Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dalam suatu proses perencanaan, kegiatan rekayasa merupakan kegiatan untuk mendapatkan
produk yang lebih baik. Dalam evaluasi biasanya hanya berdasarkan beban statis dalam analisa
kegagalan dan hal ini sudah kurang sesuai, minimal juga harus sudah memperhitungkan beban
dinamis ( fatigue ) dan pengaruh lingkungan jika perlu.
Analisa perambatan retak merupakan salah satu analisa kegagalan terhadap beban fatigue,
terutama pada struktur sambungan yang banyak digunakan untuk konstruksi dibidang kelautan
dan penerbangan. Dengan berkembangnya teknologi, jumlah angkutan udara di Indonesia
semakin meningkat, dari seluruh angkutan udara yang didominasi oleh pesawat terbang,
penggunaan sambungan pada struktur pesawat ini masih memegang peranan penting, terutama
sambungan keling banyak dijumpai dibagian perut (fuselage), sayap (wing) dan ekor (tail unit)
dari pesawat terbang. Beban dinamis yang terjadi pada fuselage paling kritis disebabkan adanya
tabrakan turbulensi campuran gas dengan partikel udara terhadap pesawat dan adanya perbedaan
tekanan udara di dalam kabin terhadap tekanan udara di luar kabin kapal.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian dari sambungan
2. Apa saja Macam-macam sambungan
3. Apa saja System sambungan baut pada baja
4. Apa saja System sambungan las dan macamnya

C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian sambungan
2. Mengetahui Macam-macam sambungan
3. Mengetahui System sambungan baut pada baja
4. Mengetahui System sambungan las dan macamnya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sambungan
Tiap mesin atau konstuksi terbentuk dari beberapa suku bagian,macam-macam bagian.
Sesamanya dihubungkan, salah satu cara menghubungkan suatu bagian ke suku bagian yang lain
diperlukan / memberikan sambungan.
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan menggunakan
suatu cara tertentu.
Penyambungan bagian satu dengan lainnya pada struktur pesawat terbang diperlukan rivet,
struktur akan mengalami pengurangan luasan akibat lubang rivet. Pangaruh adanya lubang rivet
menimbulkan konsentrasi tegangan yang menurunkan kekuatan struktur. Hasil inspeksi retak
pada pesawat terbang banyak terlihat justru pada bagian sambungan keling ini, banyak
ditemukan retak “Multiple Site Damage” (MSD) yang dapat didefinisikan sebagai terjadinya
retak-retak yang berasal dari lubang paku keling akibat adanya beban dinamis.

B. Macam-Macam Sambungan:

1) Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas dengan cara merusaknya,
contoh:sambungan keeling dan sambungan las.

2) Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita bongkar tanpa
merusaknya sesuatu,
contohnya:sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir.

C. System Sambungan pada Pada Baja

Jenis baut yang dapat digunakan untuk struktur bangunan sesuai SNI 03 - 1729 – 2002 TATA
CARA PERENCANAAN STRUKTUR BAJA UNTUK BANGUNAN GEDUNG adalah baut
yang jenisnya ditentukan dalam SII (0589-81, 0647-91 dan 0780-83, SII 0781-83) atau SNI
(0541-89-A, 0571-89-A, dan 0661-89-A) yang sesuai, atau penggantinya.
Baut yang digunakan pada sambungan struktural, baik baut A325 maupun baut A490
merupakan baut berkepala segi enam yang tebal. Keduanya memiliki mur segi enam tebal yang
diberi tanda standar dan simbol pabrik pada salah satu mukanya. Bagian berulir baut dengan
kepala segienam lebih pendek dari pada baut standar yang lain; keadaan ini memperkecil
kemungkinan adanya ulir pada tangkai baut yang memerlukan kekuatan maksimumnya.
a) Beban Leleh dan Penarikan Baut

Syarat utama dalam pemasangan baut kekuatan tinggi ialah memberikan gaya pratarik
(pretension) yang memadai. Gaya pratarik harus sebesar mungkin dan tidak menimbulkan
deformasi permanen atau kehancuran baut. Bahan baut menunjukkan kelakuan tegangan-
regangan (beban-deformasi) yang tidak memiliki titik leleh yang jelas. Sebagai pengganti
tegangan leleh, istilah beban leleh (beban tarik awal/proof load) akan digunakan untuk baut.
Beban leleh adalah beban yang diperoleh dari perkalian luas tegangan tarik dan tegangan leleh
yang ditentukan berdasarkan regangan tetap (offset strain) 0,2% atau perpanjangan 0,5% akibat
beban. Tegangan beban leleh untuk baut A325 dan A490 masing-masing minimal sekitar 70%
dan 80% dari kekuatan tarik maksimumnya.

