Vous êtes sur la page 1sur 20

A.

Anatomi dan Fisiologi Laring

Laring atau kotak suara ( voice box) merupakan bagian yang


terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya menyerupai limas
segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian
bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya
ialah batas kaudal kartilago krikoid.

Laring dibentuk oleh sebuah tulang di bagian atas dan beberapa


tulang rawan yang saling berhubungan satu sama lain dan diikat oleh otot
intrinsik dan ekstrinsik serta dilapisi oleh mukosa. Tulang dan tulang rawan
laring yaitu :

- Os Hioid: terletak paling atas, berbentuk huruf “U”, mudah diraba pada
leher bagian depan. Pada kedua sisi tulang ini terdapat prosesus longus
di bagian belakang dan prosesus brevis bagian depan. Permukaan
bagian atas tulang ini melekat pada otot-otot lidah, mandibula dan
tengkorak.
- Kartilago tiroid : merupakan tulang rawan laring yang terbesar, terdiri
dari dua lamina yang bersatu di bagian depan dan mengembang ke arah

1
belakang. Kartilago Krikoid : terletak di belakang kartilago tiroid dan
merupakan tulang rawan paling bawah dari laring. Di setiap sisi tulang
rawan krikoid melekat ligamentum krikoaritenoid, otot krikoaritenoid
lateral dan di bagian belakang melekat otot krikoaritenoid posterior.

Otot-otot laring terdiri dari 2 golongan besar, yaitu :

- Otot-otot ekstrinsik :
- Otot elevator : M. Milohioid, M. Geniohioid, M. Digrastikus dan M.
Stilohioid
- Otot depressor : M. Omohioid, M. Sternohioid dan M. Tirohioid
- Otot-otot Intrinsik :
- Otot Adduktor dan Abduktor : M. Krikoaritenoid, M. Aritenoid, oblique dan
M. transversum
- Otot yang mengatur tegangan ligamentum vokalis : M. Tiroaritenoid,
M.Vokalis, M. Krikotiroid
- Otot yang mengatur pintu masuk laring : M. Ariepiglotik, M. Tiroepiglotik.

2
Laring mempunyai tiga fungsi utama yaitu proteksi jalan napas,
respirasi dan fonasi. Laring membuat suara serta menentukan tinggi
rendahnya nada. Saat bernapas pita suara membuka, sedangkan saat
berbicara atau bernyanyi akan menutup sehingga udara meninggalkan
paru-paru, bergetar dan menghasilkan suara.

saat bernapas saat Berbicara

Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks.


Pemantauan suara dilakukan melalui umpan balik yang terdiri dari telinga
manusia dan suatu sistem dalam laring sendiri. Fungsi fonasi dengan
membuat suara serta menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi
rendahnya nada diatur oleh peregangan plika vokalis. Syarat suara nyaring
yaitu anatomi korda vokalis normal dan rata, fisiologis harus normal dan
harus ada aliran udara yang cukup kuat.
Terdapat 3 fase dalam berbicara: pulmonal (paru), laringeal
(lariynx), dan supraglotis/oral. Fase pulmonal menghasilkan aliran energi
dengan inflasi dan ekspulsi udara. Aktivitas ini memberikan kolom udara
pada laring untuk fase laringeal. Pada fase laringeal, pita suara bervibrasi
pada frekuensi tertentu untuk membentuk suara yang kemudian di modifikasi
pada fase supraglotik/oral. Kata (word) terbentuk sebagai aktivitas
faring (tenggorok), lidah, bibir, dan gigi. Disfungsi pada setiap
stadium dapat menimbulkan perubahan suara, yang mungkin saja
di interpretasikan sebagai hoarseness oleh seseorang/penderita.
Adapun perbedaan frekuensi suara dihasilkan oleh kombinasi
kekuatan ekspirasi paru dan perubahan panjang, lebar, elastisitas, dan
ketegangan pita suara. Otot adduktor laringeal adalah otot yang bertanggung
jawab dalam memodifikasi panjang pita suara. Akibat aktivitas otot ini, kedua

3
pita suara akan merapat (aproksimasi), dan tekanan dari udara yang
bergerak menyebabkan vibrasi dari pita suara yang elastik.
Laring khususnya berperan sebagai penggetar (vibrator).
Elemen yang bergetar adalah pita suara. Pita suara menonjol dari dinding
lateral laring ke arah tengah dari glotis. Pita suara ini diregangkan dan diatur
posisinya oleh beberapa otot spesifik pada laring itu sendiri.

