Vous êtes sur la page 1sur 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam bahasa Inggris pembengkakan adalah Edema yang berasal dari bahasa
yunani yaitu dropsy atau semacam penyakit yang merupakan akumulasi abnormal cairan
di bawah kulit atau dalam satu atau lebih rongga tubuh.Edema (bengkak) adalah
pembengkakan karena penumpukan cairan pada exstremitas maupun pada organ dalam
tubuh.
kongesti berasal dari bahasa inggris, yaitu congestive.congested = terhambat,
secara khusus bisa juga salah satu bagian tubuh (seperti arteri, saluran pernapasan seperti
hidung), atau tempat/jalan. Jadi kongestif = bersifat menghambat
Kongesti biasa disebut juga hyperemia yaitu keadaan dimana terdapat darah
secara berlebihan di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Atau juga biasa
dikatakan adanya peningkatan volume darah pada jaringan atau bagian tubuh yang
mengalami proses patologik.
Hemoragia adalah keluarnya darah dari sistem kardiovaskuler, disertai
penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari tubuh.
Untuk menyatakan berbagai keadaan pendarahan digunakan istilah-istilah deskriptif
khusus. Penimbunan darah pada jaringan disebut hematoma. Jika darah masuk ke dalam
berbagai ruang dalam tubuh, maka dinamakan menurut ruangannya. Misalnya :
hemoperikardium, hemotoraks,hemoperitoneum,hematosalping.
Penyebab perdarahan yang paling sering dijumpai adalah hilangnya integritas
dinding pembuluh darah yang memungkinkan darah keluar, dan hal ini sering disebabkan
oleh trauma eksternal contohnya cedara yang disertai memar. Dinding pembuluh bisa
pecah akibat penyakit maupun trauma.Penyebab lainnya adalah adanya gangguan faktor
pembekuandarah.

1.2 Tujuan Penulisan


Untuk mengetahui tentang edema sisi fisiologi,kongesti dan pendarahan pada mata
kuliah patologi
BAB II
PEMBAHASAN

A.EDEMA
2.1 Definisi Edema
Edema atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal
dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga
badan). Oedema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general). Oedema yang
bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (ascites), rongga dada
(hydrothorax) (Wheda, 2010).
Cairan edema diberi istilah transudat, memiliki berat jenis dan kadar protein
rendah, jernih tidak berwarna atau jernih kekuningan dan merupakan cairan yang
encer atau mirip gelatin bila mengandung di dalamnya sejumlah fibrinogen plasma.
Edema bisa bersifat lokal dan bisa menyebar. Oedema lokal bisa terjadi pada
kebanyakan organ dan jaringan-jaringan, bergantung pada penyebab lokalnya edema
yang menyebar mempengaruhi seluruh bagian tubuh tapi yang paling parah mungkin
tubuh bagian bawah karena adanya gravitasi yang menarik air ke bawah sehingga
terakumulasi di bagian bawah tubuh misalnya oedema pada exstremitas bawah, terjadi
hanya di dalam rongga perut (hydroperitoneum atau ascites), rongga dada
(hydrothorax), di bawah kulit (edema subkutis atau hidops anasarca), pericardium
jantung (hydropericardium) atau di dalam paru-paru (edema pulmonum).
Sedangkan edema yang ditandai dengan terjadinya pengumpulan cairan edema
di banyak tempat dinamakan edema umum (general edema). Kenaikan tekanan
hidrostatik terjadi pada gagal jantung, penurunan tekanan osmotic terjadi sindrom
nefrotik dan gagal hati.

2.2 Organ Spesifik oedema


Edema akan terjadi pada organ tertentu sebagai bagian dari peradangan seperti
pada faringitis, tendonitis atau pankreatitis, misalnya organ-organ tertentu
mengembangakan jaringan oedema melalui mekanisme khusus.
Contoh edema pada organ tertentu yaitu :
1) Cerebal edema adalah akumulasi cairan ekstraseluler dalam otak. Ini dapat
terjadi pada metabolik beracun atau tidak normal dan kondisi negara seperti lupus
sistemik. Ini yang menyebabkan mengantuk atau pulmonary oedema terjadi ketika
tekanan di pembuluh darah di paru-paru dinaikkan karena obstruksi untuk
penghapusan darah melalui vena paru-paru. Hal ini biasanya disebabkan oleh
kegagalan ventrikel kiri jantung dapat juga terjadi pada penyakit ketinggian atau
menghirup bahan kimia beracun, menghasilkan oedema paru dan sesak nafas.
Efusi pleura dapat terjadi ketika cairan juga mneumpuk di rongga pleura.
2) Edema juga dapat ditemukan dalam kornea mata dengan glukoma,
konjungtivitis berat atau keratitis atau setelah operasi. Itu mungkin menghasilkan
warna lingkaran cahaya disekitar lampu-lampu terang.
3) Edema di sekitar mata disebut priorbital oedema atau kantung mata. Periorbital
jaringan yang paling trasa bengkak segera setelah bangun, mungkin karena
redistribusi gravitasi cairan dalam posisi horizontal.
4) Edema pada exstremitas bawah sering terjadi pada pasien dengan gagal jantung,
hal ini ada tiga faktor penyebab yaitu sebagai berikut: jika terjadi tekanan vena
sentral naik ke saluran kelenjar toraks kemudian perintah untuk mengalirkan
cairan ke jaringan akan terhambat, adanya gagal jantung berat yang merupakan
salah satu kondisi yang paling melelahkan bagi penderita sehingga cenderung
menghabiskan waktu untuk duduk untuk membuat bernafas lebih mudah dan
menggantungkan kaki mereka bergerak di lantai. Immobilitas yang paling umum
menjadi faktor penyebab oedema pada exstremitas bawah.

