Vous êtes sur la page 1sur 3

BAB III

PEMBAHASAN

1. Tingkat Pengetahuan Coder dalam Mengkoding Diagnosis


Tingkat pengetahuan coder sangat ditentukan oleh karakteristik dari coder tersebut.
Karakteristik dari coder yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa kerja, dan
frekuensi pelatihan koding.
Berikut adalah penjelasan tentang karakteristik dari coder:
a. Umur
Coder adalah pekerjaan yang membutuhkan ketelitian yang tinggi sebab dalam
mengkoding coder harus memahami tentang koding ICD-10 dengan baik dan mengikut
perkembangannya agar sesuai dengan program INA-CBG’s , serta juga harus bisa
membaca dan menentukan diagnosa utama, apabila dokter menentukan diagnosa tidak
sesuai dengan definisi WHO maka coder harus dapat menentukan mana yang akan
dijadikan diagnosa utama sesuai dengan ketentuan dalam rule MB pada volume 2 ICD-
10. Tingkatan umur sangat berpengaruh pada keuletan dan sikap fleksibilitasnya
menghadapi perkembangan dalam menentukan kode diagnosa.
b. Jenis kelamin
Karakteristik dari jenis kelamin juga mempengaruhi ketepatan kode diagnosa
sebab sebagian besar coder yang berjenis kelamin wanita dapat mengkoding diagnose
lebih akurat yang dikarenakan wanita lebih teliti dan ulet dalam mengerjakan sesuatu
terutama mengkoding diagnose yang sangat membutuhkan ketelitian.
c. Tingkat pendidikan
Dalam melakukan kegiatan mengkoding diagnosa coder harus berlatar
pendidikan rekam medis sebab penggunaaan ICD-10 serta pengembangannya dan tata
cara pengkodingannya yang rumit serta diagnosa pasien yang komplikasi dengan
penulisan dokter yang tidak sesuai dengan ketentuan dari WHO maka coder harus dapat
menentukan diagnosa utama sendiri sesuai dengan pedoman pada ICD-10 volume 2.
d. Masa kerja
Masa kerja dapat berpengaruh pada tingkat pengetahuan coder sebab semakin
lama masa kerja coder maka coder akan semakin sigap dalam melakukan koding karena
terbiasa hingga terkadang apabila diagnose sering muncul maka coder bisa mengkode
tanpa melihat ICD-10 naum bila masa kerja sebentar maka coder akan kebingungan
dengan membaca tulisan dokter dan tata cara penentuan kode.
e. Frekuensi pelatihan koding
Pelatihan koding sangat menunjang dalam keakuratan koding. Melakukan
kodefikasi penyakit harus mengikuti perkembangan terutama yang ditetapkan oleh
pihak BPJS sebab bila tidak update maka kode diagnosa akan salah dan klaim asuransi
rendah sehingga mengakibatkan kerugian rumah sakit.
Apabila semua karakteristik coder telah sesuai dengan kualifikasi maka hasil dari
pengkodeannya akan akurat namun bila tidak maka hasil kodenya tidak akurat.

2. Penyebab Ketidakakuratan Koding


Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat keakuratan koding diagnosa di
Indonesia mencapai 30-70%. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Coder
Coder adalah sumber daya terpenting dalam koding diagnosa sebab kompetensi
coder dalm melakukan kode sangat mempengaruhi biaya klaim asuransi. Coder haruslah
orang yang berkompeten dalam rekam medis khususnya dalam mengaplikasikan ICD-10.
b. Dokter
Dokter adalah tenaga medis yang menentukan diagnosa utama pasien. Koding diagnosis
juga sangat terpengaruhi oleh diagnose yang dokter tulis. Apabila penulisan diagnose
tidak jelas dan penentuan diagnosa utama salah maka dapat menyebabkan
ketidakakuratan koding diagnose.
c. Dokumen Rekam Medis (DRM)
Coder akan mengkoding diagnosa pada DRM pasien yang telah ditulis oleh dokter.
Apabila DRM tersebut tidak lengkap terutama bagian diagnosa utama, riwayat penyakit,
dan pemeriksaan penunjang maka hal tersebut dapat menjadikan koding tidak akurat.
3. Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Coder terhadap Tingkat Keakuratan Koding
Diagnosis
Tingkat pengetahuan coder sangat mempengaruhi keakuratan koding sebab coder
merupakan sumber daya yang paling penting dalam melakukan kodeing diagnosa, yang
mengerti tata cara dan ketentuan dalam mengkoding diagnose menggunakan ICD-10.
Apabila coder tidak berkompeten dalam ICD-10 maka koding yang dihasilkan juga akan
salah walupun diagnose utama yang ditulis oleh dokter telah benar sesuai aturan dari WHO
dan BPJS.

Vous aimerez peut-être aussi