Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
i
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini tepat waktu.
Penyusun
ii
Daftar Isi
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dini penyakit ini pada anak-anak menjadi pencegahan agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih parah.
Oleh karena itu, kami membuat makalah ini agar bermanfaat untuk
menambah pengetahuan kepada kita semua, makalah ini akan membahas
kelainan jantung tetralogi fallot serta asuhan keperawatan untuk mengatasi
masalah ini.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian TF.
2. Untuk mengetahui etiologi TF.
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala TF.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengobatan TF.
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien TF.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
3
Empatkelainananatomiini sebagaiberikut:
2.2 Etiologi TF
Padasebagianbesarkasus,
penyebabpenyakitjantungbawaantidakdiketahuisecarapasti.
Didugakarenaadannyafaktor endogen daneksogen.
Faktor-faktortersebutantara lain:
1. Faktor endogen
a. Berbagaijenispenyakitgenetik: kelainankromosom. Contohnyadown
syndrome, danmarfan syndrome.
b. Anak yang
lahirsebelumnyamenderitapenyakitjantungbawaan.Misalnya VSD,
pulmonary stenosis, dan overriding aorta,.
c. Adanyapenyakittertentudalamkeluargaseperti diabetes
mellitus,hipertensi, kolesteroltinggi,
penyakitjantungataukelainanbawaan.
2. Faktoreksogen
4
a. Riwayatkehamilanibu: sebelumnyaikut program KB oral atausuntik,
konsumsiobat-obatantanparesepdokter
(thalidmide,dextroamphitamine, aminopterin,amethopterin, dan
jamu).
b. Ibumenderitapenyakitinfeksi, seperti rubella.
c. Efekradiologi (paparansinar X).
d. Ibumengonsumsialkoholdanmerokokselamahamil.
Menurut para ahli, diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab
penyakit jantung bawaan ini disebabkan multifaktor.
2.4 Klasifikasi TF
5
Penyakit tetralogi fallot dibagi menjadi 4 klasifikasi yaitu:
1) Tetralogi fallot dengan tidak adanya katup pulmonal (3-5%).
2) Tetralogi fallot dengan kanal pada atroventikular (2%).
3) Tetralogi fallot dengan atresia pulmonal.
4) Tetralogi fallot dengan stenosis pulmonal (paling banyak).
6
terdapatnya defek septum ventrikel. Dengan demikian bayi akan lahir
dengan kelainan jantung dengan empat kelainan, yaitu defek septum
ventrikel yang besar, stenosis pulmonal infundibuler, atau valvular, dekstro
posisi pangkal aorta dan hipertropi ventrikel kanan. Derajat hipertropi
ventrikel kanan yang timbul bergantung pada derajat stenosis plmunal. Pada
50% kasus stenosis pulmonal hanya infundibuler pada 10%-25% kasus
kombinasi infundibuler dan valvular, dan 10% kasus hanya stenosis
valvular. Selebihnya adalah stenosis pulmonal perifer.
Hubungan letak aorta dan arteri polmonalis masih di tempat yang
normal, overiding aorta terjadi karena pangkal aorta berpindah kearah
anterior mengarah ke septum. Klasifikasi overriding menurut kjelberg: (1)
tidak terdapat overriding aorta bila sumbu aorta desenden mengarah ke
belakang ventrikel kiri, (2) pada overiding 25% sumbu aorta asenden ke
arah ventrikel sehingga lebih kurang 25% orifisium aorta menghadap ke
ventrikel kanan, (3) pada overriding 50% sumbu aorta mengarah ke septum
sehingga 50% orifidium aorta menghadap ventrikel kanan, (4) pada
overriding 75% sumbu aorta asenden menghadap ke depan ventrikel kanan.
Derajat overriding ini bersama dengan defek septum ventrikel dan derajat
stenosis menentukan besarnya pirau kanan ke kiri. (Ilmu kesehatan
anak,2001).
Karena pada TOF terdapat empat macam kelainan yang bersamaan maka:
1. Darah dari aorta sebagian berasal dari ventrikel kanan melalui lubang
pada septum interventtrikulerb dan sebagian lagi berasal dari ventrikel
kiri, sehingga terjadi percampuran darah yang sudah teroksigenasi dan
belum teroksigenasi.
2. Arteri polmunal mengalami stenosis, sehingga darah yang mengalir dari
ventrikel kanan ke paru-paru jauh lebih sedikit dari normal.
3. Drah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan melalui lubang
septum ventrikel dan kemudian ke aorta atau langsung ke aorta akan
7
tetapi apabila tekanan dari ventrikel kanan lebih tinggi dari ventrikel kiri
maka darah akan mengalir dari ventrikel kanan ke ventrikel kiri (right to
left shunt).