Jenis Sambungan Baja


Jenis-jenis sambungan struktur baja yang digunakan adalah pengelasan serta sambungan
yang menggunakan alat penyambung berupa paku keling (rivet) dan baut. Baut kekuatan tinggi
(high strength bolt) telah banyak menggantikan paku keling sebagai alat utama dalam
sambungan struktural yang tidak dilas.

a. Baut kekuatan tinggi


Dua jenis utama baut kekuatan (mutu) tinggi ditunjukkan oleh ASTM sebagai A325 dan
A490. Baut ini memiliki kepala segienam yang tebal dan digunakan dengan mur segienam yang
setengah halus (semifinished) dan tebal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.10(b). Bagian
berulirnya lebih pendek dari pada baut non-struktural, dan dapat dipotong atau digiling (rolled).
Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang yang diberi perlakuan panas dengan kekuatan
leleh sekitar 81 sampai 92 ksi (558 sampai 634 MPa) yang tergantung pada diameter. Baut A490
juga diberi perlakuan panas tetapi terbuat dari baja paduan (alloy) dengan kekuatan leleh sekitar
115 sampai 130 ksi (793 sampai 896 MPa) yang tergantung pada diameter. Baut A449 kadang-
kadang digunakan bila diameter yang diperlukan berkisar dari II sampai 3 inci, dan juga untuk
baut angkur serta batang bulat berulir. Diameter baut kekuatan tinggi berkisar antara 1/2 dan 1
1/2 inci (3 inci untuk A449). Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung
adalah 3/4 inci dan 7/8 inci, sedang ukuran yang paling umum dalam perencanaan jembatan
adalah 7/8 inci dan 1 inci.
Baut kekuatan tinggi dikencangkan (tightened) untuk menimbulkan tegangan tarik yang
ditetapkan pada baut sehingga terjadi gaya jepit (klem/clamping force) pada sambungan. Oleh
karena itu, pemindahan beban kerja yang sesungguhnya pada sambungan terjadi akibat adanya
gesekan (friksi) pada potongan yang disambung. Sambungan dengan baut kekuatan tinggi dapat
direncanakan sebagai tipe geser (friction type), bila daya tahan gelincir (slip) yang tinggi
dikehendaki; atau sebagai tipe tumpu (bearing type), bila daya tahan gelincir yang tinggi tidak
dibutuhkan.

b. Paku keeling
Sudah sejak lama paku keling diterima sebagai alat penyambung batang, tetapi beberapa
tahun terakhir ini sudah jarang digunakan di Amerika. Paku keling dibuat dari baja batangan dan
memiliki bentuk silinder dengan kepala di salah satu ujungnya. Baja paku keling adalah baja
karbon sedang dengan identifikasi ASTM A502 Mutu I (Fv = 28 ksi) (1190 MPa) dan Mutu 2
(Fy = 38 ksi) (260 MPa), serta kekuatan leleh minimum yang ditetapkan didasarkan pada bahan
baja batangan. Pembuatan dan pemasangan paku keling menimbulkan perubahan sifat mekanis.
Proses pemasangannya adalah pertama paku keling dipanasi hingga warnanya menjadi
merah muda kemudian paku keling dimasukkan ke dalam lubang, dan kepalanya ditekan sambil
mendesak ujung lainnya sehingga terbentuk kepala lain yang bulat. Selama proses ini, tangkai
(shank) paku keling mengisi lubang (tempat paku dimasukkan) secara penuh atau hampir penuh,
sehingga menghasilkan gaya jepit (klem). Namun, besarnya jepitan akibat pendinginan paku
keling bervariasi dari satu paku keling ke lainnya, sehingga tidak dapat diperhitungkan dalam
perencanaan. Paku keling juga dapat dipasang pada keadaan dingin tetapi akibatnya gaya jepit
tidak terjadi karena paku tidak menyusut setelah dipasang.
c. Baut Hitam
Baut ini dibuat dari baja karbon rendah yang diidentifikasi sebagai ASTM A307, dan
merupakan jenis baut yang paling murah. Namun, baut ini belum tentu menghasilkan sambungan
yang paling murah karena banyaknya jumlah baut yang dibutuhkan pada suatu sambungan.
Pemakaiannya terutama pada struktur yang ringan, batang sekunder atau pengaku, anjungan
(platform), gording, rusuk dinding, rangka batang yang kecil dan lain-lain yang bebannya kecil
dan bersifat statis. Baut ini juga dipakai sebagai alat penyambung sementara pada sambungan
yang menggunakan baut kekuatan tinggi, paku keling, atau las. Baut hitam (yang tidak
dihaluskan) kadang-kadang disebut baut biasa, mesin, atau kasar, serta kepala dan murnya dapat
berbentuk bujur sangkar.

d. Baut Sekrup (Turned Bolt)


Baut yang secara praktis sudah ditinggalkan ini dibuat dengan mesin dari bahan
berbentuk segienam dengan toleransi yang lebih kecil (sekitar 5'0 inci.) bila dibandingkan baut
hitam. Jenis baut ini terutama digunakan bila sambungan memerlukan baut yang pas dengan
lubang yang dibor, seperti pada bagian konstruksi paku keling yang terletak sedemikian rupa
hingga penembakan paku keling yang baik sulit dilakukan. Kadang-kadang baut ini bermanfaat
dalam mensejajarkan peralatan mesin dan batang struktural yang posisinya harus akurat. Saat itu
baut sekrup jarang sekali digunakan pada sambungan struktural, karena baut kekuatan tinggi
lebih baik dan lebih murah.

