Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Mengetahui,
Dosen Penanggung Jawab
Dra.Hj.Sumiati Side,M.Si
A. Judul Percobaan
Persamaan Arrhenius dan Energi Aktivasi
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan yaitu:
1. Menjelaskan hubungan laju reaksi dengan temperatur.
2. Menghitung energi aktivasi dengan menggunakan persamaan Arrhenius.
C. Tinjauan Pustaka
Pengetahuan praktis mengajarkan kita bahwa reaksi-reaksi kimia
umumnya cenderung berlangsung lebih cepat pada suhu yang lebih tinggi. Reaksi
pelarutan gula di dalam air misalnya akan lebih cepat jika menggunakan air panas
dibandingkan jika menggunakan air dingin. Sebaliknya, penurunan suhu dapat
memperlambat reaksi (Tim Dosen Kimia Dasar, 2008; 13).
Pada umumnya kecepatan reaksi akan bertambah jika suhu dinaikkan.
Apabila pada penambahan suhu tidak terjadi penambahan mekanisme reaksinya
(orde reaksi tetap), maka pengaruh penambahan suhu terjadi pada tetapan
kecepatan reaksinya. Pengamatan secara empiris menunjukkan bahwa banyak
tetapan kecepatan reaksi mengikuti persamaan arrhenius:
-Ea
K = Ae RT
1
T
E. Prosedur Kerja
1. Pembuatan kanji 3%.
2. Menyiapkan sistem seperti pada tabel di bawah ini, pada tabung-tabung yang
terpisah
Tabung I Tabung II
Sistem Volume Volume Volume Volume Volume Volume
S2O82- H2O I- H2O S2O3- kanji
I 5 ml 5 ml 10 ml - 1 ml 1 ml
G. Analisis Data
Grafik hubungan antara ln K (ln 1/t) dan 1/T
Sumbu x = 1/T
Sumbu y = ln 1/t
y 2 - y1 Ea
tan α = tan α =
x 2 - x1 R
(-5,61) - (-6,99)
= Ea = tan α ∙ R
3,26 - 3,09
1,38
= 0,17 = 8,11 = 8,11 x 8,314 J mol-1
1
3,19 x 10 -3 K -1
T3
1
3,23 x 10 -3 K -1
T2
1
3,26 x 10 -3 K -1
T1
ln K5 = -5,61
ln K4 = -6,21
ln K3 = -6,36
ln K2 = -6,70
ln K1 = -9,28
Ditanyakan : ln A = .........?
Ea = .........?
Penyelesaian:
Waktu T1 = 35 oC, suhu rata-rata = 306,5 K
Ea
ln K = ln A -
RT
Ea
ln A = ln K +
RT
0,674 x 10 2 J/mol
ln A = -9,28 +
(8,314 J mol -1 K -1 ) (306,5 K)
0,674 x 10 2
= -9,28 +
2,548 x 10 3
= -9,28 + 0,026
= -9,25
Waktu T2 = 45 oC, suhu rata-rata = 309,5 K
Ea
ln A = ln K +
RT
0,674 x 10 2 J/mol
ln A = -6,70 +
(8,314 J mol -1 K -1 ) (309,5 K)
0,674 x 10 2
= -6,70 +
2,573 x 10 3
= -6,70 + 0,026
= -6,674
Waktu T3 = 55 oC, suhu rata-rata = 313,5 K
Ea
ln A = ln K +
RT
0,674 x 10 2 J/mol
ln A = -6,36 +
(8,314 J mol -1 K -1 ) (313,5 K)
0,674 x 10 2
= -6,36 +
2,606 x 10 3
= -6,36 + 0,025
= -6,33
Waktu T4 = 65 oC, suhu rata-rata = 315,5 K
Ea
ln A = ln K +
RT
0,674 x 10 2 J/mol
ln A = -6,21 +
(8,314 J mol -1 K -1 ) (315,5 K)
0,674 x 10 2
= -6,21 +
2,623 x 10 3
= -6,21 + 0,025
= -6,185
Waktu T5 = 75 oC, suhu rata-rata = 323,5 K
Ea
ln A = ln K +
RT
0,674 x 10 2 J/mol
ln A = -5,61 +
(8,314 J mol -1 K -1 ) (323,5 K)
0,674 x 10 2
= -5,61 +
2,689 x 10 3
= -5,61 + 0,025
= -5,58
K 2 Ea 1 1
ln
K1 R T1 T2
- 6,99 Ea 1 1
ln -1 -1
- 6,70 8,314 J mol K 306,5 K 309,5 K
Ea
ln 1,04 -1 -1
0,0032626 0,032310 K -1
8,314 J mol K
Ea
0,039 -1 -1
(3,16 x 10 -5 K -1 )
8,314 J mol K
0,326 J mol -1
=
3,16 x 10 -5
K1 Ea 1 1
ln ln A -
K2 R T1 T2
0,6 ln A -
71,22628 x 103 J mol -1
- 0,07 x 10 -3 K -1
8,314 J mol -1 K -1
4,9884
0,6 ln A -
8,314
1,8821
A = 0,599
= 3,0419
H. Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara laju reaksi
dengan temperatur serta menghitung besarnya energi aktivasi (Ea) dengan
menggunakan persamaan Arrhenius. Untuk membuktikannya, maka dapat
dilakukan dengan percobaan oksidasi iodin dengan menggunakan indikator
amilum. Sistem yang dibuat berupa dua tabung yang saling dicampurkan. Untuk
sistem I, tabung pertama berisi (NH4)2S2O8 dan H2O, sedangkan tabung dua berisi
larutan KI, larutan NaS2O3 dan larutan kanji. Fungsi dari zat-zat di atas yakni KI
untuk menghasilkan ion iodin, H2O untuk menghidrolisis KI menjadi K+ dan I-,
NaS2O3 untuk mengoksidasi iodin menjadi iod, serta kanji sebagai indikator.
Untuk sistem II terjadi kesalahan pada praktikan sehingga data untuk sistem II
tidak didapatkan.
Reaksi kimia diikuti dengan terjadinya tumbukan antar partikel. Agar
reaksi pada percobaan ini dapat terjadi, maka energi minimum yang dimiliki
partikel-partikel pereaksi disebut dengan energi aktivasi. Sekalipun untuk sistem
II tidak berhasil namun dapat diketahui bahwa pada sistem II lebih cepat bereaksi.
Hal ini dikarenakan volume (NH4)2S2O8 yang digunakan lebih banyak hingga
tumbukan antar partikel lebih banyak. Akibatnya, energi aktivasinya pun lebih
banyak.
Dari hasil analisis data diperleh nilai dari Ea = 0,105 J mol -1. Untuk sistem
I dengan faktor pra eksponensial sebesar 3,0419. Reaksi yang terjadi pada
percobaan ini, yaitu:
2I- + S2O82- → I2 + 2SO42-
I2 + 2S2O32- → 2I- + S4O62-
Dogra, S.K, dan S. 1990. Kimia Fisik dan Soal-soal. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Tim Dosen Kimia Dasar. 2008. Penuntun Belajar Kimia Dasar Jilid II. Makassar:
Jurusan Kimia FMIPA UNM.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2008. Kimia Fisik II. Makassar: Jurusan Kimia FMIPA
UNM.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Fisik II. Makassar: Jurusan
Kimia FMIPA UNM.
JAWABAN PERTANYAAN