Vous êtes sur la page 1sur 24

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWADARURATAN

KLIEN DENGAN GAGAL JANTUNG


MATA KULIAH KEGAWADARURATAN I

Disusun Oleh : Kelompok 3


1. Almas abyana (153210003)
2. Anik lailatun (153210004)
3. Bayu tri wahyudi (153210008)
4. Mia ayu laraswati (153210025)
5. Martha permadi (153210024)
6. Reny Ariska (153210033)
7. Yuvita selly (153210041)

PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Askep Kegawatdaruratan II yang berjudul
“asuhan keperawatan kegawadaruratan pada klien dengan Gagal Jantung”
Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini . Adapun ucapan terima kasih kami
tunjukkan kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bapak Imam fatoni SKM. MM Selaku Ketua STIKES Insan Cendekia
Medika Jombang yang telah memberi izin dan fasilitas sehingga Makalah ini
dengan baik .
2. Ibu Arum Dwi Ningsi,S.Kep,.Ns Selaku Pembimbing akademik kelas 5A S1
Keperawatan yang telah memberikan bimbingan berupa moral maupun moril.
3. Dr. Haryono selaku dosen mata kuliah Gawatdarurat II yang telah memberi
inspirasi dan membimbing dalam pembuatan makalah ini.
4. Orang Tua kami yang senantiasa mendukung dan mendoakan kami.
5. Pihak-pihak yang tidak bisa disebut satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, pembahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang sifatnya membangun. Sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Jombang, 3 Maret 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
1.2 Rumusan masalah........................................................................ 4
1.3 Tujuan.......................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1................................................................................................Pengertia
n .................................................................................................. 6
2.2................................................................................................Klasifikas
i ................................................................................................... 7
2.3................................................................................................Etiologi
..................................................................................................... 7
2.4................................................................................................Manifesta
si ................................................................................................. 10
2.5................................................................................................Komplika
si .................................................................................................. 11
2.6................................................................................................Pemeriksa
an penunjang ............................................................................... 11
2.7................................................................................................Penatalak
sanaan ......................................................................................... 12
2.8................................................................................................Pathway
.....................................................................................................
2.9................................................................................................Asuhan
keperawatan ................................................................................ 25
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 25
3.2 Saran ........................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gagal jantung merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang telah sangat
prihatin dalam preferensi medis. Menurut WHO pada tahun 2001 penyakit
kardiovaskular menyumbang hampir sepertiga dari kematian global dan diperkirakan
pada tahun 2020 hampir 25 juta kematian di seluruh dunia akibat penyakit
kardiovaskular. Pelaporan SIRS Indonesia 2007 jumlah kasus sebanyak 57,023 pasien
dengan gagal jantung dan kasus tingkat kematian (CFR) 13,42%. sudah ada 172
penderita yang mendapat gagal jantung sepanjang 2009-2010. Ini penelitian deskriptif
telah dirancang dengan serangkaian kasus yang bertujuan untuk mengetahui
karakteristik penderita gagal jantung tahun 2009-2010. Populasi mengacu pada total
172 penderita gagal jantung tahun 2009-2010. Contoh mengacu pada total sampling
yang digunakan dalam penelitian ini yang semuanya dari 172 pasien gagal jantung.
Ini tahap analisis statistik, penelitian ini menggunakan chi-square dan uji anova.
Proporsi highhest dari penderita gagal jantung: 96,5% adalah kelompok usia 40 tahun,
57,6% adalah laki-laki, 70,9% yang berasal dari suku batak, 59,9% adalah Chistian,
37,8% adalah ibu rumah tangga , 75,6% berasal dari dari medan, 43,0% menderita
gagal jantung ketiga, dan 65,2% menjadi rawat jalan. Rata-rata panjang jika tinggal
5,19 hari Pasien dengan gagal jantung menyarankan menghindari gaya hidup yang
dapat menyebabkan gagal jantung.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian dari gagal jantung ?
2. Apa klasifikasi dari gagal jantung ?
3. Apa etiologi dari dari gagal jantung ?
4. Apa saja manifestasi klinis dari gagal jantung ?
5. Apa komplikasi dari gagal jantung ?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari gagal jantung ?
7. Bagaimana penatalaksanaan dari gagal jantung ?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan gagal jantung ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari gagal jantung
2. Mengetahui klasifikasi dari gagal jantung
3. Mengetahui etiologi dari gagal jantung
4. Mengetahui manifestasi klinis dari gagal jantung
5. Mengetahui komlikasi dari gagal jantung
6. Mengetaui pemeriksaan diagnostic dari gagal jantung
7. Mengetahui penatalaksanaan dari gagal jantung
8. Mengetahui Asuhan kegawadaruratan pada Pasien dengan gagal
jantung