4. Karena jantung bagian kanan harus memompa sejumlah besar darah ke
dalam aorta yang bertekanan tinggi serta harus melawan tekanan tinggi
akibat stenosis pulmonal maka lama kelamaan otot-ototnya akan
mengalami pembesaran (hipertrofi ventrikel kanan).
8
9
Pathway Tetralogi Fallot
Takut pada anak Kurang pengetahuan keluarga tentang cara merawat anak
Kecemasan anak dengan aman
Kecemasan orangtua, perubahan proses keluarga, koping
keluarga inefektif
10
2.6 Pemeriksaan Fisik Fokus pada Pasien TF
Berikut ini ialah pemeriksaan fisik fokus pada pasien tetralogi fallot:
1) Kardiovaskular
Terdengar mur-mur sistolik sepanjang sternum kiri atas.
Jantung berbentuk sepatu bot pada foto toraks.
Denyut perifer normal.
Kecenderungan untuk mengalami serangan sianotik (dispnea,
pernapasan panjang, kejang, dan kehilangan kesadaran).
Terdapat getaran sepanjang batas sternum kiri atas.
2) Neurologis
Kehilangan kesadaran.
3) Muskuloskeletal
Intoleransi aktivitas.
Posisi jongkok (terjadi pada anak bukan bayi).
4) Hematologi
Polisitemia.
Peningkatan nilai hemoglobin dan hematokrit.
5) Integumen
Sianosis.
Jari tabuh (clubbing finger)
6) Integritas
Kecemasan
11
2.7 Pemeriksaan Penunjang atau Laboratorium pada Pasien TF
Pemeriksaan Diagnostik
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit akibat
saturasi oksigen yang rendah. Pada umumnya hemoglobin
dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit antara 50-65%. Nilai BGA
menunjukkan peningkatan tekanan parsial karbondioksida (PCO2),
penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan pH. Pasien
dengan Hb dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi
besi.
Radiologi
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal,
tidak ada pembesaran jantung. Gambaran khas jantung tampak apeks
jantung terangkat seperti sepatu bot.
Elektokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan. Tampak pula
hipertrofi ventrikel kanan.
Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel
kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalisdan penurunan aliran darah
ke paru-paru.
Katerisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek
septum ventrikel multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan
mendeteksi stenosis pulmonal perifer. Mendeteksi adanya penurunan
saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel kanan, dengan tekanan
pulmonalis normal atau rendah.
12
2.8 Pengobatan pada Pasien TF
Bagi sebagian besar penderita kelainan jantung khususnya tetralogi
fallot, pengobatan yang paling tepat ialah dengan jalan operasi. Operasi ini
terjadi dari penutupan lubang septum ventrikular, pembersihan pada jalur
vaskular dari ventrikel kanan menuju paru-paru yang terhambat. Tindakan
operasi tersebut antara lain:
1) Perbaikan jantung
Operasi ini kebanyakan dilakukan untuk bayi atau dibawah 1 tahun.
Proses operasi yang dilakukan berupa penambalan lubangpada septum
ventrikular agar bisa menutup ventilasi diantara dua ventrikel. Perbaikan
selanjutnya juga ada bagian stenosis katup pulmonari dan juga pada
arteri pulmonari, sehingga aliran darah menuju paru-paru bisa terbuka
dengan lancar.
2) Operasi Sementara
Operasi ini dilakukan sebelum melakukan operasi perbaikan jantung.
Untuk usia anak-anak operasi ini biasanya dilakukan terlebih dahulu.
Operasi ini juga biasanya dilakukan pada bayi prematur atau kelainan
arteri pulmonari hipoplastik tersebut. Tindakannya ialah membuat
sebuah penghubung yang dikenal dengan nama shunt diantara aorta dan
arteri pulmonari. Dengan demikian, aliran darah menuju paru-paru anak
akan terbuka lancar. Jika bayi sudah diperiksa dan siap dilakukan
operasi perbaikan jantung, maka shunt atau penghubung ini akan
dibuang.
13
2.9 Perawatan atau Terapi pada Pasien TF
Setelah dilakukan tindakan operasi, perawatan dan terapi yang
diberikan pada pasien TF antara lain:
1) Obat-obatan analgetik
Obat-obatan ini diberikan untuk mengurangi rasa sakit daerah dada saat
pasien batuk akan mengganggu pernapasan pasien. Bronkodilator juga
diperlukan untuk mengeluarkan sputum yang banyak sampai hari ke-7
atau sampai pasien pulang.
2) Perawatan luka dapat tertutup atau terbuka
Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan bengkak pada luka
apalagi dengan tanda-tanda panas, leukositosis maka luka harus dibuka
jahitannya sehingga nanah bisa dibersihkan. Terkadang perlu dikompres
dengan antiseptik. Bila luka sembuh dengan baik, jahitan dapat dibuka.
