Vous êtes sur la page 1sur 13

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Parkinson adalah suatu penyakit kronis yang diakibatkan oleh kelainan
neurologis progresif yang menyerang pusat otak yang bertanggung jawab
terhadap kontrol dan regulasi gerakan. Terjadi penipisan dopamin dalam
substansi nigra dan korpus stratum karena proses degenerasi. Kondisi ini
megakibatkan gejala khas bradikinestesia (melambatnya gerakan), tremor, dan
rigiditas (kekakuan otot).

2. Epidemiologi
Penyakit parkinson lebih sering pada usia 60 tahun(Hickey, 1997).
Perubahan psikologis pada SSP mencakup hilangnya neuron berpigmen dan
adanya badan Lewy pada substansia nigra tanpa menyebab yang diketahui.
Seiring dengan penyakit memburuk, seluruh pergerakan semakin lamban,
termasuk mengunyah, menelan dan bicara dan pasien menjadi emobil. Diam
atau emobilitas penuh akan terlihat paling sering saat pasien mulai bergerak.

3. Etiologi

Penyebab yang pasti dari penyakit Parkinson (parkinsonism) tidak


diketahui. Dalam banyak kasus, penyebabnya adalah idiopathie.
Bagaimanapun, gejala atau parkinsonism sekunder berhubungan dengan
berbagai gangguan pada sistem saraf seperti bahan beracun, tumor otak di
dalam basal ganglia, trauma cerebral, infeksi/peradangan, pengapuran
pembuluh darah cerebral, dan induksi obat.
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neural
pada penyakit parkinson ialah : hipotesis radikal bebas dan hipotesis
neurotoksin.
1. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamin dapat merusak
neuron nigrostriatal, karena proses ini menghasilkan hidrogen peroksid dan
radikal-oksi lainnya, walaupun ada mekanisme pelindung untuk mencegah
kerusakan dari stres oksidatif, namun pada usia lanjut mungkin mekanisme
ini gagal.
2. Hipotesis neurotoksin
Diduga bahwa satu atau lebih macam zat neurotoksin berperan dalam
proses neurodegenerasi pada parkinson,n sebagai contoh dikemukakan
kemampuan zat MPTP (1-methyl-4phenyl-1,2,3,6-tetrahydropyridine) atau
toksin sejenis MPTP yang secara selektif toksik terhadap substansi nigra
dan lokus seruleus dan mencetus sindrom yang serupa dengan parkinson
pada manusia.

4. Patofisiologi
Penyakit parkinson diakibatkan oleh pembusukan dopaminergik neurons
di dalam substansia nigra, bagian dari basal ganglia yang menhasilkan dan
menyimpan neurotransmitter dopamine. Substansi nigra memainkan suatu
peran kritis di dalam extrapyramidal sistem motor, yang mana bertanggung
jawab untuk mengendalikan postur dan koordinasi dan pergerakan volunter.
Basal ganglia menjadi anggota caudate nucleus, putamen, dan globus
pallidus. Di bawah ini adalah strukturdari nucleus yang Lebih kecil, termasuk,
nucleus yang subthlamic, nukleus merah, dan substansia nigra. Secara normal
rangsangan basal ganglia mengakibatkan perbaikan dari aktivitas motor
volunter melalui keseimbangan neurotransmitters acetylcolin dan dopamin.
Dopamine, yang mana diproduksi oleh substansia nigra, diteruskan
kepada putamen dan caudate nucleus dan mempunyai suatu efek yang
bersifat mencegah pergerakan. Acetylcholine, yang mana diproduksi sepanjang
seluruh basal ganglia, mempunyai suatu excitatory yang mempengaruhi
pergerakan. Pembusukan substansia nigra mengakibatkan ketidak seimbangan
excitatory acetylcholin dan bersifat mencegah dopamin. Penghabisan dopamin
yang relatif itu mengakibatkan dominasi oleh aktivitas cholinergic, menimbulkan
karakteristik gejala kekakuan otot, tremor, dan bradykinesia (melambatnya
gerakan).
PATHWAY

