Vous êtes sur la page 1sur 29

PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

ANAK DENGAN TETRALOGI FALLOT (TF)

Dibuat Oleh Kelompok 3:

1. Ayu Ici Kumala Diarti (0432950316003)


2. Cindi Amelia (0432950316006)

SEKOLAH TINGGI KESEHATAN BANI SALEH BEKASI


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Bekasi, 2018

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.

Makalah ini kami beri judul “PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN TETRALOGI OF FALLOT
(TOF)”. Makalah ini kami susun berdasarkan sumber-sumber yang jelas.
Pembahasan dalam makalah ini bertujuan untuk menambah referensi mengenai
tetralogi fallot yang merupakan salah satu kelainan jantung kongenital.

Kami menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini masih jauh dari


kesempurnaan. Dikarenakan terbatasnya sumber, dan pengalaman yang kami
miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan demi penyempurnaan makalah selanjutnya. Terakhir kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Bekasi, Maret 2018

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar .................................................................................................... ii


Daftar Isi ......................................................................................................... iii
Bab I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................................... 2
Bab II TINJAUAN TEORI ............................................................................... 3
2.1 Pengertian TOF .......................................................................................... 3
2.2 Etiologi TOF ............................................................................................... 4
2.3 Tanda dan gejala TOF ................................................................................ 5
2.4 Klasifikasi TOF .......................................................................................... 5
2.5 Patofisiologi TOF ....................................................................................... 6
2.6 Pemeriksaan Fisik Fokus Pasien TOF ...................................................... 10
2.7 Pemeriksaan Penunjang atau Lab Pasien TOF ......................................... 11
2.8 Pengobatan pada Pasien TOF ................................................................... 12
2.9 Perawatan atau Terapi pada Pasien TOF .................................................. 13
2.10 Asuhan Keperawatan pada Pasien TOF ................................................. 14
Bab III TINJAUAN KASUS ........................................................................... 19
3.1 Kronologi Kasus ....................................................................................... 19
3.2 Pengkajian ................................................................................................ 19
3.3 Analisa Data ............................................................................................. 20
3.4 Rencana Keperawatan .............................................................................. 20
3.5 Implementasi Keperawatan ...................................................................... 21
3.6 Evaluasi Keperawatan .............................................................................. 21
Bab IV PENUTUP ........................................................................................... 23
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 23
4.2 Saran ......................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama ini kita hanya mengetahui penyakit jantung diderita oleh
orang dewasa, akan tetapi penyakit jantung juga dapat diderita oleh anak-
anak bahkan bayi baru lahir. Biasanya penyakit jantung pada anak memang
tidak dapat langsung diketahui, namun seiring bertambahnya usia, tanda-
tanda dan gejala dari penyakit jantung ini menjadi sangat mudah diketahui.
Salah satu penyakit jantung pada anak yang sering terjadi yaitu TOF
(Tetralogi Of Fallot) kelainan jantung kongenital dengan gangguan sianosis
yang ditandai dengan kombinasi empat hal yang abnormal seperti Defek
Septum Ventrikel, Stenosis Pulmonal, Overriding Aorta, dan Hipertrofi
Ventrikel Dekstra.
Tetralogi of fallot paling banyak ditemukan, dimana TF ini
menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada anak setelah
defek septum ventrikel, defek septum atrium duktus arteriosus, atau lebih
kurang 10% dari seluruh penyakit bawaan, dan merupakan penyebab utama
diantara penyakit jantung bawaan sianostik. 95% dari sebagian besar bayi
dengan kelainan jantung tetralogi fallot tidak diketahui, namun berbagai
faktor juga turut berperan sebagai penyebabnya seperti pengobatan ibu
ketika sedang hamil, faktor lingkungan setelah lahir, infeksi pada ibu, faktor
genetika dan kelainan kromosom.
Insiden tetralogi fallot ini ada direntang 8-10 per 1000 kelahiran
hidup. Kelainan ini lebih sering muncul pada laki-laki. Dan secara khusus
katup aorta biskuspid bisa menjadi tebal sesuai usia, sehingga stenosis bisa
timbul. Hal ini dapat dipulihkan dengan tindakan operasi. Sehingga deteksi