2.3 Mekanisme Terjadinya Edema


1) Adanya kongesti
Pada kondisi vena yang terbendung (kongesti), terjadi peningkatan tekanan
hidrostatik intra vaskula (tekanan yang mendorong darah mengalir di dalam vaskula
oleh kerja pompa jantung) menimbulkan perembesan cairan plasma ke dalam ruang
interstitium. Cairan plasma ini akan mengisi pada sela-sela jaringan ikat longgar dan
rongga badan (terjadi edema).
2) Obstruksi limfatik
Apabila terjadi gangguan aliran limfe pada suatu daerah
(obstruksi/penyumbatan), maka cairan tubuh yang berasal dari plasma darah dan hasil
metabolisme yang masuk ke dalam saluran limfe akan tertimbun (limfedema).
Limfedema ini sering terjadi akibat mastek-tomi radikal untuk mengeluarkan tumor
ganas pada payudara atau akibat tumor ganas menginfiltrasi kelenjar dan saluran
limfe. Selain itu, saluran dan kelenjar inguinal yang meradang akibat infestasi filaria
dapat juga menyebabkan edema pada scrotum dan tungkai (penyakit filariasis atau
kaki gajah/elephantiasis).
3) Permeabilitas kapiler yang bertambah
Endotel kapiler merupakan suatu membran semi permeabel yang dapat dilalui
oleh air dan elektrolit secara bebas, sedangkan protein plasma hanya dapat melaluinya
sedikit atau terbatas. Tekanan osmotic darah lebih besar dari pada limfe. Daya
permeabilitas ini bergantung kepada substansi yang mengikat sel-sel endotel tersebut.
Pada keadaan tertentu, misalnya akibat pengaruh toksin yang bekerja terhadap
endotel, permeabilitas kapiler dapat bertambah. Akibatnya ialah protein plasma keluar
kapiler, sehingga tekanan osmotic koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan
osmotic cairan interstitium bertambah. Hal ini mengakibatkan makin banyak cairan
yang meninggalkan kapiler dan menimbulkan edema. Bertambahnya permeabilitas
kapiler dapat terjadi pada kondisi infeksi berat dan reaksi anafilaktik.
a) Hipoproteinemia
Menurunnya jumlah protein darah (hipoproteinemia) menimbulkan
rendahnya daya ikat air protein plasma yang tersisa, sehingga cairan plasma
merembes keluar vaskula sebagai cairan edema. Kondisi hipoproteinemia dapat
diakibatkan kehilangan darah secara kronis oleh cacing Haemonchus contortus
yang menghisap darah di dalam mukosa lambung kelenjar (abomasum) dan akibat
kerusakan pada ginjal yang menimbulkan gejala albuminuria (proteinuria, protein
darah albumin keluar bersama urin) berkepanjangan. Hipoproteinemia ini
biasanya mengakibatkan edema umum
b) Tekanan osmotic koloid
Tekanan osmotic koloid dalam jaringan biasanya hanya kecil sekali,
sehingga tidak dapat melawan tekanan osmotic yang terdapat dalam darah. Tetapi
pada keadaan tertentu jumlah protein dalam jaringan dapat meninggi, misalnya
jika permeabilitas kapiler bertambah. Dalam hal ini maka tekanan osmotic
jaringan dapat menyebabkan edema. Filtrasi cairan plasma juga mendapat
perlawanan dari tekanan jaringan (tissue tension). Tekanan ini berbeda-beda pada
berbagai jaringan. Pada jaringan subcutis yang renggang seperti kelopak mata,
tekanan sangat rendah, oleh karena itu pada tempat tersebut mudah timbul edema.
c) Retensi natrium dan air
Retensi natrium terjadi bila eksresi natrium dalam kemih lebih kecil dari pada
yang masuk (intake). Karena konsentrasi natrium meninggi maka akan terjadi
hipertoni. Hipertoni menyebabkan air ditahan, sehingga jumlah cairan
ekstraseluler dan ekstravaskuler (cairan interstitium) bertambah. Akibatnya terjadi
edema. Retensi natrium dan air dapat diakibatkan oleh factor hormonal
(penigkatan aldosteron pada cirrhosis hepatis dan sindrom nefrotik dan pada
penderita yang mendapat pengobatan dengan ACTH, testosteron, progesteron atau
estrogen).
2.4 Derajat Oedema
1+ : menekan sedalam 2mm akan kembali dengan cepat
2+ : menekan lebih dalam (4mm) dan akan kembali dalam waktu 10-15 detik
3+ : menekan lebih dalam (6mm) akan kemabli dalam waktu >1 menit, tampak
bengkak
4+ : menekan lebih dalam lagi (8mm) akan kembali dalam waktu 2-5 menit,
tampak sangat bengkak yang nyata.
2.5 Manifestasi Klinis
1) Distensi vena jugularis, Peningkatan tekanan vena sentral
2) Peningkatan tekanan darah, Denyut nadi penuh,kuat
3) Melambatnya waktu pengosongan vena-vena tangan
4) Edema perifer dan periorbita
5) Asites, Efusi pleura, Edema paru akut (dispnea, takipnea, ronki basah di
seluruh lapangan paru)
6) Penambahan berat badan secara cepat: penambahan 2% = kelebihan
ringan, penambahna 5%= kelebihan sedang, penambahan 8% = kelebihan
berat
7) Hasil laboratorium : penurunan hematokrit, protein serum rendah, natrium
serum normal, natrium urine rendah (<10 mEq/24 jam)
2.6 Penatalaksanaan Edema
Terapi edema harus mencakup terapi penyebab yang mendasarinya yang
reversibel (jika memungkinkan). Pengurangan asupan sodium harus dilakukan untuk
meminimalisasi retensi air. tidak semua pasien edema memerlukan terapi
farmakologis, pada beberapa pasien terapi non farmakologis sangat efektif seperti
pengurangan asupan natrium (yakni kurang dari jumlah yang diekskresikan oleh
ginjal) dan menaikkan kaki diatas level dari atrium kiri. Tetapi pada kondisi tertentu
diuretic harus diberikan bersamaan dengan terapi non farmakologis. Pemilihan obat
dan dosis akan sangat tergantung pada penyakit yang mendasari, berat-ringannya
penyakit dan urgensi dari penyakitnya. Efek diuretik berbeda berdasarkan tempat
kerjanya pada ginjal. Pemeriksaan yang dilakukan sangat mudah yakni dengan
menekan pada daerah mata kaki akan timbul cekungan yang cukup lama untuk
kembali pada keadaan normal. Pemeriksaan lanjutan untuk menentukan penyebab dari
ankle edema adalah menentukan kadar protein darah dan di air seni (urin),
pemeriksaan jantung (Rontgen dada, EKG), fungsi liver dan ginjal. Pengobatan awal
yang dapat dilakukan dengan mengganjal kaki agar tidak tergantung dan meninggikan
kaki pada saat berbaring. Pengobatan lanjutan disesuaikan dengan penyebab yang
mendasarinya. Pergelangan kaki bengkak bisa akibat cedera atau penyakit tulang, otot
dan sendi. Penyebabnya secara umum akibat reaksi inflamasi/peradangan di daerah
tersebut, antara lain asam urat, rheumatoid arthritis dll (Irham, 2009).