B. Defenisi
Laring adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring
dan trakea Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi. Laring juga melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda
asing dan memudahkan batuk.
Kanker merupakan massa jaringan abnormal tumbuh terus menerus,
tidak pernah mati, tumbuh dan tidak terkoordinasi dengan jaringan lain,
akibatnya merugikan tubuh dimana ia tumbuh. (Brunner and Suddarth, 2001)
Kanker laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring)
atau daerah lainnya di tenggorokan. (Erfansah . 2010)
Kanker laring merupakan tumor ganas ketiga menurut jumlah tumor
ganas di bidang THT dan lebih banyak terjadi pada pria berusia 50-70 tahun.
Yang tersering adalah jenis karsinoma sel skuamosa (Kepacitan. 2010)

C. Etiologi dan Faktor Resiko


Agen etiologi primer kanker laring adalah merokok sigaret. Tiga dari 4
klien yang mengalami kanker laring adalah mantan perokok atau masih
merokok. Alkohol juga bekerja sinergis dengan tembakau untuk
meningkatkan resiko perkembangan tumor ganas pada saluran pernapasan
atas. Faktor risiko tambahan meliputi paparan pekerjaan terhadap asbes,
debu kayu, gas mustard, dan produk petroleum/minyak dan inhalasi asap
beracun lain. Laringitis kronis dan penggunaan suara yang berlebihan juga
dapat berkontribusi. Penelitian menunjukkan kaitan antara paparan
tembakau dan mutasi gen p53 pada karsinoma sel skuamosa dari kepala
dan leher.
Selain itu faktor geografis, rasial, jenis kelamin, genetik, pekerjaan,
kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi, infeksi kuman atau
parasit juga sangat mempengaruhi kemungkinan timbulnya tumor ini. Tetapi

4
sudah hampir dapat dipastikan bahwa penyebab karsinoma nasofaring
adalah virus Epstein-barr, karena pada semua pasien nasofaring didapatkan
titer anti-virus EEB yang cukup tinggi (Efiaty & Nurbaiti, 2001).
D. Klasifikasi
Klasifikasi dan stadium tumor berdasarkan UICC :
1. Tumor primer (T)
Supra glottis :
- T is: tumor insitu
- T 0 : tidak jelas adanya tumor primer l
- T 1 : tumor terbatas di supra glotis dengan pergerakan normal
- T 1a : tumor terbatas pada permukaan laring epiglotis, plika
ariepiglotika, ventrikel atau pita suara palsu satu sisi.
- T 1b : tumor telah mengenai epiglotis dan meluas ke rongga
ventrikel atau pita suara palsu
- T 2 : tumor telah meluas ke glotis tanpa fiksasi
- T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dan / atau adanya
infiltrasi ke dalam.
- T 4 : tumor dengan penyebaran langsung sampai ke luar laring.
Glotis :
- T is : tumor insitu
- T 0 : tak jelas adanya tumor primer
- T 1 : tumor terbatas pada pita suara (termasuk komisura anterior
dan posterior) dengan pergerakan normal
- T 1a : tumor terbatas pada satu pita suara asli
- T 1b : tumor mengenai kedua pita suara
- T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan daerah supra
glotis maupun subglotis dengan pergerakan pita suara normal
atau terganggu.
- T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi dari satu atau ke
dua pita suara
- T 4 : tumor dengan perluasan ke luar laring
Sub glotis :
- T is : tumor insitu
- T 0 : tak jelas adanya tumor primer
- T 1 : tumor terbatas pada subglotis

5
- T 1a : tumor terbatas pada satu sisi
- T 1b : tumor telah mengenai kedua sisi
- T 2 : tumor terbatas di laring dengan perluasan pada satu atau
kedua pita suara asli dengan pergerakan normal atau terganggu
- T 3 : tumor terbatas pada laring dengan fiksasi satu atau kedua
pita suara
- T 4 : tumor dengan kerusakan tulang rawan dan/atau meluas
keluar laring.