1
dini penyakit ini pada anak-anak menjadi pencegahan agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih parah.
Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar bermanfaat untuk
menambah pengetahuan kepada kita semua, makalah ini akan membahas
kelainan jantung tetralogi fallot serta asuhan keperawatan untuk mengatasi
masalah ini.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian TF.
2. Untuk mengetahui etiologi TF.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala TF.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan TF.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien TF.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Tetralogi Fallot (TF)


Tetralogifallot (TF)
adalahkelainanjantungbawaandengangangguansianosis yang
ditandaidengankombinasi 4 hal yang abnormal meliputidefek septum
ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, danhipertrofiventrikeldekstra.

Komponen yang paling


pentingdalammenentukanderajatberatnyapenyakitadalah stenosis
polmonaldarisangatringansampaiberat. Stenosis pulmonalbersifatprogresif,
makin lama makinberat.Frekuensi TF lebihkurang 10%. Derajat stenosis
pulmonalsangatmenentukangambarankelainan;
padaobstruksiringantidakterdapatsianosis,
sedangkanpadaobstruksiberatsianosisterlihatsangatjelas.

Padapasiendengan TF, stenosis pulmonal


menghalangialirandarahkeparu-
parudanmengakibatkanpeningkatanventrikelkanansehinggaterjadihipetrofiv
entrikeldekstra. Sehinggadarahkaya CO2 yang seharusnya dipompakan ke
paru-paru berpindah ke ventrikel sinistra karena adanya
celahantaraventrikeldekstraakibat VSD (ventrikel septum defek),
akibatnyadarah yang ada di ventrikelkiri yang kaya akanO2 dan akan
dipompakan ke sirkulasi sistemik bercampur dengan darah yang berasal dari
ventrikeldekstra yang kaya
akanCO2 .Sehinggapercampuraninimengakibatkandarah yang
akandipompakankesirkulasisistemikmengalamipenurunankadar O2 .

3
Empatkelainananatomiini sebagaiberikut:

1. Defek septum ventrikel (VSD)


yaitulubangpadasekatantarakeduaronggaventrikel.
2. Stenosis pulmonalterjadikarenapenyempitankleppembuluhdarah yang
keluardaribilikkananmenujuparu, bagianotot
dibawahklepjugamenebaldanmenimbulkanpenyempitan.
3. Aorta overriding dimanapembuluhdarahutama yang
keluardariventrikelkirimengangkangsekatbilik, sehinggaseolah-
olahsebagian aorta keluardaribilikkanan.
4. Hipertrofiventrikeldekstraataupenebalanotot di
ventrikeldekstrakarenapeningkatantekanan di ventrikeldekstraakibatdari
stenosis pulmonal.

2.2 Etiologi TF
Padasebagianbesarkasus,
penyebabpenyakitjantungbawaantidakdiketahuisecarapasti.
Didugakarenaadannyafaktor endogen daneksogen.
Faktor-faktortersebutantara lain:
1. Faktor endogen
a. Berbagaijenispenyakitgenetik: kelainankromosom. Contohnyadown
syndrome, danmarfan syndrome.
b. Anak yang
lahirsebelumnyamenderitapenyakitjantungbawaan.Misalnya VSD,
pulmonary stenosis, dan overriding aorta,.
c. Adanyapenyakittertentudalamkeluargaseperti diabetes
mellitus,hipertensi, kolesteroltinggi,
penyakitjantungataukelainanbawaan.
2. Faktoreksogen

4
a. Riwayatkehamilanibu: sebelumnyaikut program KB oral atausuntik,
konsumsiobat-obatantanparesepdokter
(thalidmide,dextroamphitamine, aminopterin,amethopterin, dan
jamu).
b. Ibumenderitapenyakitinfeksi, seperti rubella.
c. Efekradiologi (paparansinar X).
d. Ibumengonsumsialkoholdanmerokokselamahamil.
Menurut para ahli, diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab
penyakit jantung bawaan ini disebabkan multifaktor.

