Vous êtes sur la page 1sur 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan
fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon
terhadap terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau
hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang
sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa,
menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi
klien. ( Dewi Sartika, 2010).
Tujuan Pemeriksaan Fisik
• Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
• Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh
dalam riwayat keperawatan.
• Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
• Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
• Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan
tertentu yang akan dijelaskan nanti di setiap bagian tubuh yang akan dilakukan
pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai
dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ

1
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes
khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan fisik, ahli
medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial,yakni sebuah daftar
penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes akan
dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi
pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda
vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama
kali.
Manfaat Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri,
maupun bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:
• Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose
keperawatan.
• Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
• Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
• Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, adapun perumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana pemeriksaan fisik abdomen?
2. Bagaimana pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik abdomen?
2. Untuk mengethaui Bagaimana pemeriksaan fisik pada sistem pernapasan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Abdomen


Pemeriksaan abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, perkusi dan palpasi.
Secara deskripsi dengan menggunakan 2 garis imajiner yang saling tegak lurus
dan masing- masing garis melalui umbilicus, abdomen dibagi menjadi 4
kuadran, yaitu kuadran kanan atas, kanan bawah, kiri atas dan kiri bawah. Ada
juga yang membagi menjadi 3 kuadran yaitu epigastrium, umbilical dan
hipogastrik/ suprapubik.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan pemeriksaan
abdomen yaitu :
1. Pasien dalam keadaan rileks, untuk memudahkan keadaan tersebut
antara lain :
a. Kandung kemih harus kosong.
b. Pasien berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepala dan
lutut.
c. Kedua tangan disamping badan atau menyilang dada, jangan
meletakkan tangan diatas kepala.
d. Gunakan tangan dan stetoskop yang hangat, caranya dengan
menggosokkan kedua telapak tangan dan tempelkan stetoskop pada
telapak tangan.
e. Pemeriksaan dengan perlahan-lahan.
f. Ajaklah pasien berbicara bila perlu dan mintalah pasien untuk
menunjukan daerah nyeri.
g. Perhatikanlah ekspresi dari muka pasien selama pemeriksaan
2. Daerah abdomen mulai dari prosesus xiphoideus sampai simfisis pubis
harus terbuka
3. Pemeriksa disebelah kanan pasien.
Urutan teknik pemeriksaan pada abdomen ialah inspeksi, auskultasi,
palpasi, dan perkusi. Auskultasi dilakukan sebelum kita melakukan
palpasi dan perkusi dengan tujuan agar hasil pemeriksaan auskultasi

3
lebih akurat karena kita belum melakukan manipulasi terhadap
abdomen.

Topografi Anatomi Abdomen:


Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum
dipakai untuk menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:
1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan
horizontal melalui umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran
kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan kiri bawah.
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis
horizontal dan dua garis vertikal.
 Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang
rawan iga kesepuluh dan yang kedua dibuat melalui titik
spina iliaka anterior superior (SIAS).
 Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan
antara SIAS dan mid-line abdomen.
 Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium,
hipokondrium kiri, lumbal kanan, umbilical, lumbal kanan,
iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka kiri
Pada keadaan normal, di daerah umbilical pada orang yang agak kurus
dapat terlihat dan teraba pulsasi arteri iliaka. Beberapa organ dalam
keadaan normal dapat teraba di daerah tertentu, misalnya kolon
sigmoid teraba agak kaku di daerah kuadaran kiri bawah, kolon
asendens dan saecum teraba lebih lunak di kuadran kanan bawah.
Ginjal yang merupakan organ retroperitoneal dalam keadaan normal
tidak teraba. Kandung kemih pada retensio urine dan uterus gravid
teraba di daerah suprapubik.

1. INSPEKSI
Dilakukan pada pasien dengan posisi tidur terlentang dan diamati
dengan seksama dinding abdomen. Yang perlu diperhatikan adalah:
Keadaan kulit; warnanya (ikterus, pucat, coklat, kehitaman), elastisitasnya

4
(menurun pada orang tua dan dehidrasi), kering (dehidrasi), lembab (asites),
dan adanya bekas-bekas garukan (penyakit ginjal kronik, ikterus obstruktif),
jaringan parut (tentukan lokasinya), striae (gravidarum/ cushing syndrome),
pelebaran pembuluh darah vena (obstruksi vena kava inferior & kolateral pada
hipertensi portal).
 Besar dan bentuk abdomen; rata, menonjol, atau scaphoid (cekung).
 Simetrisitas; perhatikan adanya benjolan local (hernia, hepatomegali,
splenomegali, kista ovarii, hidronefrosis).
 Gerakan dinding abdomen pada peritonitis terbatas.
 Pembesaran organ atau tumor, dilihat lokasinya dapat diperkirakan organ apa
atau tumor apa.
 Peristaltik; gerakan peristaltik usus meningkat pada obstruksi ileus, tampak
pada dinding abdomen dan bentuk usus juga tampak (darm-contour).
 Pulsasi; pembesaran ventrikel kanan dan aneurisma aorta sering memberikan
gambaran pulsasi di daerah epigastrium dan umbilical.

