Vous êtes sur la page 1sur 45

FUNGSI SKALAR TERDIFERENSIALKAN,

DIFERENSIAL TOTAL,
ATURAN RANTAI, TURUNAN BERARAH, DAN
FUNGSI IMPLISIT

MAKALAH

Dosen Pengampu: Dra. Emi Pujiastuti, M.Pd

KELOMPOK 6

1. Eli Primahanani 4101409101

2. M. Gani Rohman 4101409106

3. Wilda Yulia Rusyida 4101409109

4. Intan Hidayati 4101409092

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2010
1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi
Makalah ini akan menyajikan materi tentang keterdiferensialan dan diferensial total
fungsi skalar, aturan rantai, turunan berarah, serta turunan fungsi implisit. Dalam
keterdiferensialkan akan dibahas 6 masalah beserta penyelesaiannya.

Makalah ini akan membahas secara detail materi- materi yang disebutkan diatas. Tidak
hanya definisi atau penjelasannya saja yang akan dibahas, tetapi makalah ini juga akan
memberikan beberapa contoh dan penyelesaiannya serta beberapa latihan sehingga pembaca
dapat paham betul tentang materi tersebut.

B. Prasyarat
Materi prasyarat yang dibutuhkan agar dapat memahami makalah ini adalah sebagai
berikut :

1. Kalkulus 1
2. Kalkulus 2
3. Aljabar Linear Elementer
4. Geometi Dasar

C. Kompetensi dan Indikator


Kompetensi :

1. Memahami konsep dan penyelesaian masalah pada keterdiferensialan serta diferensial


total fungsi skalar.
2. Memahami konsep aturan rantai, turunan berarah, serta turunan fungsi implisit.
3. Mengidentifikasi matriks jacobi.
Indikator :

1. Dapat menjelaskan kembali tentang konsep keterdiferensialan dan diferensial total fungsi
skalar.
2. Dapat menjelaskan kembali konsep aturan rantai,turunan berarah, dan turunan fungsi
implisit.
3. Dapat menyelesaikan soal yang berkaitan dengan keterdiferensialan, diferensial total,
aturan rantai, matriks jacobi, turunan berarah, dan turunan fungsi implisit.

2
D. Tujuan Pembelajaran
1. Mahasiswa dapat menjelaskan kembali definisi serta konsep keterdiferensialan dan
diferensial total fungsi skalar.
2. Mahasiswa dapat menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan keterdiferensialan
dan diferensial total fungsi skalar.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan mendefinisikan konsep aturan rantai, turunan
berarah, serta turunan fungsi implisit.

3
BAB II
PEMBAHASAN

FUNGSI SKALAR TERDIFERENSIALKAN DAN DIFERENSIAL TOTAL

A. PENGANTAR

Dalam kalkulus, kita ingat kembali bahwa fungsi real yang terdefinisi pada selang

buka yang memuat disebut terdeferensialkan di jika ada.

Bentuk limit ini dapat dituliskan sebagai Dengan

menyamakan penyebut dari bentuk fungsi yang diambil limitnya diperoleh,

Kita akan menyajikan konsep turunan secara lain, untuk itu tulislah

maka diperoleh dengan

Situasi fungsi satu peubah yang terdeferensialkan di satu titik diperlihatkan pada gambar 1.

f
f(x)=f(a + x )

y  f ( x)  f (a)
f (a)
g x
s X
a x  a + x

x- a

Fungsi Skalar Terdiferensialkan Kelompok 6 4


Dengan cara mengganti oleh , yang mengakibatkan dapat diganti oleh
, diperoleh bahwa fungsi real terdeferensialkan di jika

Bentuk limit ini dapat dituliskan sebagai .

Dengan menyamakan penyebut dari bentuk fungsi yang diambil limitnya, diperoleh

Kemudian dengan menuliskan maka diperoleh

dengan . Dari analisis di atas, kita sampai pada suatu kesimpulan berikut yang
dapat juga digunakan sebagai definisi keterdeferensialan dari satu peubah.

 Definisi 3.2.1

Misalkan fungsi satu peubah real terdefinisi pada selang terbuka yang memuat .

1. Fungsi dikatakan terdeferensialkan di jika ada dan terdapat

sehingga memenuhi dengan

. Di sini, diferensial fungsi f di a didefinisikan sebagai


.

2. Fungsi dikatakan terdeferensialkan di jika ada dan terdapat yang

memenuhi dengan . Di

sini diferensial fungsi di didefinisikan sebagai .

Pada konsep diferensial fungsi satu peubah, kita telah mempelajari bahwa untuk
yang cukup kecil, diferensial merupakan suatu hampiran yang

cukup baik untuk , hal ini disebabkan karena .

B. FUNGSI SKALAR TERDIFERENSIALKAN

Pada pasal ini akan diperkenalkan konsep fungsi dua peubah real yang terdiferensialkan di
satu titik pada suatu daerah. Kemudian, konsep keterdiferensialkan fungsi skalar dengan dengan

peubah di  dibahas sebagai perumuman dari hasil yang diperoleh. Kita mempunyai fungsi dua
m

Fungsi Skalar Terdiferensialkan Kelompok 6 5


peubah real u  f ( x, y) yang terdefinisi pada daerah D   2 dengan fungsi turunan parsial

pertama f x dan f y kontinu di titik (a, b)  D. . Dengan menggunakan Teorema Nilai Rata-Rata

(TNR) untuk turunan fungsi real, pertambahan u dari peubah tak bebasnya dapat dituliskan dalam
bentuk

u  f (a  x, b  y)  f (a, b)

 ( f (a  x, b  y)  f (a, b  y)  [ f (a, b  y)  f (a, b)]

 f x (a  1x, b  y)x  f y (a, b   2 y)

Dimana dan besarnya bergantung pada x dan y.

Selanjutnya, kekontinuan fungsi di (a,b) mengakibatkan

lim ( x, y )( a,b ) f x ( x, y)  f x (a, b). Misalkan dan y  b  y , maka

(x, y)  (0,0)  ( x, y)  (a, b) , sehingga lim ( x,y )( 0,0) f x (a  1x1 , b  y)  f x (a, b)

Atau lim ( x,y )( 0,0) f x (a  1x, b  y)  f x ( a ,b)  0.

Kemudian sebutlah  1   1 (x, y)  f x (a  1x, b  y)  f x (a, b) , maka

f x (a  1x, b  y)  f x (a, b)   1 dengan lim ( x,y )(0,0)  1 (x, y)  0 . Dengan cara yang

sama kekontinuan fungsi f y di (a, b) mengakibatkan adanya  2   2 (x, y) yang memenuhi

f y (a, b   2y)  f y (a, b)   2 dengan lim ( x,y )(0,0)  2 (x, y)  0 .

Kita tuliskan kesimpulan dari proses ini dalam rumus berikut, yang dikenal sebagai rumus
dasar pertambahan.

 Teorema (3.2.2) Rumus Dasar Pertambahan

Jika fungsi u  f ( x, y) mempunyai turunan parsial pertamayang kontinu di titik pada

daerah D   2 , maka pertambahan u  f (a  x, b  y)  f (a, b) . Dapat ditulis dalam bentuk

u  f x (a, b)x  f y (a, b)y   1 (x, y)   2 (x, y)

Dengan lim ( x,y )( 0,0)  1 (x, y)  0 dan lim ( x,y )( 0,0)  2 (x, y)  0 .

Hasil ini memberikan gagasan pada rancangan keterdeferensialan fungsi dua peubah di satu
titik dan pada suatu daerah yang lengkapnya sebagai berikut.

Fungsi Skalar Terdiferensialkan Kelompok 6 6


 Definisi

Misalkan fungsi dua peubah u  f ( x, y) mempunyai turunan parsial pertama di titik (a, b)

yang terletak pada daerah D   2 .

Fungsi dikatakan keterdeferensialan di (a, b)  D jika terdapat fungsi  1   1 (x, y) dan

 2   2 (x, y) sehingga pertambahan u  f (a  x, b  y)  f (a, b) dapat ditulis sebagai
u  f x (a, b)x  f y (a, b)y   1 (x, y)   2 (x, y) dengan

lim ( x,y )(0,0)  1 (x, y)  0 dan lim ( x,y )(0,0)  2 (x, y)  0 .

1. Fungsi f dikatakan terdiferensialkan pada daerah D   2 jika fungsi f terdeferensialkan

di setiap titik pada daerah .