2.3 Tanda dan Gejala TF


1. Murmur mungkinmerupakantandapertama yang
biasaditemukanolehdokter. Iamerupakansuaratambahanatautidakbiasa
yang dapat di dengarpadadenyutjantungsibayi. Kebanyakanbayi yang
menderitatetarologifallotmempunyaisuara murmur jantung.
2. Sianosis jugamerupakanpertandaumumpadatetralogifallot. Sianosis
adalahsuatukeadaandimanapadasirkulasibayikekurangandarah yang
telahmengalamioksigenasisehinggadapattimbuldengankulit,kuku,sertabi
bir yang pucat.
3. Napas pendek.
4. Sesak nafas jika melakukan aktivitas.
5. Setelah melakukan aktivitas, anak selalu jongkok.
6. Dispnea de’effort.
7. Kulitterasadingin.
8. BB yang rendah, karenatidaknafsumakan.
9. Clubbing finger (seperti tabuh genderang karena kulit atau tulang
disekitar kuku jari tangan membesar).

2.4 Klasifikasi TF

5
Penyakit tetralogi fallot dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu:
1) Tetralogi fallot dengan tidak adanya katup pulmonal (3-5%).
2) Tetralogi fallot dengan kanal pada atroventikular (2%).
3) Tetralogi fallot dengan atresia pulmonal.
4) Tetralogi fallot dengan stenosis pulmonal (paling banyak).

2.5 Patofisiologi Tetralogi Fallot (TF)


Tertralogi of fallot biasanya berakibatkan oksigenasi yang rendah
berhubungan dengan tercampurnya darah yang dioksigenasi dan dan
oksigenasi pada ventrikel kiri yang akan dipompakan ke aorta karena
obstruksi pada katup pulmonal. Ini dikenal dengan istilah right-to-left shunt.
Hal ini sering mengakibatkan kulit bayi menjadi pucat dan terlihat biru.
Apabila tetralogi fallot tidak ditangani pada jangka waktu yang panjang,
maka mengakibatkan hipertrofi ventrikel kanan progressive dan dilatasi
berhubungan dengan restensi yang meningkat pada ventrikel kanan. Hal ini
dapat menyebabkan DC kanan yang bisa berakhir dengan kematian.
Proses pembentukan jantung pada janin mulai terjadi pada hari ke-18
usia kehamilan. Pada minggu ke-3 jantung hanya berbentuk tabung yang di
sebut fase tubing. Mulai akhir minggu ke-3 sampai minggu ke-4 usia
kehamilan,terjadi fase looping dan septasi, yaitu fase dimana terjadi proses
pembentukan dan penyekatan ruang-ruang jantung serta pemisahan antara
aorta danarteri polmunalis. Pada minggu ke-5 sampai ke-8 pembagian dan
penyekatan hampir sempurna. Akan tetapi, proses pembentukan dan
perkembangan jantung dapat terganggu jika selama kehamilan terdapat
factor-faktor resiko.
Kesalahan dalam pembagian trunkus dapat berakibat letak aorta yang
abnormal (overriding), timbulnya penyempitan pada arteri pulmonalis, serta