Perhatikan juga gerakan pasien:


 Pasien sering merubah posisi
 Adanya obstruksi usus.
 Pasien sering menghindari gerakan
 Iritasi peritoneum generalisata.
 Pasien sering melipat lutut ke atas agar tegangan abdomen berkurang/
relaksasi
 Peritonitis.
 Pasien melipat lutut sampai ke dada, berayun-ayun maju mundur pada saat
nyeri
 Pankreatitis parah.

Cara pemeriksaan:
1. Mintalah pasien berbaring terlentang dengan kedua tangan di sisi tubuh.
Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala untuk
melemaskan/relaksasi otot- otot abdomen.

5
2. Perhatikan ada tidaknya penegangan abdomen.
3. pemeriksa berdirilah pada sisi kanan pasien dan perhatikan kulit dan warna
abdomen, bentuk perut, simetrisitas, jaringan parut, luka, pola vena, dan
striae serta bayangan vena dan pergerakan abnormal.
4. Perhatikan posisi, bentuk, warna, dan inflamasi dari umbilikus.
5. Perhatikan pula gerakan permukaan, massa, pembesaran atau penegangan.
Bila abdomen tampak menegang, minta pasien untuk berbalik kesamping
dan inspeksi mengenai ada tidaknya pembesaran area antara iga-iga dan
panggul, tanyakan kepada pasien apakah abdomen terasa lebih tegang dari
biasanya.
6. Bila terjadi penegangan abdomen, ukur lingkar abdomen dengan
memasang tali/perban seputar abdomen melalui umbilikus. Buatlah simpul
dikedua sisi tali/perban untuk menandai dimana batas lingkar abdomen,
lakukan monitoring, bila terjadi peningkatan perenggangan abdomen,
maka jarak kedua simpul makin menjauh
7. Inspeksi abdomen untuk gerakan pernapasan yang normal.
8. Mintalah pasien mengangkat kepalanya dan perhatikan adanya gerakan
peristaltik atau denyutan aortik.

2. Auskultasi
Kegunaan auskultasi ialah untuk mendengarkan suara peristaltic usus
dan bising pembuluh darah. Dilakukan selama 2-3 menit.
 Mendengarkan suara peristaltic usus.
Diafragma stetoskop diletakkan pada dinding abdomen, lalu dipindahkan
ke seluruh bagian abdomen. Suara peristaltic usus terjadi akibat adanya
gerakan cairan dan udara dalam usus. Frekuensi normal berkisar 5-34
kali/ menit. Bila terdapat obstruksi usus, peristaltic meningkat disertai
rasa sakit (borborigmi). Bila obstruksi makin berat, abdomen tampak
membesar dan tegang, peristaltic lebih tinggi seperti dentingan keeping
uang logam (metallic- sound). Bila terjadi peritonitis, peristaltic usus
akan melemah, frekuensinya lambat, bahkan sampai hilang.

6
 Mendengarkan suara pembuluh darah.
Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase.
Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit).
Pada hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di
daerah epigastrium.
Pemeriksaan auskultasi abdomen berguna untuk memperkirakan gerakan
usus dan adanya gangguan pembuluh darah. Bunyi usus akan terdengar
tidak teratur seperti orang berkumur dengan frekwensi 5 – 35 kali
permenit. Normal tidak terdengar bunyi vaskuler disekitar aorta, ginjal,
iliaka atau femoral, apabila terdapat desiran mungkin suatu aneurisma.
1) Persiapan alat
Stetoskop
2) Persiapan pasien
Jelaskan pada pasien
3) Cara pemeriksaan
1. Mintalah pasien berbaring terlentang dengan tangan dikedua sisi.
Letakan bantal kecil dibawah lutut dan dibelakang kepala
2. Letakkan kepala stetoskop sisi diapragma yang telah dihangatkan
di daerah kuadran kiri bawah. Berikan tekanan ringan, minta
pasien agar tidak berbicara. Bila mungkin diperlukan 5 menit terus
menerus untuk mendengar sebelum pemeriksaan menentukan tidak
adanya bising usus.
3. Dengarkan bising usus apakah normal, hiperaktif, hipoaktif, tidak
ada bising usus dan perhatikan frekwensi/ karakternya.
4. Bila bising usus tidak mudah terdengar, lanjutkan pemeriksaan
dengan sistematis dan dengarkan tiap kuadran abdomen.
5. Kemudian gunakan sisi bel stetoskop, untuk mendengarkan unyi
desiran dibagian epigastrik dan pada tiap kuadran diatas arteri
aortik, ginjal, iliaka, femoral dan aorta torakal. Pada orang kurus
mungkin dapat terlihat gerakan peristaltik usus atau denyutan
aorta.