Ketidakseimbangan Berkurang dopamin Lesi di ganglio


aktivitas gamma dan di substansi nigra basal dan batang
alfa,  gamma,  dan korpus striatum otak
alfa karena proses
degenerasi

Kelaianan sistem

Motorik

Piramidal Ekstra piramidal cerebral Neuromuskuler

Rigiditas Tremor Bradikinensia Instabilitas postur

Kerusakan  Kurang perawatan  Kerusakan Konstipasi


mobilitas fisik diri komunikasi
 Perubahan nutrisi verbal
kurang dari  Ketidakefektif
kebutuhan tuhuh an koping
5. Komplikasi
 Gangguan motor
 Kelemahan gaya berjalan, keseimbangan dan sikap
 Dysfungsi Autonomic
 Dysarthria
 Dysphagia
 Dementia
 Depression

6. Gejala Klinik
a. Tremor
Biasanya merupakan gejala pertama pada paralisis agitans. Tremor
biasanya bermula disatu ekstermitas atas dan kemudian melibatkan
ekstermitas bawah pada sisi yang sama, beberapa waktu kemudian sisi
lainnya juga terlibat dengan urutan yang serupa. Kepala,bibir dan lidah
sering tidak terlibat, atau terlibat pada stadium penyakit yang lanjut.
Frekuensi tremor parkinson berkisar antara 4-7 gerakan pemenit. Tremor
terutama timbul bila penderita dalam keadaan istirahat dan dapat ditekan
untuk sementara bila ekstermitas digerakan. Sering dapat dihentikan
sebentar bila diusahakan. Tremor nebjadi bertambah hebat dalam keadaan
emosi dan menghilang bila tidur.
b. Rigiditas
Pada stadium dini, rigiditas otot terbatas pada satu ekstermitas atas,
dan hanya terdeteksi pada gerakan pasif. Biasanya lebih jelas bila
pergelangan di fleksi dan ekstensi secara pasif dan pronasi serta supinasi
lengan bawah secara pasif. Pada stadium lanjut, rigiditas menjadi
menyeluruh dan berat sehingga memberikan tahanan bila persendian-
persendian digerakan secara pasif.
Rigiditas merupakan peningkatan jawaban terhadap regangan otot
pada otot antagonis dan agonis.
Salah satu gejala dini dari rigiditas ialah hilangnya gerak asosiasi lengan
bila berjalan.
Meningkatnya tonus otot pada sindrom parkinson disebabkan oleh
meningkatnya aktivitas neuron motorik alfa.
c. Bradikinensia (gerakan menjadi lamban)
Pada bradikinensia, gerakan voluntar menjadi lamban dan memulai
suatu gerakan menjadi sulit. Didapatkan berkurangnya gerak asosiatif bila
berjalan. Sulit untuk bangun dari kursi, sulit memulai berjalan, lamban
mengenakan pakaian, lambat mengambil suatu obyek. Ekspresi atau mimik
muka berkurang (seolah muka topeng). Bila berbicara gerak lidah dan bibir
menjadi lambat. Gerak halus sewaktu menulis atau mengerjakan benda-
benda berukuran kecil menjadi sulit dan menghilang.
Bradikinensia merupakan hasil dari gangguan integrasi pada impuls
optik, labirin, proprioseptik, dan impuls sensorik lainnya di ganglia basal, ini
mengakibatkan berubahnya aktivitas refleks yang mempengaruhi neuron
motorik, gamma dan alfa.
d. Migrografia
Bila tangan yang dominan yang terlibat, maka tulisan tangan secara
gradual menjadi kecil dan rapat.
e. Sikap parkinson
Bradikinensia mengakibatkan langkah menjadi kecil, yang khas pada
penyakit parkinson. Pada stadium yang lebih lanjut, sikap penderita dalam
fleksi, kepala difleksi ke dada, bahu membengkok ke depan, punggung
melengkung ke depan, dan lengan tidak melengkung bila berjalan.
f. Bicara
Rigiditas dan bradikinensia otot pernapasan, pita suara, otot faring,
lidah dan bibir mengakibatkan berbicara atau pengucapan kata-kata yang
monoton dengan volume kecil, yang khas pada penyakit parkinson.
g. Disfungsi autonom
Dapat terjadi disfungsi autonom karena berkurangnya secara progresif
sel-sel neuron di ganglia simpatis. Ini mengakibatkan keringat berlebihan,
gangguan spingter terutama inkontenesia dan hipotensi ortostatik.
h. Demensia
Penderita penyakit parkinson idiopatik banyak yang menunjukkan
perubahan status mental selama perjalanan penyakitnya. Disfungsi
visuospasial merupakan defisit kognitif yang sering dilaporkan pada
penyakit parkinson. Gangguan mental ini dapat pula disertai halusinasi
visual atau auditoar dan waham.
7. Pemeriksaan Diagnostik dan Hasil
Tidak ada test khusus untuk mendiagnosa penyakit Parkinson, Hasil
diagnosa didasarkan pada riwayat dan pemeriksaan fisik.

