Vous êtes sur la page 1sur 60

COVER

ASUHAN ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA


KLIEN NY.C
DENGAN GOUT ARHTRITIS DI BANTAR GEBANG
BEKASI TIMUR
(untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik)

DISUSUN OLEH:

ALZENI ANGGRAENI ROSSA ULLIN OLGA MAWARNI


DIANITA PURNAMASARI ULFA NUR ANISA
MELDA ANGGRAENI YULI YANI
POPPY RAKARSIWI YUNI SYARAH
SEPTIA INDRIANI PUTRI YESTIOMAS

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MITRA KELUARGA
BEKASI
2017
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny.C dengan Gout Arthritis yang telah
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik di
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Keluarga.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
membantu mendukung untuk menyelesaikan makalah ini. Untuk itu kami
mengucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah diberikan
dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terima kasih kepada dosen pembimbing,
orang tua yang tiada henti memberi kasih sayang dan tidak pernah letih mendoakan
serta teman-teman yang selalu memberikan semangat untuk kita semua.
Pada makalah ini kelompok menyadari masih jauh dari kesempurnaan.
Untuk itu, segala kritik dan saran yang baik kelompok dapat menerimanya dengan
senang hati demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja, khususnya para mahasiswa
serta seluruh pembaca.

Bekasi, April 2017

Kelompok Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam pembangunan
kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang berdampak
terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia). Sehingga jumlah
penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih
cepat (Nugroho, 2000). Berdasarkan data Biro Pusat Statistik tahun 2009,
pada tahun 1980 penduduk penduduk Lansia baru berjumlah 7,9 juta jiwa
atau 5,4 % dari jumlah seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 52, 2
tahun. Dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 23,9 juta orang atau 9,8 %
dari keseluruhan jumlah penduduk dan dengan usia harapan hidup 70,6
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lansia meningkat secara
konsisten dari waktu ke waktu.

Menyadari angka harapan hidup yang semakin meningkat maka jumlah


penduduk lansia juga meningkat sejalan dengan meningkatnya kondisi
sosial ekonomi dan sosial budaya bangsa yang membaik. Secara individu,
pengaruh proses penuaan menimbulkan berbagai masalah baik secara fisik,
biologis, mental maupun sosial ekonominya. Angka kesakitan pada penyakit
tidak menular seperti kanker, penyakit kardiovaskuler dan penyakit
degenaratif lainnya memperlihatkan kecenderungan yang kian meningkat (
Depkes, 2009 ).

Di Indonesia, prevalensi penyakit tidak menular tertinggi pada orang


dewasa dan lansia adalah penyakit sendi (30,3%) melebihi hipertensi
(29,8%), stroke (8,3%), asma (3,5%), jantung (3,2%), diabetes (1,1%),
dan tumor (4,3%) (RISKESDAS, 2007). Berdasarkan data RISKESDAS
2013, prevalensi penyakit sendi pada usia 55 - 64 tahun 45,0%, usia 65 –
74 tahun 51,9, usia ≥ 75 tahun 54,8%.8 Penyakit sendi yang sering
dialami oleh golongan lanjut usia yaitu penyakit artritis gout,
osteoarthritis dan artritis reuomatoid. Artritis gout merupakan gangguan
metabolik yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat. Salah
satu faktor yang dapat mempengaruhi arthritis gout adalah makanan yang
dikonsumsi, umumnya makanan yang tidak seimbang (asupan protein
yang mengandung purin terlalu tinggi). Kebiasaan mengkonsumsi
makanan yang mengandung purin 200 mg/hari akan meningkatkan risiko
artritis gout tiga kali lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak
mengkonsumsi purin.