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau Decomp
Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan (Price, S. A.
2002). Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan
oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat
kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal.
Kondisi umum yang mendasari termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit
inflamasi atau degeneratif otot jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang
perkembangan dan keparahan dari gagal jantung. Peningkatan laju metabolic
( misalnya ;demam, koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia membutuhkan suatu
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.(Diane C. Baughman
dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainan fungsi jantung
sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal (Mansjoer, 2003). Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer, 2002)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah keadaan dimana
jantung sudah tidak mampu memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh dan
kemampuannya hanya ada kalau disertai dengan peningkatan tekanan pengisian
ventrikel kiri.

2.2 Klasifikasi

Menurut NYHA (New York Heart Association) :


a. Klasifikasi I
Gejala
 Aktivitas biasa tidak menimbulkan kelelahan, dyspnea, palpitasi, tidak
ada kongesti pulmonal atau hipotensi perifer
 Asimptomatik
 Kegiatan sehari-hari tidak terbatas

Prognosa : baik

b. Klasifikasi II
Gejala
 Kegiatan sehari-hari sedikit terbatas
 Gejala tidak ada saat istirahat
 Ada bailar ( krekels dan 53 murmur )

Prognosa : baik

c. Klasifikasi III
Gejala
 Kegiatan sehari-hari terbatas
 Klien merasa nyaman saat istirahat

Prognosa : baik

d. Klasifikasi IV
Gejala
 Gejala insufisiensi jantung ada saat istirahat

Prognosa : baik

2.3 Etiologi

Secara Umum

1. Kelainan otot jantung


Gagal jantung sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, disebabkan
karena menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab
kelainan fungsi otot jantung mencakup ateroslerosis koroner, hipertensi
arterial dan penyakit degeneratif atau inflamasi.
2. Aterosklerosis coroner
mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke
otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat).
Infark miokardium (kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya
gagal j antung.
3. Hipertensi sistemik atau pulmonal (peningkatan afterload)
meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut dapat dianggap sebagai
mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas jantung.
Tetapi untuk alasan yang tidak jelas, hipertrofil otot jantung tadi tidak dapat
berfungsi secara normal, dan akibatnya akan terjadi gagal jantung.
4. Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif, berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
5. Faktor sistemik, terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme,
hipoksia dan anemia memerlukan peningkatan curah jantung untuk memenuhi
kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat menurunkan
suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit dapat
menurunkan kontraktilitas jantung (Brunner dan Suddart, 2000).

Faktor resiko

Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:

a) Usia Laki-laki yang berusia lebih dari 45 tahun dan wanita yang
berusia lebih dari 55 tahun, mempunyai risiko lebih besar terkena penyakit
jantung.
b) Genetik atau keturunan Adanya riwayat dalam keluarga yang
menderita penyakit jantung, meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Riwayat dalam keluarga juga tidak dapat dirubah. Namun informasi tersebut
sangat penting bagi dokter. Jadi informasikan kepada dokter apabila orang tua
anda, kakek atau nenek, paman / bibi, atau saudara ada yang menderita
penyakit jantung.
c) Penyakit Lain Penyakit lain seperti diabetes, meningkatkan resiko
penyakit jantung. Diskusikan dengan dokter mengenai penanganan diabetes
dan penyakit lainnya. Gula darah yang terkontrol baik dapat menurunkan
risiko penyakit jantung.

Faktor resiko yang dapat dirubah :

a) Kolesterol Kolesterol terdiri dari kolesterol baik dan kolesterol jahat.


