Vous êtes sur la page 1sur 13

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan lengkap praktikum Kimia Fisik II yang berjudul “Persamaan


Arrhenius dan Energi Aktivasi” yang disusun oleh:
Nama : Andriana Poppy
NIM/Kelas : 081 314 029 / C
Kelompok : VII
Telah diperiksa dan dikoreksi oleh asisten dan koordinator asisten yang bersangkutan
dan dinyatakan diterima.

Makassar, Desember 2010


Koordinator Asisten Asisten

Ahmad Fudail Majid Ahwani Mutiara Dewi

Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab

Dra.Hj.Sumiati Side,M.Si
A. Judul Percobaan
Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi

B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan yaitu:
1. Menjelaskan hubungan laju reaksi dengan temperatur.
2. Menghitung energi aktivasi dengan menggunakan persamaan Arrhenius.

C. Tinjauan Pustaka
Pengetahuan praktis mengajarkan kita bahwa reaksi-reaksi kimia
umumnya cenderung berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Reaksi
pelarutan gula di dalam air misalnya akan lebih cepat jika menggunakan air panas
dibandingkan jika menggunakan air dingin. Sebaliknya, penurunan suhu dapat
memperlambat reaksi (Tim Dosen Kimia Dasar, 2008; 13).
Pada umumnya kecepatan reaksi akan bertambah jika suhu dinaikkan.
Apabila pada penambahan suhu tidak terjadi penambahan mekanisme reaksinya
(orde reaksi tetap), maka pengaruh penambahan suhu terjadi pada tetapan
kecepatan reaksinya. Pengamatan secara empiris menunjukkan bahwa banyak
tetapan kecepatan reaksi mengikuti persamaan arrhenius:
-Ea
K = Ae RT

Keterangan : K = Tetapan kecepatan reaksi


A = Faktor pra eksponensial
Ea = Energi pengaktifan
R = Tetapan Gas
T = Temperatur
Pada persamaan Arrhenius, A dan Ea merupakan tetapan (Tim Dosen
Kimia Fisik, 2010: 14).
Umumnya konstanta laju meningkat dengan meningkatnya temperatur,
dan harganya kira-kira dua kali untuk tiap kenaikan 10 oC. Hubungan kuantitatif
pertama antara K dan temperatur adalah karena persamaan Arrhenius.
 -Ea  Ea
K = Aeksp  RT  atau ln K = ln A -
RT
Dimana A adalah faktor pra-eksponensial atau faktor frekuensi. Ea adalah
energi pengaktifan, yakni molekul-molekul harus mempunyai energi sebanyak ini
sebelum membentuk produk. Plot dan log K terhadap T -1 adalah linier untuk
sejumlah besar reaksi dan pada temperatur sedang. Hubungan antara konstanta
laju pada dua temperatur adalah:
K 2 Ea  1 1
ln    
K1 R  T1 T2 

(Dogra, 1990: 651 – 652)


Pada tahun 1889, Arrhenius mengusulkan sebuah persamaan empirik yang
menggambarkan kebergantungan konstanta laju reaksi pada suhu. Persamaan
yang diusulkan Arrhenius itu adalah sebagai berikut:
 -Ea 
 
K=  RT 
Ae
Dimana: K = Konstanta laju reaksi
A = Faktor frekuensi
Ea = Energi aktivasi
Persamaan ini sering kali ditulis dalam bentuk logaritma seperti terlihat
pada persamaan:
Ea
ln K = ln A -
RT
dari persamaan di atas terlihat bahwa kurva ln K sebagai fungsi dari akan
berupa garis lurus dengan memotong (intersep) sumbu ln K pada ln A dari
gradien.
ln K
 Ea
RT

1
T

(Tim Dosen Kimia Fisik, 2010: 5)


Persamaan Arrhenius memberikan nilai dasar dari hubungan antara energi
aktivasi dengan rate proses reaksi. Dari persamaan Arrhenius ini, energi aktivasi
dapat dinyatakan sebagai berikut:
K
Ea = - RT ln 
A
Energi aktivasi bisa juga diartikan sebagai energi minimum yang
dibutuhkan agar reaksi kimia tertentu dapat terjadi. Energi aktivasi sebuah reaksi
biasanya dilambangkan sebagai Ea (Anonim, 2009).