2. Fungsi f dikatakan terdiferensialkan secara kontinu di (a, b) fungsi f terdeferensialkan di

(a, b) dengan fungsi turunan parsial f x dan f y kontinu di titik itu.

3. Fungsi dikatakan terdiferensialkan secara kontinu pada daerah D   2 jika fungsi f

terdeferensialkan secara kontinu di setiap titik pada daerah .


Dari proses diperolehnya rumus dasar pertambahan dan definisi keterdiferensialan fungsi dua
peubah di (a, b) kita mempunyai rumus penting berikut.

 Teorema 3.2.4

Jika fungsi u  f ( x, y) mempunyai turunan parsial pertama yang kontinu di titik (a, b)

pada daerah D   2 , maka fungsi f terdiferensialkan secara kontinu di titik (a, b) .

Selanjutnya kita dapat menuliskan definisi fungsi dua peubah yang terdiferensialkan tanpa
notasi x dan y , untuk itu tulislah x  x  a dan y  y - b maka fungsi u  f ( x, y)

terdiferensialkan di (a, b) jika pertambahan u  f (x, y)  f (a, b) dapat dituliskan sebagai

u  f x (a, b)( x  a)  f y (a, b)( y  b)   1 ( x  a)   2 ( y  b) di mana 1 dan 2 dari

x, y, a dan b dengan lim ( x, y )( a,b)  1  0 dan lim ( x, y )( a,b)  2  0 .

Syarat terakhir dapat ditulis dalam bentuk


f ( x, y)  f (a, b)  f x (a, b)( x  a)  f y (a, b)( y  b)   1 ( x  a)   2 ( y  b) dengan  1 dan  2

mendekati nol untuk ( x, y)  (a, b) .

Fungsi Skalar Terdiferensialkan Kelompok 6 7


Perhatikan bahwa pada bentuk ini f ( x, y)  f (a, b)  f x (a, b)( x  a)  f y (a, b)( y  b)

adalah persamaan bidang singgung di titik P(a, b, f (a, b)) pada permukaan u  f ( x, y) . Hasil ini
merupakan perumuman dari situasi serupa untuk fungsi satu peubah yang terdiferensialkan di , yaitu

f ( x)  f (a)  f ' (a)( x  a)   ( x  a) dengan mendekati nol untuk x mendekati a. Di sini

f ( x)  f (a)  f ' (a)( x  a) adalah persamaan garis singgung pada kurva y  f (x) di titik (a,f(a)).

Seperti pada fungsi real, setiap fungsi dua peubah yang terdiferensialkan di suatu titik itu.
Berikut ini adalah rumus penting tersebut beserta pembuktiannya.

 Teorema 3.2.5

Jika fungsi dua peubah u  f ( x, y) terdiferensialkan di f (a, b) pada daerah ,

maka fungsi kontinu di (a, b) .

Bukti:

Karena fungsi f terdiferensialkan di titik ( a, b ) , maka

u  f x (a, b)x  f y (a, b)y   1 (x, y)x   2 (x, y)y dengan

lim ( x,y )(0,0)  1 (x, y)  0 dan lim ( x,y )(0,0)  2 (x, y)  0 . Ini mengakibatkan

lim ( x, y )(0,0) u  0 .

Karena u  f (a  x, b  y)  f (a, b), maka dari bentuk limit ini diperoleh

x, y  (0,0)  ( x, y)  (a, b) yang langsung membawa kita sampai pada hasil

lim ( x, y )( a,b) f ( x, y)  f (a, b). .

Ini berarti bahwa fungsi f kontinu di (a, b) , dengan demikian terbuktilah yang
diinginkan.■

Catatan Kebalikan Teorema 3.2.5 tidak benar lagi, sebagai contoh pengangkal, fungsi

f ( x, y) = x 2  y 2 kontinu di (0,0) tetapi tidak terdiferensialkan di titik itu karena f x (0,0) dan
f y (0,0) tidak ada.

Ikhtisar keterdiferensialan fungsi dua peubah yang didasarkan pada Rumus Dasar
Pertambahan diberikan dalam diagram berikut.

Fungsi u = f(x,y) mempunyai turunan parsial pertama yang kontinu di (a,b) yang terletak
pada daerah D   2 .

Fungsi Skalar Terdiferensialkan Kelompok 6 8


u  f ( x, y) f kontinu f kontinu
di (a,b) pada D

f x ada dan f y ada f f


terdiferensialkan terdiferensialkan
di (a,b) di (a,b) di D
di (a,b)

RDP

fx fy f f
Dan terdiferensialkan terdiferensialkan
kontinu kontinu
secara kontinu di (a,b) secara kontinu di D
di (a,b) di (a,b)

RDP: Rumus Dasar Pertambahan

C. KETERDIFERENSIALAN FUNGSI VEKTOR DI RM

Konsep keterdiferensialan fungsi dua peubah yang telah dibahas dapat diperumum untuk
fungsi skalar u = f (X), X suatu titik pada daerah D ≤ Rm. Keterdiferensialan fungsi tiga peubah u = f
(x,y,z) yang mempunyai turunan parsial di titik (a,b,c) pada daerah D ≤ R3 didefinisikan sebagai
berikut. Fungsi f dikatakan terdiferensialkan di (a,b,c) jika terdapat fungsi skalar

 1   1 (x, y, z ),  2   2
sehingga pertambahan

Dapat ditulis sebagai

dengan

Fungsi Skalar Terdiferensialkan Kelompok 6


9
Keterdiferensialan fungsi skalar u = f (X), X = (x1,x2,…,xm) yang mempunyai turunan parsial
di A = (a1,a2,…,am) pada daerah D ≤ Rm didefinisikan sebagai berikut. fungsi f dikatakan
terdiferensialkan di A є D jika terdapat fungsi skalar

sehingga perubahan

)
dapat ditulis sebagai

dengan memenuhi

Sifat keterdiferensialan fungsi dua peubah berlaku juga untuk fungsi skalar yang umum. pada
fungsi skalar u = f(X), X ≤ D ≤ Rm, D suatu daerah di Rm kita juga mempunyai sifat bahwa setiap
fungsi skalar yang terdiferensialkan secara kontinu di suatu titik akan terdiferensialkan di titik itu dan
setiap fungsi skalar yang terdiferensialkan di suatu titik akan kontinu di titik itu.

Masalah I

Keterdeferensialan fungsi langsung dari definisinya.

Contoh 3.10. Selidiki keterdeferensialan fungsi f(x,y) = x 2 + y 2 pada D f =  2 langsung

dengan menggunakan definisinya.

JAWAB

Di sini D f =  2 dan fungsi f kontinu pada D f (jelaskan mengapa!). misalkan (a,b)

titik sebarang pada D f , akan diselidiki apakan fungsi f terdeferensialkan di (a,b). Untuk

fungsi ini, turunan parsial pertama dan nilainya di (a,b) adalah

f x (x,y) = 2x, f x (a,b) = 2a dan f y (x,y) = -2y , f y (a,b) = -2b

sehinggan pertambahannya adalah

u = f (a+  x,b+  y) – f(a,b) = ((a+  x) 2 -(b+  y) 2 ) – (a 2 -b 2 )

= 2a  x – 2b  y +  x 2 -  y 2

Selanjutnya akan dicari ε 1 = ε 1 (  x,  y) dan ε 2 = ε 2 (  x,  y) yang memenuhi

10
 u = f x (a,b)  x + f y (a,b)  y + ε 1 (  x,  y)  x + ε 2 (  x,  y)  y

dengan

lim ε 1 (  x,  y) = 0 dan lim ε 2 (  x,  y) = 0


( x , y ) ( 0, 0 ) ( x , y ) ( 0, 0 )

Gantikan hasil yang diperoleh sebelumnya pada bentuk pertambahan  u, diperoleh

2a  x – 2b  y +  x 2 -  y 2 = 2a  x – 2b  y + ε 1 (  x,  y)  x + ε 2 (  x,  y)  y

sehingga

ε 1 (  x,  y)  x + ε 2 (  x,  y)  y = (  x)  x + (-  y)  y

Ambillah

ε 1 (  x,  y) =  x dan ε 2 (  x,  y) = -  y

maka ε 1 dan ε 2 memenuhi rumus dasar pertambahan dengan

lim ε 1 (  x,  y) = lim x = 0
( x , y ) ( 0, 0 ) ( x , y ) ( 0, 0 )

dan

lim ε 2 (  x,  y) = lim (-  y) = 0
( x , y ) ( 0, 0 ) ( x , y ) ( 0, 0 )

Jadi fungsi f terdiferensialkan di (a,b)  D f =  2 ; dan karena (a,b) sebarang pada

D f , maka fungsi f terdiferensialkan pada D f .