6
terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan demikian bayi akan lahir
dengan kelainan jantung dengan empat kelainan, yaitu defek septum
ventrikel yang besar, stenosis pulmonal infundibuler, atau valvular, dekstro
posisi pangkal aorta dan hipertropi ventrikel kanan. Derajat hipertropi
ventrikel kanan yang timbul bergantung pada derajat stenosis plmunal. Pada
50% kasus stenosis pulmonal hanya infundibuler pada 10%-25% kasus
kombinasi infundibuler dan valvular, dan 10% kasus hanya stenosis
valvular. Selebihnya adalah stenosis pulmonal perifer.
Hubungan letak aorta dan arteri polmonalis masih di tempat yang
normal, overiding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah kearah
anterior mengarah ke septum. Klasifikasi overriding menurut kjelberg: (1)
tidak terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarah ke
belakang ventrikel kiri, (2) pada overiding 25% sumbu aorta asenden ke
arah ventrikel sehingga lebih kurang 25% orifisium aorta menghadap ke
ventrikel kanan, (3) pada overriding 50% sumbu aorta mengarah ke septum
sehingga 50% orifidium aorta menghadap ventrikel kanan, (4) pada
overriding 75% sumbu aorta asenden menghadap ke depan ventrikel kanan.
Derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat
stenosis menentukan besarnya pirau kanan ke kiri. (Ilmu kesehatan
anak,2001).
Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan yang bersamaan maka:
1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang
pada septum interventtrikulerb dan sebagian lagi berasal dari ventrikel
kiri, sehingga terjadi percampuran darah yang sudah teroksigenasi dan
belum teroksigenasi.
2. Arteri polmunal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
3. Drah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta akan

7
tetapi apabila tekanan dari ventrikel kanan lebih tinggi dari ventrikel kiri
maka darah akan mengalir dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri (right to
left shunt).
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi
akibat stenosis pulmonal maka lama kelamaan otot-ototnya akan
mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel kanan).

Pengambilan darah dari vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel


kanan berlangsung normal. Ketika ventrikel kanan menguncup. Dan
menghadap stenosis pulmonalis, maka darah akan dipintaskan melewati
defek septum ventrikel tersebut ke dalam aorta. Akibatnya darah yang di
alirkan keseluruh tubuh tidak teroksigenasi, hal inilah yang menyebabkan
sianosis . (ilmu kesehatan anak, 2001).
Pada keadaan tertentu (dihidrasi, spasme infundibulum berat,
menaggis lama, peningkatan suhu tubuh atau mengedan), pasien dengan TF
mengalami hipoksia spell yang ditandai dengan: sianosis (pasien menjadi
biru), mengalami kesulitan bernapas, pasien menjadi sangat lelah dan pucat,
kadang pasien menjadi kejang bahkan pingsan. Keadaan ini merupakan
keadaan emergensi yang harus di tangani segera misalnya dengan salah satu
cara memulihkan serangan spell yang memberikan posisi lutut ke dada
(knee chest position).

8
9
Pathway Tetralogi Fallot

 Takut pada anak  Kurang pengetahuan keluarga tentang cara merawat anak
 Kecemasan anak dengan aman
 Kecemasan orangtua, perubahan proses keluarga, koping
keluarga inefektif
10
2.6 Pemeriksaan Fisik Fokus pada Pasien TF
Berikut ini ialah pemeriksaan fisik fokus pada pasien tetralogi fallot:
1) Kardiovaskular
 Terdengar mur-mur sistolik sepanjang sternum kiri atas.
 Jantung berbentuk sepatu bot pada foto toraks.
 Denyut perifer normal.
 Kecenderungan untuk mengalami serangan sianotik (dispnea,
pernapasan panjang, kejang, dan kehilangan kesadaran).
 Terdapat getaran sepanjang batas sternum kiri atas.
2) Neurologis
 Kehilangan kesadaran.
3) Muskuloskeletal
 Intoleransi aktivitas.
 Posisi jongkok (terjadi pada anak bukan bayi).
4) Hematologi
 Polisitemia.
 Peningkatan nilai hemoglobin dan hematokrit.
5) Integumen
 Sianosis.
 Jari tabuh (clubbing finger)
6) Integritas
 Kecemasan

11
2.7 Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium pada Pasien TF
 Pemeriksaan Diagnostik
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65%. Nilai BGA
menunjukkan peningkatan tekanan parsial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan pH. Pasien
dengan Hb dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi.
 Radiologi
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung. Gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat seperti sepatu bot.
 Elektokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan.
 Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalisdan penurunan aliran darah
ke paru-paru.
 Katerisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.