B. KONGESTI
2.7 Definisi Kongesti
Kongesti biasa disebut juga hyperemia yaitu keadaan dimana terdapat darah
secara berlebihan di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Atau juga biasa
dikatakan adanya peningkatan volume darah pada jaringan atau bagian tubuh yang
mengalami proses patologik
Kongesti merupakan kondisi medis dimana congests darah di wilayah tertentu dari
tubuh. Kadang-kadang, juga didefinisikan sebagai kemerahan pada kulit seperti yang
disebabkan oleh kemacetan kapiler. Kondisi ini biasanya karena setiap obstruksi atau
peradangan yang mencegah darah mengalir normal.
Kongesti adalah suatu keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan didalam
pembuluh darah atau keadaan yang disertai meningkatnya volume darah dalam pembuluh
darah yang melebar. Hiperemia peningkatan volume darah dalam vasa kecil dan kapilar
jaringan/ bagian tubuh. Hiperemi dimana keadaanya terdapat darah secara berlebihan
(peningkatan jumlah darah) di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Kata lain
untuk kongesti adalah hiperemia.Pada dasarnya terdapat dua mekanisme dimana hiperemi
dapat timbul :
1. Kenaikan jumlah darah yang mengalir ke daerah atau
2. Penurunan jumlah darah yang mengalir dari daerah
.Jika dilihat secara kasar, maka daerah jaringan atau organ yang mengalami
kongesitf akan tampak kelihatan merah tua (Ungu) karena bertambahnya darah pada
jaringan tersebut,
Ketika sebuah jaringan meningkatkan aktivitas ada penurunan baik ditandai dalam
tekanan parsial oksigen dan pH, peningkatan tekanan parsial karbon dioksida, dan
peningkatan suhu dan konsentrasi ion kalium
2.8 Jenis-jenis Kongesti

Pada dasarnya terdapat dua mekanisme dimana kongesti dapat timbul, yaitu

ditimbulkan oleh kenaikan nyata jumlah darah yang mengalir kesuatu daerah tertentu dan

karena penurunan jumlah darah yang mengalir dari suatu daerah

1) Jika aliran darah kedalam suatu daerah bertambah dan meningkat ( kongesti Aktif)

Kongesti aktif adalah sama seperti apa yang disebut sebagai latihan atau kongesti

fungsional. Jenis kongesti terjadi sementara, kontrak otot. Ini mungkin disebabkan

oleh peningkatan dalam personal aktivitas gastrointestinal, jantung, atau mental. Ini

adalah fakta mengingat bahwa ketika tubuh meningkatkan metabolisme, aliran darah

meningkat juga. Dan untuk orang dengan kongesti, sebagian besar darah yang akan

membangun di sebuah organ tertentu di dekat infeksi.