e. Baut Bersirip (Ribbed Bolt)


Baut ini terbuat dari baja paku keling biasa, dan berkepala bundar dengan tonjolan sirip-
sirip yang sejajar tangkainya. Baut bersirip telah lama dipakai sebagai alternatif dari paku keling.
Diameter yang sesungguhnya pada baut bersirip dengan ukuran tertentu sedikit lebih besar dari
lubang tempat baut tersebut. Dalam pemasangan baut bersirip, baut memotong tepi keliling
lubang sehingga diperoleh cengkraman yang relatif erat. Jenis baut ini terutama bermanfaat pada
sambungan tumpu (bearing) dan pada sambungan yang mengalami tegangan berganti (bolak-
balik).
Variasi dari baut bersirip adalah baut dengan tangkai bergerigi (interference-body bolt.)
yang terbuat dari baja baut A325. Sebagai pengganti sirip longitudinal, baut ini memiliki gerigi
keliling dan sirip sejajar tangkainya. Karena gerigi sekeliling tangkai memotong sirip sejajar,
baut ini kadang-kadang disebut baut bersirip terputus (interrupted-rib). Baut bersirip sukar
dipasang pada sambungan yang terdiri dari beberapa lapis pelat. Baut kekuatan tinggi A325
dengan tangkai bergerigi yang sekarang juga sukar dimasukkan ke lubang yang melalui sejumlah
plat; namun, baut ini digunakan bila hendak memperoleh baut yang harus mencengkram erat
pada lubangnya. Selain itu, pada saat pengencangan mur, kepala baut tidak perlu dipegang
seperti yang umumnya dilakukan pada baut A325 biasa yang polos

b) Teknik Pemasangan
Tiga teknik yang umum untuk memperoleh pratarik yang dibutuhkanadalah metode kunci
yang dikalibrasi (calibrated wrench), metode putaranmur (turn-of the nut), dan metode indikator
tarikan langsung (direct tensionindicator). Metode kunci yang dikalibrasi dapat dilakukan dengan
kunci puntirmanual (kunci Inggris) atau kunci otomatis yang diatur agar berhenti padaharga
puntir yang ditetapkan. Secara umum, masing-masing proses pemasangan memerlukan minimum
2 1/4 putaran dari titik erat untukmematahkan baut. Bila metoda putaran mur digunakan dan baut
ditariksecara bertahap dengan kelipatan 1/8 putaran, baut biasanya akan patahsetelah empat
putaran dari titik erat. Metode putaran mur merupakanmetode yang termurah, lebih handal, dan
umumnya lebih disukai. Metode ketiga yang paling baru untuk menarik baut adalah
metodeindikator tarikan langsung. Alat yang dipakai adalah cincin pengencangdengan sejumlah
tonjolan pada salah satu mukanya. Cincin dimasukkan dantara kepalabaut dan bahan yang
digenggam, dengan bagian tonjolanmenumpu pada sisi bawah kepala baut sehingga terdapat
celah akibattonjolan tersebut. Pada saat baut dikencangkan, tonjolan-tonjolan tertekandan
memendek sehingga celahnya mengecil. Tarikan baut ditentukandengan mengukur lebar celah
yang ada.
c) Perancangan Sambungan Baut
Sambungan-sambungan yang dibuat dengan baut tegangan tinggi digolongkan menjadi:

−> Jenis sambungan gesekan


−> Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut termasuk dalam bidang geseran [Gambar
6.11(a)]

−> Jenis sambungan penahan beban dengan uliran baut tidak termasuk dalam bidang geseran
[Gambar 6.11(b)]

Sambungan-sambungan baut (tipe N atau X) atau paku keling bisa mengalami


keruntuhan dalam empat cara yang berbeda.

−> Pertama, batang-batang yang disambung akan merigalaini keruntuhan melalui satu atau lebih
lubang-lubang alat penyambungan akibat bekerjanya gaya tarik (Iihat Gambar 6.12a).

−> Kedua, apabila lubang-lubang dibor terlalu dekat pada tepi batang tarik, maka baja di
belakang alat-alat penyaambung akan meleteh akibat geseran (Iihat Gambar 6.12b).

−> Ketiga, alat penyambungnya sendiri mengalami keruntuhan akibat bekerjanya geseran
(Gambar 6.12.c).

−> Keempat, satu-satu atau lebih batang tarik mengalami keruntuhan karena tidak dapat
menahan gaya-gaya yang disalurkan oleh alat-alat penyambung (Gambar 6.12d).
Untuk mencegah terjadinya keruntuhan maka baik sambungan maupun batang-batang
yang disambung harus direncanakan supaya dapat mengatasi keempat jenis keruntuhan yang
dikemukakan di atas.
−> Pertama, untuk menjamin tidak terjadinya keruntuhan pada bagian-bagian yang disambung,
bagian-bagian tersebut harus direncanakan sedemikian rupa, sehingga tegangan tarik yang
bekerja pada penampang bruto lebih kecil dari 0,6 Fy, dan yang bekerja pada penampang etektif
netto lebih kecil dari 0,5 F .