7
6. Catat frekuensi bising usus, hiperaktif, hipoaktif atau tidak/ ada
bising usus pada kartu status.
3. Palpasi
Beberapa pedoman untuk melakukan palpasi, ialah:
 Pasien diusahakan tenang dan santai dalam posisi berbaring terlentang.
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan tidak buru-buru.
 Palpasi dilakukan dengan menggunakan palmar jari dan telapak
tangan.Sedangkan untuk menentukan batas tepi organ, digunakan ujung
jari. Diusahakan agar tidak melakukan penekanan yang mendadak, agar
tidak timbul tahanan pada dinding abdomen.
 Palpasi dimulai dari daerah superficial, lalu ke bagian dalam. Bila ada
daerah yang dikeluhkan nyeri, sebaiknya bagian ini diperiksa paling akhir.
 Bila dinding abdomen tegang, untuk mempermudah palpasi maka pasien
diminta untuk menekuk lututnya. Bedakan spasme volunteer & spasme
sejati; dengan menekan daerah muskulus rectus, minta pasien menarik
napas dalam, jika muskulus rectus relaksasi, maka itu adalah spasme
volunteer. Namun jika otot kaku tegang selama siklus pernapasan, itu
adalah spasme sejati.
 Palpasi bimanual; palpasi dilakukan dengan kedua telapak tangan, dimana
tangan kiri berada di bagian pinggang kanan atau kiri pasien sedangkan
tangan kanan di bagian depan dinding abdomen
 Pemeriksaan ballottement; cara palpasi organ abdomen dimana terdapat
asites. Caranya dengan melakukan tekanan yang mendadak pada dinding
abdomen & dengan cepat tangan ditarik kembali. Cairan asites akan
berpindah untuk sementara, sehingga organ atau massa tumor yang membesar
dalam rongga abdomen dapat teraba saat memantul. Teknik ballottement juga
dipakai untuk memeriksa ginjal, dimana gerakan penekanan pada organ oleh
satu tangan akan dirasakan pantulannya pada tangan lainnya.
 Setiap ada perabaan massa, dicari ukuran/ besarnya, bentuknya, lokasinya,
konsistensinya, tepinya, permukaannya, fiksasi/ mobilitasnya, nyeri
spontan/tekan, dan warna kulit di atasnya. Sebaiknya digambarkan
skematisnya.

8
Palpasi hati; dilakukan dengan satu tangan atau bimanual pada kuadran
kanan atas. Dilakukan palpasi dari bawah ke atas pada garis pertengahan
antara mid-line & SIAS. Bila perlu pasien diminta untuk menarik napas
dalam, sehingga hati dapat teraba. Pembesaran hati dinyatakan dengan
berapa sentimeter di bawah lengkung costa dan berapa sentimeter di
bawah prosesus xiphoideus.

4. Perkusi
Perkusi berguna untuk mendapatkan orientasi keadaan abdomen secara
keseluruhan, menentukan besarnya hati, limpa, ada tidaknya asites, adanya
massa padat atau massa berisi cairan (kista), adanya udara yang meningkat
dalam lambung dan usus, serta adanya udara bebas dalam rongga abdomen.
Suara perkusi abdomen yang normal adalah timpani (organ berongga yang
berisi udara), kecuali di daerah hati (redup; organ yang padat).
 Orientasi abdomen secara umum.
Dilakukan perkusi ringan pada seluruh dinding abdomen secara sistematis
untuk mengetahui distribusi daerah timpani dan daerah redup (dullness).
Pada perforasi usus, pekak hati akan menghilang.
 Cairan bebas dalam rongga abdomen
Adanya cairan bebas dalam rongga abdomen (asites) akan menimbulkan
suara perkusi timpani di bagian atas dan dullness dibagian samping atau
suara dullness dominant. Karena cairan itu bebas dalam rongga abdomen,
maka bila pasien dimiringkan akan terjadi perpindahan cairan ke sisi
terendah. Cara pemeriksaan asites:
- Pemeriksaan gelombang cairan (undulating fluid wave).
Teknik ini dipakai bila cairan asites cukup banyak. Prinsipnya adalah
ketukan pada satu sisi dinding abdomen akan menimbulkan gelombang
cairan yang akan diteruskan ke sisi yang lain. Pasien tidur terlentang,
pemeriksa meletakkan telapak tangan kiri pada satu sisi abdomen dan
tangan kanan melakukan ketukan berulang-ulang pada dinding abdomen
sisi yang lain. Tangan kiri kan merasakan adanya tekanan gelombang.
- Pemeriksaan pekak alih (shifting dullness).