Masalah 2

Keterdeferensialan fungsi dari kekontinuan

turunan parsial pertamanya

Contoh 3.11. Selidiki apakah fungsi

(a) f (,x,y) = tan 1 xy


2
(b) g(x,y) = e x y

terdeferensialkan pada daerah definisinya.

11
JAWAB

(a) Fungsi f kontinu pada D f =  2 (jelaskan mengapa). Untuk fungsi ini, turunan parsial

pertamanya terhadap x dan y adalah


1 1
f x (x,y) = dan f x (x,y) =
1 x y
2 2
1 x2 y2

Karena fungsi f x dan f y kontinu pada  2 (jelaskan mengapa), maka fungsi f

terdiferensialkan pada  2 .

(b) Fungsi g kontinu pada D g =  2 (jelaskan mengapa). Untuk fungsi ini, turunan parsial

pertamanya terhadap x dan y adalah


2 2
g x (x,y) = e x y dan g x (x,y) = 2ye x y

Karena fungsi g x dan g y kontinu pada  2 (jelaskan mengapa), maka fungsi g

terdiferensialkan pada  2 .

Masalah 3

Ketak-terdeferensilan fungsi di suatu titik dari

ketak-kontinuan fungsinya di titik itu

Contoh 3.12. Tunjukkan fungsi

 xy 2
 , ( x, y )  (0,0)
f(x,y) =  x 2  y 4
0, ( x. y )  (0,0)

tidak terdeferensialkan di (0,0).

JAWAB

Fungsi f terdefinisi pada D f =  2 dengan (0,0) suatu titik-titik dari D f . Kita akan

menyelidiki kekontinuan fungsi f di titik itu.

Misalkan (x,y)  (0,0) sepanjang sumbu Y (garis x = 0), maka

12
0. y 2
f(0,y) = =0
02  y 4

sehingga di sepanjang garis ini

xy 2
lim f(x,y) = lim = lim 0 = 0
( x , y ) ( 0 , 0 ) ( x , y ) ( 0 , 0 ) x 2  y 4 y 0

Misalkan (x,y)  (0,0) sepanjang kurva x = y 2 , maka

y 2 .y 2 y2 1
f(y 2 ,y) = = =
y y
4 4
2y 4
2

sehingga di sepanjang garis ini

xy 2 1 1
lim f(x,y) = lim = lim =
( x , y ) ( 0 , 0 ) ( x , y ) ( 0 , 0 ) x y
2 4 y 0 2 2

Karena sepanjang garis x = 0 dan sepenjang kurva x = y 2 limit fungsi f untuk (x,y)  (0,0)
berbeda, maka

lim f(x,y) tidak ada


( x , y ) ( 0 , 0 )

Jadi fungsi f tidak kontinu di (0,0), karena itu berdasarkan kontra posisi teorema 3.2.5,
fungsi f tidak terdiferensialkan di (0,0).

Masalah 4

Ketak-tederferensialkan fungsi di suatu titik dari

titik terdapatnya turunan parsial di titik itu

Contoh 3.13. Tunjukkan fungsi f(x,y) = x (y-1) tidak terdeferensialkan di (0,0).

JAWAB

Fungsi f pada D f =  2 karena merupakan perkalian dari dua fungsi kontinu, yaitu

g(x,y) = x dan h(x,y) = y-1 . Pada situasi ini, f x (0,0) harus ditentukan dari definisi turunan

parsial karena aturan

13
x
f x x, y  = (y-1)
d
( x ) = (y-1)
dx x

tidak menjangkau (0,0). Turunan parsial fungsi f terhadap y adalah f y (x,y)  x , sehingga

f y (0,0)  0.

Karena

f ( x,0)  f (0,0) x
f x (0,0) = lim = lim
x 0 x0 x 0 x

dengan limit terakhir tidak ada (jelaskan mengapa), maka fungsi f tidak terdeferensialkan di
(0,0).

Masalah 5

Ketak-terdeferensialkan fungsi kontinu di suatu titik

langsung dari definisinya

Contoh 3.14. Tunjukkan fungsi

 xy
 2 , ( x, y )  (0,0)
f(x,y) =  x  y 2
0, ( x, y )  (0,0)

kontinu dan mempunyai turunan parsial di (0,0) tetapi tidak terdeferensialkan di titik itu.

JAWAB

Fungsi f terdefinisi pada D f =  2 dengan (0,0) suatu titik-limit dari D f , akan

ditunjukkan lim f(x,y) = f(0,0).


( x , y ) ( 0 , 0 )

Karena

xy x y x2  y2. x2  y2
0    x2  y2
x y
2 2
x y
2 y
x y
2 2

dengan

14
lim 0=0= lim x2  y2
( x , y ) ( 0 , 0 ) ( x , y ) ( 0 , 0 )

maka berdasarkan prinsip apit,

xy
lim =0
( x , y ) ( 0 , 0 )
x2  y2

Dari sini diperoleh

xy
lim f(x,y) = lim = 0 = f(0,0)
( x , y ) ( 0 , 0 ) ( x , y ) ( 0 , 0 )
x  y2
2

Ini mengakibatkan fungsi f kontinu di (0,0).

Turunan parsial pertama dari fungsi f di (0,0) adalah

f ( x,0)  f (0,0) 0
f x (0,0) = lim = lim = lim 0 = 0
x 0 x0 x 0 x x 0

f (0, y )  f (0,0) 0
f y (0,0) = lim = lim = lim 0 = 0
y 0 y0 y 0 y y 0

Ini berarti bahwa fungsi f mempunyai turunan parsial di (0,0).

Kita tinggal menunjukkan bahwa fungsi f tidak terdiferensialkan di (0,0) dengan cara
kontradiksi. Andaikan fungsi f terdiferensialkan di (0,0), maka terdapat fungsi

 1 =  1 ( x, y ) dan  2 =  2 ( x, y )

yang memenuhi

f  f (x, y)  f (0,0)  f x (0,0)x  f y (0,0)y   1x   2 y

dengan

lim  1 (x, y)  0 dan lim  2 (x, y)  0


( x , y )( 0, 0 ) ( x , y )( 0, 0 )

Jika kita mempunyai fungsi

15
f (x, y)   1x   2 y

Khususnya untuk y  x diperoleh fungsi

f (x, y)  ( 1   2 )(x).x

Tetapi menurut definisi fungsi f yang diketahui,

x 2 x 2 1 1
f (x, y)    2 x   2.x
x 2  x 2 2 x 2 2

Dari kedua hasil terakhir kita sampai pada kesamaan

( 1   2 )(x).x   1 2.x


2

 1   2 x    1 2
2

Karena lim  1 x   0 dan lim  2 x   0 , maka


x 0 x 0

0  lim  1   2 x   lim 


1 1
2 2
x 0 x 0 2 2

yang merupakan suatu kontradiksi. Kontradiksi ini disebabkan oleh pengandaian bahwa suatu
fungsi f terdeferensialkan di (0,0). Dengan demikian kesimpulannya haruslah fungsi f tidak
terdiferensialkan di (0,0).

Masalah 6

Keterdiferensialan fungsi di suatu titik tetapi tidak

terdiferensialkan secara kontinu di titik itu

Contoh 3.15. Tunjukkan fungsi

 2 1
 x sin , ( x, y )  (0,0)
f  x, y    x  y2
2

0, ( x, y )  0

16
terdiferensialkan di titik (0,0), tetapi tidak terdiferensialkan secara kontinu di titik itu. (Fungsi
turunan parsial pertama f x dan f y tidak kontinu di titik (0,0)).