2. Pembesaran kelenjar getah bening leher (N) N x : kelenjar tidak dapat


dinilai
- N 0 : secara klinis tidak ada kelenjar.
- N 1 :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter ≤ 3 cm
- N 2 :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter >3 –
<6 cm atau klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan
diameter ≤ 6 cm
- N 2a :klinis terdapat satu kelenjar homolateral dengan diameter >
3 cm - ≤ 6 cm.
- N 2b :klinis terdapat kelenjar homolateral multipel dengan
diameter ≤ 6 cm
- N 3 :kelenjar homolateral yang masif, kelenjar bilateral atau
kontra lateral
- N 3 a :klinis terdapat kelenjar homolateral dengan diameter > 6
cm
- N 3 b :klinis terdapat kelenjar bilateral
- N 3 c : klinis hanya terdapat kelenjar kontra lateral
3. Metastase jauh (M)
- M 0 : tidak ada metastase jauh
- M 1 : terdapat metastase jauh
4. Stadium :
- Stadium I : T1 N0 M0
- Stadium II : T2 N0 M0
- Stadium III : T3 N0 M0 T1, T2, T3, N1, M0
- Stadium IV : T4, N0, M0 Setiap T, N2, M0, setiap T, setiap N , M1

6
E. Manifestasi Klinis
Suara serak adalah hal pertama yang akan tampak pada pasien
dengan kanker pada daerah glods karena tumor mengganggu pita suara
selama bicara. Suara mungkin terdengar parau dan puncak suara rendah.
Bunyi suara yang terganggu bukan merupakan tanda dini kanker suglotis
atau supraglotis, namun mungkin pasien mengeluh nyeri dan rasa terbakar
pada tenggorokan ketika minum cairan hangat atau jus jeruk.
Suatu gumpalan mungkin teraba di belakang leher, gejala lanjut,
termasuk kesulitan menelan ( dsifagia ) atau kesulitan bernafas ( dipsnue ).
Suara serak dan nafas bau, pembesaran nodus limfe servikal, penurunan BB
dan status kelemahan umum dan nyeri yang menjalar ke telinga dapat terjadi
bersama metastasis (Brunner & Suddart, 2002)

F. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa adalah tumor ganas paling sering
menyerang laring, yang timbul dari membran pelapis saluran pernapasan.
Metastasis kanker epiglotis tidak lazim terjadi karena aliran limfatik yang
jarang berasal dari pita suara (plika vokalis). Kanker di laring akan menyebar
lebih cepat karena terdapat banyak pembuluh limfe. Penyakit metastasis
dapat dipalpasi sebagai masa leher. Metastasis jauh juga dapat terjadi di
paru.

7
G. Pathway

Faktor predisposisi

(alkohol, rokok, radiasi)

proliferasi sel laring

Diferensiasi buruk sel laring

Ca. Laring

Metastase Plica vocalis Menekan/ Obstruksi jalan


supraglotik ↓ mengiritasi napas
↓ Suara parau serabut syaraf ↓
Obstruksi lumen ↓ ↓ Mengiritasi sel
oesophagus Afonia Nyeri laring
↓ ↓ dipersepsikan ↓
Disfagia progresif Gangg. ↓ Infeksi
↓ Komunikasi Gangg. Rasa ↓
Intake < verbal nyaman : nyeri Akumulasi sekret
↓ ↓
BB ↓ Bersihan jalan
↓ napas tak efektif
Gangg.Pemenuhan
nutrisi

8
H. Komplikasi
Berdasarkan pada data pengkajian. potensial komplikasi yang mungkin
terjadi termasuk:
1. Distres pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
2. Hemoragi
3. Infeksi

I. Penatalaksanaan Medis
Kanker laring terjadi pada 2 sampai 3% keganasan. Perawatan klien
dengan kanker laring memberikan tantangan unik pada perawat karena
deformitas fungsional sering terjadi akibat gangguan ini dan terapinya.
Tumor jinak dan ganas stadium dini dapat diterapi dengan bedah terbatas
dan klien dapat sembuh dengan sedikit penurunan fungsi. Tumor lanjut
membutuhkan terapi ekstensif, meliputi bedah, radiasi dan kemoterapi. Jika
dibutuhkan laringektomi total, pascaoperasi klien tidak dapat berbicara,
bernafas lewat mulut atau hidung dan makan secara normal. Pembuatan
trakeostomi permanen akibat bedah akan menghasilkan efek yang buruk
pada kemampuan fungsional klien dan kualitas hidupnya.

