Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Askep Kegawatdaruratan II yang berjudul
“asuhan keperawatan kegawadaruratan pada klien dengan Gagal Jantung”
Dalam penyusunan makalah ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini . Adapun ucapan terima kasih kami
tunjukkan kepada pihak-pihak sebagai berikut :
1. Bapak Imam fatoni SKM. MM Selaku Ketua STIKES Insan Cendekia
Medika Jombang yang telah memberi izin dan fasilitas sehingga Makalah ini
dengan baik .
2. Ibu Arum Dwi Ningsi,S.Kep,.Ns Selaku Pembimbing akademik kelas 5A S1
Keperawatan yang telah memberikan bimbingan berupa moral maupun moril.
3. Dr. Haryono selaku dosen mata kuliah Gawatdarurat II yang telah memberi
inspirasi dan membimbing dalam pembuatan makalah ini.
4. Orang Tua kami yang senantiasa mendukung dan mendoakan kami.
5. Pihak-pihak yang tidak bisa disebut satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, baik dari segi penyusunan, pembahasan ataupun penulisannya. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran kepada pembaca yang sifatnya membangun. Sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
1.2 Rumusan masalah........................................................................ 4
1.3 Tujuan.......................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN TEORI
2.1................................................................................................Pengertia
n .................................................................................................. 6
2.2................................................................................................Klasifikas
i ................................................................................................... 7
2.3................................................................................................Etiologi
..................................................................................................... 7
2.4................................................................................................Manifesta
si ................................................................................................. 10
2.5................................................................................................Komplika
si .................................................................................................. 11
2.6................................................................................................Pemeriksa
an penunjang ............................................................................... 11
2.7................................................................................................Penatalak
sanaan ......................................................................................... 12
2.8................................................................................................Pathway
.....................................................................................................
2.9................................................................................................Asuhan
keperawatan ................................................................................ 25
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 25
3.2 Saran ........................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau Decomp
Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan (Price, S. A.
2002). Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan
oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal jantung termasuk kerusakan sifat
kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah jantung kurang dari normal.
Kondisi umum yang mendasari termasuk aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit
inflamasi atau degeneratif otot jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang
perkembangan dan keparahan dari gagal jantung. Peningkatan laju metabolic
( misalnya ;demam, koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia membutuhkan suatu
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.(Diane C. Baughman
dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik berupa kelainan fungsi jantung
sehingga tidak mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
jaringan dan kemampuannya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara
abnormal (Mansjoer, 2003). Gagal jantung adalah suatu keadaan patofisiologik
adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau
disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Smeltzer, 2002)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gagal jantung adalah keadaan dimana
jantung sudah tidak mampu memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh dan
kemampuannya hanya ada kalau disertai dengan peningkatan tekanan pengisian
ventrikel kiri.
2.2 Klasifikasi
Prognosa : baik
b. Klasifikasi II
Gejala
Kegiatan sehari-hari sedikit terbatas
Gejala tidak ada saat istirahat
Ada bailar ( krekels dan 53 murmur )
Prognosa : baik
c. Klasifikasi III
Gejala
Kegiatan sehari-hari terbatas
Klien merasa nyaman saat istirahat
Prognosa : baik
d. Klasifikasi IV
Gejala
Gejala insufisiensi jantung ada saat istirahat
Prognosa : baik
2.3 Etiologi
Secara Umum
Faktor resiko
a) Usia Laki-laki yang berusia lebih dari 45 tahun dan wanita yang
berusia lebih dari 55 tahun, mempunyai risiko lebih besar terkena penyakit
jantung.
b) Genetik atau keturunan Adanya riwayat dalam keluarga yang
menderita penyakit jantung, meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Riwayat dalam keluarga juga tidak dapat dirubah. Namun informasi tersebut
sangat penting bagi dokter. Jadi informasikan kepada dokter apabila orang tua
anda, kakek atau nenek, paman / bibi, atau saudara ada yang menderita
penyakit jantung.
c) Penyakit Lain Penyakit lain seperti diabetes, meningkatkan resiko
penyakit jantung. Diskusikan dengan dokter mengenai penanganan diabetes
dan penyakit lainnya. Gula darah yang terkontrol baik dapat menurunkan
risiko penyakit jantung.
Kerusakan hati
Gagal jantung dapat menyebabkan penumpukan cairan yang menempatkan
terlalu banyak tekanan pada hati. Cairan ini dapat menyebabkab jaringan parut yang
mengakibatkanhati tidak dapat berfungsi dengan baik.