JAWAB

Fungsi f terdefinisi pada D f   2 yang memuat (0,0). Turunan parsial pertama dari

fungsi f terhadap x dan y di (0,0) adalah

1
x 2 sin
f ( x,0)  f (0,0) x
f x (0,0)  lim  lim
x 0 x0 x 0 x

1
 lim x sin 0
x 0 x

dan

f (0, y)  f (0,0) 00


f y (0,0)  lim  lim  lim 0  0
y 0 y0 y 0 y y 0

Kita akan menunjukkan fungsi f terdiferensialkan di (0,0) dengan cara mencari


 1   1 x, y dan  2   2 x, y  sehingga memenuhi rumus dasar pertambahan

f  f (x, y)  f (0,0)  f x (0,0)x  f y (0,0)y   1x   2 y

dengan

lim  1 (x, y)  0 dan lim  2 (x, y)  0


( x , y )( 0, 0 ) ( x , y )( 0, 0 )

Gantikan semua informasi yang diketahui pada rumus dasar pertambahan, diperoleh

1
f  f (x, y )  x 2 sin  0.x  0.y   1 x   2 y
x  y 2
2

Ini mengakibatkan

17
Ambillah

kemudian tunjukkan

Dari ketaksamaan

dengan

Maka berdasarkan prinsip apit diperoleh

Akibatnya,

Secara otomatis, karena , maka

Jadi rumus dasar pertambahan untuk fungsi f di (0,0) dipenuhi; dengan demikian kita
telah menunjukkan bahwa fungzi f terdiferensialkan di (0,0).
Sekarang kita tunjukkan bahwa fungsi turunan parsial pertama fx dan fy tidak kontinu
di titik (0,0), tentukan dahulu persamaan fungsinya kemudian tunjukkan bahwa limitnya di
(0,0) tidak ada. Setelah bentuk fungsi turunan parsial pertamanya disederhanakan diperoleh

dan

Kita tunjukkan bahwa fungsi fx dan fy keduanya tidak mempunyai limit di (0,0).

18
Sepanjang garis x = 0:

Sepanjang garis y = 0:

Limit di sepanjang garis y = 0 ini tidak (jelaskan mengapa). Karena itu fungsi fx tidak kontinu
di (0,0).
Sepanjang garis x = 0

Sepanjang garis y = x:

Limit di sepanjanggaris y = 0 ini tidak ada (jelaskan mengapa). Karena itu fungsi fx tidak
kontinu di (0,0).

D. DIFERENSIAL TOTAL FUNGSI SKALAR

Kita akan mempelajari konsep diferensial dari fungsi dua peubah, yang dikenal sebagai
diferensial total. Untuk ini perhatikan kembali konsep garis singgung pada fungsi real u  f x  yang
terdiferensialkan secara kontinu di titik x  a pada selang terbuka D. konsep ini menyatakan bahwa
persamaan garis singgung di titik a, b, b  f a  pada kurva adalah

y  b  f ' a x  a 

Pada situasi ini diferensial dari fungsi f di x  a didefinisikan sebagai

dx  x  a dan dy  f ' a x  a  Atau dx  x dan dy  f ' a dx

Berdasarkan definisi kita menuliskan


y  f x   f a   f a  x   f a   f ' a x   .x

Dengan    x   0 untuk x  0 . Karena dy  f ' a x maka dy merupakan

suatu hampiran yang cukup baik untuk pertambahan y bila x cukup kecil. Gagasan konsep

diferensial fungsi real adalah penghampiran nilai fungsi f x  atau f a  x  oleh nilai fungsinya

19
Diferensial Total Kelompok 6
pada garis singgung di titik a, b, b  f a  . Dengan perkataan lain, kurva f di sekitar

x  a dihampiri oleh garis lurus yang menyinggung kurvanya di titik a, b  .


Konsep diferensial fungsi dua peubah real dirancang dengan cara yang sama dan hasilnya
dapat diperumum untuk fungsi skalar lainnya. Kita ingat kembali persamaan bidang singgung pada
permukaan S : u  f x, y  di titik a, b, c   S , fungsi f terdiferensialkan secara kontinu di titik

a, b adalah z  c  f a, b


. X  A, X  x, y  dan a, b 

atau dalam bentuk komponennya z  c  f a, bx  a   f y a, b y  b

Tulislah x  x  a dan y  y  b , maka persamaan bidang singgung pada permukaan S

di titik a, b, c , c  f a, b adalah z  f a, b  f x a, bx  f y a, by

Bandingkan hasil ini dengan syarat keterdiferensialan secara kontinu dari fungsi
z  f x, y  di titik a, b  pada daerah D  R 2 ,
f  f x, y   f a, b  f x a, bx  f y a, by   1x   2 y

fx dan fy kontinu di a, b,  1   1 x, y  dan  2   2 x, y  dengan


dan

Keterdiferensialan secara kontinu menjamin adanya bidang singgung pada permukaan S di


titik a, b, c  . Di sini kita melihat bahwa ruas kanan persamaan bidang singgung merupakan suatu

hampiran yang cukup baik untuk ∆f karena pada rumus dasar pertambahan berlaku  1  0 untuk

x, y   0,0. Berdasarkan kenyataan ini kita mendefinisikan konsep diferensial total fungsi dua
peubah sebagai berikut:

 Definisi
Misalkan fungsi dua peubah u  f x, y  terdiferensialkan secara kontinu di titik a, b  pada

daerah D f  R 2 .

1. Diferensial dari peubah bebas x dan y , ditulis dx dan dy , didefinisikan sebagai dx  x dan

dy  y .
2. Diferensial (diferensial total) dari peubah tak bebas u, ditulis du a, b  atau df a, b  ,

didefinisikan sebagai df a, b  f x a, bdx  f y a, bdy

Diferensial Total Kelompok 6 20


Pada definisi ini, diferensial total dari fungsi f di titik x, y   D f adalah

df x, y   f x x, y dx  f y x, y dy atau disingkat df  f x dx  f y dy

Dari konsep fungsi dua peubah real yang terdiferensialkan secara kontinu di titik (x,y) pada
daerah D, diperoleh f  df   1x   2 y dengan untuk (x, y)  (0,0) . Ini berarti bahwa df

merupakan suatu penaksir yang baik untuk f .

Konsep diferensial total dari fungsi dua peubah dapat diperumum untuk fungsi scalar

u  f ( X ), X  D  R m yang terdiferensialkan secara kontinu pada daerah D. diferensial total dari


fungsi tiga peubah u = f(x,y,z) yang terdiferensialkan secara kontinu di titik X  (a, b, c) pada daerah

D didefinisikan sebagai df  f x1dx1  f x 2 dx2  ...  f xm dxm

Pada contoh berikut dibahas beberapa contoh tentang diferensial total dari fungsi dua peubah
dan diferensial total sebagai suatu hampiran.

Contoh : Diketahui fungsi f ( x, y)  xy 2  2 x

(a). Hitunglah Δf dan df.

(b). Hitunglah Δf dan df di (4,3) dengan Δx = 0,01 dan Δy = 0,02.

(c). Tanpa menghitungnya secara langsung, taksirlah f (5,12;6,85) dengan diferensial kemudian
bandingkan dengan nilai eksaknya.

JAWAB

(a). Fungsi f terdefinisi pada R2, fungsi turunan parsial pertama dari f terhadap peubah x dan y
adalah

f x ( x, y)  y 2  2 dan f y ( x, y)  2 xy

Karena fungsi turunan parsial pertama fx dan fy kontinu pada R2 maka fungsi f terdiferensialkan
secara kontinu pada R2.
Pertambahan dari fungsi fdi titik (x,y) є R2 adalah

f  f ( x  x, y  y)  f ( x, y)


 ( x  x)( y  y) 2  2( x  x)  ( xy 2  2 x) 
Diferensial Total Kelompok 6 21
 ( y 2  2)x  (2 xy )y  (y 2 )x  (2 yx  xy)y

Diferensial total dari fungsi f di titik (x,y) є R2 adalah

df  ( y 2  2)dx  (2 xy )dy

(b). Untuk x=4, y=3, x=-0,01 dan y=0,02 diperoleh

f  (4  0,01;3  0,02)  f (4,3)  f (3,99;3,02)  f (4,3)

= (3,99)(3,02) 2  2(3,99)  (4,32  2,4)  0,410396 dan

df  (32  2)(0,01)  (2,4,3)(0.02)  0,41

Perhatikan bahwa di sini df merupakan suatu hampiran untuk f karena x dan y cukup
kecil.

(c). Kita akan menentukan nilai f ( x  x, y  y) untuk x  x  5,12 dan y  y  6,85 .
Pilihlah x  5, x  0,12, y  7 dan y  0,15 maka nilai taksiran dari f (5,12;6,85)
dengan konsep diferensial adalah f (5,12;6,85)  f (5,7)  df (5,7)

 235  (47)(0,12)  (70)(0,15)


 235  4,68  130,14
Nilai eksak di titik (5,12;6,85)  (230,0032)

E. MATRIKS JACOBI

Kita akan menyajikan konsep keterdiferensialan fungsi skalar dengan menggunakan


transformasi linear, hasil yang diperoleh akan diperumum untuk membahas konsep keterdiferensialan
fungsi vektor dengan peubah vektor. Untuk ini perhatikan kembali konsep keterdiferensialan fungsi
skalar di satu titik pada suatu daerah.