J. Pemeriksaan Fisik dan Diagnostik


Diagnosa kanker laring dibuat dengan pemeriksaan visual pada laring
dengan menggunakan laringoskopi direk/ langsung atau direk/tidak
langsung. Nasofaring dan palatum molle posterior diinspeksi secara tidak
langsung dengan kaca kecil atau instrumen menyerupai teleskop. Saat kaca
kecil dimasukan, tekanan ringan diberikan pada lidah dan klien diminta
mengucapkan "ei" lalu "i" yang akan mengangkat palatum molle. Instrumen
sebaiknya tidak menekan lidah karena klien akan muntah.
Nasofaring diinspeksi untuk melihat adanya cairan perdarahan,
ulserasi, atau massa. Visualisasi langsung laring dapat dilakukan dengan
penggunaan instrumen berbeda, kebanyakan perangkat ini adalah
endoskopi dengan cahaya. Klien diinstruksikan untuk menjulurkan lidah dan
pemeriksa dengan perlahan menahan lidah dengan spon kassa lidah dan
menariknya ke depan. Kaca laringeal atau endoskop telescopic diinsersikan
ke orofaring; sekali lagi, hindari menekan kuat lidah. Klien diminta bernapas
keluar masuk melalui mulut atau "terengah-engah seperti anak anjing".

9
Terengah-engah menurunkan sensasi muntah akibat pemeriksaan. Selama
pernapasan tenang, dasar lidah, epiglotis, dan pita suara diperiksa untuk
melihat adanya infeksi atau tumor. Klien diinstruksikan untuk mengucapkan
“I” bernada tinggi untuk menutup pita suara. Pemeriksa mengamati gerakan
pita suara warna membran mukosa dan adanya lesi.
Sebelum terapi definitif untuk tumor perlu dilakukan panendoskopi
dan biopsi untuk menentukan lokasi pasti, ukuran, dan penyebaran tumor
primer. CT atau MRI digunakan untuk membantu proses ini. Analisis
laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap, penentuan kadar elektrolit
serum meliputi kalsium, dan uji fungsi ginjal dan hati. Data ini membantu
menentukan kesiapan klien secara fisik untuk menjalani pembedahan. Oleh
karena jalan nafas akan terganggu setelah operasi, klien membutuhkan
pengkajian menyeluruh pada paruh dengan analisis gas darah arterial untuk
identifikasi gangguan paru yang akan mengganggu pernapasan. Klien yang
menjalani laringektomi parsial harus memiliki cadangan paruh yang adekuat
untuk menghasilkan batuk yang efektif pascaoperasi. Operasi juga
berhubungan dengan peningkatan resiko aspirasi, dan klien harus dapat
batuk untuk menghindari aspirasi pada saluran pernapasan. Untuk
memastikan penyebaran tumor atau tumor primer lain, perlu dilakukan
radiografi dada dan dengan kontras barium peroral atau esofagografi.
Setelah tumor dapat diidentifikasi, dan dilakukan biopsi, tumor dapat
ditentukan stadiumnya. Penentuan stadium ini penting untuk pilihan terapi
dan prognosis. Penting untuk menentukan luas tumor untuk memilih
intervensi yang paling tepat. Penentuan stadium dapat dilakukan dengan (1)
mengukur ukuran tumor primer, (2) menentukan adanya kelenjar getah
bening yang membesar, (3) menetukan adanya metastasis jauh.