9
Prinsipnya cairan bebas akan berpindah ke bagian abdomen
terendah. Pasien tidur terlentang, lakukan perkusi dan tandai
peralihan suara timpani ke redup pada kedua sisi. Lalu pasien
diminta tidur miring pada satu sisi, lakukan perkusi lagi, tandai
tempat peralihan suara timpani ke redup maka akan tampak adanya
peralihan suara redup.

Cara Pemeriksaan:

Lakukan perkusi di empat kuadran dan perhatikan suara yang timbul


pada saat melakukannya dan bedakan batas-batas dari organ
dibawah kulit. Organ berongga seperti lambung, usus, kandung
kemih berbunyi timpani, sedangkan bunyi pekak terdapat pada hati,
limfa, pankreas, ginjal
1. Perkusi Batas Hati
1) Posisi pasien tidur terlentang dan pemeriksa berdirilah disisi
kanan pasien
2) lakukan perkusi pada garis midklavikular kanan setinggi
umbilikus, geser perlahan keatas, sampai terjadi perubahan
suara dari timpani menjadi pekak, tandai batas bawah hati
tersebut.
3) Ukur jarak antara subcostae kanan kebatas bawah hati.
Batas hati bagian bawah berada ditepi batas bawah tulang iga
kanan.Batas hati bagian atas terletak antara celah tulang iga
ke 5 sampai ke 7. Jarak batas atas dengan bawah hati
berkisar 6 – 12 cm dan pergerakan bagian bawah hati pada
waktu bernapas yaitu berkisar. 2 – 3 sentimeter
2. Perkusi Lambung
1) Posisi pasien tidur terlentang
2) Pemeriksa disamping kanan dan menghadap pasien
3) Lakukan perkusi pada tulang iga bagian bawah anterior dan
bagian epigastrium kiri.

10
4) Gelembung udara lambung bila di perkusi akan berbunyi
timpani

3. Perkusi Ginjal
1) Posisi pasien duduk atau berdiri.
2) Pemeriksa dibelakang pasien
3) Perkusi sudut kostovertebral di garis skapular dengan sisi ulnar
tangan kanan
4) Normal perkusi tidak mengakibatkan rasa nyeri

2.2 Pemeriksaan Fisik Pernafasan


Oksigen sangat dibutuhkan untuk bernafas dan hidup. Perawat sering
menemukan klien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigennya.
Fisiologi jantung mencakup pengaliran darah yang membawa oksigen dari
sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan serta mengalirkan darah yang
tidak mengandung oksigen ke sistem pulmonar.
Fisiologi pernapasan meliputi: oksigenasi tubuh melalui mekanisme
ventilasi, perfusi, dan transpor gas pernapasan. Pengaturan saraf dan kimiawi
mengontrol fluktuasi dalam frekuensi dan kedalaman pernapasan untuk
memenuhi perubahan kebutuhan oksigen.
Kita membutuhkan unsur O2 untuk mengubah glukosa menjadi energi.
Lewat prose respirasi, tubuh menangkap zat tidak berwarna, berbau, dan berasa
untuk menyerap makanan, memulihkan kondisi tubuh, kekebalan dan
menghancurkan sisa metabolisme.
Kekurangan oksigen menyebabkan metabolisme tubuh tidak sempurna.
Semakin rendah oksigen yang diserap, semakin besar kemungkinan tubuh
mengidap penyakit kronis. Kekurangan oksigen dalam tubuh menyebabkan
penurunan stamina yang ditandai banyak gejala seperti mengantuk, kelelahan,
pusing, kejang otot, depresi, dan gangguan pernafasan.
Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat individual
(sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini). Dalam menelaah status
pernapasan klien, perawat melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik untuk

11
memaksimalkan data yang dikumpulkan tanpa harus menambah distres
pernapasan klien. Setelah pengkajian awal perawat memilih komponen
pemeriksaan yang sesuai dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien.
Komponen pemeriksaan pulmonal harus mencakup tiga kategori distres
pernapasan yaitu akut, sedang, dan ringan. Perawat yang memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan melakukan dan
menginterpretasi berbagai prosedur pengkajian. Data yang dikumpulkan selama
pengkajian digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan
keperawatan klien.
Fungsi utama sistem respirasi adalah menjamin tersedianya O2 untuk
kelangsungan metabolisme sel serta mengeluarkan CO2 hasil metabolisme sel
secara terus menerus. Fungsi tambahannya adalah membantu pengeluaran air
dan panas dari dalam tubuh, membantu meningkatkan aliran balik vena (sebagai
pompa), dan membantu proses bicara (vokalisasi).
Respirasi dapat didefinisikan sebagai gabungan aktivitas mekanisme
yang berperan dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan pembuangan
karbondioksida (hasil dari pembakaran sel). Fungsi dari respirasi adalah
menjamin tersedianya O2 untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta
mengeluarkan karbondioksida (CO2) hasil metabolisme sel secara terus-
menerus.
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua:
1. Pernapasan Dalam (Internal): yaitu pertukaran gas antara organel sel
(mitokondria) dan medium cahaya cairnya.
2. Pernapasan Luar (Eksternal): yaitu absorpsi O2 dan pembuangan CO2
dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar.

Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Pengkajian fisik sebenarnya dimulai sejak pengumpulan riwayat
kesehatan saat Anda mengamati klien dan respons klien terhadap pertanyaan.
Perhatikan manifestasi distres pernapasan saat ini: posisi yang nyaman,
takipnea, mengap-mengap, sianosis, mulut terbuka, cuping hidung

12
mengembang, dispnea, warna kulit wajah dan bibir, dan penggunaan otot-otot
asesori pernapasan. Perhatikan rasio inspirasi-ke-ekspirasi, karena lamanya
ekspirasi normal dua kali dari lamanya inspirasi normal, maka rasio normal
ekspirasi – inspirasi 2 : 1. Amati pola bicara. Berapa banyak kata atau kalimat
yang dapat diucapkan sebelum mengambil napas berikutnya. Klien yang sesak
napas mungkin hanya mampu mengucapkan tiga atau empat kata sebelum
mengambil napas berikutnya.
Kunci dari setiap teknik pengkajian adalah untuk mengembangkan
pendekatan yang sistematik. Logisnya, paling mudah jika dimulai dari kepala
lalu terus ke tubuh bagian bawah.Inspeksi dimulai dengan pengamatan kepala
dan area leher untuk mengetahui setiap kelainan utama yang dapat
mengganggu pernapasan. Perhatikan bau napas dan apakah ada sputum.
Perhatikan pengembangan cuping hidung, napas bibir dimonyong-kan, atau
sianosis membran mukosa. Catat adanya penggunaan otot aksesori
pernapasan, seperti fleksi otot sternokleidomastoid.Amati penampilan umum
klien, frekuensi serta pola pernapasan, dan konfigurasi toraks. Luangkan
waktu yang cukup untuk mengamati pasien secara menyuluruh sebelum
beralih pada pemeriksaan lainnya. Dengan mengamati penampilan umum,
frekuensi dan pola pernapasan, adanya dan karakter batuk, dan pernbentukan
sputum, perawat dapat menentukan komponen pemeriksaan pulmonal mana
yang sesuai untuk mengkaji status pernapasan pasien saat ini.

INSPEKSI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT


Pernafasan bibir Ekspirasi melalui mulut COPD, Asma, dugaan
Posisi tripod; dengan bibir secara bersama peningkatan kesulitan
ketidakmampuan menghembuskan nafas bernafas, Dispnea
berbaring perlahan COPD, asma eksaserbasi,
Penggunaan otot Berbaring dengan lengan dan edema pulmonal,
tambahan retraksi siku yang menopang Mengindikasikan distress
interkosta Otot leher dana bahu pernafasan sedang hingga
Splinting digunakan untuk membantu berat
Peningkatan diameter bernafas. Otot sela iga COPD, asma eksaserbasi,
AP tertarik selama inspirasi peningkatan sekret. Distress

13
Takipneu Penurunan tidal volum pernafasan sedang hingga
Kussmaul hingga penurunan nyeri pada berat, hipoksemi
Sianosis pengembangan dada Insisi thorax dan abdomen.
Clubbing finger Diameter AP sama dengan Trauma dada, radang
Abdominal paradox lateral. Posisi tulang iga tegak selaput dada.
Kelainan Bentuk Dada lurus seperti membentu sudut COPD, asma, hiperventilasi
1. Barrel Chest 900 terhadap tulang belakang paru, usia lanjut
1. Funnel Chest Frekuensi nafas : 20-25 Demam, cemas, hipoksemi,
1. Pigeon Chest x/menit penyakit paru parah,
1. Kyposcoliosis Pernafasan cepat, dalam dan peningkatan kemampuan
1. Kiposis tertaur kerja nafas
1. Skoliosis Kebiruan pada kulit dapat Asidosis metabolik,
dilihat di bibir dan peningkata ekskresi CO2
konjungtiva palpebral Menggambarkan 5-6 gr hb
Peningkatan kedalaman, tidak terikat oleh oksigen,
membesar, pelunakan jari penurunan kada oksigen
bagian distal dalam paru, pennurunan
Pergerakan dalam abdomen cardiak output,
selama bernafas Hopiksemia kronik, cystis
Timbul akibat terjadinya fibrosis, kanker paru,
overinflation paru. Terjadi bronchiestasis.
peningkatan diameter AP : T Ketidakpatenan dan ketidak
(1:1) efisienan bernafas,
Timbul jika terjadi depresi indikator non spesifik pada
dari bagian bawah dari distress pernafasan sedang.
sternum. Hal ini akan Emfisema
menekan jantung dan Kondisi ini dapat timbul
pembuluh darah besar, yang pada ricketsia, marfan’s
mengakibatkan murmur. syndrome atau akibat
Timbul sebagai akibat dari kecelakaan kerja.
ketidaktepatan sternum, Timbul pada klien dengan
dimana terjadi peningkatan kyphoscoliosis berat