−> Kedua, untuk mencegah robeknya baja yang terletak di belakang alat penyambung, maka
jarak minimum dari pusat lubang alat penyambung ke tepi batang dalam arah yang sarna dengan
arah gaya tidak boleh kurang dari 2 P/ Fu t . Di sini P adalah gaya yang ditahan oleh alat
penyambung, dan t adalah tebal kritis dari bagian yang disambung.

−> Ketiga, untuk menjamin supaya alat penyambung tidak runtuh akibat geseran, maka jumlah
alat penyambung harus ditentukan sesuai dengan peraturan, supaya dapat membatasi tegangan
geser maksimum yang terjadi pada bagian alat penyambung yang kritis.

−> Keempat, untuk mencegah terjadinya kehancuran pada bagian yang disambung akibat
penyaluran gaya dari alat penyambung ke batang maka harus ditentukan jumlah minimum alat
penyarnbung yang dapat mencegah terjadinya kehancuran tersebut.

Contoh Sambungan

Sambungan balok

Baut Mutu Tinggi / High Tension Bolt (HTB)


1. Sambungan baut mutu tinggi mengandalkan gaya tarik awal yang terjadi karena pengencangan
awal.
2. Gaya tersebut dinamakan proof load.
3. Gaya tersebut akan memberikan friksi, sehingga sambungan baut mutu tinggi hingga taraf gaya
tertentu dapat merupakan tipe friksi. Sambungan jenis ini baik untuk gaya bolak-balik.
4. Untuk taraf gaya yang lebih tinggi, sambungan tersebut merupakan tipe tumpu.
5. Baut mutu tinggi dipasang dengan mula-mula melakukan kencang tangan dan diikuti dengan
setengah putaran setelah kencang tangan. Atau menggunakan kunci torsi yang telah dikalibrasi
sehingga menghasilkan setengah putaran setelah kencang tangan
6. Diameter yang paling sering digunakan pada konstruksi gedung adalah ¾ inci dan 7/8 inci.
7. Diamter yang paling sering digunakan pada konstruksi jembatan adalah 7/8 inci dan 1 inci
8. Saat ini sambungan baut lebih ekonomis daripada sambungan keling.

D. System Sambungan Pada Las Dan Macamnya

Proses pengelasan adalah proses penyambungan logam dengan menggunakan energi panas.
Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan
yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang
relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi
operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah.
Ada beberapa macam jenis pengelasan yang dilakukan untuk menyambung logam, yaitu:
o Las Resistansi Listrik (Tahanan)
Las resistensi listrik adalah suatu cara pengelasan dimana permukaan pelat yang disambung
ditekankan satu sama lain dan pada saat yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan
tersebut menjadi panas dan mencair karena adanya resistensi listrik. Sambungan las resistensi
listrik dibagi atas dua kelompok sambungan yaitu sambungan tumpang dan sambungan tumpul.
Las resistansi listrik ini sangat baik digunakan untuk menyambung pelat-pelat tipis sangat.
Proses pengelasan dengan las resistansi listrik untuk penyambungan pelat-pelat tipis yang biasa
digunakan terdiri dari 2 jenis yakni :
Ø Las Titik (Spot Welding)
Pengelasan dengan las titik ini hasil pengelasannya membentuk seperti titik. Elektroda penekan
terbuat dari batang tembaga yang dialiri arus listrik yakni, elektroda atas dan bawah. Elektroda
sebelah bawah sebagai penumpu plat dalam keadaan diam dan elektroda atas bergerak menekan
pelat yang akan disambung. Agar pelat yang akan disambung tidak sampai bolong sewaktu
proses terjadinya pencairan maka kedua ujung elektroda diberi air pendingin.

Ø Las Resistansi Rol (Rolled Resistance Welding)


Proses pengelasan resistansi tumpang ini dasarnya sama dengan las resistansi titik, tetapi dalam
pengelasan tumpang ini kedua batang elektroda diganti dengan roda yang dapat berputar sesuai
dengan alur/garis pengelasanyang dikehendaki
o Las Busur Listrik
Energi masukan panas las busur listrik bersumber dari beberapa alternatif diantaranya energi dari
panas pembakaran gas, atau energi listrik.Panas yang ditimbulkan dari hasil proses pengelasan
ini melebihi dari titik lebur bahan dasar dan elektroda yang di las. Kisaran temperatur yang dapat
dicapai pada proses pengelasan ini mencapai 2000-3000º C. Pada temperatur ini daerah yang
mengalami pengelasan melebur secara bersamaan menjadi suatu ikatan metalurgi logam lasan.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengelasan las busur listrk adalah pemilihan
elektroda yang tepat. Secara umum semua elektroda diklasifikasikan menjadi lima kelompok
utama yaitu mild steel, hight carbon steel, special alloy steel, cast iron dan non ferrous.
Rentangan terbesar dari pengelasan busur nyala dilakukan dengan elektroda dalam kelompok
mild steel (baja lunak).
o Penyambungan dengan Las Oxy-Asetilen
Pengelasan dengan gas oksi-asetilen dilakukan dengan membakar bahan bakar gas C2 H2
dengan O2, sehingga menimbulkan nyala api dengan suhu yang dapat mencair logam induk dan
logam pengisi. Sebagai bahan bakar dapat digunakan gas-gas asetilen, propan atau hidrogen.
Diantara ketiga bahan bakar ini yang paling banyak digunakan adalah asetilen, sehingga las pada
umumnya diartikan sebagai las oksi-asetilen.