Fungsi skalar u  f  X , X  x1 , x2 ,, xm  yang mempunyai turunan parsial di

A  a1 , a2 ,, am  pada daerah D   m dikatakan terdiferensialkan di A jika terdapat fungsi

 1  1h1 , h2 ,, hm  , t  1,2,, m sehingga pertambahan f dapat ditulis sebagai

f  f a1  h1 ,, am  hm   f a1 , a2 ,, am   f xa  Ah1    f xm  Ahm   1h1     m hm

dengan  1  0 bila h1 , h2 ,, hm   0,0,,0, i  1,2,, m

Diferensial Total Kelompok 6 22


Kita tuliskan syarat keterdiferensialan ini dengan notasi vektor. Misalkan H  h1, h2 ,  , hm  ,

maka A  H  a1  h1 ,, am  hm  , sehingga syaratnya dapat dituliskan dalam bentuk

f  A  H   f  A  f  A  H   1h1     m hm dengan

 1  0 bila h1 , h2 ,, hm   0,0,,0, i  1,2,, m

syarat keterdiferensialan terakhir dapat diganti dengan syarat yang lebih kuat, yaitu mengambil

 1     m   ,    H  dan mengganti h1 oleh H , sehingga diperoleh

lim  H   0
f  A  H   f  A  f  A  H  H  H  dengan
H 0

Perhatikan bahwa syarat yang terakhir selalu mengakibatkan syarat yang di atasnya juga berlaku. Jadi
sekarang kita sampai pada hasil berikut.

 Definisi

Fungsi skalar f : D  R, D daerah R m , u  f  X  dikatakan terdiferensialkan di A D

jika terdapat vektor V dan suatu fungsi skalar    H , H  h1 , h2 ,, hm  yang memenuhi

lim  H   0
f  A  H   f  A  V  H  H  H  dengan
H 0

Pada definisi ini vektor V adalah gradien dari fungsi f di A, yaitu

 
V  f  A  f x1  A, f x2  A,, f xm  A

Dengan menggunakan sifat aljabar linear, maka untuk vektor V yang diketahui terdapat suatu
transformasi linear L sehingga LH   V  H . Jadi konsep keterdiferensialan fungsi skalar di satu
titik pada suatu daerah dapat ditampilkan dalam bentuk berikut.

 Definisi

Fungsi skalar f : D  R, D daerah R , u  f  X  dikatakan terdiferensialkan di A D jika


m

terdapat transformasi linier L : R m  R dan suatu fungsi skalar    H , H  h1 , h2 ,, hm 


yang memenuhi

Diferensial Total Kelompok 6 23


lim  H   0
f  A  H   f  A  LH   H  H  dengan
H 0

Pada definisi ini matriks transformasi linear L yang mempunyai ukuran 1  m adalah vektor

 h1 
 
 
 h2 
gradiennya. Jadi L dapat ditulis dala bentuk LH   f  A  H  f x x  A, f x2  A, , f xm  A  

 
h 
 m

Transformasi linear L dari suatu ruang vektor ke ruang vektor lainnya seringkali ditulis tanpa
kurung, yaitu LH  ditulis LH . Dengan cara penulisan seperti ini, syarat keterdiferensialan dari
fungsi skalar menjadi

lim  H   0
f  A  H   f  A  LH  H  H  dengan
H 0

Bentuk terakhir dapat ditulis sebagai

lim  H   0
f  A  H   f  A  Df  AH  H  H  dengan atau,
H 0

lim  H   0
f  A  H   f  A  f '  AH  H  H  dengan
H 0

Dalam penulisan seperti ini, Df  A atau f '  A dinamakan turunan fungsi skalar f di A.

Perumuman dari hasil yang sedang kita pelajari akan digunakan untuk memperkenalkan
konsep keterdiferensialan dari fungsi vektor dengan peubah vektor yang didefinisikan sebagai berikut.

 Definisi

n
Fungsi vektor dengan peubah vektor F : D  R , D daerah R m , U  f  X    f  X e
n
1 1
i 1

dikatakan terdiferensialkan di A D jika terdapat transformasi linear L : R m  R n dan suatu


n
fungsi vektor E  E H     H e , H  h , h ,, h  yang memenuhi
1 1 1 2 m
i 1

lim E H   0
F  A  H   F  A  LH  H EH  dengan
H 0

Diferensial Total Kelompok 6 24


Seperti halnya pada fungsi scalar, jika terdapat tranformasi linear yang berkaitan dengan
fungsi F di A, maka kita menyatakan tranformasi tersebut dengan DF(A) atau F’(A). dengan cara
penulisan ini syarat keterdiferensialan dari fungsi vector dengan peubah vector dapat ditampilkan
dalam bentuk

F ( A  H )  F ( A)  DF ( A) H  H E ( H ) dengan atau,

F ( A  H )  F ( A)  F ' ( A) H  H E ( H ) dengan

Pada situasi ini, vektor F(A+H), F(A) dan E(H) dapat dipandang sebagai matriks berukuran n
X 1, matrika transformasi L berukuran n X m dan vector H sebagai matriks berukuran m X 1. baris
ke-i dari matriks tranformasi L adalah vektor gradien dari komponen fungsi fi(x) di A,
yaitu f1 ( A), i  1,2,..., n . Dalam bentuk matriks, syarat keterdiferensialan untuk fungsi vektor
dengan peubah vektor dapat ditulis sebagai

 f1 ( A  H   f1 ( A)   f1x 1 ( A) f1x2 ( A)  f1xm ( A)  h1   1 (H ) 


        
 f 2 ( A  H )   f 2 ( A)   f 2 x 1 ( A) f 2 x2 ( A)  f 2 xm ( A)  h2    2 (H ) 
          
 H
 
        
 f ( A  H )   f ( A)   f ( A) f nx2 ( A)  f nxm ( A)  hn   (H ) 
 n   n   nx 1  n 

↑ ↑ ↑ ↑ ↑

nX1 nX1 nXm mX1 nX1

matriks tranformasi L

Matriks transformasi L dinamakan matriks Jacobi dari fungsi F dan ditulis dengan lambang JF(A).
Jadi matriks Jacobi dari fungsi F adalah

 f1 f1 f1 


  
 f 1x 1 f 1 x2  f 1 xm   x1 x 2 x m 
   f 2 f 2 f 2 
f i  f 2x f 2 x2  f 2 xm  
J F ( A)  ( A)   1  A   x1 x 2 x m  A 
x j     
      
 f nx  f nxm 
 1 f nx2  f n f n f n 
 x  
 1 x 2 x m 

Perhatikan beberapa contoh berikut tentang menentukan matriks Jacobi dari suatu fungsi
vektor dengan peubah vektor.

Diferensial Total Kelompok 6 25


Contoh : Tentukan matriks Jacobi dari fungsi vektor dengan peubah vector

 x 2  2 xy 
F :    , F ( x, y )  
2 2
1 
 di titik (1,1).
 y tan x 

JAWAB : Komponen fungsi vektor dari F adalah f1 ( x, y)  x 2  2 xy dan f 2 ( x, y)  y tan1 x

Matriks Jacobi dari fungsi F di titik (x,y)  2 adalah

 f1 f1 
  2 x  2 y  2 x 
x y  y 
J F ( x, y )  
 f 2 f 2  tan 1
x 
 x  1  x 2

 y 

0 2
Sehingga matriks Jacobi dari fungsi F di titik (1,1) adalah J F 1,1   1 1 
 
2 4 

SOAL LATIHAN 1

y
1. Selidiki apakah f ( x, y)  e x
2
terdiferensialkan pada daerah definisinya!
2. Tunjukkan bahwa f ( x, y)  xe y  x 2 y dapat didiferensialkan dimanapun

3. Tentukan , D y f ( x, y, z ) dan jika

dan temukan pula differensial totalnya.