14
Timbul pada klien dengan
osteoporosis dan kelainan
muskuloskeletal lain yang
diameter AP.
mempengaruhi thorax.
Terlihat dengan adanya
Bentuk dada ini dapat
elevasi scapula. Deformitas
terjadi sebagai akibat
ini akan mengganggu
sekunder dari polio(-
pergerakan paru-paru
mielitis) atau sebagai
Meningkatnya kelengkungan
manifestasi dari sindrom
normal kolumna vertebrae
marfan.
torakalis menyebabkan klien
Bentuk dada ini dapat
tampak bongkok.
terjadi sebagai akibat
Vertebrae torakalis ke lateral,
sekunder dari polio(-
disertai rotasi vertebral
mielitis) atau sebagai
manifestasi dari sindrom
marfan.s

2. Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menggunakan tangan untuk meraba struktur di
atas atau di bawah permukaan tubuh.Dada dipalpasi untuk mengevaluasi kulit dan
dinding dada.Palpasi dada dan medula spinalis adalah teknik skrining umum
untuk mengidentifikasi adanya abnormalitas seperti inflamasi. Perlahan letakan
ibu jari tangan yang akan mempalpasi pada satu sisi trakhea dan jari-jari lainnya
pada sisi sebelahnya. Gerakan trakhea dengan lembut dari satu sisi ke sisi lainnya
sepanjang trakhea sambil mempalpasi terhadap adanya massa krepitus, atau
deviasi dari garis tengah. Trakhea biasanya agak mudah digerakkan dan dengan
cepat kembali ke posisi garis tengah setelah digeser.Masa dada, goiter, atau cedera
dada akut dapat mengubah letak trakhea.
Palpasi dinding dada menggunakan bagian tumit atau ulnar tangan
Anda.Abnor¬malitas yang ditemukan saat inspeksi lebih lanjut diselidiki
selama pemeriksaan palpasi. Palpasi dibarengi dengan inspeksi terutama
efektif dalam mengkaji apakah gerakan, atau ekskursi toraks selama inspirasi

15
dan ekspirasi, amplitudonya simetris atau sama. Selama palpasi kaji adanya
krepitus (udara dalam jaringan subkutan); defek atau nyeri tekan dinding dada;
tonus otot; edema; dan fremitus taktil, atau vibrasi gerakan udara melalui
dinding dada ketika klien sedang bicara.
Untuk mengevaluasi ekskursi toraks, klien diminta untuk duduk
tegak, dan tangan pemeriksa diletakkan pada dinding dada posterior klien
(bagian punggung). Ibu jari tangan pemeriksa saling berhadapan satu sama lain
pada kedua sisi tulang belakang, dan jari-jari lainnya menghadap ke atas
membentuk posisi seperti kupu-kupu. Saat klien menghirup napas tangan
pemeriksa harus bergerak ke atas dan keluar secara simetri. Adanya gerakan
asimetri dapat menunjukkan proses penyakit pada region tersebut.
Palpasi dinding dada posterior saat klien mengucapkan kata-kata yang
menghasilkan vibrasi yang relatif keras (mis. tujuh-tujuh).Vibrasi
ditransmisikan dari laring melalui jalan napas dan dapat dipalpasi pada dinding
dada.Intensitas vibrasi pada kedua sisi dibandingkan terhadap
simetrisnya.Vibrasi terkuat teraba di atas area yang terdapat konsolidasi paru
(mis. pneumonia). Penurunan fremitus taktil biasanya berkaitan dengan
abnormalitas yang menggerakkan paru lebih jauh dari dinding dada, seperti
efusi pleural dan pneumotoraks