o Las TIG (Tungsten Inert Gas)/GTAW (Gas Tungsten Arc Welding)


Pengelasan dengan gas pelindung Argon (Tungsten Iner Gas) merupakan salah satu
pengembangan dari pengelasan yang telah ada yaitu pengembangan dari pengelasan secara
manual yang khususnya untuk pengelasan non ferro (alumunium, magnesium kuningan dan lain-
lain, baja spesial (Stainless steel) dan logam-logam anti korosi lainnya. Pengelasan Tungsten
Inert Gas (TIG) ini tidak menggunakan proses elektroda sekali habis (non consumable
electrode). Temperatur yang dihasilkan dari proses pengelasan ini adalah 3000 0F atau 1664,8 0C
dan fungsi gas pelindung adalah untuk menghidari terjadinya oksidasi udara luar terhadap cairan
logam yang dilas.
o Las MIG (Metal Inert Gas Arc Welding)/Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Gas Metal Arc Welding (GMAW) adalah proses pengelasan yang energinya diperoleh dari busur
listrik. Busur las terjadi di antara permukaan benda kerja dengan ujung kawat elektroda yang
keluar dari nozzle bersamasama dengan gas pelindung.
Jenis-jenis Sambungan Las
Jenis sambungan tergantung pada faktor-faktor seperti ukuran dan profil batang yang bertemu di
sambungan, jenis pembebanan, besarnya luas sambungan yang tersedia untuk pengelasan, dan
biaya relatif dari berbagai jenis las. Sambungan las terdiri dari lima jenis dasar dengan berbagai
macam variasi dan kombinasi yang banyak jumlahnya. Kelima jenis dasar ini adalah sambungan
sebidang (butt), lewatan (lap), tegak (T), sudut, dan sisi.
1) Sambungan Sebidang

Sambungan sebidang dipakai terutama untuk menyambung ujung-ujung plat datar dengan
ketebalan yang sama atau hampir sarna. Keuntungan utama jenis sambungan ini ialah
menghilangkan eksentrisitas yang timbul pada sambungan lewatan tunggal seperti dalam
Gambar 6.16(b). Bila digunakan bersama dengan las tumpul penetrasi sempurna (full penetration
groove weld), sambungan sebidang menghasilkan ukuran sambungan minimum dan biasanya
lebih estetis dari pada sambungan bersusun. Kerugian utamanya ialah ujung yang akan
disambung biasanya harus disiapkan secara khusus (diratakan atau dimiringkan) dan
dipertemukan secara hati-hati sebelum dilas. Hanya sedikit penyesuaian dapat dilakukan, dan
potongan yang akan disambung harus diperinci dan dibuat secara teliti. Akibatnya, kebanyakan
sambungan sebidang dibuat di bengkel yang dapat mengontrol proses pengelasan dengan akurat.

2) Sambungan Lewatan
Sambungan lewatan pada Gambar 6.17 merupakan jenis yang paling umum. Sambungan ini
mempunyai dua keuntungan utama:
− Mudah disesuaikan. Potongan yang akan disambung tidak memerlukan ketepatan dalam
pembuatannya bila dibanding dengan jenis sambungan lain. Potongan tersebut dapat digeser
untuk mengakomodasi kesalahan kecil dalam pembuatan atau untuk penyesuaian panjang.
− Mudah disambung. Tepi potongan yang akan disambung tidak memerlukan persiapan khusus
dan biasanya dipotong dengan nyala (api) atau geseran. Sambungan lewatan menggunakan las
sudut sehingga sesuai baik untuk pengelasan di bengkel maupun di lapangan. Potongan yang
akan disambung dalam banyak hal hanya dijepit (diklem) tanpa menggunakan alat pemegang
khusus. Kadang-kadang potongan-potongan diletakkan ke posisinya dengan beberapa baut
pemasangan yang dapat ditinggalkan atau dibuka kembali setelah dilas.
− Keuntungan lain sambungan lewatan adalah mudah digunakan untuk menyambung plat yang
tebalnya berlainan.