HDL adalah kolesterol baik sedangkan LDL adalah kolesterol jahat.
Kolesterol total yang tinggi, LDL tinggi, atau HDL rendah meningkatkan
risiko penyakit jantung.
b) Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung. Jika tekanan darah
anda tinggi, berolahragalah secara teratur, berhenti merokok, berhenti
minum alkohol, dan jaga pola makan sehat. Apabila tekanan darah tidak
terkontrol dengan perubahan pola hidup tersebut, dokter akan meresepkan
obat anti hipertensi (obat penurun tekanan darah).
c) Merokok dan Minum Alkohol Merokok dan minum alkohol terbukti
mempunyai efek yang sangat buruk. Berhentilah minum alkohol merokok.
Dan jangan merokok di dekat atau samping orang yang tidak merokok.
d) Gemuk (overweight atau obesitas) Kegemukan membuat jantung dan
pembuluh darah kita bekerja ekstra berat. Diet tinggi serat (sayuran, buah-
buahan), diet rendah lemak, dan olah raga teratur dapat menurunkan berat
badan secara bertahap dan aman. Diskusikan dengan dokter untuk
menurunkan berat badan secara aman.
e) Kurang Aktifitas Fisik Kurang aktivitas fisik juga berdampak tidak
baik bagi kesehatan. Olahragalah secara teratur untuk mencegah penyakit
jantung (Brunner dan Suddarth, 2000)

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien, beratnya
gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat, apakah
kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan jantung.

Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu ditemukan :

1. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.


2. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali, dan edema perifer. Kematian pada CHF Aritmia dan
gangguan aktivitas listrik Hipertrofi dilatasi jantung Disfungsi diastolik dan
disfungsi sistolik Tromboemboli PJK yang berat Berdampak pada aliran darah
pada myocard yang belum infark Gangguan kontraktilitas 14
3. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk sampai
delirium.
Namun dapat digambarkan sebagai berikut:

a) Ortopnea, yaitu sesak saat berbaring


b) Dyspnea On Effort (DOE), yaitu sesak bila melakukan aktivitas
c) Paroxymal Nocturnal Dyspnea (PND), yaitu sesak nafas tiba-tiba pada
malam hari disertai batuk. D
d) Berdebar-debar
e) Mudah lelah
f) Batuk-batuk

Gambaran klinis gagal jantung kiri:

a) Sesak napas dyspnea on effort


b) Batuk-batuk
c) Sianosis
d) Suara sesak
e) Ronchi basah, halus, tidak nyaring di daerah basal paru hydrothorax
f) Kelainan jantung seperti pembesaran jantung
g) Kelainan pada foto rongent

Gambaran klinis gagal jantung kanan:

a) Edema pretibia, edema presakral, asites dan hydrothorax


b) Tekanan vena jugularis meningkat (hepato jugular refluks)
c) Gangguan gastrointestinal, anorexia , mual, muntah, rasa kembung di
epigastrium
d) Nyeri tekan karena adanya gangguan fungsi hati
e) Albumin dan globulin tetap, splenomegali, hepatomegali Gangguan
ginjal, albuminuria, silinder hialin, glanular, kadar ureum meninggi (60-
100%), oligouria, nocturia f. Hiponatremia, hipokalemia, hipoklorimia
(Brunner dan Suddarth, 2000).
2.5 Komplikasi
 Kerusakan atau kegagalan ginjal
Gagal jantung dapat mengurangi aliran darah ke ginjal, yang akhirnya dapat
menyebabkan gagal ginjal jika tidak di tangani. Kerusakan ginjal dari gagal jantung
dapat membutuhkan dialysis untuk pengobatan.
 Masalah katup jantung
Gagal jantung menyebabkan penumpukan cairan sehingga dapat terjadi
kerusakan pada katup jantung.

 Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan
terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang
mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.

 Serangan jantung dan stroke.

Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada
di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan
mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan
jantung atau stroke