Asam urat merupakan hasil akhir dari metabolisme purin yang dapat berasal
dari makanan atau sel tubuh sendiri. Umumnya darah manusia dapat
menampung asam urat sampai tingkat tertentu. Kadar asam urat dalam darah
manusia normalnya 7 mg/dl pada pria dan pada wanita ratarata dibawah 6
mg/dl. Tetapi apabila kadarnya melebihi standar tersebut maka darah tidak
mampu menampung asam urat dan harus dibuang ke berbagai organ
terutama paling banyak ke sendi, ginjal, ujung kaki dan tangan. Seseorang
dengan riwayat pernah cek asam urat diatas 7 mg/dl kemungkinan untuk
menjadi gout semakin besar. Biasanya 25 % orang dengan kadar asam urat
tinggi akan menjadi penyakit gout. Hal ini disebut awal stadium,
asimtomatik tanpa gejala. Pada setiap orang berbeda-beda, ada yang
bertahun-tahun sama sekali tidak muncul gejalanya, tetapi ada yang muncul
diusia 20 tahun, 30 tahun atau 40 tahun ( Depkes, 2009 ).

Salah satu jenis artritis yang sangat berhubungan dengan gangguan


metabolik, dapat menyebabkan miokard infark, diabetes serta kematian
dini, dan insidensinya terus meningkat dari tahun ke tahun adalah artritis
gout (Choi, 2010). Artritis inflamatori yang paling sering terjadi pada
laki-laki ini adalah salah satu penyakit metabolik yang dicirikan dengan
adanya hiperurisemia, serangan berulang dari artritis akut, simpanan
kristal mikro monosodium urat monohidrat di dalam dan sekitar sendi,
dan nefrolitiasis asam urat (Dao & Sakamoto, 2010). Epidemiologi gout
sulit untuk dikuantifikasi secara presisi, hal ini dikarenakan metodologi
yang digunakan bervariasi antar penelitian, mencakup perbedaan dalam
definisi kasus dan cara mengestimasi insidensi dan prevalensi. Walaupun
demikian, berbagai penelitian menunjukkan adanya peningkatan
prevalensi selama beberapa dekade terakhir (Doherty, 2009).

Peran perawat untuk membantu penanganan masalah penyakit asam urat


dan untuk mencegah agar tidak timbul dampak yang lebih buruk dari
masalah penyakit asam urat yaitu dengan upaya perawat secara promotif
dengan memberikan pengetahuan tentang makanan yang dapat
mempengaruhi peningkatan purin dan pendidikan kesehatan tentang
asam urat, upara preventif yang dapat dilakukan adalah dengan cara
memeriksakan kadar asam urat di pelayanan kesehatan terdekat,
dianjurkan untuk minum banyak air, menghindari minuman beralkohol
dan mengurangi makanan yang kaya akan protein. Upaya kuratif yaitu
dengan cara pengobatan yyang diperoleh dengan menggunakan resep
dokter, obat-obatannya seperti Obat Anti Inflamasi Non-Steroid
(OAINS), kortikosteroid, imunosupresif dan suplemen antioksidan.
Upaya rehabilitative yang dapat dilakukan adalah yaitu menganjurkan
klien untuk menjaga konsumsi makanan agar tidak mengalami
kekambuhan asam urat kembali terutama makanan yang mengandung
purin tinggi.

Berdasarkan dari data di atas menunjukkan permasalah pada lansia yang


paling tinggi adalah penyakit yang tidak menular adalah penyakit sendi,
karena kurangnya pengetahuan tentang penyakit asam urat dan
menggunaan obat yang tidak tepat, sehingga kelompok tertarik untuk
membahas penyakit asam urat pada lansia.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan Asuhan Keperawatan Keluarga pada
lanisa, pada Ny. C dengan gangguan sistem muskulokeletal yaitu
asam urat
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. C
b. Mahasiswa mampu merumuskan dan menegakkan diagnosa
keperawatan pada Ny. C
c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan Ny. C
d. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan
pada Ny. C
e. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi keperawatan pada Ny.
C
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini terbatas pada pemberian asuhan
keperawatan pada klien Ny. C dengan gangguan asam urat pada lansia
meliputi tahapan pengkajian, perencanaan, diagnosa, implementasi,
evaluasi dan pada Ny. C