K. Pengkajian
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah
suara serak yang tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya
pembesaran dan perubahan pada daerah leher. Menurut Cody D. Thaher, C.
Long Barbara, Harrison, Sjmsuhidayat dan Suddart Bunner pada pengkajian
akan didapatkan data sebgai berikut :

10
Biografi
Nama, Usia, Jenis kelamin : Laki laki lebih banyak dari pada perempuan 2 :
1, Pekerjaan : Pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan, seperti,
penyanyi, penceramah, dosen., Alamat : Tinggal di daerah dengan tingkat
pencemaran polusi yang tinggi, seperti tinggal di wilayah industri
Keluhan Utama
Keluhan utama pada klien Ca. Laring meliputi nyeri tenggorok, sulit menelan,
sulit bernapas, suara serak, hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan,
nyeri tenggorok, lemah.
Riwayat Penyakit
Riwayat Penyakit Sekarang
Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak pada pasien dengan
kanker pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan nyeri dan rasa
terbakar pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di belakang
leher. Gejala lanjut meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat laryngitis kronis, riwayat sakit
tenggorokan, riwayat epiglottis.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga :Riwayat anggota keluarga yang terdiagnosa
positif kanker laring.
Pola Kebiasaan dan Fungsi Kesehatan
Persepsi kesehatan
Kebiasaan merokok
Lingkungan tempat tinggal yang tidak sehat
Selalu sering menggunakan pita suara atau terlalu sering bernyanyi.
Pola nutrisi metabolik
Sulit menelan, Mudah tersedak, Sakit tenggorokan yang menetap.
Pemeriksaan Persistem
Sistem respirasi
Gejala : Riwayat merokok atau mengunyah tembakau. Bekerja dengan debu
serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, dan logam berat. Riwayat penyakit
paru kronik. Batuk dengan atau tanpa sputum. Drainase darah pada nasal.
Tanda : Sputum dengan darah, hemoptisis, dispnoe ( lanjut ), dan stridor.

11
Sistem kardiovaskuler
Tanda-tanda vital, perfusi jaringan.
Sistem genitourinaria
Produksi urine, warna, bau, terpasang kateter apa tidak.
Sistem gastrointestinal
Bagaimana nafsu makannya, ada tidaknya distensi abdomen, jenis diit yang
diberikan.
Sistem muskuloskeletal
Ada tidaknya kekakuan sendi, kelemahan otot, keterbatasan gerak, ada
tidaknya atropi.
Sistem endokrin
Ada tidaknya pembesaran kelenjar tyroid dan limfe.
Sistem persyarafan
Gejala : Diplopia (penglihatan ganda), ketulian.
Tanda : Hemiparesis wajah (keterlibatan parotid dan submandibular). Parau
menetap atau kehilangan suara (gejala dominan dan dini kanker laring
intrinsik). Kesulitan menelan. Kerusakan membran mukosa.

L. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
napas
2. Hambatan komunikasi verbal b.d hambatan fisik : trakeostomi
3. Gangg. Rasa nyaman : nyeri b.d agen cidera fisik
4. Gangg.Pemenuhan nutrisi : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
inadekuat asupan nutrisi

12
Bersihan jalan napas tidak NOC NIC
efektif berhubungan dengan - Respiratory status : ventilation Airway suction
obstruksi jalan napas - Respiratory status : airway patency - Pastikan kebutuhan tracheal suctioning
Batasan karakteristik : KRITERIA HASIL : - Bunyi nafas stridor sebelum di suction ,
Sputum dalam jumlah yang Mendemonstrasikan batuk efektif dan setelah di suction bunyi nafas bersih
berlebihan suara napas yang bersih, tidak ada - Informasikan pada klien dan keluarga
Suara napas tambahan (stridor) sianosis dan dispneu (mampu tentang suctioning
Kesulitan berbicara atau mengeluarkan sputum mampu ) - Minta klien napas dalam sebelum dilakukan
mengeluarkan suara Menunjukkan jalan napas yang paten suctioning
Frekuensi pernapasan 22x/menit (frekuensi pernapasan normal, tidak ada - Gunkan alat yang steril setiap melakukan
suara napas abnormal) tindakan
Mampu mengidentifikasi dan mencegah Airway Managemen
faktor yang dapat menghambat jalan - Posisikan pasien untuk memaksimalkan
napas ventilasi
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Auskultasi suara napas, catat bila ada suara
tambahan