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Foto torax mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau
efusi pleura yang menegaskan diagnosa Congestive Hearth Failure.
2. EKG
mengungkapkan adanya takiardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemi (jika
disebabkan Akut Miokard Infark).
3. Pemeriksaan Lab
Meliputi Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah
sehingga hasil hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, Kalium,
Natruin, Calsium, Ureum, gula darah.
4. Elektrolit
Mungkin berubah karna perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal,
terapiutik.
5. Analisis gas darah
2.7 Penatalaksanaan
1. Pemberian oksigen terutama pada klien gagal jantung disertai dengan
edema paru. Pemenuhan oksigen akan mengurangi kebutuhan miokardium dan
membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
2. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam
3. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat
frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diuresis akan
mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap
hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila
terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu
gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak
ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling berganti ),
dan takikardia atria proksimal
4. Pemberian Diuretic, yaitu unutuk memacu eksresi natrium dan air
melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar
tidak mengganggu istirahat pasien pada malam hari, intake dan output pasien
harus dicatat mungkin pasien dapat mengalami kehilangan cairan setelah
pemberian diuretik, pasien juga harus menimbang badannya setiap hari turgor
kulit untuk menghindari terjadinya tandatanda dehidrasi.
5. Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial,
hatihati depresi pernapasan
6. Terapi vasodilator dan natrium nitropurisida, obat-obatan vasoaktif
merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan gagal jantung untuk
mengurangi impedansi (tekanan) terhadap penyemburan darah oleh ventrikel.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

3.1 Pengkajian
 Anamnesis
Pengkajian menurut Judha & Nazwar (2011) adalah pendekatan
sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui
kebutuhan perawatan pasien tersebut. Langkah-langkah dalam pengkajian
meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa
keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah
kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan
lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team
kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode
pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh
data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru
maupun yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah
dan surat kabar).
1. Identitas klien
Biodata klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, no.register, agama,
suku bangsa, alamat, pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis.
Biodata penanggung jawab perlu dipertanyakan untuk mengetahui hubungan
soaial dengan klien meliputinama, umur,jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
alamat, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, hubungan dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya pada pasien gagal jantung bisa di dapat keluhan utama dipsnea,
kelemahan fisik, dan edema sistemik.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya kongesti vascular pulmonal : dispnea, ortopnea,
batuk,dan edema pulmonal akut.

3) Riwayat penyakit dahulu


Pada pengkajian ini apakah sebelumnya pasien menderita nyeri dada
khas infark miokardium, hipertensi, DM , dan hiperlipidimea. Tanyakan
mengenai obat obatan yang biasa I minum oleh pasien pada masa lalu
yang masih relevan. Obat obatan ini misalnya obat deuretik, nitrat, serta
obat obatan anti hipertensi. Catat adanya efek samping yang terjadi di
masa lalu. Juga harus di tanyakan adanya alergi obat.
 Pengkajian primer
a Airway :
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian airway pada pasien antara
lain :
a. Kaji kepatenan jalan nafas pasien. Apakah pasien dapat
berbicara atau bernafas dengan bebas?
b. Kaji adanya tanda-tanda terjadinya obstruksi jalan nafas pada
pasien antara lain:
 Adanya snoring atau gurgling
 Stridor atau suara napas tidak normal
 Agitasi (hipoksia)
 Penggunaan otot bantu pernafasan / paradoxical chest
movements
 Sianosis
c. Look dan listen
d. Jika terjadi obstruksi jalan nafas, maka pastikan jalan nafas
pasien terbuka.
e. Gunakan berbagai alat bantu untuk mempatenkan jalan nafas
pasien sesuai indikasi :
 Chin lift/jaw thrust
 Lakukan suction (jika tersedia)
 Oropharyngeal airway/nasopharyngeal airway,
Laryngeal Mask Airway
 Lakukan intubasi

b Breathing :
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara
lain :
a. Pada kasus pasien dengan congestif heart failure biasanya
terjadi edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis
yang menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli;
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
b. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien. Pada pasien dengan trauma tulang belakang
biasanya ditemukan Pernapasan dangkal, penggunaan otot-otot
pernapasan, pergerakan dinding dada.
 Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah
ada tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury,
flail chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
 Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling
iga, subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk
diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
 Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
c. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada
pasien jika perlu.