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan adalah melalui pendekatan studi kasus, yaitu
metode yang memberikan gambaran terhadap suatu kejadian atau
keadaan yang sedang berlangsung melalui proses keperawatan. Adapun
teknik-teknik yang digunaan untuk memperoleh data dan informasi
dengan cara:
1. Wawancara
Penulis melakukan wawancara dengan klien untuk mendapatkan
data subjektif dari klien.
2. Studi Kepustakaan
Untuk mendapatkan literature dan tinjauan teoritis, mengenai
konsep dasar penyakit maupun konsep asuhan keperawatan.
3. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan
mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi untuk
memperoleh data dan mencatat hal-hal penting termasuk
pemeriksaan fisik.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Lansia
1. Pengertian
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa
dekade. Usia lanjut merupakan tahap perkembangan normal yang
akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan
merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari (Notoatmodjo,
2007).
Menurut Undang Undang RI No 23 tahun 1992 tentang kesehatan
pasal 19 ayat 1 bahwa manusia lanjut usia adalah seseorang yang
karena usianya mengalami perubahan biologis, fisik, kejiwaan dan
sosial. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek
kehidupan (Khoiriyah, 2011)
2. Klasifikasi Lansia
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam Nugroho
(2000), lanjut usia meliputi:
a. Usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Usia lanjut (eldery) antara 60-74 tahun
c. Usia lanjut tua (old) antara 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun
3. Masalah Fisik yang Sering Ditemukan pada Lansia
Menurut Azizah (2011), masalah fisik yang sering ditemukan pada
lansia adalah:
a. Mudah Jatuh
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi
mata yang melihat kejadian yang mengakibatkan seseorang
mendadak terbaring/terduduk di lantai atau tempat yang lebih
rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka.
b. Mudah Lelah
Disebabkan oleh:
1) Faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau perasaan
depresi)
2) Gangguan organis
3) Pengaruh obat-obat
c. Berat Badan Menurun
Disebabkan oleh:
1) Pada umumnya nafsu makan menurun karena kurang gairah
hidup atau kelesuan
2) Adanya penyakit kronis
3) Gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan
makanan terganggu
4) Faktor-faktor sosioekonomis (pensiun)
d. Sukar Menahan Buang Air Besar
Disebabkan oleh:
1) Obat-obat pencahar perut
2) Keadaan diare
3) Kelainan pada usus besar
4) Kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum
usus)
e. Gangguan pada Ketajaman Penglihatan
Disebabkan oleh:
1) Presbiop
2) Kelainan lensa mata (refleksi lensa mata kurang)
3) Kekeruhan pada lensa (katarak)
4) Tekanan dalam mata yang meninggi (glaukoma)
4. Penyakit yang Sering Dijumpai pada Lansia
Menurut Azizah (2011), dikemukakan adanya empat penyakit yang sangat
erat hubungannya dengan proses menua yakni:
a. Gangguan sirkulasi darah, seperti : hipertensi, kelainan pembuluh
darah, gangguan pembuluh darah di otak (koroner) dan ginjal
b. Gangguan metabolisme hormonal, seperti: diabetes mellitus,
klimakterium, dan ketidakseimbangan tiroid
c. Gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout arthritis, atau
penyakit kolagen lainnya
d. Berbagai macam neoplasma

B. Konsep Masalah Kesehatan


1. Definisi
Gout atristis adalah penyakit inflamasi sendi yang paling sering
ditemukan, yang ditandai dengan penumpukan kristal monosodium
urat di dalam ataupun di sekitar persendian. Monosodium urat ini
berasal dari metabolisme purin. Hal penting yang mempengaruhi
penumpukan kristal adalah hiperurisemia dan saturasi jaringan tubuh
terhadap urat. Apabila kadar asam urat di dalam darah terus meningkat
dan melebihi batas ambang saturasi jaringan tubuh, penyakit artritis
gout ini akan memiliki manifestasi berupa penumpukan kristal
monosodium urat secara mikroskopis maupun makroskopis berupa
tophi (Zahara, 2013).