12
2.8 Pengobatan pada Pasien TF
Bagi sebagian besar penderita kelainan jantung khususnya tetralogi
fallot, pengobatan yang paling tepat ialah dengan jalan operasi. Operasi ini
terjadi dari penutupan lubang septum ventrikular, pembersihan pada jalur
vaskular dari ventrikel kanan menuju paru-paru yang terhambat. Tindakan
operasi tersebut antara lain:
1) Perbaikan jantung
Operasi ini kebanyakan dilakukan untuk bayi atau dibawah 1 tahun.
Proses operasi yang dilakukan berupa penambalan lubangpada septum
ventrikular agar bisa menutup ventilasi diantara dua ventrikel. Perbaikan
selanjutnya juga ada bagian stenosis katup pulmonari dan juga pada
arteri pulmonari, sehingga aliran darah menuju paru-paru bisa terbuka
dengan lancar.
2) Operasi Sementara
Operasi ini dilakukan sebelum melakukan operasi perbaikan jantung.
Untuk usia anak-anak operasi ini biasanya dilakukan terlebih dahulu.
Operasi ini juga biasanya dilakukan pada bayi prematur atau kelainan
arteri pulmonari hipoplastik tersebut. Tindakannya ialah membuat
sebuah penghubung yang dikenal dengan nama shunt diantara aorta dan
arteri pulmonari. Dengan demikian, aliran darah menuju paru-paru anak
akan terbuka lancar. Jika bayi sudah diperiksa dan siap dilakukan
operasi perbaikan jantung, maka shunt atau penghubung ini akan
dibuang.

13
2.9 Perawatan atau Terapi pada Pasien TF
Setelah dilakukan tindakan operasi, perawatan dan terapi yang
diberikan pada pasien TF antara lain:
1) Obat-obatan analgetik
Obat-obatan ini diberikan untuk mengurangi rasa sakit daerah dada saat
pasien batuk akan mengganggu pernapasan pasien. Bronkodilator juga
diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke-7
atau sampai pasien pulang.
2) Perawatan luka dapat tertutup atau terbuka
Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka
apalagi dengan tanda-tanda panas, leukositosis maka luka harus dibuka
jahitannya sehingga nanah bisa dibersihkan. Terkadang perlu dikompres
dengan antiseptik. Bila luka sembuh dengan baik, jahitan dapat dibuka.
3) Fisioterapi dada
Setelah pasien ekstubasi harus segera dikerjakan untuk mencegah
retensi sputum yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan.

14
2.10 Asuhan Keperawatan pada TF
 Pengkajian
1) Anamnese
 Keluhan Utama
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik.
2) Riwayat Penyakit Keluarga
 Penyakit genetik keluarga: misalnya down syndrome.
 Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan.
 Riwayat sakit keluarga: penyakit jantung, kelainan bawaan,
DM, dan hipertensi.
3) Riwayat Kehamilan
 Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun.
 Program KB hormonal, riwayat mengkonsumsi obat-obat.
 Pajanan terhadap radiasi selama kehamilan.
 Gizi yang buruk selama kehamilan.
 Pajanan yang terjadi sebelum akhir bulan ke-2 atau minggu ke-
8 karena pembentukan jantung berlangsung sampai dengan
minggu ke-2.
4) Riwayat Tumbuh
 Pertumbuhan berat badan.
 Kesesuaian berat badan dengan usia.
 Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
5) Riwayat Psikososial
 Kemampuan psikososial.