c Circulation
Berbeda dengan kondisi kegawatdaruratan dengan yang lain pada
kondisi gawat darurat pada pasien dengan congestif heart failure atau
gagal jantung, komponen circulation menjadi hal yang perlu dikaji lebih
awal dikarenakan kondisi jantung yang tidak mampu bekerja sehingga
suplai darah ke seluruh tubuh dalam sirkulasi jugak terganggu atau tidak
adekuat. angkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi
pasien, antara lain :
a. Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
b. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk
digunakan.
c. Palpasi nadi radial jika diperlukan:
 Menentukan ada atau tidaknya
 Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
 Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
 Regularity
d. Pemeriksaan EKG jugak diperlukan dan harus segera
dilakukan, biasanya pada pasien dengan gagal jantung akan terlihat
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola k jugmungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi,
fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau
lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya aneurisme
ventricular.
e. Kaji adanya peningkatan volume intravaskular.
f. Kaji adanya kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena
yang meningkat akibat turunnya curah jantung.
g. Kaji adanya edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena
pulmonalis.

d Disability
Pada klien dengan gagal jantung biasanya :
 Respon pasien baik (alert),
 kedasaran compos mentis,
 GCS : 15 (E4, V5, M6),
 pupil ishokor,
 refleks terhadap cahaya baik.

e Exposure
Pada klien dengan gagal jantung biasanya :
 Tidak terdapat deformitas,
 contusion,
 abrasi,
 penetrasi, maupun laserasi.
 Terdapat udem pada ekstremitas bawah dan abdomen.

 Pengkajian Sekunder
Survey sekunder juga harus dilakukan yang meliputi beberapa
pemeriksaan setelah pengkajian utama selesai dilakukan, survey skunder
dilakukan untuk melengkapi data-data yang diperlukan, diantaranya meliputi :
1) Riwayat SAMPLE yang bisa didapat dari pasien dan keluarga
(Emergency Nursing Association, 2007):
a. S : sign& symptoms : biasanya pada kasus dengan congestif
heart failure gagal jantung kiri : biasanya mengalami Keluhan berupa
perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak napas, batuk,
anoreksia, dan keringat dingin, batuk dan atau batuk berdarah, fungsi
ginjal menurun.Gejala gagal jantung kanan: Edema, anoreksia, mual,
asites, sakit daerah perut
b. A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan,
plester, makanan)
c. M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti
sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis,
atau penyalahgunaan obat
d. P: Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti
penyakit yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya,
penggunaan obat-obatan herbal)
e. L: Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian)
f. E: Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab kejadian
(kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama) biasanya pada
pasien dengan gagal jantung biasanya sering mengalami serangan pada
saat beraktivitas yang berat dan aktivitas-aktivitas yang memacu kerja
jantung.
2) Pemeriksaan fisik head to toes
a. Kulit kepala
Kaji seluruh kulit kepala diperiksa. biasanya adanya kotor pada kulit
kepala karena kondisi berkeringat pada pasien gagal jantung, nyeri
tekan serta adanya keluhan seperti pusing karena kurangnya suplai
darah ke otak.
b. Wajah
Ingat prinsip look-listen-feel. Inspeksi pada konjungtiva mata karena
pada pasien dengan gagal jantung terjadi anoreksia sehingga resiko
anemia, dan re evaluasi tingkat kesadaran dengan skor GCS.
c. Toraks
a) Inspeksi : Inspeksi dinding dada bagian depan, samping
dan belakang untuk melihat frekuensi dan kedalaman pernafsan,
kesimetrisan expansi dinding dada, penggunaan otot pernafasan
tambahan dan ekspansi toraks bilateral, apakah terpasang pace
maker, frekuensi dan irama denyut jantung.
b) Palpasi : seluruh dinding dada untuk emfisema
subkutan, nyeri tekan dan krepitasi.
c) Perkusi : untuk mengetahui kemungkinan
hipersonor dan keredupan
d) Auskultasi : suara nafas tambahan (apakah ada ronki,
wheezing, rales) dan bunyi jantung (murmur, gallop, friction rub)
d. Abdomen
a) Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang untuk menilai
adanya kelainan
b) Auskultasi bising usus karena anoreksia, dan adanya asites.
perkusi abdomen bagian kuadran kiri bawah bagian belakang,
untuk mendapatkan, nyeri lepas (ringan) karena penurunan ferfusi
pada ginjal.
e. Palpasi abdomen untuk mengetahui adakah kekakuan atau
nyeri tekan karena penurunan ferfusi pada ginjal. dapat dilakukan
pemeriksaan DPL (Diagnostic peritoneal lavage, ataupun USG
(Ultra Sonography).
f. Ektremitas
Pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move. Pada saat inspeksi,
baik pada ekstremitas atas maupun bawah terutama pada daerah
perifer untuk mengetahui adanya edema akibat peningkatan vena
sistemik.
g. Neurologis
Pemeriksaan neurologis yang diteliti meliputi pemeriksaan tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, pemeriksaan motorik dan
sendorik. Peubahan dalam status neirologis dapat dikenal dengan
pemakaian GCS..
3) Pengkajian psiko-sosial
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,
yaitu timbul seperti ketakutan akan kondisinya yang akan semakin
memburuk.
4) Pengkajian Skunder lainnya
Survey sekunder lainnya yang hanya dilakukan setelah kondisi pasien
mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok
telah mulai membaik.
a. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien
yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat
pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang,
riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan sistem. (Emergency
Nursing Association, 2007).
a) Identitas
Congestif heart failure biasanya terjadi pada usia 40 tahun keatas
dan jenis kelamin laki-laki lebih cenderung banyak yang
menderita gagal jantung.
b) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan sesak napas dan perasaan berdebar-debar
c) Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat infark miokard akut menjadi faktor utama
biasanya yang menyertai perjalanan pada pasien dengan congestif
heart failure yang diikuti dengan mulai timbulnya gejala-gejala
seperti berupa perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar,
sesak napas, batuk, anoreksia, dan keringat dingin, batuk dan atau
batuk berdarah, fungsi ginjal menurun.
d) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya hipertensi,
infark miokard akut dan kelainan jantung lainnya.

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN


a. Penurunan curah jantung b.d penurunan kontraktilitas ventrikel kiri, perubahan
frekuensi, irama, dan konduksi elektrikal.
b. Ketidak efektifan pola nafas b.d pengembangan paru tidak optimal , kelebihan
cairan paru
c. Gangguan pertukaran gas b.d pembesaran cairan, kongesti paru sekunder dan
perubahan membrane kapiler alveoli

d. INTERVENSI

DIAGNOSA KEP NOC NIC


Setelah dilakukan tindakan keperawatan Monitor pernafasan
1. Ketidakefekti selama 2x24 jam pola nafas klien dapat 1) Monitor
kecepatan
fan pola nafas teratasi dengan kriteria hasil:
1. Frekuensi irama,kedalaman,dan
berhubungan dengan
pernafasan (5) kesulitan bernafas
pengembangan paru 2. Irama 2) Monitor suara

tidak optimal , pernafasan (5) nafas tambahan seperti


3. Kedalaman
ngorok,dan mengi
kelebihan cairan pernafasan (5) 3) Monitor
4. Suara
paru secara ketat pasien-
auskultasi nafas (5)
pasien yang berisiko
5. Kepatenan
tinggi mengalami
jalan nafas (5) gangguan respirasi
6. Sianosis (5)
(misalnya:bayi baru
7. Demam (5)
8. Pernafasan lahir,gangguan
cuping hidung (5) neuromuskular,pasien
dengan ventilasi
mekanik)
4) Monitor
sekresi pernafas pasien
5) Buka jalan
nafas dengan
menggunakan
maneuver chin lift atau
jaw thrust,dengan tepat
6) Posisikan
pasien miring
kesamping sesuai
indikasi untuk
mencegah
aspirasi,lakukan teknik
log roll jika pasien
diduga cedera leher
7) Bantuan terapi
nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen jalan nafas
1) Buka jalan
pertukaran gas b.d selama 2x24 jam bersihan jalan nafas
nafas dengan tehnik
klien dapat teratasi dengan kriteria hasil:
pembesaran cairan, 1. Frekuensi pernafasan (5) chin lift atau jaw
2. Irama pernafasan (5)
kongesti paru 3. Kedalaman inspirasi (5)
thrust,sebagaimana

sekunder dan 4. Suara auskultasi nafas mestinya


2) Posisikan
(5)
perubahan 5. Kepatenan jalan nafas pasien sebagaimana
membrane kapiler (5) mestinya
6. Volume tidal (5) 3) Buang sekret
alveoli 7. Pencapaian tingkat
dengan memotivasi
insentif spirometri (5)
pasien untuk
8. Kapasitas vital (5)
melakukan batuk atau
menyedot lendir
4) Auskultasi
suara nafas,catat area
yang ventilasinya
menurun atau ada
tidaknya suara
tambahan
5) Kelola udara
atau oksigen yang
dilembabkan,sebagaim
ana mestinya
6) Regulasi
asupan cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan cairan
7) Posisikan
untuk meringankan
sesak nafas
8) Monitor status
pernafasan dan
oksigenasi,sebagaiman
a mestinya