2. Etiologi
Menurut Iskandar, 2012 penyebab asam urat darah tinggi
(hiperurisemia) terjadi karena:

a. Pembentukan asam urat berlebihan (gout metabolik):


1) Gout primer metabolik terjadi karena sintesa atau
pembentukan asam urat yang berlebihan.
2) Gout sekunder metabolik terjadi karena pembentukan asam
urat berlebihan karena penyakit. Seperti leukemia, terutama
yang di obati dengan sitostatika, psoriasis, polisitemia vera,
dan mielofibrosis. 12
b. Pengeluaran asam urat melalui ginjal kurang (gout renal):
1) Gout renal primer terjadi karena gangguan eksresi asam urat
di tubuli distal ginjal yang sehat.
2) Gout renal sekunder disebabkan oleh ginjal yang rusak,
misalnya pada glomerulonefritis kronik, kerusakan ginjal
kronis (chronic renal failure).
c. Perombakan dalam usus yang berkurang. Serangan gout (arthritis
gout akut) secara mendadak, dapat dipicu oleh:
1) Luka ringan
2) Pembedahan
3) Konsumsi alkohol dalam jumlah besar atau makanan yang
kaya akan protein purin
4) Kelelahan
5) Stres secara emosional
6) Penyakit dan sejumlah obat yang menghambat sekresi
asam urat, seperti salisilat dosis kecil, hidroklorotiazid
(diuretik), asam-asam keton hasil pemecahan lemak
sebagai akibat dari terlalu banyak mengkonsumsi lemak
7) Kedinginan

Kurang lebih 20-30% penderita gout terjadi akibat kelainan sintesa


purin dalam jumlah besar yang menyebabkan kelebihan asam urat
dalam darah. Kurang dari 75% pederita gout terjadi akibat kelebihan
produksi asam urat, tetapi pengeluarannya tidak sempurna (Bennion,
1979).

3. Manifestasi Klinis
Gejala klinis dari gout bermacam-macam yaitu, serangan akut gout,
serangan gout berulang, gout menahun disertai tofus, hiperurisemia
tak bergejala. Keluhan utama saat serangan akut adalah nyeri sendi
yang teramat sangat disertai bengkak, hangat, memerah dan nyeri
tekan, biasanya disertai dengan demam. Persendian yang pertama kali
terkena yaitu ibu jari kaki dan bagian lain dari ekstremitas bawah,
sedangkan pada gout menahun akan terjadi pembentukan tofus. Tofus
merupakan benjolan dari kristal monosodium urat yang menumpuk di
jaringan lunak tubuh, (Setiyohadi,2006) Sari (2010) menyebutkan
tanda-tanda seseorang menderita gout adalah sebagai berikut :

a. Adanya kristal-kristal asam urat berbentuk jarum yang


cenderung mengumpul pada sendi.
b. Timbul tofus (endapan seperti kapur di kulit yang membentuk
suatu tonjolan atau benjolan) yang menandai pengendapan
kristal asam14urat. Tofus timbul pada daun telinga, siku, tumit
belakang dan punggung tangan.
c. Biasanya gout mengenai sendi ibu jari, tetapi bisa juga pada
tumit, pergelangan kaki atau tangan, dan muncul sebagi
serangan kambuhan.
d. Kesemutan dan pegal linu
e. Sendi-sendi yang terserang tampak merah, bengkak,
mengkilat, kulit diatasnya terasa panas disertai nyeri yang
sangat hebat dan persendian sulit digerakkan

4. Patofisiologi
Penyakit arthritis gout merupakan salah satu penyakit inflamasi
sendi yang paling sering ditemukan, ditandai dengan adanya
penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun di sekitar
persendian (Zahara, 2013). Asam urat merupakan kristal putih
tidak berbau dan tidak berasa lalu mengalami dekomposisi
dengan pemanasan menjadi asam sianida (HCN) sehingga cairan
ekstraseslular yang disebut sodium urat. Jumlah asam urat dalam
darah dipengaruhi oleh intake purin, biosintesis asam urat dalam
tubuh, dan banyaknya ekskresi asam urat (Kumalasari, 2009).
Kadar asam urat dalam darah ditentukan oleh keseimbangan antara
produksi (10% pasien) dan ekskresi (90% pasien). Bila
keseimbangan ini terganggu maka dapat menyebabkan terjadinya
peningkatan kadar asam urat dalam darah yang disebut dengan
hiperurisemia (Manampiring, 2011)

5. Patoflowdiagram

6. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain:
a. Penyakit ginjal
b. Batu ginjal (endapan kristal)
c. Hipertensi