15
 Kesesuaian kemampuan psikososial dengan usia.
 Kelainan tumbuh kembang yang menyertai.
 Mekanisme koping anak dan keluarga.
 Pengalaman hospitalisasi sebelumnya.
6) Aktivitas atau istirahat
 Posisi tubuh setelah aktivitas: kneechest, squanting.
 Adakah kelelahan saat menyusu.
7) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
 Kemampuan makan dan minum.
 Apakah bayi mengalami kesulitan untuk menyusu.
 Hambatan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
8) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Tanda-tanda vital (TTV)
b. Kardiovaskular
 Terdengar murmur sistolik sepanjang batas sternum kiri
atas.
 Jantung berbentuk sepatu pada foto toraks.
 Deyut perifer normal.
 Kecenderungan untuk mengalami serangan sianotik
(dispnea, pernapasan panjang, bradikardia, pusing,
kejang,dan kehilangan kesadaran).
 Terdapat getaran sepanjang batas sternum kiri atas.
 Frekuensi Jantung: takikardi.
 Nadi: lemah, menunjukkan penurunan volume sekuncup.
 Irama jantung: disritmia, misalnya fibrilasi atrium,
kontraksi ventrikel prematur/takikardi, blok jantung.
 Kuku: pucat, CRT lambat.
 Edema pada ekstremitas.

16
c. Muskuloskeletal
 Intoleransi aktivitas
 Posisi jongkok (terjadi pada pasien anak bukan bayi).
d. Hematologi
 Polisitemia
 Peningkatan nilai hemoglobin dan hematokrit.
e. Integumen
 Sianosis.
 Jari tabuh (clubbing finger).
f. Integritas
 Ansietas, takut.
g. Eliminasi
 Penurunan berkemih, berkemih di malam hari.
h. Neurologis
 Lemah, pening, kehilangan kesadaran.
i. Nyeri atau ketidaknyamanan
 Nyeri dada, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
j. Pernapasan
 Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal.
 Napas dangka, takipnea.
k. Bunyi napas
 Mungkin tidak terdengar, mengi.
l. Fungsi mental
 Gelisah.
m. Warna kulit

 Pucat dan sianosis

17
 Diagnosa Keperawatan
DX1: Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi

NOC NIC
Menunjukkan pola pernapsan 1. Observasi TTV.
efektif dibuktikan oleh: 2. Pantau adanya pucat dan sianosis.
Status pernapasan: kepatenan jalan 3. Pantau kecepatan, irama,
napas, jalur napas trakeobronchial kedalaman, dan upaya pernapasan.
bersih dan terbuka untuk pertukaran 4. Perhatikan pergerakan dada, amati
gas. kesimetrisan, penggunaan otot bantu
Status tanda vital: dalam rentang napas dan retraksi otot
normal. supraklavikulardan interkosta.
5. Pantau pola pernapasan swpwerti
takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
dan apnea.
6. Auskultasi suara napas, perhatikan
area penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan adanya suara napas
tambahan.

18
DX2: Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.

NOC NIC
Menunjukkan toleransi aktivitas 1. Kaji tingkat kemampuan aktivitas
yang dibuktikan dengan indikator pasien.
sebagai beriktu: tidak sesak napas 2. Pantau respon kardiovaskuler
saat beraktivitas, saturasi oksigen terhadap aktivitas: takikardi,
dalam rentang normal, ttv dalam dispnea, pucat, tekanan
rentang normal hemodinamik, frekuensi pernapasan.
3. Jelaskan pada orangtua pentingnya
asupan nutrisi yang baik.
4. Ajarkan pada orangtua untuk
menghemat energi pasien. Misal:
menyiapkan alat/benda milik pasien
supaya mudah terjangkau.
5. Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan pasien.

 Implementasi Keperawatan
Melakukan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
 Evaluasi Keperawatan
Hasil dan perkembangan pasien dengan berpedoman pada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.