3) Sambungan Tegak
Jenis sambungan ini dipakai untuk membuat penampang bentukan (built-up) seperti profil T,
profil 1, gelagar plat (plat girder), pengaku tumpuan atau penguat samping (bearing stiffener),
penggantung, konsol (bracket). Umumnya potongan yang disambung membentuk sudut tegak
lurus seperti pada Gambar 6.16(c). Jenis sambungan ini terutama bermanfaat dalam pembuatan
penampang yang dibentuk dari plat datar yang disambung dengan las sudut maupun las tumpul.
4) Sambungan Sudut

Sambungan sudut dipakai terutama untuk membuat penampang berbentuk boks segi empat
seperti yang digunakan untuk kolom dan balok yang memikul momen puntir yang besar.
5) Sambungan Sisi

Sambungan sisi umumnya tidak struktural tetapi paling sering dipakai untuk menjaga agar dua
atau lebih plat tetap pada bidang tertentu atau untuk mempertahankan kesejajaran (alignment)
awal.

Seperti yang dapat disimpulkan dari pembahasan di muka, variasi dan kombinasi kelima jenis
sambungan las dasar sebenarriya sangat banyak. Karena biasanya terdapat lebih dari satu cara
untuk menyambung sebuah batang struktural dengan lainnya, perencana harus dapat memilih
sambungan (atau kombinasi sambungan) terbaik dalam setiap persoal.
Keuntungan Sambungan Las Listrik dibanding dengan Paku keling / Baut :
a .Pertemuan baja pada sambungan dapat melumer bersama elektrode las dan menyatu dengan
lebih kokoh (lebih sempurna).
b. Konstruksi sambungan memiliki bentuk lebih rapi.
c. Konstruksi baja dengan sambungan las memiliki berat lebih ringan.
d .Dengan las berat sambungan hanya berkisar 1 – 1,5% dari berat konstruksi,
sedangkan dengan paku keling / baut berkisar 2,5 – 4% dari berat konstruksi.
e .Pengerjaan konstruksi relatif lebih cepat (tak perlu membuat lubanglubang pk/baut, tak perlu
memasang potongan baja siku / pelat penyambung, dan sebagainya ).
f .Luas penampang batang baja tetap utuh karena tidak dilubangi, sehingga kekuatannya utuh.
Kerugian Sambungan Las
a. Kekuatan sambungan las sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelasan. Jika pengelasannya
baik maka kekuatan sambungan akan baik, tetapi jika pengelasannya jelek/tidak sempurna maka
kekuatan konstruksi juga tidak baik bahkan membahayakan dan dapat berakibat fatal.
Salah satu sambungan las cacat lambat laun akan merembet rusaknya sambungan yang
lain dan akhirnya bangunan dapat runtuh yang menyebabkan kerugian materi yang tidak
sedikit bahkan juga korban jiwa. Oleh karena itu untuk konstruksi bangunan berat seperti
jembatan jalan raya / kereta api di Indonesia tidak diijinkan menggunakan sambungan las.
b. Konstruksi sambungan tak dapat dibongkar-pasang.
SAMBUNGAN ULIR (SCREW JOINED)

1 Pengertian
Sambungan ulir adalah sambungan yang menggunakan kontruksi ulir untuk mengikat
dua atau lebih komponen permesinan. Sambungan Ulir merupakan jenis dari sambungan
semi permanent (dapat dibongkar pasang). Sambungan ulir terdiri dari 2 (dua) bagian, yakni
Baut (Inggris=Bolt, yakni yang memiliki ulir di bagian luar) dan Mur (Inggris = Nut , yakni yang
memiliki ulir di bagian dalam).
2 Fungsi Sambungan Ulir
Dilihat dari kontruksi yang memiliki ulir (yang dapat di bongkar pasang) sambungan ulir
memiliki fungsi teknis utama, yaitu :
¾ Digunakanu untuk bagian mesin yang memerlukan sambungan dan pelepasan tanpa
merusak bagian mesin perawatan. ¾ Untuk memegang dan penyesuaian dalam perakitan atau
3 Keuntungan dan Kerugaian Sambungan Ulir
Ditinjau dari sisi teknik sambungan ulir memiliki keuntungan dan kerugian sebagai
berikut :
Keuntungan Sambungan Ulir

1 . Mempunyai reliabilitas (kehandalan) tinggi dalam operasi.

2 . Sesuai untuk perakitan dan pelepasan komponen.

3. Suatu lingkup yang luas dari sambungan baut diperlukan untuk beberapa kondisi operasi.

4 . Lebih murah untuk diproduksi dan lebih efisien.

Kerugian Sambungan Ulir


1 Konsentrasi tegangan yang pada bagian ulir yg tidak mampu menahan berbagai kondisi
beban.
Nomenklatur Ulir
• Major diameter
Diameter terbesar pada bagian ulir luar atau bagian ulir dalam dari sebuah sekrup. Sekrup
dispesifikasikan oleh diameter ini, juga disebut diameter luar atau diameter nominal.
• Minor diameter
Bagian terkecil dari bagian ulir dalam atau bagian ulir luar, disebut juga sebagai core atau
diameter root
• Pitch diameter
Disebut juga diameter efektif, merupakan bagian yang berhubungan antara baut dan mur.
• Pitch
Jarak dari satu ujung ulir ke ujung ulir berikutnya. Juga dapat diartikan jarak yang ditempuh ulir
dalam satu kali putaran.
Bentuk Ulir
a. British standard whitworth (BSW) threat
Mata Ulir berbentu segitiga. Aplikasi : untuk menahan vibrasi, aero dan automobile
b. British Association (BA) threat
Mata Ulir berbentuk segitiga dengan puncak tumpul Aplikasi : Untuk mengulir pekerjaan
yang presisi.