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Seorang dikatakan menderita asam urat apabila pemeriksaan
laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah diatas
7mg/dl Untuk pria dan lebih dari 6mg/dl untuk wanita, selain itu
kadar asam dalam purin lebih dari 760-1000mg/24jam dengan
diet biasa. Sering juga dilakukan pemeriksaan darah lengkap
seperti ureum, kreatinin, disertai pemeriksaan lemak darah
untuk menguatkan diagnosis. Ureum dan kreatinin diperiksa
untuk mengetahui normal tidaknya fungsi ginjal , sedangkan
pemeriksaan profil lemak darah dijadikan penanda ada tidaknya
gejala aterosklerosis.
1) Gout radiologis
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat proses yang
terjadi dalam sendi dan tulang serta untuk melihat proses
pengapuran di dalam tofus itu sendiri (Junaidi, 2012).
Proses ini dilakukakan pada sendi yang terserang , hasil
pemeriksaan akan menunjukkan tidak terdapat perubahan
pada awal penyakit, tetapi setelah penyakit berkembang
progresif maka akan terlihat jelas/area terpukul pada tulang
yang berada di bawah sinovial sendi.
2) Pemeriksaan cairan sendi
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan dibawah mikroskop,
dengan tujuan untuk melihat kristal urat atau monosodium
urate dalam cairan sendi (Junaidi,2012).
3) Pemeriksaan rontgen
Menurut Kertia (2009), pemeriksaan dengan rotgen
baiknya dilakukan pada awal setiap kali pemeriksaan cairan
sendi dan lebih efektif jika pemeriksaan ini dilakukan pada
penyakit sendi yang kronis. Pemeriksaan ini perlu
dilakukan untuk melihat kelainan baik pada sendi maupun
tulang dan jaringan disekitar sendi.
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut (Junaidi, 2012), secara umum penatalaksanaan gout adalah
dengan memberikan edukasi, pengaturan diet, istirahatkan sendi , dan
pengobatan. Penatalaksanaan gout ada dua macam, yaitu
penatalaksanaan farmakologi dan penatalaksanaan non farmakalogi.
a. Terapi Farmakologi
1) Medis
a) Allopurinol
Obat yang menghambat pembentukan asam urat di dalam
tubuh, yang memiliki kadar asam urat yang tinggi dan batu
ginjal atau mengalami kerusakan ginjal. Pemberian
allopurinal bisa mencegah pembentukan batu ginjal .
allopuriol dapat menyebabkan gangguan pencernaan,
memicu munculnya ruam kulit, berkurangnya jumlah sel
darah putih dan kerusakan hati. Allopurinol digunakan jika
produksi asam urat berlebihan, dan terutama efektif pada
gout.
b) Urikosurik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat asam urat
di tubuli ginjal. Obat ini meliputi probenesid yang
mempunyai toksisitas kecil, diberikan dalam dosis 1-3
gram sehari , disesuaikan dengan kadar asam urat serum.
Sementara itu, sulpinpirazon diberikan dalam dosis 200-
400 mg sehari. Efek samping kedua obat ini adalah
gangguan pada saluran pencernaan dan juga terdapat
insufisiensi ginjal.
c) Kolkisin
Kolkisin yang diberikan 0,55mg – 0,6mg dua kali sehari
bisa efektif untuk mencegah arthritis berulang pada pasien
yang tidak terlihat memiliki tophi dan konsentrasi serum
uratnya sedikit naik. Pasien yang merasakan onset
serangan akut harus meningkatkan dosis menjadi 1mg tiap
2 jam, umumnya serangan akan hilang setelah 1 atau 2 mg.
Pasien dengan riwayat gout berulang dan konsentrasi
serum asam urat yang naik signifikan mungkin paling
baik dirawat dengan terapi penurun asam urat.