19
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kronologi kasus

An. A, pasien anak perempuan berusia 3 tahun 1 hari. Pasien


merupakan siswi sebuah playgroup. Pada tanggal 8 April 2012 pukul 08.00
WIB, pasien datang diantar oleh keluarganya ke UGD RSUD “X” dengan
keluhan sesak napas dan sakit pada daerah dada. Menurut penuturan ayah
pasien, pasien mengalami kelainan sejak lahir. Ayah pasien sendiri memiliki
riwayat hipertensi. Ketika dilakukan pengkajian, keluhan yang diutarakan oleh
keluarga pasien bahwa pasien mengalami sesak napas dan nyeri pada dada.
Diagnosa medis pasien menyebutkan, bahwa pasien yakni pasien tetralogi
fallot.

3.2 Pengkajian

 Keluhan Utama: sesak napas dan sakit pada daerah dada


 Riwayat kesehatan: pasien memiliki kelainan sejak lahir
 Riwayat Kesehatan Keluarga: Ayah pasien memiliki penyakit
hipertensi.

Simpulan 1:

 Ditinjau dari tanda dan gejala TF, pasien mengalami sesak napas
dan sakit pada daerah dada. Ini dapat dikaitkan dengan gejala TF
yakni dispnea, besar kemungkinan gejala dialami pasien karena
kelelahan sehubung pasien merupakan murid playgroup.
 Ditinjau dari etiologi TF, bahwa penyebab TF diduga dari faktor
eksogen dan endogen. Ini dapat dikaitkan dengan ayah pasien
memiliki riwayat hipertensi dan pasien memiliki kelainan sejak

20
lahir. Namun data kurang kuat, karena dikasus tidak disebutkan
kelainan apa yang diderita pasien sejak lahir.

1. Keadaan umum:
a. Tingkat kesadaran: composmentis
b. TTV: S: 36℃, N: 70 x/mnt, RR: 50 x/mnt, TD: -
c. Penampilan umum: bersih
Simpulan 2:

 Dilihat dari RR pasien, angka tersebut lebih dari normal (20-30


x/mnt). Ini dapat dikaitkan dengan gejala TF yaitu napas pendek
karena sesak.

2. Pemeriksaan fisik (head to toe)


Keseluruhan normal tidak ditemukan masalah berarti, kecuali:
 Turgor kulit: jelek
 Konjungtiva: anemis
 Lidah: merah muda pucat.
Simpulan 3:

 Konjungtiva pasien anemis, bisa jadi karena gejala TF yang pasien


alami. Sesak napas membuat pasokan oksigen kurang, akibatnya
tubuh kekurangan zat besi yang membentuk warna merah segar.

3. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG: Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan.
b. Ekokardiografi: memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan
dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan
penurunan aliran darah ke paru-paru.
c. Rontgen: ditemukan atrium dan ventrikel yang membesar.

21
d. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC IM
e. Terapi O2 2L/mnt dengan kanul.
Simpulan 3:

 Dari hasil pemeriksaan EKG, rontgen maupun Echo pasien. Hal


ini dapat dikaitkan dengan hasil pemeriksaan penunjang dalam
bab 2. Berupa, sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan,
adanya dilatasi aorta, dilatasi ventrikel kanan.
 Program terapi pada pasien sesuai dengan pembahasan di bab 2,
berupa morphin untuk mengatasi takipnea, dan terapi O2 dengan
kanul untuk mengatasi sesak napas pada pasien.

3.3 Analisa Data


NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS: Keluarga Retraksi dada Gangguan kebutuhan
pasien mengeluh oksigenasi
pasien sesak napas,
nyeri dada.
DO: RR: 48 x/mnt,
pasien tampak
dispnea.
2. DS: Lemas Ketidakseimbangan Intoleransi aktivitas
DO: Konjungtiva antara suplai dan
anemis kebutuhan oksigen

3.4 Rencana Keperawatan


No Diagnosa Kep. Tujuan Intervensi Rasional
1. Gangguan TU:  Observasi TTV  Agar TTV tetap
kebutuhan Kebutuhan  Batasi stabil.