3) Fisioterapi dada
Setelah pasien ekstubasi harus segera dikerjakan untuk mencegah
retensi sputum yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan.
14
2.10 Asuhan Keperawatan pada TF
Pengkajian
1) Anamnese
Keluhan Utama
Pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik.
2) Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit genetik keluarga: misalnya down syndrome.
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung
bawaan.
Riwayat sakit keluarga: penyakit jantung, kelainan bawaan,
DM, dan hipertensi.
3) Riwayat Kehamilan
Usia ibu saat hamil diatas 40 tahun.
Program KB hormonal, riwayat mengkonsumsi obat-obat.
Pajanan terhadap radiasi selama kehamilan.
Gizi yang buruk selama kehamilan.
Pajanan yang terjadi sebelum akhir bulan ke-2 atau minggu ke-
8 karena pembentukan jantung berlangsung sampai dengan
minggu ke-2.
4) Riwayat Tumbuh
Pertumbuhan berat badan.
Kesesuaian berat badan dengan usia.
Biasanya anak cenderung mengalami keterlambatan
pertumbuhan karena fatiq selama makan dan peningkatan
kebutuhan kalori sebagai akibat dari kondisi penyakit.
5) Riwayat Psikososial
Kemampuan psikososial.
15
Kesesuaian kemampuan psikososial dengan usia.
Kelainan tumbuh kembang yang menyertai.
Mekanisme koping anak dan keluarga.
Pengalaman hospitalisasi sebelumnya.
6) Aktivitas atau istirahat
Posisi tubuh setelah aktivitas: kneechest, squanting.
Adakah kelelahan saat menyusu.
7) Pemenuhan kebutuhan nutrisi
Kemampuan makan dan minum.
Apakah bayi mengalami kesulitan untuk menyusu.
Hambatan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
8) Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
a. Tanda-tanda vital (TTV)
b. Kardiovaskular
Terdengar murmur sistolik sepanjang batas sternum kiri
atas.
Jantung berbentuk sepatu pada foto toraks.
Deyut perifer normal.
Kecenderungan untuk mengalami serangan sianotik
(dispnea, pernapasan panjang, bradikardia, pusing,
kejang,dan kehilangan kesadaran).
Terdapat getaran sepanjang batas sternum kiri atas.
Frekuensi Jantung: takikardi.
Nadi: lemah, menunjukkan penurunan volume sekuncup.
Irama jantung: disritmia, misalnya fibrilasi atrium,
kontraksi ventrikel prematur/takikardi, blok jantung.
Kuku: pucat, CRT lambat.
Edema pada ekstremitas.
16
c. Muskuloskeletal
Intoleransi aktivitas
Posisi jongkok (terjadi pada pasien anak bukan bayi).
d. Hematologi
Polisitemia
Peningkatan nilai hemoglobin dan hematokrit.
e. Integumen
Sianosis.
Jari tabuh (clubbing finger).
f. Integritas
Ansietas, takut.
g. Eliminasi
Penurunan berkemih, berkemih di malam hari.
h. Neurologis
Lemah, pening, kehilangan kesadaran.
i. Nyeri atau ketidaknyamanan
Nyeri dada, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
j. Pernapasan
Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal.
Napas dangka, takipnea.
k. Bunyi napas
Mungkin tidak terdengar, mengi.
l. Fungsi mental
Gelisah.
m. Warna kulit
17
Diagnosa Keperawatan
DX1: Pola napas tidak efektif b.d hiperventilasi
NOC NIC
Menunjukkan pola pernapsan 1. Observasi TTV.
efektif dibuktikan oleh: 2. Pantau adanya pucat dan sianosis.
Status pernapasan: kepatenan jalan 3. Pantau kecepatan, irama,
napas, jalur napas trakeobronchial kedalaman, dan upaya pernapasan.
bersih dan terbuka untuk pertukaran 4. Perhatikan pergerakan dada, amati
gas. kesimetrisan, penggunaan otot bantu
Status tanda vital: dalam rentang napas dan retraksi otot
normal. supraklavikulardan interkosta.
5. Pantau pola pernapasan swpwerti
takipnea, bradipnea, hiperventilasi,
dan apnea.
6. Auskultasi suara napas, perhatikan
area penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan adanya suara napas
tambahan.
18
DX2: Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
NOC NIC
Menunjukkan toleransi aktivitas 1. Kaji tingkat kemampuan aktivitas
yang dibuktikan dengan indikator pasien.
sebagai beriktu: tidak sesak napas 2. Pantau respon kardiovaskuler
saat beraktivitas, saturasi oksigen terhadap aktivitas: takikardi,
dalam rentang normal, ttv dalam dispnea, pucat, tekanan
rentang normal hemodinamik, frekuensi pernapasan.