Kolkisin 0,5 mg dua kali sehari harus diberikan selama 6-


12 bulan pertama. Terapi anthiperurisemia untuk
mengurangi resiko serangan akut yang bisa terjadi selama
awal terapi penurunan asam urat. Tujuan terapeutik dari
terapi anthiperurisemi adalah konsentrasi serum urat di
bawah 6 mg/dl.

b. Terapi Non Farmakologi


Menurut Herliana (2013), mencegah lebih baik daripada
mengobati agar terhindar dari penyakit asam urat sebaiknya
lakukanlah upaya pencegah sebagai berikut :
1) Mengatur pola makan (diet makanan tinggi purin)
Mencegah penyakit asam urat dapat dilakukan dengan
mengatur pola makan yang seimbang. Pengaturan pola makan
dapat dilakukan untuk mengobati penyakit asam urat. Penyakit
asam urat dapat dilakukan oleh pola makan. Terapi diet dapat
dilakukan apabila kadar asam urat sudah mulai tinggi, bahkan
melebihi kadar asam urat normal. Terapi diet dilakukan untuk
mengatur asupan makanan yang dikonsumsi sesuai dengan
anjuran (makanan yang mengandung purin rendah ) dan
menghindari atau membatasi makanan-makanan yang
mengandung purin tinggi ( jeroan, kacang-kacangan, melinjo,
sarden, sayur-sayuran hijau seperti kangkung, bayam dan
makanan yang mengandung lemak seperti santan (krisnatuti,
2010).
Berikut hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah asam
urat :
a) Membatasi makan yang mengandung purin tinggi.
b) Mengkonsumsi makanan yang cukup kalori dan
karbohidrat kompleks seperti beras merah, sereal , roti dan
gandum. Sayur-sayuran segar seperti jagung manis,
labusiam, wortel, seledri, paprika merah, mentimun, dan
sawi putih. Buah-buahan seperti sirsak,mangga,
pepaya,semangka, melon, pisang,jeruk, tomat,nanas, apel,
dan jambu biji.
c) Mengkonsumsi makan yang rendah protein dan lemak.
d) Makanan yang mengandung purin yang tinggi harus
dibatasi asupannya oleh penderita gout. Berikut adalah
golongan makanan yang mengandung purin menurut
Herliana (2013).
(1) Golongan makanan I
Golongan maknan satu merupakan makanan harus
dihindari karena mengandung purin tinggi, yaitu
sekitar 150mg – 1000mg purin per 100gr bahan
makanan.
Contohnya udang, cumi, kepiting, remis, ikan sarden,
makarel, usus, hati, ampela, limpa, babat, jantung,
dan paru, abon, dendeng, makanan kaleng, tape dan
brem.
(2) Golongan makanan II
Golongan makanan dua merupakan makanan yang
harus dibatasi asupannya, karena mengandung purin
sedang sekitar 50mg-150mg per 100gr bahan
makanan. Contohnya : ikan tongkol, ikan tinggiri,
ikan gurame, ikan bandeng, ikan bawal, kedelai,
kacang tanah, kacang merah, tempe, tahu, oncom,
brokoli, kacang polong, buncis, kol, daun singkong
dan pepaya.
(a) Meminum air putih secara rutin
Tubuh membutuhkan asupan air untuk
menjalani berbagai macam sistem di dalam
tubuh. Air terbaik yang dibutuhkan berupa air
putih tanpa dicampur dengan zat apapun. Air
putih memiliki daya larut paling tinggi. Air
putih dapat melarutkan semua zat yang larut di
dalam Cairan termasuk purin. Asam urat yang
terlarut dalam air akan dibuang dan
diekskresikan melali ginjal bersama purin
(Herliana 2013).
(b) Istirahat teratur
Pada saat tidur akan terjadi penguraian asam
laktat didalam tubuh. Bila seseorang
melakukan tidur dengan cukup maka
penguraian asam laktat akan sempurna, tapi bila
tidurnya kurang maka asam laktat belum
sempurna penguraiannya sehingga terjadi
penumpukan asam laktat di dalam tubuh
(Sagiran, 2012).
(c) Olahraga
Olahraga memiliki banyak manfaat untuk tubuh
dan pikiran, salah satunya untuk mencegah dan
mengatasi penyakit asam urat. Bagi penderita
asam urat relaksasi saraf yang terjadi saat
olahraga dapat bermanfaat untuk mengatasi
nyeri akibat asam urat, memperbaiki kondisi
kekuatan dan kelenturan sendi serta
memperkecil resiko terjadinya kerusakan sendi
akibat radang sendi.
(d) Menghindari alkohol
Makanan atau minuman yang mengandung
alkohol perlu dihindari untuk mencegah
terjadinya asam urat. Dampak dari konsumsi
alkohol terhadap kesehatan , terutama asam
urat tidak dapat dianggap remeh. Beberapa
hasil penelitian menyatakan bahwa
mengkonsumsi alkohol dapat menyebabkan
kenaikan kadar asam urat. Kadar alkohol yang
tinggi di dalam tubuh dapat menyebabkan
kerusakan beberapa fungsi organ di dalam
tubuh, seperti mengurangi fungsi jantung untuk
mengedarkan darah keseluruh tubuh dan
menggangu fungsi ginjal dalam
mengekskresikan asam urat (Herliana, 2013)

C. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian pengumpulan data klien, baik subjektif maupun
objektif melalui anamnesis riwayat kesehatan dahulu,
sekarang, riwayat penyakit keluarga , pola makan, aktifitas,
pemeriksaan fisik melalui tekhnik inspeksi, auskultasi dan palpasi .

a. Anamnesi
Identitas (meliputi nama,tempat tanggal lahir, jenis
kelamin, alamat, agama,status perkawinan)
b. Riwayat penyakit sekarang
Pengumulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara
umum mencakup awal gejala dan bagaimana gejala tersebut
berkembang. Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat
analgesic dan allopurinol.
c. Riway at penyakit dahulu
Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab
yang m e n d u k u n g terjadinya gout (misalnya
penyakit gagal ginjal kronis,
l e u k e m i a , hiperparatiroidisme) masalah lain yang perlu
ditanyakan adalah pernakah klien dirawat dengan maslah
yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang berlebihan,
penggunaan obat diuretic.
d. Riwayat penyakit keluarga
Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai
keluhan yang sama dengan klien karena gout dapat dipengaruhi
oleh genetik
e. Aktif itas dulu dan sekarang
Seseorang yang tak pernah berolahraga atau diikut
sertakan dalam aktivitas mungkin memiliki kesukaran
dalam memulai suatu program latihan di usia lanjut, terutama
jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.
f. Pola Nutrisi
Menggabarkan masukan nutrisi, nafsu makan, pola makan,
kesulitan menelan.
g. Pola eliminasi
Menjelaskan pola fungsi ekskresi, defekasi dan ada tidaknya
masalah defekasi.
h. Personal Hygiene
Berbagai kesulitan melakukan aktivitas pribadi.
i. Neonsesori
Kebas atau kesemutan tangan dan kaki, hilang sensasi jari tangan,
pembengkakan pada sendi.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan agen injuri
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan aktivitas
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mendapatkan
informasi
d. Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
e. Resiko jatuh berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik
f. Resiko injuri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
bergerak.