3. Penurunan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Perawatan Jantung


1) Secara rutin
curah jantung b.d selama 2x24 jam bersihan jalan nafas
mengecek fisik fan
klien dapat teratasi dengan kriteria hasil:
penurunan 1. Tekanan darah sistol (5) psikologis
2. Tekanan darah diastole 2) Pastikan
kontraktilitas
(5) tingkat aktivitas px
ventrikel kiri, 3. Denyut jantung apical
yang tidak
perubahan frekuensi, (5)
membahayakan curah
4. Indeks jantung (5)
irama, dan konduksi 5. Fraksi ejaksi (5) jantung atau
6. Denyut nadi perifer (5)
elektrikal. memprovokasi
7. Ukuran jantung (5)
8. Keseimbangan intake serangan jantung
3) Dororng
dan output dalam 24 jam (5)
9. Suara jantung abnormal peningkatan aktivitas
(5) bertahap ketika kondisi
10. Edema perifer (5)
px sudah stabil
11. Edema paru (5)
4) Intruksi px
tentang pentingnya
untuk segera
melaporkan bila
merasakan nyeri dada
5) Evaluasi
episode nyeri dada
6) Lakukan
penilaian kompehensif
pada sirkulasi
7) Monitot
tanda-tanda vital secara
rutin
8) Monitor
distrimia jantung
9) Catat tanda
dan gejala penurunan
curah jantung
10) Evalusi
perubahan tekanan
darah
11) Evaluasi
respon px

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat dan pasien dengan tujuan untuk membantu pasien
dan mencapai hasil yang telah ditetapkan yang mencakup perawatan, kesehatan,
pencegahan peyakit, pemeliharaan kesehatan dan memfasilitasi koping
(Nursalam, 20011).
Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :
1. Fase Persiapan Pengetahuan tentang rencana, validasi rencana
2. Fase Persiapan Pasien.
3. Fase Persiapan lingkungan.
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan
pelaksanaan tindakan dan perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan tanggung jawab
perawat secara profesional sesuai standar praktik keperawatan yaita tindakan
dpenden (limpahan) dan independen (kerja sama tim kesehatan lainnya).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah Tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan. Rencana
tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai melalui evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian. Analisa
perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Ignatifikcus dan Bayne, 1994).
Tolak ukur yang digunakan untuk penilaian pencapaian tujuan pada tahap
ini dan kreteria yang telah dibuat pada tahap perencanaan sehingga pada akhirnya
dapat disimpulkan apakah masalah teratasi seluruhnya/sebagian belum sama
sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Selanjutnya perkembangan respon pasien dituangkan kedalam catatan
perkembangan pasien yang diuraikan secara SOAP:
S : Keluhan-keluhan pasien ( apa yang dikatakan pasien).
O : Apa yang dilihat, dicium, diraba, diukur oleh perawat.
A : Kesimpulan perawat tentang kondisi pasien
P : Rencana tindakan keperavatan untuk mengatasi masalah Pasien.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau Decomp
Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan (Price, S. A.
2002).
Secara Umum etilogi dari gagal jantung adalah
 Kelainan otot jantung
 Aterosklerosis coroner
 Hipertensi sistemik
 Faktor sistemik
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien,
beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat,
apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan
jantung.

3.2 Saran
Semoga dengan memahami makalah asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada gagal jantung ini. Kita bisa menerapkan dan membagi ilmu dalam
menyelesaikan masalah gangguan tidak nyaman ini dalan kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta : EGC

Barbara C. Long. (1996). Perawatan Medikal Bedah JAPK. Bandung : Padjajaran

Doengoes, E.M. (2000).Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Hudak & Gallo, (1994). Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC

Susunan Martin. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Sylvia, AP. (1999). Patofisiologi. Jakarta : EGC

Muttaqin ,arif. 2009 . asuhan keperawatan klien dengan gangguan system


kardiovaskuler dan hematologic.Jakarta.Salemba medika

Vous aimerez peut-être aussi