagai zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, karoten dan lain-lain
lokasi penanaman dan bagian yang digunakan untuk sampel (Kamal, 1994).
soxhlet, yaitu proses ekstraksi suatu bahan dalam tabung soxhlet (Soejono, 1990).
Lemak yang didapatkan dari analisis lemak ini bukan lemak murni. Selain
asam organik, alkohol, dan pigmen, oleh karena itu fraksi eter untuk menentukan
dilakukan dengan larutan heksan sebagai pelarut. Fungsi dari n heksan adalah untuk
mengekstraksi lemak atau untuk melarutkan lemak, sehingga merubah warna dari
4.1 Alat
(4) Eksikator
4.2 Bahan
(2) Kloroform
(1) Siapkan kertas saring yang telah kering oven (gunakan kertas saring bebas
lemak)
(2) Buatlah Selongsong penyaring yang dibuat dari kertas saring dan catat sebagai
timbang dan catat sebagai B gram. Tutup dengan kapas kemudian dihekter,
lalu timbang dan catat beratnya sebagai C gram. berat sampel = (B-A) gram.
didihnya. Lakukan ekstraksi (nyalakan pemanas hot plate dan alirkan air pada
(4) Ekstraksi dilakukan selama kurang lebih 6 jam. Ambil selongsong yang berisi
sampel yang telah diekstraksi dan keringkan di dalam oven selama 1 jam pada
suhu 1050 C. kemudian masukkan ke dalam eksikator 15 menit dan kemudian
(6) Kloroform yang terdapat dalam labu didih, didestilasi sehingga tertampung di
kembali.
V
5.2 Pembahasan
Analisis lemak kasar dengan sampel menir kedelai ditetapkan dengan proses
ekstraksi dalam tabung soxhlet sesuai Soejono (1999), dan dengan menggunakan
pelarut organic yaitu kloform, sesuai dengan Murtidjo (1987). Dalam analisis
lemak, sulit untuk melakukan ekstraksi lemak secara murni. Hal itu disebabkan
pada waktu ekstraksi lemak dengan pelarut lemak, seperti phospholipid, sterol,
asam lemak bebas, pigmen karotenoid, dan klorofil. Oleh karena itu, hasil analisis
PROTEIN KASAR)
PROTEIN KASAR)
6.1 Kesimpulan
(point)
(1) …………………………….
(2) ……………………….
6.2 Saran
demonstrasi.
DAFTAR PUSTAKA
http://galihghung.blogspot.co.id/2013/06/proses-pembuatan-bungkil-
Diponegoro.
Sudarmadji, S., Haryono, B., Suhardi, 1989. Analisa Bahan Makanan dan
Pomeranz, Y. & C. E. Meloan (1987). Food Analysis Theory and Practice 2nd
Keterangan:
Perhitungan :
N HCl : 0,1264 N
V HCl : 23,5 ml
0,736
= 35,31%
Bahan Pakan
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN