Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam suatu proses perencanaan, kegiatan rekayasa merupakan kegiatan untuk mendapatkan
produk yang lebih baik. Dalam evaluasi biasanya hanya berdasarkan beban statis dalam analisa
kegagalan dan hal ini sudah kurang sesuai, minimal juga harus sudah memperhitungkan beban
dinamis ( fatigue ) dan pengaruh lingkungan jika perlu.
Analisa perambatan retak merupakan salah satu analisa kegagalan terhadap beban fatigue,
terutama pada struktur sambungan yang banyak digunakan untuk konstruksi dibidang kelautan
dan penerbangan. Dengan berkembangnya teknologi, jumlah angkutan udara di Indonesia
semakin meningkat, dari seluruh angkutan udara yang didominasi oleh pesawat terbang,
penggunaan sambungan pada struktur pesawat ini masih memegang peranan penting, terutama
sambungan keling banyak dijumpai dibagian perut (fuselage), sayap (wing) dan ekor (tail unit)
dari pesawat terbang. Beban dinamis yang terjadi pada fuselage paling kritis disebabkan adanya
tabrakan turbulensi campuran gas dengan partikel udara terhadap pesawat dan adanya perbedaan
tekanan udara di dalam kabin terhadap tekanan udara di luar kabin kapal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari sambungan
2. Apa saja Macam-macam sambungan
3. Apa saja System sambungan baut pada baja
4. Apa saja System sambungan las dan macamnya
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian sambungan
2. Mengetahui Macam-macam sambungan
3. Mengetahui System sambungan baut pada baja
4. Mengetahui System sambungan las dan macamnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sambungan
Tiap mesin atau konstuksi terbentuk dari beberapa suku bagian,macam-macam bagian.
Sesamanya dihubungkan, salah satu cara menghubungkan suatu bagian ke suku bagian yang lain
diperlukan / memberikan sambungan.
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan menggunakan
suatu cara tertentu.
Penyambungan bagian satu dengan lainnya pada struktur pesawat terbang diperlukan rivet,
struktur akan mengalami pengurangan luasan akibat lubang rivet. Pangaruh adanya lubang rivet
menimbulkan konsentrasi tegangan yang menurunkan kekuatan struktur. Hasil inspeksi retak
pada pesawat terbang banyak terlihat justru pada bagian sambungan keling ini, banyak
ditemukan retak “Multiple Site Damage” (MSD) yang dapat didefinisikan sebagai terjadinya
retak-retak yang berasal dari lubang paku keling akibat adanya beban dinamis.
B. Macam-Macam Sambungan:
1) Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas dengan cara merusaknya,
contoh:sambungan keeling dan sambungan las.
2) Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita bongkar tanpa
merusaknya sesuatu,
contohnya:sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir.
Jenis baut yang dapat digunakan untuk struktur bangunan sesuai SNI 03 - 1729 – 2002 TATA
CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG adalah baut
yang jenisnya ditentukan dalam SII (0589-81, 0647-91 dan 0780-83, SII 0781-83) atau SNI
(0541-89-A, 0571-89-A, dan 0661-89-A) yang sesuai, atau penggantinya.
Baut yang digunakan pada sambungan struktural, baik baut A325 maupun baut A490
merupakan baut berkepala segi enam yang tebal. Keduanya memiliki mur segi enam tebal yang
diberi tanda standar dan simbol pabrik pada salah satu mukanya. Bagian berulir baut dengan
kepala segienam lebih pendek dari pada baut standar yang lain; keadaan ini memperkecil
kemungkinan adanya ulir pada tangkai baut yang memerlukan kekuatan maksimumnya.
a) Beban Leleh dan Penarikan Baut
Syarat utama dalam pemasangan baut kekuatan tinggi ialah memberikan gaya pratarik
(pretension) yang memadai. Gaya pratarik harus sebesar mungkin dan tidak menimbulkan
deformasi permanen atau kehancuran baut. Bahan baut menunjukkan kelakuan tegangan-
regangan (beban-deformasi) yang tidak memiliki titik leleh yang jelas. Sebagai pengganti
tegangan leleh, istilah beban leleh (beban tarik awal/proof load) akan digunakan untuk baut.
Beban leleh adalah beban yang diperoleh dari perkalian luas tegangan tarik dan tegangan leleh
yang ditentukan berdasarkan regangan tetap (offset strain) 0,2% atau perpanjangan 0,5% akibat
beban. Tegangan beban leleh untuk baut A325 dan A490 masing-masing minimal sekitar 70%
dan 80% dari kekuatan tarik maksimumnya.
b. Paku keeling
Sudah sejak lama paku keling diterima sebagai alat penyambung batang, tetapi beberapa
tahun terakhir ini sudah jarang digunakan di Amerika. Paku keling dibuat dari baja batangan dan
memiliki bentuk silinder dengan kepala di salah satu ujungnya. Baja paku keling adalah baja
karbon sedang dengan identifikasi ASTM A502 Mutu I (Fv = 28 ksi) (1190 MPa) dan Mutu 2
(Fy = 38 ksi) (260 MPa), serta kekuatan leleh minimum yang ditetapkan didasarkan pada bahan
baja batangan. Pembuatan dan pemasangan paku keling menimbulkan perubahan sifat mekanis.
Proses pemasangannya adalah pertama paku keling dipanasi hingga warnanya menjadi
merah muda kemudian paku keling dimasukkan ke dalam lubang, dan kepalanya ditekan sambil
mendesak ujung lainnya sehingga terbentuk kepala lain yang bulat. Selama proses ini, tangkai
(shank) paku keling mengisi lubang (tempat paku dimasukkan) secara penuh atau hampir penuh,
sehingga menghasilkan gaya jepit (klem). Namun, besarnya jepitan akibat pendinginan paku
keling bervariasi dari satu paku keling ke lainnya, sehingga tidak dapat diperhitungkan dalam
perencanaan. Paku keling juga dapat dipasang pada keadaan dingin tetapi akibatnya gaya jepit
tidak terjadi karena paku tidak menyusut setelah dipasang.
c. Baut Hitam
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM A307, dan
merupakan jenis baut yang paling murah. Namun, baut ini belum tentu menghasilkan sambungan
yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan.
Pemakaiannya terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau pengaku, anjungan
(platform), gording, rusuk dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang bebannya kecil
dan bersifat statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung sementara pada sambungan
yang menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling, atau las. Baut hitam (yang tidak
dihaluskan) kadang-kadang disebut baut biasa, mesin, atau kasar, serta kepala dan murnya dapat
berbentuk bujur sangkar.
b) Teknik Pemasangan
Tiga teknik yang umum untuk memperoleh pratarik yang dibutuhkanadalah metode kunci
yang dikalibrasi (calibrated wrench), metode putaranmur (turn-of the nut), dan metode indikator
tarikan langsung (direct tensionindicator). Metode kunci yang dikalibrasi dapat dilakukan dengan
kunci puntirmanual (kunci Inggris) atau kunci otomatis yang diatur agar berhenti padaharga
puntir yang ditetapkan. Secara umum, masing-masing proses pemasangan memerlukan minimum
2 1/4 putaran dari titik erat untukmematahkan baut. Bila metoda putaran mur digunakan dan baut
ditariksecara bertahap dengan kelipatan 1/8 putaran, baut biasanya akan patahsetelah empat
putaran dari titik erat. Metode putaran mur merupakanmetode yang termurah, lebih handal, dan
umumnya lebih disukai. Metode ketiga yang paling baru untuk menarik baut adalah
metodeindikator tarikan langsung. Alat yang dipakai adalah cincin pengencangdengan sejumlah
tonjolan pada salah satu mukanya. Cincin dimasukkan dantara kepalabaut dan bahan yang
digenggam, dengan bagian tonjolanmenumpu pada sisi bawah kepala baut sehingga terdapat
celah akibattonjolan tersebut. Pada saat baut dikencangkan, tonjolan-tonjolan tertekandan
memendek sehingga celahnya mengecil. Tarikan baut ditentukandengan mengukur lebar celah
yang ada.
c) Perancangan Sambungan Baut
Sambungan-sambungan yang dibuat dengan baut tegangan tinggi digolongkan menjadi:
−> Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut tidak termasuk dalam bidang geseran
[Gambar 6.11(b)]
−> Pertama, batang-batang yang disambung akan merigalaini keruntuhan melalui satu atau lebih
lubang-lubang alat penyambungan akibat bekerjanya gaya tarik (Iihat Gambar 6.12a).
−> Kedua, apabila lubang-lubang dibor terlalu dekat pada tepi batang tarik, maka baja di
belakang alat-alat penyaambung akan meleteh akibat geseran (Iihat Gambar 6.12b).
−> Ketiga, alat penyambungnya sendiri mengalami keruntuhan akibat bekerjanya geseran
(Gambar 6.12.c).
−> Keempat, satu-satu atau lebih batang tarik mengalami keruntuhan karena tidak dapat
menahan gaya-gaya yang disalurkan oleh alat-alat penyambung (Gambar 6.12d).
Untuk mencegah terjadinya keruntuhan maka baik sambungan maupun batang-batang
yang disambung harus direncanakan supaya dapat mengatasi keempat jenis keruntuhan yang
dikemukakan di atas.
−> Pertama, untuk menjamin tidak terjadinya keruntuhan pada bagian-bagian yang disambung,
bagian-bagian tersebut harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tegangan tarik yang
bekerja pada penampang bruto lebih kecil dari 0,6 Fy, dan yang bekerja pada penampang etektif
netto lebih kecil dari 0,5 F .
−> Kedua, untuk mencegah robeknya baja yang terletak di belakang alat penyambung, maka
jarak minimum dari pusat lubang alat penyambung ke tepi batang dalam arah yang sarna dengan
arah gaya tidak boleh kurang dari 2 P/ Fu t . Di sini P adalah gaya yang ditahan oleh alat
penyambung, dan t adalah tebal kritis dari bagian yang disambung.
−> Ketiga, untuk menjamin supaya alat penyambung tidak runtuh akibat geseran, maka jumlah
alat penyambung harus ditentukan sesuai dengan peraturan, supaya dapat membatasi tegangan
geser maksimum yang terjadi pada bagian alat penyambung yang kritis.
−> Keempat, untuk mencegah terjadinya kehancuran pada bagian yang disambung akibat
penyaluran gaya dari alat penyambung ke batang maka harus ditentukan jumlah minimum alat
penyarnbung yang dapat mencegah terjadinya kehancuran tersebut.
Contoh Sambungan
Sambungan balok
Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan energi panas.
Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan
yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang
relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi
operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.
Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung logam, yaitu:
o Las Resistansi Listrik (Tahanan)
Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang disambung
ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan
tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi listrik. Sambungan las resistensi
listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu sambungan tumpang dan sambungan tumpul.
Las resistansi listrik ini sangat baik digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis sangat.
Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan pelat-pelat tipis yang biasa
digunakan terdiri dari 2 jenis yakni :
Ø Las Titik (Spot Welding)
Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik. Elektroda penekan
terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni, elektroda atas dan bawah. Elektroda
sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam keadaan diam dan elektroda atas bergerak menekan
pelat yang akan disambung. Agar pelat yang akan disambung tidak sampai bolong sewaktu
proses terjadinya pencairan maka kedua ujung elektroda diberi air pendingin.
Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung plat datar dengan
ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah
menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal seperti dalam
Gambar 6.16(b). Bila digunakan bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full penetration
groove weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan biasanya
lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya ialah ujung yang akan
disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau dimiringkan) dan
dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan, dan
potongan yang akan disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan
sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses pengelasan dengan akurat.
2) Sambungan Lewatan
Sambungan lewatan pada Gambar 6.17 merupakan jenis yang paling umum. Sambungan ini
mempunyai dua keuntungan utama:
− Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak memerlukan ketepatan dalam
pembuatannya bila dibanding dengan jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat digeser
untuk mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk penyesuaian panjang.
− Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan persiapan khusus
dan biasanya dipotong dengan nyala (api) atau geseran. Sambungan lewatan menggunakan las
sudut sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di lapangan. Potongan yang
akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem) tanpa menggunakan alat pemegang
khusus. Kadang-kadang potongan-potongan diletakkan ke posisinya dengan beberapa baut
pemasangan yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali setelah dilas.
− Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk menyambung plat yang
tebalnya berlainan.
3) Sambungan Tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-up) seperti profil T,
profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau penguat samping (bearing stiffener),
penggantung, konsol (bracket). Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak
lurus seperti pada Gambar 6.16(c). Jenis sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan
penampang yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut maupun las tumpul.
4) Sambungan Sudut
Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk boks segi empat
seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang memikul momen puntir yang besar.
5) Sambungan Sisi
Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk menjaga agar dua
atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk mempertahankan kesejajaran (alignment)
awal.
Seperti yang dapat disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan kombinasi kelima jenis
sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena biasanya terdapat lebih dari satu cara
untuk menyambung sebuah batang struktural dengan lainnya, perencana harus dapat memilih
sambungan (atau kombinasi sambungan) terbaik dalam setiap persoal.
Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling / Baut :
a .Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu dengan
lebih kokoh (lebih sempurna).
b. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
c. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
d .Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari berat konstruksi,
sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat konstruksi.
e .Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang pk/baut, tak perlu
memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).
f .Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya utuh.
Kerugian Sambungan Las
a. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya
baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka
kekuatan konstruksi juga tidak baik bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal.
Salah satu sambungan las cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan yang
lain dan akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang tidak
sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti
jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan las.
b. Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.
SAMBUNGAN ULIR (SCREW JOINED)
1 Pengertian
Sambungan ulir adalah sambungan yang menggunakan kontruksi ulir untuk mengikat
dua atau lebih komponen permesinan. Sambungan Ulir merupakan jenis dari sambungan
semi permanent (dapat dibongkar pasang). Sambungan ulir terdiri dari 2 (dua) bagian, yakni
Baut (Inggris=Bolt, yakni yang memiliki ulir di bagian luar) dan Mur (Inggris = Nut , yakni yang
memiliki ulir di bagian dalam).
2 Fungsi Sambungan Ulir
Dilihat dari kontruksi yang memiliki ulir (yang dapat di bongkar pasang) sambungan ulir
memiliki fungsi teknis utama, yaitu :
¾ Digunakanu untuk bagian mesin yang memerlukan sambungan dan pelepasan tanpa
merusak bagian mesin perawatan. ¾ Untuk memegang dan penyesuaian dalam perakitan atau
3 Keuntungan dan Kerugaian Sambungan Ulir
Ditinjau dari sisi teknik sambungan ulir memiliki keuntungan dan kerugian sebagai
berikut :
Keuntungan Sambungan Ulir
3. Suatu lingkup yang luas dari sambungan baut diperlukan untuk beberapa kondisi operasi.
c. Square threat
Mata Ulir berbentuk Segiempat. Aplikasi : power transmisi, machine tools, valves, screw
jacks.
d. Acme threat
Mata Ulir berbentuk Trapesium Aplikasi : cutting lathe, brass valves, bench vices
e. Knuckle threatMata Ulir berbentu Bulat.
Aplikasi : digunakan untuk tugas berat, railway carriage couplings, hydrant, dll,
f. Buttress threat
Mata Ulir berbentuk Gergaji Aplikasi : Mentransmisikan daya pada satu arah, bench vices.
g. Metric threat
Aplikasi : general purpose
1. Tegangan internal akibat gaya pengencangan
2. Tegangan tarik disebabkan pelonggaran baut.
3. Tegangan geser puntir akibat tahan gesek selama pengencangan.
4. Tegangan geser pada ulir.
5. Tegangan tekan pada ulir.
6. Tegangan tekuk, jika permukaan dibawah kepala baut/screw tidak dalam posisi sempurna
thd sumbu baut.
Jenis Ulir
Ulir digolongkan menurut bentuk profil penampangnya sebagai berikut : ulir segi tiga, persegi,
trapezium, gigi gegaji, dan bulat, bentuk persegi,trapezium, dan gigi gergaji, pada umumnya
dipakai untuk pengerak atau penerus gaya , sedangkan ulir bulat dipakai untuk menghindari
kemacetan karena kotoran . tetapi bentuk yang paling banyak dipakai adalah ulir segitiga.
Ulir segitiga diklasifikasikan lagi menurut jarak baginya dalam ukuran metris dan inch, dan
menurut ulir kasar dan lembut sebagai berikut :
1. seri ulir kasar metris
2. seri ulir kasar UNG
3. seri ulir lembut simetris
4. seri ulir lembut UNF
Kelas Ulir
Ukuran ulir uar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif ( diameter dimana tebal profil
dan tebal alur dalam arah sumbu adalah sama ), dan diameter inti. Untuk ulir dalam, ukuran
tersebut dinyatakan dengan diameter efektif , ukuran pembatas yang diizinkan, dan toleransi.
Atas dasar besarnya toleransi, ditetapkan kelas ketelitian sbb:
Untuk ulir metris : kelas 1,2 dan 3. Untuk ulir UNC, UNF UNEF : kelas 3A, 2A, dan 1A, untuk
ulir luar. Kelas 3B, 2B, dan 1B untuk ulir dalam.
Perlu diterangkan bahwa ketelitian tertinggi dalam standar JTS adalah kelas 1, dan dalam standar
amerika adalah 3A atau 3B . Patokan yang dipakai untuk pemilihan kelas adalah sbb:
Kelas teliti ( kelas 1 dalam JTS ) untuk ulir teliti
Kelas sedang ( kelas 2 dalam JTS ) untuk pemakaian umum .
Kelas kasar ( kelas 3 dalam JTS ) untuk ulir yang sukar dikerjakan, Misalnya ulir dalam dari
Lubang yang panjang.
Bahan Ulir
Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JTS seperti diperlihatkan dalam
Tabel 1.3. arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel tersebut adalah sbb : angka sebelah
kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum kekuatan tarik σb ( kg /mm) dan sebelah kanan titik
adalah 1/10 (σγ/σB ) Untuk mur , bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban
jaminan.
Jenis ulir Menurut Bentuk Bagian Dan Fungsinya.
Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya, yaitu segi enam , soket segi enam , dan kepala
persegi. Baut dan mur dapat dibagi sebagai berikut : baut penjepit , baut untuk pemakaian khusus
, sekrup mesin sekrup penetap , dan mur, seperti diuraikan dibawah ini :
a. Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana jepitan diketatkan
dengan sebua mur
b. Baut tap , untuk menjepit dua bagian, dimanajepitan diketatkan dengan ulir yang ditapkan pada
salah satu bagian .
c. baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujungnya. Untuk dapat
menjepit dua bagian, baut ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai lubang berulir, dan
jepitan diketatkan dengan sebuah mur.
Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel, wrought iron.
Penggunaan khusus : weight, corrosion, or material constraints apply : copper (+alloys)
aluminium (+alloys), monel, dll
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan menggunakan
suatu cara tertentu. Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas dengan cara
merusaknya. Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita
bongkar tanpa merusaknya sesuatu,
Contohnya : sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir. ,
Contohnya : sambungan keeling dan sambungan las.
B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari
segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu
ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca atau makalah
ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun. Sehingga makalah
dapat tersusun dengan baik dan sempurna.
DAFTAR PUSTAKA