13
Hambatan komunikasi verbal b.d NOC NIC
hambatan fisik : trakeostomi - Anxiety self control Communication Enhancement : Speech
- Coping Deficit
Batasan karakteristik : - Sensory function - Gunakan penerjemah, jika diperlukan
Berkomunikasi dengan KRITERIA HASIL : - Berikan satu kalimat simpel setiap bertemu,
menggunakan bahasa tubuh Komunikasi : penerimaan, interpretasi, jika diperlukan
(menggerakan bibir, tangan, dan ekspresi pesan - Konsultasikan dengan dokter kebutuhan
anggukan kepala ) Komunikasi ekspresif (kesulitan terapi wicara
Terpasang kanul trakheostomi berbicara) : ekspresi pesan verbal dan - Dorong pasien untuk berkomunikasi secara
atau non verbal yang bermakna. perlahan dan untuk mengulangi permintaan
Komunikasi reseptif (kesulitan - Dengarkan dengan penuh perhatian
mendengar) : penerimaan komunikasi - Berdiri di depan pasien ketika berbicara
dan interpretasi pesan verbal dan atau - Gunakan kartu baca. Kertas, pensil, bahasa
non verbal. tubuh, gambar, daftar kosa kata bahasa
Gerakan terkoordinasi : mampu asing, komputer, dll. Untuk memfasilitasi
mengkoordinasi gerakan dalam komunikasi dua arah yang optimal
menggunakan isyarat. - Ajarkan bicara dari esophagus, jika
Mampu mengkomunikasikan kebutuhan diperlukan
dengan lingkungan sosial. - Beri anjuran kepada pasien dan keluarga
tentang penggunaan alat bantu biacara
- Berikan pujian positif
- Anjurkan pada pertemuan kelompok
- Anjurkan kunjungan keluarga secara teratur

14
untuk memberi stimulus komunikasi
- Anjurkan ekspresi diri dengan cara lain
dalam menyampaikan informasi atau
bahasa isyarat
- Communication Enhancement : Hearing
Deficit
- Communication Enhancement : Visual
Deficit
- Anxiety Reduction
- Active Listening

Gangg. Rasa nyaman : nyeri b.d NOC : NIC :


agen cidera fisik - Pain Level, - Lakukan pengkajian nyeri secara
- pain control, komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
- comfort level durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
- Setelah dilakukan tinfakan presipitasi
keperawatan selama …. Pasien tidak - Observasi reaksi nonverbal dari
mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
- Mampu mengontrol nyeri (tahu - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
penyebab nyeri, mampu dan menemukan dukungan
menggunakan tehnik nonfarmakologi - Kontrol lingkungan yang dapat
untuk mengurangi nyeri, mencari mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,

15
bantuan) pencahayaan dan kebisingan
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang - Kurangi faktor presipitasi nyeri
dengan menggunakan manajemen - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
nyeri menentukan intervensi
- Mampu mengenali nyeri (skala, - Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
- Menyatakan rasa nyaman setelah hangat/ dingin
nyeri berkurang - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri:
- Tanda vital dalam rentang normal ……...
- Tidak mengalami gangguan tidur - Tingkatkan istirahat
- Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur
- Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali

Gangguan pemenuhan nutrisi: NOC : NIC :


nutrisi kurang dari kebutuhan - Nutritional Status : food and Fluid Nutrition Management
tubuh Intake - Kaji adanya alergi makanan
Kriteria Hasil - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
- Adanya peningkatan berat badan menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

16
sesuai dengan tujuan dibutuhkan pasien.
- Berat badan ideal sesuai dengan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake
tinggi badan Fe
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan - Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein
nutrisi dan vitamin C
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi - Berikan substansi gula
- Tidak terjadi penurunan berat badan - Yakinkan diet yang dimakan mengandung
yang berarti tinggi serat untuk mencegah konstipasi
- Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
- Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
- Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan

Nutrition Monitoring
- BB pasien dalam batas normal
- Monitor adanya penurunan berat badan
- Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa
dilakukan
- Monitor interaksi anak atau orangtua selama

17
makan
- Monitor lingkungan selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak
selama jam makan
- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan
mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan
kadar Ht
- Monitor makanan kesukaan
- Monitor pertumbuhan dan perkembangan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
jaringan konjungtiva
- Monitor kalori dan intake nuntrisi
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oral.
- Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet

18
19
DAFTAR PUSTAKA

Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan (8th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda, & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC.
Jakarta. Medi Action Publishing

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia Dari Sistem Ke Sel Edisi 8. Jakarta: EGC.

20

Vous aimerez peut-être aussi