D. Alat dan Bahan


1. Alat
1) Tabung reaksi 10 buah + rak tabung
2) Gelas ukur 10 ml 2 buah
3) Pipet tetes
4) Pembakar spiritus, kasa asbes, dan bunsen
5) Botol semprot
6) Gelas kimia 500 ml
7) Neraca analitik
8) Batang pengaduk
9) Stopwacth
10) Termometer 3 buah
2. Bahan
1) Larutan amonium peroksidadisulfat ((NH4)2S2O8) 0,04 M
2) Larutan natrium tiosulfat (Na2S2O3) 0,05 M
3) Larutan kalium iodida (KI) 0,04 M
4) Larutan kanji 3% (dibuat saat digunakan)
5) Aquades
6) Korek api
7) Tisu gulung

E. Prosedur Kerja
1. Pembuatan kanji 3%.
2. Menyiapkan sistem seperti pada tabel di bawah ini, pada tabung-tabung yang
terpisah
Tabung I Tabung II
Sistem Volume Volume Volume Volume Volume Volume
S2O82- H2O I- H2O S2O3- kanji
I 5 ml 5 ml 10 ml - 1 ml 1 ml

3. Memasukkan masing-masing sebuah tabung reaksi I dan sebuah tabung reaksi


II dalam air panas sampai suhu kedua larutan sama yaitu 60 oC.
4. Mencampurkan isi kedua tabung reaksi di atas dengan cara memasukkan isi
tabung I ke dalam tabung II dan menuang kembali ke tabung I secepat
mungkin.
5. Mencatat waktu yang digunakan mulai dari pencampuran sampai tampak biru
untuk pertama kali (mencatat suhu pencampuran dan suhu ketika muncul
warna biru, suhu reaksi merupakan rata-rata dari suhu tersebut).
6. Mengulangi prosedur di atas untuk suhu 65 oC, 55 oC, 45 oC, dan 35 oC.
F. Hasil Pengamatan
Suhu Suhu Waktu 1/T
No. Suhu Campuran -1 ln 1/t
Awal Akhir Rata-rata (T) (s) (K )
1 75 oC o
52 C 49 Co
323,5 273 3,09 x 10-3 -5,61
2 65 oC 45 oC 40 oC 315,5 500 3,16 x 10-3 -6,21
3 55 oC o
42 C 38 Co
313,5 582 3,19 x 10-3 -6,36
4 45 oC 38 oC 35 oC 309,5 819 3,23 x 10-3 -6,70
5 35 oC o
34 C 33 Co
306,5 1082 3,26 x 10-3 -6,99

G. Analisis Data
Grafik hubungan antara ln K (ln 1/t) dan 1/T
Sumbu x = 1/T
Sumbu y = ln 1/t

y 2 - y1 Ea
tan α = tan α =
x 2 - x1 R

(-5,61) - (-6,99)
= Ea = tan α ∙ R
3,26 - 3,09
1,38
= 0,17 = 8,11 = 8,11 x 8,314 J mol-1

α = 82,97 = 0,6742 x 102 J/mol


1 1
Diketahui :  3,09 x 10 -3 K -1 ln K =
T5 t
1
 3,16 x 10 -3 K -1
T4

1
 3,19 x 10 -3 K -1
T3
1
 3,23 x 10 -3 K -1
T2

1
 3,26 x 10 -3 K -1
T1

ln K5 = -5,61
ln K4 = -6,21
ln K3 = -6,36
ln K2 = -6,70
ln K1 = -9,28
Ditanyakan : ln A = .........?
Ea = .........?
Penyelesaian:
 Waktu T1 = 35 oC, suhu rata-rata = 306,5 K
Ea
ln K = ln A -
RT
Ea
ln A = ln K +
RT
0,674 x 10 2 J/mol
ln A = -9,28 +
(8,314 J mol -1 K -1 ) (306,5 K)

0,674 x 10 2
= -9,28 +
2,548 x 10 3

= -9,28 + 0,026
= -9,25
 Waktu T2 = 45 oC, suhu rata-rata = 309,5 K
Ea
ln A = ln K +
RT
0,674 x 10 2 J/mol
ln A = -6,70 +
(8,314 J mol -1 K -1 ) (309,5 K)

0,674 x 10 2
= -6,70 +
2,573 x 10 3
= -6,70 + 0,026
= -6,674
 Waktu T3 = 55 oC, suhu rata-rata = 313,5 K
Ea
ln A = ln K +
RT
0,674 x 10 2 J/mol
ln A = -6,36 +
(8,314 J mol -1 K -1 ) (313,5 K)

0,674 x 10 2
= -6,36 +
2,606 x 10 3

= -6,36 + 0,025
= -6,33
 Waktu T4 = 65 oC, suhu rata-rata = 315,5 K
Ea
ln A = ln K +
RT
0,674 x 10 2 J/mol
ln A = -6,21 +
(8,314 J mol -1 K -1 ) (315,5 K)