 Rontgen dada : tampak scoliosis


 Rontgen tengkorak : normal
 Computed tomography (CT) scan : normal ( dengan riwayat demensia
kronik mungkin tampak atrophy cerebral)
 Elektroccephalography : normal tau menunjukkan minimum dan/atau
disorganisasi (ditandai dengan dementia dan bardikinensia, mungkin
menunjukkan moderat sampai menunjukkan tanda dan difusi
disorganisasi)
 Cineradiographic study of swallowing (menelan) : gambaran abnormal,
relaksasi yang tertahan dari otot cricopharingeal

8. Penatalaksanaan
Tujuan utama perawatan medis adalah mengatasi gejala yang timbul
dengan obat-obatan. Beberapa penatalaksanaan yang sedang dilakukan
adalah dengan neurotransplantantion dari jaringan medula ginjal, tetapi
langkah ini masih dalam tahap persiapan untuk pengembangannya.

1. Management Umum
Therapi fisik : untuk memelihara hubungan mobilitas dan gaya berjalan
yang normal.

Ocupational therapi (therapi kerja) : Untuk menolong pasien


berpartisipasi dalam kegiatan sehari hari (ADL).

Therapi suara : Untuk fasilitas komunikasi

Psychotherapi: Untuk fasilitas pasien menyesuaikan diri secara alamiah


dengan penyakit yang kronis.

2. Therapi obat-obatan
Peraturan tentang therapi pharmachologic kompleks dan memerlukan
pengetahuan tentang itu dan pengalaman dari seorang dokter berkwalitas.
Beberapa jenis obat dapat mengurangi gejala penyakit parkinson;
anticholenergics, obat anti alergi, obat dopaminergic, dan dopamine
agonists. Sebab efek samping dari beberapa obat dapat membahayakan,
Pemberian obat harus diatur dengan teliti.

Anticholinergics : (menghalangi efek acetylcholine di dalam CNS;


berpengaruh atas terjadinya tremor dan kekakuan otot tetapi sering
efeknya sedikit di dalam mengendalikan bradykinensia dan masalah
keseimbangan); Trihexyphenidyl HCL (artane); cycrimine
(pagitine);procyklidine (kemadrin); hiperiden (Akineton); Benztopine
Mesyiate ( Cogentin).

Antihistamin : (mungkin digunakan untuk tambahan dengan


anticholinergik; mungkin digunakan kombinasi dengan obat yang lebih
kuat); Diphenhidramine ( Benadryl); Orphenadrine ( Disipal).

Antiviral : (Amantadine-accidentally ditemukan mempunyai efek


antiparkinsonism, tindakan atau mekanisme tepat adalah kontroversi
pokok, efek cenderung untuk berkurang dalam beberapa bulan, mungkin
digunakan kombinasi dengan obat lain; Amantadine HCL (symmetrel).