c. Square threat
Mata Ulir berbentuk Segiempat. Aplikasi : power transmisi, machine tools, valves, screw
jacks.
d. Acme threat
Mata Ulir berbentuk Trapesium Aplikasi : cutting lathe, brass valves, bench vices
e. Knuckle threatMata Ulir berbentu Bulat.
Aplikasi : digunakan untuk tugas berat, railway carriage couplings, hydrant, dll,
f. Buttress threat
Mata Ulir berbentuk Gergaji Aplikasi : Mentransmisikan daya pada satu arah, bench vices.
g. Metric threat
Aplikasi : general purpose
1. Tegangan internal akibat gaya pengencangan
2. Tegangan tarik disebabkan pelonggaran baut.
3. Tegangan geser puntir akibat tahan gesek selama pengencangan.
4. Tegangan geser pada ulir.
5. Tegangan tekan pada ulir.
6. Tegangan tekuk, jika permukaan dibawah kepala baut/screw tidak dalam posisi sempurna
thd sumbu baut.

Jenis Ulir
Ulir digolongkan menurut bentuk profil penampangnya sebagai berikut : ulir segi tiga, persegi,
trapezium, gigi gegaji, dan bulat, bentuk persegi,trapezium, dan gigi gergaji, pada umumnya
dipakai untuk pengerak atau penerus gaya , sedangkan ulir bulat dipakai untuk menghindari
kemacetan karena kotoran . tetapi bentuk yang paling banyak dipakai adalah ulir segitiga.
Ulir segitiga diklasifikasikan lagi menurut jarak baginya dalam ukuran metris dan inch, dan
menurut ulir kasar dan lembut sebagai berikut :
1. seri ulir kasar metris
2. seri ulir kasar UNG
3. seri ulir lembut simetris
4. seri ulir lembut UNF

Kelas Ulir
Ukuran ulir uar dinyatakan dengan diameter luar, diameter efektif ( diameter dimana tebal profil
dan tebal alur dalam arah sumbu adalah sama ), dan diameter inti. Untuk ulir dalam, ukuran
tersebut dinyatakan dengan diameter efektif , ukuran pembatas yang diizinkan, dan toleransi.
Atas dasar besarnya toleransi, ditetapkan kelas ketelitian sbb:
Untuk ulir metris : kelas 1,2 dan 3. Untuk ulir UNC, UNF UNEF : kelas 3A, 2A, dan 1A, untuk
ulir luar. Kelas 3B, 2B, dan 1B untuk ulir dalam.
Perlu diterangkan bahwa ketelitian tertinggi dalam standar JTS adalah kelas 1, dan dalam standar
amerika adalah 3A atau 3B . Patokan yang dipakai untuk pemilihan kelas adalah sbb:
Kelas teliti ( kelas 1 dalam JTS ) untuk ulir teliti
Kelas sedang ( kelas 2 dalam JTS ) untuk pemakaian umum .
Kelas kasar ( kelas 3 dalam JTS ) untuk ulir yang sukar dikerjakan, Misalnya ulir dalam dari
Lubang yang panjang.
Bahan Ulir
Penggolongan ulir menurut kekuatannya distandarkan dalam JTS seperti diperlihatkan dalam
Tabel 1.3. arti dari bilangan kekuatan untuk baut dalam tabel tersebut adalah sbb : angka sebelah
kiri tanda titik adalah 1/10 harga minimum kekuatan tarik σb ( kg /mm) dan sebelah kanan titik
adalah 1/10 (σγ/σB ) Untuk mur , bilangan yang bersangkutan menyatakan 1/10 tegangan beban
jaminan.
Jenis ulir Menurut Bentuk Bagian Dan Fungsinya.
Baut digolongkan menurut bentuk kepalanya, yaitu segi enam , soket segi enam , dan kepala
persegi. Baut dan mur dapat dibagi sebagai berikut : baut penjepit , baut untuk pemakaian khusus
, sekrup mesin sekrup penetap , dan mur, seperti diuraikan dibawah ini :
a. Baut tembus, untuk menjepit dua bagian melalui lubang tembus, dimana jepitan diketatkan
dengan sebua mur
b. Baut tap , untuk menjepit dua bagian, dimanajepitan diketatkan dengan ulir yang ditapkan pada
salah satu bagian .
c. baut tanam, merupakan baut tanpa kepala dan diberi ulir pada kedua ujungnya. Untuk dapat
menjepit dua bagian, baut ditanam pada salah satu bagian yang mempunyai lubang berulir, dan
jepitan diketatkan dengan sebuah mur.