Karena aliran darah melalui jantung lebih lambat pada gagal jantung daripada
di jantung yang normal, maka semakin besar kemungkinan Anda akan
mengembangkan pembekuan darah, yang dapat meningkatkan risiko terkena serangan
jantung atau stroke
BAB III
3.1 Pengkajian
Anamnesis
Pengkajian menurut Judha & Nazwar (2011) adalah pendekatan
sistemik untuk mengumpulkan data dan menganalisa, sehingga dapat diketahui
kebutuhan perawatan pasien tersebut. Langkah-langkah dalam pengkajian
meliputi pengumpulan data, analisa dan sintesa data serta perumusan diagnosa
keperawatan. Pengumpulan data akan menentukan kebutuhan dan masalah
kesehatan atau keperawatan yang meliputi kebutuhan fisik, psikososial dan
lingkungan pasien. Sumber data didapatkan dari pasien, keluarga, teman, team
kesehatan lain, catatan pasien dan hasil pemeriksaan laboratorium. Metode
pengumpulan data melalui observasi (yaitu dengan cara inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi), wawancara (yaitu berupa percakapan untuk memperoleh
data yang diperlukan), catatan (berupa catatan klinik, dokumen yang baru
maupun yang lama), literatur (mencakup semua materi, buku-buku, masalah
dan surat kabar).
1. Identitas klien
Biodata klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, no.register, agama,
suku bangsa, alamat, pendidikan, pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis.
Biodata penanggung jawab perlu dipertanyakan untuk mengetahui hubungan
soaial dengan klien meliputinama, umur,jenis kelamin, agama, suku/bangsa,
alamat, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat, hubungan dengan klien.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya pada pasien gagal jantung bisa di dapat keluhan utama dipsnea,
kelemahan fisik, dan edema sistemik.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya kongesti vascular pulmonal : dispnea, ortopnea,
batuk,dan edema pulmonal akut.
b Breathing :
Yang perlu diperhatikan dalam pengkajian breathing pada pasien antara
lain :
a. Pada kasus pasien dengan congestif heart failure biasanya
terjadi edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis
yang menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru ke alveoli;
dimanifestasikan dengan batuk dan nafas pendek.
b. Look, listen dan feel; lakukan penilaian terhadap ventilasi dan
oksigenasi pasien. Pada pasien dengan trauma tulang belakang
biasanya ditemukan Pernapasan dangkal, penggunaan otot-otot
pernapasan, pergerakan dinding dada.
Inspeksi dari tingkat pernapasan sangat penting. Apakah
ada tanda-tanda sebagai berikut : cyanosis, penetrating injury,
flail chest, sucking chest wounds, dan penggunaan otot bantu
pernafasan.
Palpasi untuk adanya : pergeseran trakea, fraktur ruling
iga, subcutaneous emphysema, perkusi berguna untuk
diagnosis haemothorax dan pneumotoraks.
Auskultasi untuk adanya : suara abnormal pada dada.
c. Buka dada pasien dan observasi pergerakan dinding dada
pasien jika perlu.
c Circulation
Berbeda dengan kondisi kegawatdaruratan dengan yang lain pada
kondisi gawat darurat pada pasien dengan congestif heart failure atau
gagal jantung, komponen circulation menjadi hal yang perlu dikaji lebih
awal dikarenakan kondisi jantung yang tidak mampu bekerja sehingga
suplai darah ke seluruh tubuh dalam sirkulasi jugak terganggu atau tidak
adekuat. angkah-langkah dalam pengkajian terhadap status sirkulasi
pasien, antara lain :
a. Cek nadi dan mulai lakukan CPR jika diperlukan.
b. CPR harus terus dilakukan sampai defibrilasi siap untuk
digunakan.
c. Palpasi nadi radial jika diperlukan:
Menentukan ada atau tidaknya
Menilai kualitas secara umum (kuat/lemah)
Identifikasi rate (lambat, normal, atau cepat)
Regularity
d. Pemeriksaan EKG jugak diperlukan dan harus segera
dilakukan, biasanya pada pasien dengan gagal jantung akan terlihat
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia dan
kerusakan pola k jugmungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi,
fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau
lebih setelah infark miokard menunjukkan adanya aneurisme
ventricular.
e. Kaji adanya peningkatan volume intravaskular.
f. Kaji adanya kongesti jaringan akibat tekanan arteri dan vena
yang meningkat akibat turunnya curah jantung.
g. Kaji adanya edema pulmonal akibat peningkatan tekanan vena
pulmonalis.
d Disability
Pada klien dengan gagal jantung biasanya :
Respon pasien baik (alert),
kedasaran compos mentis,
GCS : 15 (E4, V5, M6),
pupil ishokor,
refleks terhadap cahaya baik.
e Exposure
Pada klien dengan gagal jantung biasanya :
Tidak terdapat deformitas,
contusion,
abrasi,
penetrasi, maupun laserasi.