Yang berarti lebih banyak darah yang mengalir kedalam daerah itu daripada

biasanya. Kenaikan aliran darah local ini dilakukan dengan dilatasi arteriol yang

berkelakuan seperti klep yang mengatur aliran kedalam mikro sirkulasi local.Karena

sifatnya sangat alamiah, maka kongesti aktif ini sering bersifat sebentar, bila rangsang
arteriol berhenti maka aliran darah yang terkena berkurang dan keadaan normal

kembali.

Kongesti Aktif, akibat penambahan aliran masuk dalam arteri


1. Dilatasi neuro muskuler saat blushing
2. Dilatasi otot selama latihan
3. Peradangan
Kongesti aktif dapat terjadi karena kombinasi dari jaringan hipoksia dan
produksi metabolit vasodilator. Jaringan hipoksia adalah kondisi dimana jaringan
pembuluh darah yang menerima berkurangnya pasokan oksigen dalam darah. Dan
karena itu, mereka cenderung permintaan lebih banyak oksigen, menyebabkan
vasodilatasi.
Vasodialti, di sisi lain, adalah proses pelebaran pembuluh darah, yang dicapai
melalui proses relaksasi otot polos ditemukan di dalam dinding pembuluh. Zat disebut
vasodilator dapat memicu proses ini.
2) Penurunan jumlah darah yang mengalir dari suatu daerah ( Kongesti pasif )

Sesuai dengan namanya kongesti pasif tidak menyangkut tentang kenaikan jumlah

darah yang mengalir kesuatu daerah, tetapi lebih merupakan suatu gangguan aliran

darah dari daerah itu. Apapun yang menekan venule atau vena akan menimbulkan

kongesti pasif. Jadi dapat juga dikatakan bahwa kongesti pasif adalah penurunan

jumlah darah yang mengalir dari daerah yang disebabkan oleh adanya tekanan pada

venula-venula dan vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan. Selain sebab

lokal tadi, kongesti pasif juga dapat terjadi akibat sebab sistemik

Jika seseorang telah mengalami itu (kongestif pasif), darah terkumpul dalam

organ tubuh tertentu sebagai respon terhadap vena yang tersumbat menyebabkan

darah tidak dapat bebas bergerak. Dan karena kondisi ini, kadar oksigen dalam darah

berkurang dan adanya limbah metabolisme dalam tubuh meningkat, yang juga dapat

membangun di organ dan menyebabkan beberapa urat akan diblokir.


a. Kongesti Pasif, akibat berkurangnya aliran keluar dari vena.
1. Kegagalan jantung disertai bendungan pasif kongestif, kegagalan jantung
ventrikel kiri, bendungan pasif pada paru.
2. Penyakit bendungan vena yang disertai odema, yaitu pada bendungan
ekstremitas pada bagian bawah, dengan warna biru keabu – abuan, tungkai
menjadi dingin dan pucat.
b. Kongesti pasif ini berdasarkan serangannya dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1. Kongesti Pasif Akut
Dapat berlangsung sebentar saja, dan tidak ada pengaruh pada jaringan yang
bersangkutan.
2. Kongesti pasif Kronik
Dapat berlangsung lama dan ada pengaruhnya pada jaringan yang
bersangkutan, serta terdapat perubahan – perubahan yang permanent dalan
jaringan yang bersangkutan.Perubahan – perubahan ini dapat disebabkan oleh
kenyataan bahwa di daerah kongesti pasif jika perubahan dalam aliran darah
cukup jelas, maka terjadi hipoksis jaringan yang dapat mengakibatkan
penyusutan atau hilangnya sel – sel dari daerah yang bersangkutan. Pada
organ –organ tertentu hal ini juga data mengakibatkan kenaikan jumah
serabut fibrosa jaringan penyambung. Pada banyak daerah juga terdapat bukti
pemecahan sel darah lkal, yang mengakibatkan pengendapan pigmen.

2.9 Akibat Kongesti


1. Peningkatan volume darah:
- karena bendungans
- penurunan output darah dari ventrikel kiri
2. Hipoksia
- Anoksik pertukaran gas di paru sulit
- Stagnan Hb bebas di sirkulasi meningkat