PALPASI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT


Bukan indikator yang spesifik pada
Pergeseran ke arah kiri perubahan letak trachea. Kegawatan
Perubahan
atau kanan pada trachea apabidisebabkan peningkatan tension
letak trachea
dari posisi normalnya penumothorax, kolaps paru.
Perubahan
Peningkatan atau Meningkat pada pneumonia, edema
taktil fremitus
penurunan vibrasi pulmonal, menurun pada efusi pleura,
Perubahan
Perbedaan pergerakan hiperinflasi paru, atelektasis,
pergerakan
pada kedua sisi dada pneumothorax
dada
saat bernafas Ketidakseimbangan disebabkan oleh
atelektasis, pneumothorax, efusi pleura

16
3. Perkusi
Perkusi adalah teknik pengkajian yang menghasilkan bunyi dengan
mengetuk dinding dada dengan tangan. Pengetukan dinding dada antara iga
menghasilkan berbagai bunyi yang digambarkan sesuai dengan sifat
akustiknya-resonan, hiperesonan, pekak, datar, atau timpanik. Bunyi
resonan terdengar di atas jaringan paru normal. Bunyi hiperesonan
terdengar pada adanya peningkatan udara dalam paru-paru atau spasium
pleural. Bunyi akan ditemukan pada klien dengan emfisema dan
pneumotoraks. Bunyi pekak terjadi di atas jaringan paru yang padat, seperti
pada tumor atau konsolidasi jaringan paru. Bunyi ini biasanya terdengar di
atas jantung dan hepar.
Bunyi datar akan terdengar saat perkusi dilakukan pada jaringan
yang tidak mengandung udara. Bunyi timpani biasanya terdengar di atas
lambung, usus besar. Perkusi dimulai pada apeks dan diteruskan sampai ke
dasar, beralih dari area posterior ke area lateral dan kemudian ke area
anterior. Dada posterior paling baik diperkusi dengan posisi klien berdiri
tegak dan tangan disilangkan di depan dada untuk memisahkan skapula.
Perkusi juga dilakukan untuk mengkaji ekskursi diafragma. Minta klien
untuk menghirup napas dalam dan menahannya ketika Anda memperkusi
ke arah bawah bidang paru posterior dan dengarkan bunyi perkusi yang
berubah dari bunyi resonan ke pekak. Tandai area ini dengan pena. Proses
ini diulang setelah klien menghembuskan napas, tandai lagi area ini.Kaji
kedua sisi kanan dan kiri.Jarak antara dua tanda seharusnya 3 sampai 6 cm,
jarak lebih pendek ditemukan pada wanita dan lebih panjang pada pria.
Tanda pada sebelah kiri akan sedikit lebih tinggi karena adanya hepar.
Klien dengan kenaikan diafragma yang berhubungan dengan proses
patologis akan mempunyai Penurunan ekskursi diafragma. Jika klien
mempunyai penyakit pada lobus bawah (mis. konsolidasi atau cairan
pleural), akan terdengar bunyi perkusi pekak. Bila ditemukan abnormalitas
lain, pemeriksaan diagnostik lain harus dilakukan untuk mengkaji masalah
secara menyeluruh

17
PERKUSI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT
Kuat, suara lebih rendah dari suara
COPD, penumothorax,
Hiperresonan normal resonan
asma
Dulness Suara yang lebih redup dari resonan
Penumonia, efusi fleura
normal

4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dengan menggunakan stetoskop.
Dengan mendengarkan paru-paru ketika klien bernapas melalui mulut,
pemeriksa mampu mengkaji karakter bunyi napas, adanya bunyi napas
tambahan, dan karakter suara yang diucapkan atau dibisikan. Dengarkan
semua area paru dan dengarkan pada keadaan tanpa pakaian; jangan
dengarkan bunyi paru dengan klien mengenakan pakaian, selimut, gaun, atau
kaus. Karena bunyi yang terdengar kemungkinan hanya bunyi gerakan
pakaian di bawah stetoskop.
Status patensi jalan napas dan paru dapat dikaji dengan mengauskultasi
napas dan bunyi suara yang ditransmisikan melalui dinding dada. Untuk dapat
mendengarkan bunyi napas di seluruh bidang paru, perawat harus meminta
klien untuk bernapas lambat, sedang sampai napas dalam melalui mulut.Bunyi
napas dikaji selama inspirasi dan ekspirasi. Lama masa inspirasi dan ekspirasi,
intensitas dan puncak bunyi napas juga dikaji. Umumnya bunyi napas tidak
terdengar pada lobus kiri atas, intensitas dan karakter bunyi napas harus
mendekati simetris bila dibandingkan pada kedua paru. Bunyi napas normal
disebut sebagai vesikular, bronkhial, dan bronkhovesikular.
Perubahan dalam bunyi napas yang mungkin menandakan keadaan
patologi termasuk penurunan atau tidak terdengar bunyi napas, peningkatan
bunyi napas, dan bunyi napas saling mendahului atau yang dikenal dengan
bunyi adventiosa. Peningkatan bunyi napas akan terdengar bila kondisi seperti
atelektasis dan pneumonia meningkatkan densitas (ketebalan) jaringan paru.
Penurunan atau tidak terdengarnya bunyi napas terjadi bila transmisi
gelombang bunyi yang melewati jaringan paru atau dinding dada berkurang.

18
AUSKULTASI DESKRIPSI DUGAAN PENYAKIT
Fine crackles Setiap fase lebih sering terdengar saat Idiopatic pulmonal
Coarse crackles inspirasi, karakter suara meletup, fibrosis, edema
Ronchi terpatah-patah akibat udara melewati interstisial, pneumonia,
Wheezing daerah yang lembab di alveoli atau atelektasis, fase awal
Stridor bronchiolus. Suara seperti rambut yang pada gagal jantung
Absent breath digesekkan. Gagal jantung, edema
sound Lebih menonjol saat ekspirasi, karakter pulmonar, penumonia,
Pleural Friction suara lemah, kasar, suara gesekan COPD
Rib terpotong akibat adanya cairan atau COPD, pneumonia,
Eghopony sekresi pada jalan nafas yang besar, bronchiestasis
mungkin akan berubah pada saat klien Bronchospasma,
batuk. obstruksi jalan nafas,
Suara nafas tambahan bernada rendah COPD
sehingga bersifat sonor, akibat Batuk dengan sesak,
penyumbatan bronkus. epiglotitis,
Bising paru yang terjadi akibat Efusi pleura, atelektasi
kontriksi/spasma bronkus bukan karena luas, peneumonectomy,
penyumbatan seperti ronchi, sehingga lobectomy
refleks batuk tidak bisa Radang selaput dada,
menghilangkannya. Wheezing mirip pneumonia, infark
suara suitan dengan insentitas suara pulmonal
yang tinggi dannyaring. Auskultasi pada Penumonia dan efusi
trachea jelas untuk mendengarkan pleura
wheezing
Suara wheez inspirasi yang terdengar
keras pada trachea. Biasanya
menunjukkan halangan yang lebih besar
karena sekresi
Tidak terdengar suara paru pada daerah
paru dan sekitarnya
Suara menggesek atau menggeretak

19
yang terjadi ketika permukaan pleura
membengkakatau menjadi kasar dan
menggesek satu dengan yang lain.
Suaranya bisa continue atau
discontinue, biasanya terlokasi pada
satu tempat di dinding dada dan
terdengar selama fase inspirasi dan
ekspirasi.
Penyebutan “e” sama dengan “a”
terdengar saat auskultasi dikarenakan
perubahan transmisi suara

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pemeriksaan Abdomen digunakan untuk memeriksa keadaan perut si
pasien dengan melalui empat cara. Urutan teknik pemeriksaan pada
abdomen ialah inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Auskultasi
dilakukan sebelum kita melakukan palpasi dan perkusi dengan tujuan agar
hasil pemeriksaan auskultasi lebih akurat karena kita belum melakukan
manipulasi terhadap abdomen.
Setiap teknik harus dilakukan dengan hati-hati dan teliti agar hasil
yang kita dapatkan bisa seteliti mungkin dan menghindari setiap kesalahan
yang biasanya sering dilakukan oleh setiap perawat.
Proses pengkajian keperawatan harus dilakukan dengan sangat
individual (sesuai masalah dan kebutuhan klien saat ini) dan secara holistic
caring. Dalam menelaah status pernapasan klien, perawat melakukan
wawancara dan pemeriksaan fisik untuk memaksimalkan data yang
dikumpulkan tanpa harus menambah distres pernapasan klien. Setelah
pengkajian awal perawat memilih komponen pemeriksaan yang sesuai
dengan tingkat distres pernapasan yang dialami klien antara lain: tes
diagnostik yang sesuai dengan diagnosa medis pasien.

3.2 Saran
Penulis berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan penulis juga dapat mengetahui cara pemeriksaan fisik pada system
penafasan baik melalui inspeksi, palpasi, perkusi, maupun auskultasi.
Penulis juga berharap kritik dan saran yang bersifat sangat penulis
butuhkan untuk kesempurnaan makalah ini.

21
DAFTAR PUSTAKA

Hudak & Gallo.(1997). Keperawatan Kritis pendekatan Holistik. EGC: Jakarta


Lewis, et al. (2010). Medical Surgical Nursing “Assesment and Management of
Clinical Problems”. Philadhephia: Mosby.
Somantri, iman. 2008. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
http://anam56.blogspot.com/2009/01/pemeriksaan-abdomen.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemeriksaan_fisik
http://blog.ilmukeperawatan.com/cara-melakukan-pemeriksaan-fisik-
abdomen.html

22

Vous aimerez peut-être aussi