Tricyclic Antidepressants : (efektif dalam mengatasi gejala parkinsonian


seperti halnya gejala berhubungan dengan depresi, obat ini menghalangi
pengambilan kembali dopamine dan mempunyai kandungan
anticholinergic, sering digunakan dikombinasi dengan obat lain);
imipramine (Tofranil); Amitriptyline (Elavil).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a) Anamnesa:
- Umur
- Jenis kelamin
- Pekerjaan
b) Keluhan Utama: kelemahan, lupa ingatan, tidak mampu mengingat
peristiwa dengan lengkap, depresi, Gangguan menelan, kehilangan BB ,
kegagalan otot cricopharingeal untuk relaksasi.
c) Riwayat Penyakit Sekarang: kelemahan, lupa ingatan, tidak mampu
mengingat peristiwa dengan lengkap, depresi, Gangguan menelan,
kehilangan BB , kegagalan otot cricopharingeal untuk relaksasi.
d) Riwayat Penyakit Dahulu: Tremor, kaku otot, perubahan postur, perubahan
autonom, perubahan sekunder lain, gangguan psikologis.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan Data Subjektif Data Objektif
Kerusakan mobilisasi Melaporkan Tremor, berkurangnya
fisik b.d tremor otot dan ketidakmampuan untuk pergerakan,
kekakuan otot, melakukan aktifitas bradikinensia, gangguan
gangguan gaya berjalan harian atau gaya berjalan , rigiditas.
dan bradikinensia berpartisipasi dalam
ADL, otot menjadi
spasme dan kaku.

Kurang perawatn diri Melaporkan Tremor, berkurangnya


(makan, minum, ketidakmampuan untuk pergerakan,
berpakaian, higiene) b.d melakukan aktifitas bradikinensia, gangguan
tremor dan gangguan harian atau gaya berjalan , rigiditas.
motorik berpartisipasi dalam
ADL, otot menjadi
spasme dan kaku.

Perubahan nutrisi Melaporkan kesukaran Tersedak, rigiditas pada


kurang dari kebutuhan dalam menelan dan otot wajah, kehilangan
tubuh b.d tremor dan mengunyah, nausea BB, dehidrasi, tidak ada
rigiditas otot pengunyah, selera makan, vomiting
dysphagia dan efek
samping obat.
Potensial injuri b.d Melaporkan sering Gangguan dalam gaya
gangguan gaya berjalan, terjatuh, kesukaran berjalan, tremor, rigiditas
rigiditas dan tremor otot, dalam menjaga otot, kesulitan dalam
kelemahan kognitif dan keseimbangan. membuat keputusan,
hopotensi orthostatik bingung, hipotensi
orthostatic.

Tidak efektifnya koping Melaporkan sulit coping Tidak ada selera makan,
individu b.d depresi, dengan penyakit cepat marah, insomnia,
disfungsi akibat tidak berminat terhadap
perkembangan penyakit. aktivitas sosial.

3. PERENCANAAN
1) Pasien akan menunjukkan mobilisasi maximum
2) Pasien akan meningkatkan kemandirian dalam perawatan diri sehari-hari.
3) Pasien akan menunjukkan kecukupan atau peningkatkan nutrisi sesuai
dengan umur dan ukuran tubuhnya.
4) Pasien dapat berkomunikasi dengan orang di sekitarnya.
5) Pasien akan menunjukkan koping yang efektif.