3. Sianosis (karena Hb bebas di vena yang melebar tinggi)


4. Edema:
- venulae penuh tekanan hidrostatik edema
- retensi air & elektrolit àcairan tubuh edema
2.10 Contoh Kasus Kongesti
a. Kongesti aktif
1) Warna merah padam pada wajah pada saat marah/ malu, yang pada dasarnya
adalah vasodilatasi yang timbul akibat respon terhadap stimulus neurogenik.
2) Daerah yang mengalami peradangan. Waktu peradangan mulai timbul, maka
darah yang mensuplai arteriol itu akan melebar dengan demikian akan banyak
darah mengalir kedalam mikr sirulasi local. Kapiler yang sebelumnya kosong
atau sebagian saja meregang dengan cepat terisi penuh oleh darah.
3) Peningkatan aliran darah yang menyertai kontraksi otot, dalam otot rangka.
meningkatkan aliran darah karena konsumsi oksigen meningkat selama kontraksi
otot merlangsang produksi zat vasoaktif yang melebarkan pembuluh darah
perlawanan di otot rangka.
b. Kongesti pasif
1) Varises.
Akibat lain dari kongesti kronis adalah dilatasi vena pada daerah yang terkena.
Karena dinding vena yang terkena teregang kronis, mereka menjadi sedikit
berserabut, dan vena – vena itu cenderung untuk memanjang. Karena vena
terfiksasi pada daerah sepanjang perjalanannya, maka mereka akan menjadi
berkelok – kelok kalau mereka memanjang, mereka menikung bolak – bali
diantara titik – titik fiksasi, yang juga bias disbut varises pada tungkai bawah, dan
pecahnya varises yang yang mengalami kongesti seperti dapat menimbulkan
pendarahan yang mematikan
2) kegagalan jantung dalam memompa darah yang mengakibatkan gangguan aliran
vena
Dalam keadaan ini darah akan terbendung dalam paru – paru, menimbulkan
kongesti pasif pembuluh paru – paru.Dengan cara yang serupa maa jika terjadi
kegagalan jantung kanan, bendungan darah mengenai aliran vena sistemik dan
banyak jaringan diseluruh tubuh mengalami kongesti pasif.

C.PERDARAHAN
2.11 Definisi Pendarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari system kardiovaskuler, disertai
penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari
tubuh.perdarahan dapat terjadipada kapiler, vena, arteri atau jantung
2.12 Penyebab dan CaraMengatasi Perdarahan
Penanganan cidera dinilai melalui tingkatan cedera berdasarkan adanya
perdarahan lokal.
1) Akut (0-24 jam
Kejadian cedera antara saat kejadian sampai proses perdarahan berhenti,
biasanya 24 jam, pertolongan yang benar dapat mempersingkat periode ini.
2) Sub-akut (24-48 jam)
Masa akot telah berakhir, perdarahan telah berhenti, tetapi bisa berdarah lagi.
Bila pertolongan tidak benar akan kembali ke tingkat akut, berdarah lagi.
3) Tingkat lanjut (48 jam sampai lebih)
Pedarahan telah berhenti, kecil kemungkinan kembali ke tingkat akut,
penyembuhan telah mulai. Dengan pertolongan yang baik masa ini dapat
dipersingkat, pelatih harus sangat mahir dalam hal ini agar tahu kapan harus
meminta pertolongan dokter.

2.13 Perdarahan Umum Terjadi


1. Perdarahan bawah kuku
Pendarahan ini dapat terjadi apabila kuku terjepit pintu, terpukul martil dan
sebagainya sehingga warna kuku menjadi merah dan terasa sakit. Apabila hal ini
terjadi kompreslah kuku dengan es. Setelah itu, lubangi sedikit bagian kuku yang
berdarah tadi untuk memungkinkan darah yang berada di bawah kuku keluar
kemudian berikan saleb anti biotic pada lubang kuku tersebut.
2. Perdarahan pada hidung (mimisan)
Epistaksis atau perdarahan hidung sering ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari dan hampir 90% dapat berhenti sendiri. Perdarahan ini terjadi mungkin karena:
a. Seringkali tanpa sebab, sepontan terjadi mimisan.
b. Benturan ringan misalnya ketika mengorek ingus terlalu kuat, bersin terlalu
kuat, atau benturan kuat seperti terjatuh, terpukul dll.
c. Infeksi: sinusitis, rhintis atau penyakit infeksi lain seperti sifilis, atau lepra.
d. Neoplasma/tumor: kasinoma atau tumor ganas lainnya.
e. Kelainan bawaan.
f. Penyakit kardiovaskuler: tekanan darah tinggi dan kelainan pembuluh darah.
g. Kelainan darah: hemofili, leukemia dan trombositopenia (keguguran
trombosit).
h. Infeksi sistemik: demam berdarah, demam tifoid, influensa, dan lain-lain.
i. Perubahan tekanan atmosfer: peyakit akibat menyelam sehingga terjadi
perbedaan tekanan yang tinggi dan mendadak sehingga sering terjadi mimisan.
j. Gangguan endokren: menarche (haid pertama kali) atau menopause.

Hal yang harus dilakukan untuk mengatasi perdarahan adalah:


a. Untuk membantu korban maka dudukkan dia dengan kepala menunduk, hal ini
untuk mencegah agar darah tidak terhisap paru-paru.
b. Pencet hidung kanan kiri selama 10 menit.