0,674 x 10 2
= -6,21 +
2,623 x 10 3

= -6,21 + 0,025
= -6,185
 Waktu T5 = 75 oC, suhu rata-rata = 323,5 K
Ea
ln A = ln K +
RT
0,674 x 10 2 J/mol
ln A = -5,61 +
(8,314 J mol -1 K -1 ) (323,5 K)

0,674 x 10 2
= -5,61 +
2,689 x 10 3

= -5,61 + 0,025
= -5,58
K 2 Ea  1 1 
ln    
K1 R  T1 T2 

- 6,99 Ea  1 1 
ln  -1 -1
  
- 6,70 8,314 J mol K  306,5 K 309,5 K 

Ea
ln 1,04  -1 -1
 0,0032626  0,032310 K -1
8,314 J mol K
Ea
0,039  -1 -1
(3,16 x 10 -5 K -1 )
8,314 J mol K

(0,039) (8,314 J mol -1 K -1 )


Ea 
3,16 x 10 -5 K -1

0,326 J mol -1
=
3,16 x 10 -5

= 0,103 x 105 J mol-1

K1 Ea  1 1 
ln  ln A -   
K2 R  T1 T2 

0,6  ln A -
71,22628 x 103 J mol -1

- 0,07 x 10 -3 K -1 
8,314 J mol -1 K -1
4,9884
0,6  ln A -
8,314

1,8821
A = 0,599

= 3,0419

H. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara laju reaksi
dengan temperatur serta menghitung besarnya energi aktivasi (Ea) dengan
menggunakan persamaan Arrhenius. Untuk membuktikannya, maka dapat
dilakukan dengan percobaan oksidasi iodin dengan menggunakan indikator
amilum. Sistem yang dibuat berupa dua tabung yang saling dicampurkan. Untuk
sistem I, tabung pertama berisi (NH4)2S2O8 dan H2O, sedangkan tabung dua berisi
larutan KI, larutan NaS2O3 dan larutan kanji. Fungsi dari zat-zat di atas yakni KI
untuk menghasilkan ion iodin, H2O untuk menghidrolisis KI menjadi K+ dan I-,
NaS2O3 untuk mengoksidasi iodin menjadi iod, serta kanji sebagai indikator.
Untuk sistem II terjadi kesalahan pada praktikan sehingga data untuk sistem II
tidak didapatkan.
Reaksi kimia diikuti dengan terjadinya tumbukan antar partikel. Agar
reaksi pada percobaan ini dapat terjadi, maka energi minimum yang dimiliki
partikel-partikel pereaksi disebut dengan energi aktivasi. Sekalipun untuk sistem
II tidak berhasil namun dapat diketahui bahwa pada sistem II lebih cepat bereaksi.
Hal ini dikarenakan volume (NH4)2S2O8 yang digunakan lebih banyak hingga
tumbukan antar partikel lebih banyak. Akibatnya, energi aktivasinya pun lebih
banyak.
Dari hasil analisis data diperleh nilai dari Ea = 0,105 J mol -1. Untuk sistem
I dengan faktor pra eksponensial sebesar 3,0419. Reaksi yang terjadi pada
percobaan ini, yaitu:
2I- + S2O82- → I2 + 2SO42-
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-

I. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
1) Pengaruh suhu terhadap laju reaksi yaitu berbanding lurus. Dimana makin
tinggi suhu, maka makin cepat laju reaksinya sehingga Ea semakin kecil.
2) Energi aktivasi untuk sistem I sebesar 0,103 x 105 J/mol pada grafik dan
nilai faktor pra eksponensial yaitu 3,0419.
2. Saran
1) Sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengukur suhu reaksi dan waktu
reaksi.
2) Sebaiknya dilakukan percobaan dengan variasi suhu yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Persamaan Arrhenius. http://id.wikipedia.org/wiki/persamaan_


Arrhenius. Diakses pada tanggal 2 Desember 2010.

Dogra, S.K, dan S. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.

Tim Dosen Kimia Dasar. 2008. Penuntun Belajar Kimia Dasar Jilid II. Makassar:
Jurusan Kimia FMIPA UNM.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2008. Kimia Fisik II. Makassar: Jurusan Kimia FMIPA
UNM.

Tim Dosen Kimia Fisik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Makassar: Jurusan
Kimia FMIPA UNM.
JAWABAN PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud energi aktivasi?


Jawab: Energi minimal yang diperlukan agar suatu reaksi dapat berlangsung.
2. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi?
Jawab : Berbanding lurus, dimana semakin tinggi suhu maka laju reaksi
semakin cepat, sebaliknya semakin rendah suhu maka laju reaksi
semakin lambat.

Vous aimerez peut-être aussi