3. Jelaskan pada orangtua pentingnya
asupan nutrisi yang baik.
4. Ajarkan pada orangtua untuk
menghemat energi pasien. Misal:
menyiapkan alat/benda milik pasien
supaya mudah terjangkau.
5. Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan pasien.
Implementasi Keperawatan
Melakukan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan
Evaluasi Keperawatan
Hasil dan perkembangan pasien dengan berpedoman pada hasil dan
tujuan yang hendak dicapai.
19
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.2 Pengkajian
Simpulan 1:
Ditinjau dari tanda dan gejala TF, pasien mengalami sesak napas
dan sakit pada daerah dada. Ini dapat dikaitkan dengan gejala TF
yakni dispnea, besar kemungkinan gejala dialami pasien karena
kelelahan sehubung pasien merupakan murid playgroup.
Ditinjau dari etiologi TF, bahwa penyebab TF diduga dari faktor
eksogen dan endogen. Ini dapat dikaitkan dengan ayah pasien
memiliki riwayat hipertensi dan pasien memiliki kelainan sejak
20
lahir. Namun data kurang kuat, karena dikasus tidak disebutkan
kelainan apa yang diderita pasien sejak lahir.
1. Keadaan umum:
a. Tingkat kesadaran: composmentis
b. TTV: S: 36℃, N: 70 x/mnt, RR: 50 x/mnt, TD: -
c. Penampilan umum: bersih
Simpulan 2:
3. Pemeriksaan Penunjang
a. EKG: Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.
Tampak pula hipertrofi ventrikel kanan.
b. Ekokardiografi: memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan
dilatasi ventrikel kanan, penurunan ukuran arteri pulmonalis dan
penurunan aliran darah ke paru-paru.
c. Rontgen: ditemukan atrium dan ventrikel yang membesar.
21
d. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC IM
e. Terapi O2 2L/mnt dengan kanul.
Simpulan 3:
22
oksigenasi b.d oksigenasi pengunjung. Dapat terkontrol
retraksi dada terpenuhi Atur posisi pasien O2 yang masuk.
ditandai dengan: dengan posisi Posisi semi
DS: Keluarga semi fowler. fowler
pasien mengeluh Kolaborasi dengan membantu
pasien sesak, nyeri dokter untuk pasien bernapas
dada. pemberian O2. dengan adekuat.
DO: Pasien
tampak sesak, RR:
48 x/mnt.
2. Intoleransi TU: Observasi TTV. Agar TTV
aktivitas b.d aktivitas Catat irama terpantau stabil.
ketidakseimbangan terpenuhi. jantung, tekanan Sebagai data
suplai dan darah, dan nadi kontrol.
kebutuhan oksigen sebelum, selama, Siklus istirahat
ditandai dengan: dan sesudah tidak terganggu.
DS: Keluarga melakukan Untuk
pasien mengeluh aktivitas. menghemat
pasien lemas. Anjurkan pada energi agar tidak
DO: RR: 48 x/mnt. pasien agar lebih terjadi fatigue.
banyak
beristirahat
terlebih dahulu.
Simpulan 4:
23
3.5 Implementasi Keperawatan: melakukan tindakan yang sesuai dengan
yang telah direncanakan.
Simpulan 5:
Dari intervensi yang telah dilakukan tadi, masalah pasien belum
teratasi. Pasien masih merasa sesak dan lemas. Maka perlu dicari
penyebab tersebut, mengapa intervensi yang sudah dilakukan masih
kurang efektif.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kelainan jantung kongenital adalah penyebabtertinggi kedua kematian
bayi, kelainan ini diklasifikasikan menjadi dua yaitu sianotik dan asianotik.
Tetralogifallot (TF)
adalahkelainanjantungbawaandengangangguansianosis yang
ditandaidengankombinasi 4 hal yang abnormal meliputidefek septum
ventrikel, stenosis pulmonal, overriding aorta, danhipertrofiventrikeldekstra.
Pada penyakit ini, darah mengalir dari sisi kanan ke sisi kiri jantung,
tempat darah yang tidak teroksigenasi mengalir dari ventrikel kiri ke semua
bagian tubuh, yang mengakibatkan sianosis.
Padasebagianbesarkasus,
penyebabpenyakitinitidakdiketahuisecarapasti. Tetapi,
didugakarenaadannyafaktor endogen daneksogen.Penyakit ini bisa
disembuhkan dengan tindakan pembedahan atau operasi.
4.2 Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang kami
miliki serta sumber-sumber yang kami dapatkan. Oleh karena itu kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan sebagai perbaikan untuk
penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat kepada para pembaca.
25
DAFTAR PUSTAKA
clinical pathways. Terj, dari Pediatric care planning: now with clinical
Salemba Medika.
26