Gambar 1
c. Selanjutnya masukkan segulungan kain kasa ke dalam hidung (druk). Kain
kasa lebih baik lagi di basahi dengan hidrogen peroksida. Untuk beberapa
waktu (20-30 menit) mintalah korban untuk membuka mulutnya dan katakan
padanya untuk sementara waktu tidak menelan ludah.
d. Bisa juga memasukkan gulungan daun sirih ke dalam lubang hidung yang
berdarah. Karena daun sirih mengandung minyak atsiri (kadinen, kavikol,
sineol, eugenol, kariovilen, karvakrol, tarpinen, seskuiterpen). Kandungan ini
dapat membantu menyempitkan pembuluh darah.
e. Selain itu, untuk sementara waktu korban tidak boleh mendengus atau
membuang ingus.
3. Perdarahan pada telinga
Terjadinya perdarahan pada telinga ini bisa jadi disebabkan oleh tusukan benda
tajam, mungkin juga karena tulan kepala retak, atau dapat pula di akibatkan oleh
adanya ledakan yang keras. Untuk membantu korban maka hal yang harus dilakukan
adalah dengan mengirim dia segera ke rumah sakit. Jangan tetesi telinga korban
dengan obat tetes telinga dan jangan berusaha membersihkan gumpalan darah pada
lubang telinga.
4. Perdarahan pada waktu hamil
Perdarahan pada ibu hamil merupakan hal yang perlu diwaspadai, karena dapat
terjadi tiba-tiba bahkan kadang terjadi tanpa sebab ataupun tidak dapat diperkirakan
sebelumnya. Hal yang terpenting adalah bagaimana memberikan pertolongan pertama
pada ibu, mengantisipasi keadaan yang lebih buruk akibat kehilangan cairan dan
mencegah shock.
Perdarahan pada waktu hamil, secara umum dibagi menjadi dua bagian, yaitu
perdarahan pada kehamilan muda (di bawah 5 bulan) dan perdarahan pada kehamilan
lanjut/tua (di atas 6 atau 7 bulan).
Perdarahan pada kehamilan muda diakibatkan oleh: keguguran (abortus),
kehamilan di luar kandungan (kehamilan di luar rahim) dan kehamilan anggur (mola),
yaitu kehamilan yang tidak berisi janin tetapi berisi gelembung-gelembung yang
berwarna seperti anggur. Perdarahan pada kehamilan tua/lanjut disebabkan oleh
lepasnya plasenta/ari-ari sebelum bayi lahir atau perdarahan pada plasenta dan karena
jalan lahir tertutup plasenta.
a. Perdarahan pada kehamilan muda
1) Keguguran atau abortus
Tanda-tanda abortus adalah:
a) Pengeluaran darah mulai hanya berupa bercak atau sedang hingga hebat
(gumpalan darah) pada usia kehamilan di bawah 5 bulan.
b) Terjadinya kram atau nyeri/ mulas pada perut bagian bawah.
Cara penaganannya adalah dengan
a) Bila perdarhan/bercak sedikit segera istirahat baring total di tempat tidur,
dan tidak melakukan aktifitas apapun.
b) Bantu semua keperluan makan-minum, mandi, dan lain-lain keperluan
sehari-hari.
c) Istirahat yang cukup dan beri support mental/psikologis.
d) Bila perdarahan banyak segera periksa ke dokter kandungan atu rujuk ke
rumah sakit.
2) Kehamilan di luar kandungan
Tanda-tanda kehamilan di luar kandungan adalah:
a) Nyeri perut bagian bawah yang sangat, bahkan hingga limbung/pingsan.
b) Pengeluaran darah bercak hingga sedang.
c) Penderita tampak pucat.
d) Terdapat tanda-tanda shock.
Cara penanganannya adalah dengan:
Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan.
3) Kehamilan anggur atau mola.
Tanda-tanda mola adalah:
a) Pengeluaran darh berwarna coklat disertai jaringan yang bergelembung-
gelembung seperti anggur.
b) Mual dan muntah berlebihan.
c) Kram atau nyeri/mulas pada perut bagian bawah.
d) Perut tampak lebih besar dari usia kehamilannya.
Cara penanganannya adalah dengan:
Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan.
b. Perdarahan pada kehamilan tua/lanjut
1) Perdarahan karena lepasnya plasenta (ari-ari)
Tanda-tanda perdarahan karena lepasnya plasenta adalah:
a) Kelur darah berwarna merah tua agak kehitaman pada umur kehamilan
lebih dari 6 atau 7 bulan.
b) Biasanya terdapat faktor penyebab sebelumnya, misalnya jatuh,
penyakit/infeksi, tekanan darah tinggi, dan sebagainya.
Cara penanganannya adalah dengan:
Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan.
2) Perdarhan karena jalan lahir tertutup plasenta (ari-ari)
Tanda-tanda perdarhan karena jalan lahir tertutup plasenta adalah:
a) Pengeluaran darah ringan atau berupa bercak hingga banyak, berwarna
merah segar pada kehamilan di atas 6-7 bulan.
b) Perdarahan umumnya berhenti secara spontan.
c) Tidak ada penyebab sebelumnya, kadang-kadang terjadi pada waktu
bangun tidur.
Cara penanganannya adalah dengan:
Penderita segera di rujuk ke rumah sakit/dokter kandungan.
5. Perdarahan pada rongga perut
Perdarahan pada rongga perut yang diakibatkan oleh luka terbuka mudah
diketahui. Tetapi rongga perot dapat juga terjadi tanpa luka terbuka, misalnya yang di
timbulkan oleh pukulan yang keras oleh benda tumpul ke arah perut. Pada kecelakaan
kendaraan bermotor, hal semacam ini tidak jarang di jumpai.
Bahay perdarahan rongga perut selain infeksi (bila ada luka terbuka), juga
shock dan kematian cepat menyusul.
Tanda-tanda perdarahan rongga perut tanpa luka terbuka ialah: penderita
merasa kesakitan yang hebat pada di daerah perut. Dinding perut menegang (kadang-
kadang sampai sekeras papan). Bila dipegan atau ditekan perutnya penderita akan
merasa kesakitan. Mual dan muntah yang kadang-kadang berdarah merupakan salah
satu tanda-tandanya. Kemudian akan cepat menjadi shock dan meninggal.Tindakan
pertongan pertama:
a. Bila ada luka terbuka:
 Tutup lukanya dengan snelverband. Jika tidak ada snelverband,
tutuplah dengan setumpuk tebal kasa steril. Siramlah kasa seteril
dengan cairan steril (aquadest steril atau larutan garam steril).
 Apabila ada usus yang nampak keluar, jangan berusaha untuk
memasukkannya kembali.
 Balutlah luka tersebut dengan balutan yang menekan.
 Jangan dfiberi minum atau makanan apa pun. Jika penderita merasa
haus, cukup basahi bibirnya dengan air.
 Kirim segera ke rumah sakit.
b. Tanpa luka terbuka (akibat pukulan atau ledakan):
 Jangan diberi minum atau makan apa pun.
 Balut perut dengan balutan menekan.
 Kirim segera ke rumah sakit.

6. Perdarahan di kepala
Kulit kepala mempunyai jaringa pembuluh darah yang sangat banyak
jumlahnya. Sehingga luka yang dangkalpun banyak mengalirkan darah. Perdaran di
kepala akan lebih berbahaya jika terjadi di atas telinga atau di belakang kepala.
Tindakan pertolongan:
 Perhatikan mungkin ada tulang kepala yang retak (perdarahan lewat te linga
dan hidung)
 Perhatikan pula tulang kepala yang pecah dan mungkin ada gangguan pada
otak. Jika tidak ada tanda-tanda patah tulang kepala atau gangguan pada otak.
Hentikanlah pendarahan dengan cara menekan langsung pada luka.
 Luka ditutup dengan kasa steril dan diberi balutan menekan.
Jika tidak ada tanda-tanda patah tulang kepala atau gangguan pada otak:
tekanan langsung pada luka akan lebih berbahaya. Yang harus dikerjakan ialah:
Mencoba menghentikan perdarahan dengan menekan nadi yang mengalirkan darah ke
kulit kepala. Cara melakukannya yaitu dengan cara menggunakan tiga jari tangan, nadi
leher di tekan ke belakang. Ibu jari tangan yang menekan diletakkan di tengkuk. Jadi
nadi ditekan ke arah ibu jari, jangan ke arah tenggorokan. Nadi yang di tekan adalah
nadi yang terletak pada sisi yang sama dengan tempat perdarahan. Penekanan
dilakukan lebih rendah dari jakun.
Kemudian tindakan pertolongan pertama yang harus dilakukan jika terjadi luka
terbuka di kepala tanpa disertai patah tulang kepala adalah:
 Gunting rambut sekitar luka.
 Bersihkan luka dengan cairan steril.
 Tutup luka dengan kasa steril lalu di balut
 Bawa penerita ke dokter

Gmbar 2 Balutan perdarahan di pelipis

7. Perdarahan di selaput otak


Kecelakaan di kepala mungkin tidak mengakibatkan apa-apa di luarnya. Tetapi
pembuluh darah selaput otak mungkin pecah. Dalam hal ini biasanya penderita tidak
merasa apa-apa kecuali sedikit pusing setelah kecelakaan. Tetapi semakin lama darah
yang mengumpul di rongga otak semakin banyak dan semakin menekan otak. Oleh
sebab itu penderita akan merasa semakin pusing, muntah-muntah dan pingsan.
Tindakan pertolongan pertama yang harus di lakukan adalah:
 Setiap korban kecelakaan yang yang diduga mengalami benturan di kepala
harus diperlakukan sebagai penderita gegar otak.
 Meskipun tetap sadar, penderita tetap harus berbaring dengan kepala dialasi
bantal.
 Setiap 15 atu 30 menit kesadaran penderita harus diperiksa. Jika perlu
penderita harus dibangunkan jika tertidur. Kesadaran yang menghilang
sementara ia tertidur akan lebih sulit diketahui.
 Apabila kesadaran menurun, atau kepala semakin pusing, atau muntah-muntah
semakin banyak, penderita harus segera di bawa ke rumah sakit dalam
keadaan tetap berbaring.

8. Perdarahan di mata
Kelilip yang tajam atau tusukan benda tajam dapat melukai mata.Tindakan
pertolongan yang harus dilakukan:Penderita harus segera diusung ke rumah sakit
dengan mata di balut dengan menggunakan balutan (kasa) steril.
9. Perdarahan pembuluh nadi
Pembuluh nadi bertugas membawa darah segar dari jantung ke seluruh bagian
tubuh. Kebanyakan pembuluh nadi ini tersimpan dalam di bawah jaringan tubuh, dan
hanya beberapa saja yang dekat permukaan ke kulit. Tanda-tanda pendarahan pembuluh
nadi adalah: darah keluar menyembur sesuai dengan denyut jantung. Darah yang keluar
berwarna merah segar.
Tindakan pertolongan harus segera diberikan karena penderita akan cepat
kehilangan darah dan terjadi shock. Ada tiga cara penghentian perdarahan nadi:

1. Tekanan di tempat perdarahan


Cara ini adalah yang terbaik untuk perdarahan nadi pada umumnya. Caranya
adalah dengan menggunakan setumpuk kasa steril (kain bersih biasa), tempat
perdarahan itu ditekan. Tekanan tersebut harus dipertahankan sampai terhenti atau
sampai pertolongan yang lebih lanjut (pertolongan oleh tenaga medis) dapat di
berikan. Penekanan ini dilakukan selama 15-20 menit atau sampai terfiksasi sehingga
tidak ada lagi perdarahan.
Kasa boleh dilepas apabila kasa sudah terlalu basah oleh darah dan perlu
diganti dengan yang baru. Kemudian kasa tersebut di tutup dengan dengan balutan
yang menekan, dan bawa penderita ke rumah sakit. Selama perjalanan, bagian yang
mengalami perdarahan diangkat lebih tinggi dari letak jantung.

Gambar 3

2. Tekanan pada tempat-tempat tertentu


Tempat-tempat yang di tekan adalah hulu (pangkal) pembuluh nadi yang terbuka. Jadi
tujuan dari penekanan ini adalah untuk menghentikan aliran darah yang menuju ke
pembuluh nadi yang cidera.
Perhatikan gambar berikut, garis–garis panah menunjukkan arah aliran darah di dalam
pembuluh nadi, tempat-tempat yang ditekan terletak diantara jantung dan tempat luka.
A: untuk pedarahan di daerah muka;
B: untuk perdarahan muka dan kepala;
C: untuk perdarahan di kaki;
D: untuk perdarahan di daerah bawah lutut;
E: untuk perdarahan di lengan;
F: untuk perdarahan di bawah siku;
G: untuk perdarahan di pundak dan sepanjang lengan;
H: untuk perdarahan kulit kepala dan kepala bagian atas.
Gambar 4 Tempat-tempat untuk penekanan perdarahan pembuluh nadi.

3. Tekanan dengan torniket (torniquet)


Torniket adalah bulatan yang menjepit sehingga aliran darah di bawahnya
terhenti sama sekali. Sehelai pita kain yang lebar, pembalut segitiga yang di lipat-lipat,
atau sepotong ban dalam sepeda dapat digunakan untuk keperluan ini. Panjang torniket
harus cukup untuk dua kali melilit bagian yang hendak di balut. Tempat yang paling
baik untuk memasang torniket ini adalah lima jari di bawah ketiak (untuk perdrahan di
lengan) dan lima jari di bawah lipat paha (untuk perdarahan di kaki). Cara
menggunakan torniket ini adalah:
 Lilitkan torniket di tempat yang dikehendaki. Lebih bagus lagi apabila
sebelumnya dialasi dengan kain atau kain kasa untuk mencegah timbulnya
lecet pada kulit yang terkena torniket langsung.
 Apabila menggunakan kain maka ikatkan dengan sebuah simpul hidup,
kemudian selipkan sebatang kayu di atas simpul tersebut. Selanjutnya diikat
lagi dengan simpul air untuk mengencangkan torniket, tetapi jangan diputar
terlalu keras, karena dapat melukai jaringan-jaringan di bawahnya.
 Tanda-tanda apabila torniket ini sudah dapat memperkecil denyut nadi bagian
tubuh yang berada di bawah torniket, akan terlihat dari warna kulit di sekitar
daerah tersebut menjadi kekuningan.
 Untuk memudahkan pengusungan, perlihatkan torniket, jangan di tutup dengan
selimut. Selain itu setiap 10 menit torniket harus dikendurkan selama 30 detik,
untuk memberi kesempatan darah memberi makanan-makanan ke jaringan di
bawah torniket tersebut. Sementara torniket kendor, luka dapat ditekan dengan
kasa steril.
 Penderita yang ditorniket harus segera dikirim ke rumah sakit, untuk
memperoleh pertolongan selanjutnya.

Gambar 5 Cara memasang torniket.

Gambar 6 Cara memasang torniket. Segulung perban dapat di selipkan di bawah


torniket.
D.EMBOLI
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Edema atau sembab adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal
dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan rongga-rongga
badan). Oedema dapat bersifat setempat (lokal) dan umum (general). Oedema yang
bersifat lokal seperti terjadi hanya di dalam rongga perut (ascites), rongga dada
(hydrothorax) (Wheda, 2010).
Kongesti adalah suatu keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan
didalam pembuluh darah atau keadaan yang disertai meningkatnya volume darah
dalam pembuluh darah yang melebar. Hiperemia peningkatan volume darah dalam
vasa kecil dan kapilar jaringan/ bagian tubuh. Hiperemi dimana keadaanya terdapat
darah secara berlebihan (peningkatan jumlah darah) di dalam pembuluh darah pada
daerah tertentu.
Perdarahan adalah keluarnya darah dari system kardiovaskuler, disertai
penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari
tubuh.perdarahan dapat terjadipada kapiler, vena, arteri atau jantung.

3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa mengetahui edema dari sisi fisiologi,kongesti dan
pendarahan dan makalah ini bisa pakai sebagai referensi bagi yang mahasiswa
keperawatan maupun jurusan lainnya.

Vous aimerez peut-être aussi