Diferensial Total Kelompok 6 26


ATURAN RANTAI, TURUNAN BERARAH DAN

FUNGSI IMPLISIT

A. PENGANTAR

Aturan rantai untuk fungsi-fungsi komposisi satu peubah sekarang sudah dikenal oleh semua
pembaca. Jika y  f ( x(t )) , dengan f dan x keduanya fungsi yang dapat dideferensialkan, maka

dy dy du
y'    .
dx du dx

B. ATURAN RANTAI

 Teorema Aturan Rantai I


Jika fungsi x=x(t) dan y=y(t) terdiferensialkan di t  D dan fungsi z=f(x,y) terdiferensialkan
di (x,y)=(x(t),y(t))  D f , maka fungsi z=g(t)=f(x(t), y(t)) juga terdiferensialkan di t dengan

dz z dx z dy
aturan :  .  .
dt x dt y dt

z z
dimana , dihitung di (x,y)= (x(t),y(t)).
x y

Aturan rantai I dapat ditampilkan dalam bentuk diagram pohon berikut

dx
z dt
x t
x
dz z dx z dy
z  .  . 2 peubah
dt x dt y dt
y z t
dy
dt

Bukti :

Karena fungsi z=f(x,y) terdiferensialkan di (x,y) Df, maka :

z z
z  .x  .y  1 x   2 y
x y

Aturan Rantai Kelompok 6 27


Dimana  1   1 (x, y),  2   2 (x, y) , dengan

lim  1 (x, y)  0 dan lim  2 (x, y)  0


( x , y ) ( 0, 0 ) ( x , y ) ( 0, 0 )

z z x z y x x
untuk t  0 berlaku  .  .  1   2 ,
t x t y t t t

karena x  x(t  t )  x(t ) dan y  y(t  t )  y(t ) maka

t  0  (x, y)  (0,0)

Akibatnya  1 dan  2 adalah fungsi dari t dengan

lim  1 (t )  lim  1  0, dan


t 0 ( x ,y )( 0, 0 )

lim  2 (t )  lim  2  0.


t 0 ( x ,y )( 0, 0 )

Juga untuk t  0 , diperoleh

x dx y dy
lim  dan lim  .
t 0 t dt t  0 t dt

Dengan menggunakan semua hasil ini pada bentuk

z  z x z y x y 
lim  lim  .  .   1  2 
t 0 t t 0 x t
 y t t t 

dz z dx z dy
diperoleh   ….. terbukti
dt t dt y dt

dz
Pada rumus di atas, z dipandang sebagai fungsi satu peubah terhadap t untuk dan
dt
z z
dipandang sebagai fungsi duua peubah terhadap x dan y untuk dan .
x y

Teorema aturan rantai I dapat ditulis dalam bentuk perkalian matriks

 dx 
 
dz  z z   dt 
 
dt  x y   dy 
 
 
 dt 
Aturan Rantai Kelompok 6 28
Jika dimisalkan

 z z 
z  g (t )  f ( X ), X (t )  ( x(t ), y(t )), f ' ( X )   
 x y 

Maka aturan rantai I dapat ditulis sebagai

dz
z'   f ' ( X ). X ' (t ) , sama dengan bentuk aturan rantai pada fungsi real.
dt

dz
Contoh : Andaikan z=x3y, dimana x=2t dan y=t2 tentukan !
dt

Dengan menggunakan aturan rantai I diperoleh :

=(3x2y)(2)+(x3)(2t)

=3(2t)2(t2)2+(2t)32t

=24t4+16t4

=40t4

 Aturan rantai I untuk 3 peubah


Jika fungsi x=x(t), y=y(t), dan z=z(t) terdiferensialkan di t pada daerah D dan fungsi
u=f(x,y,z) terdiferensialkan di (x,y,z)=(x(t),y(t),z(t)) Df maka u sebagai fungsi dari t.

u=g(t)=f(x(t),y(t),z(t)) terdiferensialkan di t D dengan aturan :

du u dx u dy u dz
      .
dt x dt y dt z dt

Contoh : Andaikan w=x2y+y+xz dimana x=cos t, y= sin t dan z= t 2 . Tentukan !

dw w dx w dy w dz
Penyelesaian : Jelas      
dt x dt y dt z dt

Aturan Rantai Kelompok 6 29


 (2 xy  z )( sin t )  ( x 2  1) cos t  x(2t )
 (2 cos t. sin t  t 2 )( sin t )  (cos 2 t  1) cos t  2t cos t
 2 cos t. sin 2 t  t 2 sin t  cos 3 t  cos t  2t cos t.

 Teorema Aturan Rantai 2


Jika fungsi u  u( x, y) dan v  v( x, y) terdiferensialkan di titik x0 , y0 pada daerah Df 

dan fungsi z  t (u, v) terdiferensialkan di x0 , y0 pada daerah Df  dengan

u0  u( x0 , y0 ) dan v0  v( x0 , y0 ) , maka fungsi z  g ( x, y)  f (u( x, y), v( x, y))

terdiferensialkan di titik ( x0 , y 0 ) dengan aturan :

Dalam bentuk diagram pohon dapat digambarkan, sebagai berikut:

u
x
x
u y
z
u u
y
z

dz dv
v x
dv dx

dv
dy

Bukti :

Untuk z terhadap x.

Buatlah y tetap, tulis y=yo, maka u dan v hanyalah fungsi dari x, yaitu u=u(x,yo) dan v=v(x,yo).
Dipunyai fungsi u dan v terdiferensialkan di xo dengan aturan

du u
 u x ( x0 , y 0 ) 
dx( x0 , y 0 ) x( x0 , y 0 )

Aturan Rantai Kelompok 6

30
dv v
 v x ( x0 , y 0 ) 
dx( x0 , y 0 ) x( x0 , y 0 )

Gantikan hasil ini pada fungsi z=g(x,y) yang diketahui kemudian gunakan aturan rantai 1 di
titik (u 0, v0 ) dan ( x0, y 0 ) maka diperoleh :

z  g ( x, y0 )  f (u( x0 ), ( y0 )) dan

dz dg fu fu
  ( x0 , y 0 )  ( x0 , y 0 )
dx dx ux ux

fu fv
 
ux vx

( Terbukti )

Dalam bentuk perkalian matriks, aturan rantai 2 dapat ditulis

 u u 
 
 z z   z z  x y 
   
 x y   u y  v v 
 
 x y 

Misalkan

z  g ( x, y)  f (U ) , U  (u( x, y), v( x, y)) ,maka :

 u u 
 
 z z   x y   z z 
f ' (U )    , U '(X )    dan z '   
 u v   v v   x y 
 
 x y 

Sehingga

z'  f ' (U ).U ' ( x)

Bentuk ini persis sama dengan aturan rantai pada fungsi real.

Contoh :

Jika w  x  y  z  xy dimana x=st, y=s-t, dan z=s+2t, tentukan


2 2 2
!
Aturan Rantai Kelompok 6
31
( purcel jilid 2, hal: 282 )

Penyelesaian :

Dipunyai

w  x 2  y 2  z 2  xy
x  st
y  st
z  s  2t

w w x w y w z
Jelas      
t x t y t z t

 (2 x  y )  s  (2 y  x)  (1)  2 z  2
 2( st )  ( s  t )  ( s)  2( s  t )  ( st )  (1)  2  ( s  2t )  2
 2s 2 t  s 2  st  2s  2t  st  4s  8t
 2s 2 t  s 2  2st  2s  10t

w w x w y w z
Jelas      
s x s y s z s

 (2 x  y )  t  (2 y  x)  1  2 z  1
 2( st )  ( s  t )  t  2( s  t )  ( st )  1  2  ( s  2t )  1
 2st 2  st  t 2  2s  2t  st  2s  4t
 2st 2  2st  t 2  4s  4t

w w
Jadi  2s 2 t  s 2  2st  2s  10t dan  2st 2  2st  t 2  4s  4t
t s

( purcel jilid 2, hal: 282 )

Aturan Rantai Kelompok 6 32


 Teorema Aturan Rantai 3

Misalkan , D daerah di dan , E daerah di sehungga

Jika fungsi F terdiferensialkan di dan fungsi G terdiferensialkan di

maka fungsi komposisi terdiferensialkan di X dengan aturan

( )’ dimana,

Dalam bentuk matriks Jacobi, rumus terakhir ditulis sebagai

Diagram panah dari komposisi

F G
m n P

X F(X) G(F(X))

Aturan Rantai Kelompok 6 33


Dengan cara seperti aturan rantai 1 dan 2 , kita dapat menyajikan aturan rantai ini dalam
diagram pohon, yang penggunaanya cukup praktis.
Bukti:

Karena fungsi F terdiferensialkan di maka terdapat suatu transformasi linear


dari ke dari fungsi vektor yang memenuhi

F(X+H)= F (X) + F (X)H+ H E1 ( H )dengan lim h 0 ! E1 ( H )  0

Karena fungsi G terdiferensialkan di , maka terdapat suatu


transformasi linear dari ke dan fungsi vektor E(H) yang
memenuhi

Kita akan menentukan suatu transformasi linear dari ke dan suatu fungsi
vektor E(H) yang memenuhi

(G  F )( X  H )  (G  F )( X )  J G F ( X ) H  H E ( H )dengan lim H 0
E( H )  0

Misalkan : K  K ( H )  F ( X  H ) _  F ( X )  F ' ( X ) H  H E1 ( H ) , maka

G( F ( X  H ))  G( F ( X )  K )  G( F ( X ))  G' ( F ( X )) K  K E2 ( K )

Dengan menggunakan G’(F(X)) linear kita sampai pada kesimpulan

K
G ( F ( X  H )  (G  F )( F ( X ))  G ' ( F ( X ))( F ' ( X ) H  H G ' ( F ( X )) E1 ( H )  H E2 ( K )
H
K
 (G  F )( X )  G ' ( F ( X ))( F ' ( X ) H  H G ' ( F ( X )) E1 ( H )  E2 ( K )
H

Ambillah

K
J G F ( X )  G' ( F ( X )) F ' ( X ) dan E ( H )  G' ( F ( X )) E1 ( H )  E2 ( K )
, H

Kemudian buktikan lim h 0


E(H )  0

Dengan menggunakan lemma 3-3-3 yang berbunyi:

Aturan Rantai Kelompok 6


34
Jika L:  m   n suatu transsformasi Linear maka b    LX  b X Diperoleh

b    G' ( F ( X )) E1 ( H )  b E1 ( H )

Karena lim H 0
E1 ( H )  0 , maka lim H 0
E1 ( H )  0

Dari kedua hasil diperoleh lim H 0


G' ( F ( X )) E1 ( H )  0 , Dari definisi K=K(H) diperoleh

K K K
 F ' ( X )  E1 ( H ) , akibatnya terbatas. Ini berarti c  0   c yang
H H H

mengakibatkan K  H .Dari sini diperoleh H  0  K  0 , sehingga kita sampai

pada ini memberikan lim h 0 E2 ( K )  0 .

K
Kemudian, karena E 2 ( K )  c E 2 ( K ) dengan lim E 2 ( K )  0 , maka
H H 0

K
lim E 2 ( K )  0. Karena itu,
H 0 H

K
lim E ( H )  lim G' ( F ( X ))E ( H )  lim
H 0 H 0
1
H 0 H
E 2 ( K )  0  0  0.

Dengan demikian terdapat transformasi linear G' ( F ( X )) F ' ( X ) dan fungsi skalar E(H)
sehingga memenuhi

(G  F )( X  H )  (G  F )( X )  (G' ( F ( X )) F ' ( X )) H  H E( H ) dengan

lim E ( H )  0
H 0

Ini membuktikan bahwa terdiferensialkan di X dan

(G  F )' ( X )  G' ( F ( X )) F ' ( X ) ( Terbukti ).

Aturan Rantai Kelompok 6 35


C. TURUNAN BERARAH

Definisi 3.3.5:

Misalkan fungsi z  f ( x, y) terdefinisi pada daerah D  R 2 dan u  (u, v) suatu vektor


satuan di R2. Turunan berarah dari fungsi f dalam arah vektor satuan u ditulis

f z
( x, y), ( x, y) . Du( x, y) atau Du( x, y)
u u

f f ( x  hu, y  hv)  f ( x, y)
didefinisikan sebagai ( x, y)  lim , bila limit ini ada.
u h 0 h

Catatan :

1. Jika vektor satuan u  R 2 ditulis dalam bentuk


u  (cos  , sin  ),   (u, sb.x pos) ,

maka turunan berarah dari z  f ( x, y) di X  ( x, y) dalam arah vektor satuan u dapat


didefinisikan sebagai :

f f ( x  h cos  , y  h sin   f ( x, y)
( x, y)  lim .
u h0 h

2. Jika X  ( x, y) , maka ( x  hu, y  hv)  X  hu, sehingga turunan berarah dari fungsi

z  f ( x, y) di X  ( x, y) dalam arah vektor satuan u dapat didefinisikan sebagai:


f f ( x  hu )  f ( X )
 X   lim .
u h 0 h

3. Sesuai dengan definisi 3.3.5, turunan berarah dari fungsi z  f ( x, y) di A  (a, b) pada

daerah D  R 2 dalam arah vektor satuan u didefinisikan sebagai


f f (a  hu, b  hv)  f (a, b)
a, b  lim , bila limit ada.
u h 0 h

4. Konsep turunan berarah didesain dengan menggunakan limit fungsi satu peubah.

Turunan Berarah Kelompok 6


36
Cara menghitung turunan berarah

Turunan berarah dari fungsi z  f ( x, y) di titik ( x, y ) pada suatu daerah D dalam arah

vektor satuan u  (u, v) dapat dihitung dengan salah satu cara berikut :

a. Misal, g(t)=(x+tu,y+tv), maka


f g (h)  g (0)
( x, y)  lim  g ' (0) , bila limit ini ada.
u h 0 h0

b. Dalam kasus fungsi f terdefinisikan di titik ( x, y )  D  R 2 , aturan rantai dengan r = r(t )=


x + tu dan s = s(t) = y + tv memberikan
f dr f ds f f f
  u u v
r dt s dt r x s .

karena untuk t = 0 berlaku r = x dan s = y, maka

f f f
( x, y )  g ' (0)  u  v  f ( x, y )u
u x y

2.. Teorema 3.3.6 Menghitung Turunan Berarah dengan Vektor Gradien

Jika fungsi z  f ( x, y) terdiferensialkan di titik ( x, y ) pada daerah D  R 2 maka turunan

berarah dari fungsi f dalam arah vektor satuan u di titik ( x, y ) :

f
( x, y )  f ( x, y )u. dimana f ( x, y)  f x ( x, y)i  f y ( x, y) j
u

3. Turunan berarah dan bidang singgung permukaan

Syarat terdapatnya bidang singgung pada permukaan s : z  f ( x, y) di titik (a, b, c)

memuat (a, b) . Syarat ini memberikan terdapatnya turunan berarah di titik (a, b, c) untuk
sebarang vektor satuan u.

4. Turunan berarah sepanjang suatu kurva

Definisi 3.3.7

Misal fungsi z=f(x,y) terdefinisi pada daerah D  R 2 yang memuat titik A. Turunan berarah

dari fungsi f sepanjang kurva C  R 2 yang melalui A didefinisikan sebagai turunan berarah di A
dalam arah vektor singgung satuannya.

Turunan Berarah Kelompok 6 37


Berdasarkan definisi ini, turunan berarah dari fungsi f sepanjang kurva C yang melalui A
f
adalah , dimana u vektor singgung satuan dari kurva C di titik A.
u ( A)

5. Turunan berarah dari fungsi scalar lainnya

Definisi 3.3.8

1. Misalkan fungsi tiga peubah u=f(x,y,z) terdefinisi pada daerah D  R 3 dan u=(u,v,w) vektor
satuan di R3, turunan berarah dari fungsi f dalam arah vektor u, ditulis
f
didefinisikan sebagai
u ( x, y, z )
f lim f ( x  hu, y  hv, z  hw)  f ( x, y, z )
( x, y , z )  bila limit ini ada.
u h0 h
2. Misalkan fungsi skalar w=f(x), X= x1 , x2 ,..., xm  terdefinisi pada daerah D  R m dan

U  u1 , u2 ,..., um  vektor satuan di R3


f
Turunan berarah dari fungsi f dalam arah vektor u ditulis (x) , didefinisikan
u

f f ( X  hu )
x   lim , bila limit ada.
u h 0 h

3. Misalkan fungsi tiga peubah u=f(x,y,z) terdefinisi pada daerah D  R 3 yang memuat A dan
kurva C di R3 melalui A.
f
Turunan berarah dari fungsi f sepanjang kurva C di titik A didefinisikan sebagai  A ,
u
dimana u suatu garis singgung satuan pada kurva C di titik A.

4. Misalkan fungsi skalar w=f(x), X= x1 , x2 ,..., xm  terdefinisi pada daerah D  R m yang

memuat titik A  a1 , a2 ,..., am  dan kurva C di Rm melalui titik A.

f
Turunan berarah dari fungsi f sepanjang kurva C di titik A didefinisikan sebagai  A ,
u
dimana u suatu garis singgung satuan pada kurva C di titik A.