22
oksigenasi b.d oksigenasi pengunjung.  Dapat terkontrol
retraksi dada terpenuhi  Atur posisi pasien O2 yang masuk.
ditandai dengan: dengan posisi  Posisi semi
DS: Keluarga semi fowler. fowler
pasien mengeluh  Kolaborasi dengan membantu
pasien sesak, nyeri dokter untuk pasien bernapas
dada. pemberian O2. dengan adekuat.
DO: Pasien
tampak sesak, RR:
48 x/mnt.
2. Intoleransi TU:  Observasi TTV.  Agar TTV
aktivitas b.d aktivitas  Catat irama terpantau stabil.
ketidakseimbangan terpenuhi. jantung, tekanan  Sebagai data
suplai dan darah, dan nadi kontrol.
kebutuhan oksigen sebelum, selama,  Siklus istirahat
ditandai dengan: dan sesudah tidak terganggu.
DS: Keluarga melakukan  Untuk
pasien mengeluh aktivitas. menghemat
pasien lemas.  Anjurkan pada energi agar tidak
DO: RR: 48 x/mnt. pasien agar lebih terjadi fatigue.
banyak
beristirahat
terlebih dahulu.
Simpulan 4:

 Diagnosa yang ditegakkan pada pasien, bisa dikaitkan dengan


diagnosa pada asuhan keperawatan di bab 2 yakni pola napas tidak
efektif dan intoleransi aktivitas.

23
3.5 Implementasi Keperawatan: melakukan tindakan yang sesuai dengan
yang telah direncanakan.

3.6 Evaluasi Keperawatan


No. Hari/tanggal Jam Evaluasi
Dx
1 Minggu, 8 April 08.30 S: Keluarga pasien mengeluh masih sesak.
2012 O: RR: 50 x/mnt.
A: Masalah belum teratasi.
P: Terapi lanjut.
2. Senin, 9 April 08.00 S: keluarga pasien mengatakan pasien
2012 lemas.
O: RR: 48 x/mnt.
A: Masalah belum teratasi.
P: Terapi lanjut.

Simpulan 5:
 Dari intervensi yang telah dilakukan tadi, masalah pasien belum
teratasi. Pasien masih merasa sesak dan lemas. Maka perlu dicari
penyebab tersebut, mengapa intervensi yang sudah dilakukan masih
kurang efektif.

24
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kelainan jantung kongenital adalah penyebabtertinggi kedua kematian
bayi, kelainan ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu sianotik dan asianotik.
Tetralogifallot (TF)
adalahkelainanjantungbawaandengangangguansianosis yang
ditandaidengankombinasi 4 hal yang abnormal meliputidefek septum
ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, danhipertrofiventrikeldekstra.
Pada penyakit ini, darah mengalir dari sisi kanan ke sisi kiri jantung,
tempat darah yang tidak teroksigenasi mengalir dari ventrikel kiri ke semua
bagian tubuh, yang mengakibatkan sianosis.
Padasebagianbesarkasus,
penyebabpenyakitinitidakdiketahuisecarapasti. Tetapi,
didugakarenaadannyafaktor endogen daneksogen.Penyakit ini bisa
disembuhkan dengan tindakan pembedahan atau operasi.

4.2 Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang kami
miliki serta sumber-sumber yang kami dapatkan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan sebagai perbaikan untuk
penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat kepada para pembaca.

25
DAFTAR PUSTAKA

Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana asuhan keperawatan pediatrik dengan

clinical pathways. Terj, dari Pediatric care planning: now with clinical

pathways, oleh Julianus Ake, dkk. Jakarta: EGC.

Hidayat, Azil Alimul A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

26

Vous aimerez peut-être aussi