Terdapat udem pada ekstremitas bawah dan abdomen.
Pengkajian Sekunder
Survey sekunder juga harus dilakukan yang meliputi beberapa
pemeriksaan setelah pengkajian utama selesai dilakukan, survey skunder
dilakukan untuk melengkapi data-data yang diperlukan, diantaranya meliputi :
1) Riwayat SAMPLE yang bisa didapat dari pasien dan keluarga
(Emergency Nursing Association, 2007):
a. S : sign& symptoms : biasanya pada kasus dengan congestif
heart failure gagal jantung kiri : biasanya mengalami Keluhan berupa
perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar, sesak napas, batuk,
anoreksia, dan keringat dingin, batuk dan atau batuk berdarah, fungsi
ginjal menurun.Gejala gagal jantung kanan: Edema, anoreksia, mual,
asites, sakit daerah perut
b. A : Alergi (adakah alergi pada pasien, seperti obat-obatan,
plester, makanan)
c. M : Medikasi/obat-obatan (obat-obatan yang diminum seperti
sedang menjalani pengobatan hipertensi, kencing manis, jantung, dosis,
atau penyalahgunaan obat
d. P: Pertinent medical history (riwayat medis pasien seperti
penyakit yang pernah diderita, obatnya apa, berapa dosisnya,
penggunaan obat-obatan herbal)
e. L: Last meal (obat atau makanan yang baru saja dikonsumsi,
dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian)
f. E: Events, hal-hal yang bersangkutan dengan sebab kejadian
(kejadian yang menyebabkan adanya keluhan utama) biasanya pada
pasien dengan gagal jantung biasanya sering mengalami serangan pada
saat beraktivitas yang berat dan aktivitas-aktivitas yang memacu kerja
jantung.
2) Pemeriksaan fisik head to toes
a. Kulit kepala
Kaji seluruh kulit kepala diperiksa. biasanya adanya kotor pada kulit
kepala karena kondisi berkeringat pada pasien gagal jantung, nyeri
tekan serta adanya keluhan seperti pusing karena kurangnya suplai
darah ke otak.
b. Wajah
Ingat prinsip look-listen-feel. Inspeksi pada konjungtiva mata karena
pada pasien dengan gagal jantung terjadi anoreksia sehingga resiko
anemia, dan re evaluasi tingkat kesadaran dengan skor GCS.
c. Toraks
a) Inspeksi : Inspeksi dinding dada bagian depan, samping
dan belakang untuk melihat frekuensi dan kedalaman pernafsan,
kesimetrisan expansi dinding dada, penggunaan otot pernafasan
tambahan dan ekspansi toraks bilateral, apakah terpasang pace
maker, frekuensi dan irama denyut jantung.
b) Palpasi : seluruh dinding dada untuk emfisema
subkutan, nyeri tekan dan krepitasi.
c) Perkusi : untuk mengetahui kemungkinan
hipersonor dan keredupan
d) Auskultasi : suara nafas tambahan (apakah ada ronki,
wheezing, rales) dan bunyi jantung (murmur, gallop, friction rub)
d. Abdomen
a) Inspeksi abdomen bagian depan dan belakang untuk menilai
adanya kelainan
b) Auskultasi bising usus karena anoreksia, dan adanya asites.
perkusi abdomen bagian kuadran kiri bawah bagian belakang,
untuk mendapatkan, nyeri lepas (ringan) karena penurunan ferfusi
pada ginjal.
e. Palpasi abdomen untuk mengetahui adakah kekakuan atau
nyeri tekan karena penurunan ferfusi pada ginjal. dapat dilakukan
pemeriksaan DPL (Diagnostic peritoneal lavage, ataupun USG
(Ultra Sonography).
f. Ektremitas
Pemeriksaan dilakukan dengan look-feel-move. Pada saat inspeksi,
baik pada ekstremitas atas maupun bawah terutama pada daerah
perifer untuk mengetahui adanya edema akibat peningkatan vena
sistemik.
g. Neurologis
Pemeriksaan neurologis yang diteliti meliputi pemeriksaan tingkat
kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, pemeriksaan motorik dan
sendorik. Peubahan dalam status neirologis dapat dikenal dengan
pemakaian GCS..