Teorema 3.3.9 Menghitung turunan berarah dari fungsi skalar dengan vektor gradien.

Turunan Berarah Kelompok 6 38


Jika fungsi skalar fungsi skalar w=f(x), X= x1 , x2 ,..., xm  terdiferensialkan di titik X pada

daerah D  R m dan U  u1 , u2 ,..., u m  vektor satuan di Um, maka turunan berarah dari fungsi f

di titik X  D dalam arah vektor satuan u adalah

f n
x   f x u, f   f x ei .
u i 1

Arti Geometri Turunan Berarah

Arti geometri dari turunan berarah dari fungsi z=f(x,y) di A=(a,b) dalam arah vektor satuan u
adalah gradient garis singgung di titik P(a,b,f(a,b)) pada kurva C yang merupakan perpotongan
antara permukaan s=z=f(x,y) dengan bidang r yang dibentang oleh garis (k,u) dan melalui titik P.

Contoh soal :

Tentukan turunan bararah dari fungsi f x, y   2 x y  3 y dalam arah vektor satuan yang
2 2

1
membentuk sudut  dengan sumbu X positif di titik (x,y) dan di titik (1,-1)!
6

Penyelesaian : Vektor satuan : v  (cos  , sin  )

1 1
 3, 
2 2
1 1
 3i, j.
2 2

Turunan Berarah Kelompok 6 39


Cara kedua :

Turunan parsial pertama dari fungsi f terhadap peubah x dan y adalah

f x x, y   4 xy dan f y x, y   2 x 2  6 y

Berdasarkan teorema 3.3.6 diperoleh turunan bararah dari fungsi f di (x,y)  D f  R adalah
2

f
u
 
x, y   f x, y u  4 xy,2 x 2  6 y  1 3, 1 
2 2

 x 2  2 3xy  3 y.

f
Sehingga turunan berarah dari fungsi f di (1,-1) adalah (1,1)  2  2 3.
u

D. TURUNAN FUNGSI IMPLISIT


Dipunyai persamaan berbentuk f(x,y)=0, menyatakan :

o y sebagai fungsi implisit dari x, dan


o x sebagai fungsi implisit dari y.
Fungsi yang disajikan dengan y=f(x), variabel x dan y terpisah di ruas yang berbeda. Fungsi yang
disajikan seperti ini disebut fungsi eksplisit. Fungsi yang tidak demikian disebut fungsi implisit.

 y sebagai fungsi implisit dari x


Bila fungsinya dituliskan sebagai y=f(x), maka diperoleh F(x,f(x)) = 0. Fungsi F
terdiferensialkan di titik (x,y), diperoleh

f dx f dy
 0
x dx y dx

dy
 Fx ( x, y )  Fy ( x, y ) 0
dx
dy
 F y ( x, y )  Fx ( x, y )
dx
dy F ( x, y )
  x , Fy ( x, y )  0.
dx F y ( x, y )

Turunan Fungsi Implisit Kelompok 6 40


 x sebagai fungsi implisit dari y
Bila fungsinya dituliskan sebagai x=g(y), maka diperoleh F(g(y),y) = 0. Fungsi F
terdiferensialkan di titik (x,y), diperoleh

f dx f dy
 0
x dy y dy

dx
 Fx ( x, y )  F y ( x, y )  0
dy
dx
 Fx ( x, y )  F y ( x, y )
dy
dx F y ( x, y )
  , Fx ( x, y )  0.
dy Fx ( x, y )

Atau melalui diferensial total

F(x,y)=0 maka d F(x,y)=0

 Fx ( x, y )dx  Fy ( x, y )dy  0
 Fx ( x, y )dx   Fy ( x, y )dy
dx F y ( x, y )
 
dy Fx ( x, y )
dy F ( x, y )
  x .
dx F y ( x, y )

Turunan fungsi implisit dari fungsi 2 peubah termuat secara implisit dalam fungsi 3 peubah.

Misalkan u=F(x,y,z) terdiferensialkan di (x,y,z) pada D  R 3 , dan diketahui F(x,y,z)=0, maka


ada tiga kasus.

1). Kasus z = f(x,y)


Diperoleh persamaan F(x,y,f(x,y)) = 0 diperoleh

Turunan Fungsi Implisit Kelompok 6 41


F F F z F F F z
   
x x z x y y z y
F F z F F z
0  0 
x z x y z y
F z F dan F z F
   
z x x z y y
F F
z F
   x , 0 z y F
x F z   , 0
y F z
z z

Atau dapat dituliskan

Fx ( x, y, z ) Fy ( x, y, z )
Fx ( x, y)   dan Fy ( x, y )   ,
Fz ( x, y, z ) Fz ( x, y, z )

dengan Fz ( x, y, z )  0

2). Kasus y = f(x,z)


Diperoleh persamaan F(x, f(x,z),z) = 0 diperoleh

F F F y F F F y
   
x x y x z z y z
F F y F F y
0  0 
x y x z y z
F y F dan F y F
   
y x x y z z
F F
y F y F
   x , 0    z , 0
x F y z F y
y y

Atau dapat dituliskan

Fx ( x, y, z ) Fz ( x, y, z )
Fx ( x, z )   dan Fy ( x, z )   ,
Fy ( x, y, z ) Fy ( x, y, z )

dengan Fy ( x, y, z )  0

3). Kasus x = f(y,z)


Diperoleh persamaan F(f(y,z),y,z) = 0 diperoleh

Turunan Fungsi Implisit Kelompok 6 42


F F F x
  F F F x
y y x y  
z z x z
F F x
0  F F x
y x y 0 
z x z
F x F dan F x F
   
x y y x z z
F F
x F

x

y F
, 0    z , 0
y F x z F x
x x

Atau dapat dituliskan

Fy ( x, y, z ) Fz ( x, y, z )
Fy ( y , z )   dan Fy ( x, y)   ,
Fx ( x, y, z ) Fx ( x, y, z )

dengan Fx ( x, y, z )  0

Contoh Soal

Jika persamaan 8x  9 y  3z  6 xy  2 xz secara implicit mendefinisikan fungsi z=f(x,y) ,


3 3 4 2 4

y=g(x,z) , dan x=h(y,z). tentukan turunan parsial fx, fy, gx, gz, hy, hz!
turunan parsial pertama dari fungsi F terhadap peubah x, y, dan z adalah

fx (x,y,z) = 24x2+6y2+2z4

fy (x,y,z) = 27y2+12xy

fz (x,y,z) = 12z3+8xz3

untuk fungsi yang mendefinisikan z=f(x,y), maka

Fx x, y, z  24x 2  6 y 2  2 z 4
f x  x, y    
Fz x, y, z  12 z 3  8 xz 3
F y  x, y , z  27 y 2  12 xy
f y  x, y    
Fz x, y, z  12 z 3  8 xz 3

untuk fungsi yang mendefinisikan y=g(x,z) , maka

Turunan Fungsi Implisit Kelompok 6 43


Fx x, y, z  24x 2  6 y 2  2 z
g x  x, z    
F y  x, y , z  27 y 2  12 xy
Fz x, y, z  12 z 3  8 xz 3
g z  x, z    
F y  x, y , z  27 y 2  12 xy

untuk fungsi yang mendefinisikan x=h(y,z), maka

F y  x, y , z  27 y 2  12 xy 3
h y  y, z    
Fx x, y, z  24x 2  6 y 2  2 z
Fz x, y, z  12 z 3  8 xz 3
hz  y, z    
Fx x, y, z  24x 2  6 y 2  2 z

SOAL LATIHAN 2

 y2
w  ex
2

w w
1. Dipunyai x  sin t . tentukan dan
t s
y  t sin s
2. tentukan turunan berarah dari f ( x, y, z )  xy  z 2 pada titik (1,1,1) dalam arah ke (5,-
3,3).

3. jika persamaan 2 x 3 y  3xyz  y 2 z 3  0 mendefinisikan secara implisit fungsi


z  f ( x, y) . Tentukan turunan parsial f x dan f y

Turunan Fungsi Implisit Kelompok 6 44


DAFTAR PUSTAKA

Martono, Koko.1992. Kalkulus Lanjut 1. Bandung: ITB.

Purcell J, dkk. 1987. Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 1. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Purcell J, dkk. 1987. Kalkulus dan Geometri Analitis Jilid 2. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

45

Vous aimerez peut-être aussi