4. IMPLEMENTASI
1) Diagnosa 1
 Program latihan harian progresif untuk meningkatkan kekuatan otot,
memperbaiki koordinasi dan ketrampilan, mengurangi kekauan otot dan
mencegah kontraktur.
 Latihan untuk mobilisasi sendi, misalnya bersepeda statis, berjalan.
 Ajarkan untuk berjalan dengan postur tegak, memandang kedepan, dan
mengurangi kuda-kuda berjalan yang lebar untuk mencegah jatuh.
 Latihan postural melawan kecendrungan kepala dan leher tertarik
kedapan dan menunduk.
 Mandi hangat dan masase untuk membantu merilekskan otot.
2) Diagnosa 2
 Ajarkan tentang aktivitas kehidupan sehari-hari
 Modifikasi lingkungan untuk mengkompensasi terhadap
ketidakmampuan fungsional.
3) Diagnosa 3
 Tetapkan rutinitas defikasi regular
 Tingkatkan masukan cairan; makanan yang cukup mengandung serat.
 Berikan dudukan toilet yang telah ditinggikan untuk memudahkan
aktivitas toileting.
4) Diagnosa 4
 Permudah kegiatan menelan dan cegah aspirasi dengan meminta
pasien duduk dalam posisi tegak selama waktu makan.
 Berikan diet semipadat dengan cairan kental yang memudahkan untuk
ditelan.
 Ingatkan pasien untuk menahan kepala agar tetap tegak dan membuat
upaya sadar menelan untuk mengontrol pengumpulan saliva.
 Pantau berat badan setiap minggu.
5) Dianosa 5
 Ingatkan pasien untuk menghadap pada pendengar
 Pertegas pelafalan kata-kata
 Bicara dalam kalimat pendek
 Tarik napas dalam beberapa kali sebelum berbicara.

5. TINDAKAN KEPERAWATAN
Tindakan keperawanan dilakukan dengan mengacu pada rencana
tindakan/intervensi keperawatan yang telah ditetapkan/dibuat.

6. EVALUASI KEPERAWATAN
 Mobilisasi fisik maximum
 Mandiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
 Eliminasi normal
 Status nutrisi normal
 Mekanisme koping positif.

7. PENDIDIKAN PASIEN
 Jelaskan kepada pasien dan keluarga penyabab, gejala dan perawatan
penyakit parkinson.
 Ajarkan kepada pasien dan keluarga nama obat dan dosis, frekuensi,
tujuan, dan efek samping.
 Nasehati keluarga bahwa obat harus diminum juga harus makan untuk
mengurangi iritasi lambung dan nausea.
 Tekankan perlunya untuk latihan setiap hari dan pentingnya berpartisipasi
dalam therapi fisik.
 Tekankan perlunya kalori yang tinggi, diet lunak, instruksikan pasien makan
pelan-pelan dan menggigit makan dengan potongan yang kecil.
 Ajarkan pasien dan keluarga perlindungan terhadap keselamatan untuk
mencegah jatuh.
 Motivasi pasien untuk terlibat dalam aktivitas sosial.
 Menekankan arti pentignya rawat jalan yang berkelanjutan (seperti
berkunjung ke dokter, terapi fisik, ocupasi dan terapi suara).
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Dari makalah di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Parkinson
adalah suatu penyakit kronis yang diakibatkan oleh kelainan neurologis
progresif yang menyerang pusat otak yang bertanggung jawab terhadap
kontrol dan regulasi gerakan. Terjadi penipisan dopamin dalam substansi
nigra dan korpus stratum karena proses degenerasi. Kondisi ini megakibatkan
gejala khas bradikinestesia (melambatnya gerakan), tremor, dan rigiditas
(kekakuan otot).

Penyebab yang pasti dari penyakit Parkinson (parkinsonism) tidak


diketahui. Dalam banyak kasus, penyebabnya adalah idiopathie.
Bagaimanapun, gejala atau parkinsonism sekunder berhubungan dengan
berbagai gangguan pada sistem saraf seperti bahan beracun, tumor otak di
dalam basal ganglia, trauma cerebral, infeksi/peradangan, pengapuran
pembuluh darah cerebral, dan induksi obat.

2. SARAN
Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari sempurna, hal ini karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun daripara
pembaca.Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA

Kemp Charles. 2010: Klien Sakit Sterminal Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta.

Prince & Wilson Lorraine M. 2005: Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Saputra Lindon. 2009: Kapita Salekta Kedokteran Klinik Edisi Terbaru. Binarupa
Aksara

Nanda Internasional. 2009-2011. Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.


Penerbit Buku Kedokteran EGC

Vous aimerez peut-être aussi