E. Sambungan Paku Keling


Paku keling / rivet adalah salah satu metode penyambungan yang sederhana. sambungan
keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan, ketel, tangki, kapal Dan pesawat terbang.
Penggunaan metode penyambungan dengan paku keling ini juga sangat baik digunakan untuk
penyambungan pelat-pelat alumnium. Pengembangan Penggunaan rivet dewasa ini umumnya
digunakan untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif kecil. Setiap
bentuk kepala rivet ini mempunyai kegunaan tersendiri, masing masing jenis mempunyai
kekhususan dalam penggunaannya.
Sambungan dengan paku keling ini umumnya bersifat permanent dan sulit untuk
melepaskannya karena pada bagian ujung pangkalnya lebih besar daripada batang paku
kelingnya.
* Bagian utama paku keling adalah :
1. Kepala
2. Badan
3. Ekor
4. Kepala lepas
* Bahan paku keeling
Yang biasa digunakan antara lain adalah baja, brass, aluminium, dan tembaga tergantung jenis
sambungan/ beban yang diterima oleh sambungan.

Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbor), steel, wrought iron.
Penggunaan khusus : weight, corrosion, or material constraints apply : copper (+alloys)
aluminium (+alloys), monel, dll

Penggunaan Paku Keling


Pemakaian paku keling ini digunakan untuk :
Ø Sambungan kuat dan rapat, pada konstruksi boiler ( boiler, tangki dan pipa-pipa tekanan
tinggi ).

Ø Sambungan kuat, pada konstruksi baja (bangunan, jembatan dan crane ).


Ø Sambungan rapat, pada tabung dan tangki ( tabung pendek, cerobong, pipa-pipa tekanan).
Ø Sambungan pengikat, untuk penutup chasis ( misalnya ; pesawat terbang, kapal).
Keuntungan Dan Kelemahan
a. Keuntungan
Sambungan paku keling ini dibandingkan dengan sambungan las mempunyai keuntungan yaitu :
* Bahwa tidak ada perubahan struktur dari logam disambung. Oleh karena itu banyak dipakai
pada pembebanan-pembebanan dinamis.
* Sambungan keling lebih sederhana dan murah untuk dibuat.
* Pemeriksaannya lebih mudah
* Sambungan keling dapat dibuka dengan memotong kepala dari paku keling tersebut
b. Kelemahan
* Hanya satu kelemahan bahwa ada pekerjaan mula berupa pengeboran lubang paku kelingnya di
samping kemungkinan terjadi karat di sekeliling lubang tadi selama paku keling dipasang.
Adapun pemasangan paku keling bisa dilakukan dengan tenaga manusia, tenaga mesin dan bisa
dengan peledak (dinamit) khususnya untuk jenis-jenis yang besar.
* Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung dua komponen
yang tidak membutuhkan kekuatan yang besar, misalnya peralatan rumah tangga, furnitur, alat-
alat elektronika, dll
Sambungan Pasak dan pena
Macam-macam pasak dan pena :.
a. Pasak memanjang
1. Pasak penampang bujursangkar
2. Pasak penampang perssegi panjang
3. Pasak tirus tanpa kepala
4. Pasak dengan kepala
5. Pasak tembereng
6. Pasak bulat
7. Pasak gigi

b. Pasak melintang dan pen


1. Pasak tirus : tirus satu sisi dan tirus dua sisi
2. Pasak silinder tirus : tirus selalu memanjang, tirus dengan ujung berulir
3. Pen silinder lurus : tanpa kepala, dengan kepala, silinder belah
4. Pen dengan dengan alur gurat taktik
Fungsi sambungan pasak dan pena :
Pasak dan pena digunakan untuk menyambung dua bagian batang atau penampang roda, roda
gigi, roda rantai, dan lain-lain pada poros sehingga terjamin tidak berputar pada poros

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sambungan adalah hasil dari penyatuan beberapa bagian / konstruksi dengan menggunakan
suatu cara tertentu. Sambungan tetap adalah sambungan yang dapat dilepas dengan cara
merusaknya. Sambungan tidak tetap adalah sambungan yang dapat kita lepas dan dapat kita
bongkar tanpa merusaknya sesuatu,
Contohnya : sambungan pasak,sambungan pena,dan sambungan ulir. ,
Contohnya : sambungan keeling dan sambungan las.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan kesalahan, baik dari
segi penulisan maupun dari segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih perlu
ditambahkan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kepada para pembaca atau makalah
ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat membangun. Sehingga makalah
dapat tersusun dengan baik dan sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Gunawan, T. Dan Margaret, S. (1991). Teori Soal Dan Penyelesaian Konstruksi


Baja I Jilid I. Jakarta : Delta Teknik Group
2. Pasaribu, Patar M. (1996).Konstruksi Baja. Medan: Percetakan Bin Harun. Peraturan
Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI) 1983. Bandung Yayasan Lembaga
Penyelidikan Masalah Bangunan
3. STRUKTUR BAJA I / 3 SKS / MODUL 3/ Drs. Nathanael Sitanggang, S.T., M.Pd.
4. PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB Ir. Dadang S.Permana
5. buku ajar diktat elemen mesin 1oleh: Drs. Lagiyono, MPd, MT
https://plus.google.com/103544668433675570498/posts/U2cso9txqHJ

Vous aimerez peut-être aussi