3) Pengkajian psiko-sosial
Pengkajian mekanisme koping yang digunakan klien untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan
peran klien dalam keluarga. Apakah ada dampak yang timbul pada klien,
yaitu timbul seperti ketakutan akan kondisinya yang akan semakin
memburuk.
4) Pengkajian Skunder lainnya
Survey sekunder lainnya yang hanya dilakukan setelah kondisi pasien
mulai stabil, dalam artian tidak mengalami syok atau tanda-tanda syok
telah mulai membaik.
a. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan dari anamnesis riwayat pasien
yang merupakan bagian penting dari pengkajian pasien. Riwayat
pasien meliputi keluhan utama, riwayat masalah kesehatan sekarang,
riwayat medis, riwayat keluarga, sosial, dan sistem. (Emergency
Nursing Association, 2007).
a) Identitas
Congestif heart failure biasanya terjadi pada usia 40 tahun keatas
dan jenis kelamin laki-laki lebih cenderung banyak yang
menderita gagal jantung.
b) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta
pertolongan kesehatan sesak napas dan perasaan berdebar-debar
c) Riwayat penyakit sekarang
Adanya riwayat infark miokard akut menjadi faktor utama
biasanya yang menyertai perjalanan pada pasien dengan congestif
heart failure yang diikuti dengan mulai timbulnya gejala-gejala
seperti berupa perasaan badan lemah, cepat lelah, berdebar-debar,
sesak napas, batuk, anoreksia, dan keringat dingin, batuk dan atau
batuk berdarah, fungsi ginjal menurun.
d) Riwayat penyakit dahulu
Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi adanya hipertensi,
infark miokard akut dan kelainan jantung lainnya.
d. INTERVENSI
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan
keperawatan oleh perawat dan pasien dengan tujuan untuk membantu pasien
dan mencapai hasil yang telah ditetapkan yang mencakup perawatan, kesehatan,
pencegahan peyakit, pemeliharaan kesehatan dan memfasilitasi koping
(Nursalam, 20011).
Ada tiga fase implementasi keperawatan yaitu :
1. Fase Persiapan Pengetahuan tentang rencana, validasi rencana
2. Fase Persiapan Pasien.
3. Fase Persiapan lingkungan.
Fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan adalah kegiatan
pelaksanaan tindakan dan perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan tanggung jawab
perawat secara profesional sesuai standar praktik keperawatan yaita tindakan
dpenden (limpahan) dan independen (kerja sama tim kesehatan lainnya).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah Tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan. Rencana
tindakan dan pelaksanaan sudah berhasil dicapai melalui evaluasi memungkinkan
perawat untuk memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian. Analisa
perencanaan dan pelaksanaan tindakan (Ignatifikcus dan Bayne, 1994).
Tolak ukur yang digunakan untuk penilaian pencapaian tujuan pada tahap
ini dan kreteria yang telah dibuat pada tahap perencanaan sehingga pada akhirnya
dapat disimpulkan apakah masalah teratasi seluruhnya/sebagian belum sama
sekali dan bahkan timbul masalah baru.
Selanjutnya perkembangan respon pasien dituangkan kedalam catatan
perkembangan pasien yang diuraikan secara SOAP:
S : Keluhan-keluhan pasien ( apa yang dikatakan pasien).
O : Apa yang dilihat, dicium, diraba, diukur oleh perawat.
A : Kesimpulan perawat tentang kondisi pasien
P : Rencana tindakan keperavatan untuk mengatasi masalah Pasien.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gagal jantung disebut juga CHF (Congestive Heart Failure) atau Decomp
Cordis. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk matabolisme jaringan (Price, S. A.
2002).
Secara Umum etilogi dari gagal jantung adalah
Kelainan otot jantung
Aterosklerosis coroner
Hipertensi sistemik
Faktor sistemik
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien,
beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang terlibat,
apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan penampilan
jantung.
3.2 Saran
Semoga dengan memahami makalah asuhan keperawatan kegawatdaruratan
pada gagal jantung ini. Kita bisa menerapkan dan membagi ilmu dalam
menyelesaikan masalah gangguan tidak nyaman ini dalan kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta : EGC