3. Perencanaan Keperawatan
a. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan agen injuri
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakn keperawatan diharapkan klien
dapat:
a) Klien dapat mengetahui penyebab nyeri
b) Klien mampu mengenal tanda-tanda pencetus nyeri untuk
mencari pertolongan
c) Klien mampu mengenal skala nyeri, intensitas, frekuensi
dan lamanya nyeri
d) Klien mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
e) Tanda-tanda vital dalam batas normal
f) Ekspresi wajah tenang
2) Intervensi
1) Kaji secara komprehensif tentang nyeri
2) Observasi isyaran non verbal dari ketidak nyamanan
3) Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
mengekspresikan rasa nyeri
4) Kaji latarbelakang budaya klien
5) Kaji pengalaman individu terhadap nyeri
6) Berikan informasi tentang nyeri
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan aktivitas
1) Tujuan
Setelah dilakukan tindakn keperawatan diharapkan klien
dapat:
a) Klien menunjukan penampilan yang seimbang
b) Klien menunjukan pergerakan sendi
c) Klien melakukan ambulasi
d) Klien menunjukan penggunaan alat bantu yang benar
e) Klien dapat melakuakn aktivitas sehari-hari secara mandiri
2) Intervensi
a) Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan
dirumaaah dan kebutuhan akan peralatan pengobatan
b) Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
c) Bantu klien untuk mengenal ambulasi dini sesuai
kebutuhan
d) Pantau penggunaan alat bantu mobilitas
e) Berikan penguatan positif selama aktivitas
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan, mudah lupa,
misinterpretasi informasi ditandai dengan klien mengungkapkan
adanya masalah, klien mengikuti instruksi tidak akurat.
1) Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x24 jam
diharapkan pengetahuan klien tentang proses penyakit meningkat
(Knowledge Disease Process).
2) Kriteria Hasil:
a) Menjelaskan proses penyakitnya
b) Menjelaskan penyebab dan patofisiologis penyakit
c) Menjelaskan tanda dan gejala penyakitnya
d) Menjelaskan tindakan-tindakan unutk meminimalkan keluhan
selama proses penyakit
3) Intervensi:
Pendidikan kesehatan: Proses penyakit (Teaching Disease Process)
a) Kaji tingkat pengetahuan klien berhubungan dengan proses penyakit
yang spesifik
b) Tentukan motivasi klien untuk mempelajari informasi-informasi
yang khusus misalnya: status psikologis, orientasi, nyeri, keletihan,
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, keadaan emosional dan
adaptasi terhadap penyakit
c) Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman klien,
mengulang informasi bila diperlukan
d) Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
e) Berikan informasi kepada klien tentang kondisinya
f) Berikan informasi tentang tindakan diagnostic yang dilakukan
g) Diskusikan tentang perubahan perilaku yang dapat mencegah
komplikasi
h) Sediakan waktu bagi klien untuk menanyakan beberapa pertanyaan
dan mendiskusikan permasalahannya
i) Ikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain bila
memungkinkan
j) Rencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama klien
mengikuti kemampuan klien mengikuti penanganan yang dianjurkan
k) Berinteraksi kepada klien dengan cara yang tidak menghakimi untuk
memfasilitasi pengajaran

d. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status peran,


perubahan status kesehatan, stress, ancamaan terhadap konsep diri,
ancaman terhadap kematian ditandai dengan produktivitas berkurang,
kontak mata buruk, klien tampak gelisah, mudah tersinggung, tampak
cemas, respirasi meningkat, nadi meningkat, suara gemetar, refleks
meningkat, wajah tegang, anoreksia, kelelahan, peningkatan tekanan
darah, klien sulit berkonsentrasi.
1) Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x24 jam
diharapkan klien mampu mengontrol cemas (Anxiety Control)
2) Kriteria Hasil:
a) Klien dapat merencanakan stategi koping untuk situasi yang
membuat stress
b) Klien dapat mempertahankan penampilan peran
c) Klien dapat melaporkan tida ada gangguan persepsi sensori
d) Klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan secara fisik
e) Klein melaporkan tidak ada masifestasi perilaku akibat
kecemasan
f) Klien dapat meneruskan aktifitas yang dibutuhkan meskipun ada
kecemasan
g) Klien menunjukkan kemampuan untuk berfokus pada
pengetahuan dan keterampilan yang baru
h) Klien dapat mengidentifikasi gejala yang merupakan indikator
kecemasan
3) Intervensi:
Menurunkan kecemasan (Anxiety Reduction)
a) Gunakan ketenangan dalam pendekatan untuk menenangkan
klien
b) Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada klien dan perasaan
yang mungkin muncul pada saat melakukan tindakan
c) Berusahalah memahami keadaan klien situasi stress yang
dialami klien
d) Berikan informasi tentang diagnosis, prognosis, dan tindakan
e) Temani klien untuk memberikan kenyamanan dan mengurangi
ketakutan
f) Dorong keluarga untuk menemani klien sesuai kebutuhan
g) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan, pengharapan dan
ketakutannya
h) Identifikasi tingkat kecemasan klien
i) Berikan aktifitas hiburan untuk mengurangi ketegangan
j) Bantu klien untuk mengidentifikasi situasi yang menyebabkan
kecemasan
k) Kontrol stimulasi sesuai stimulasi sesuai kebutuhan klien
l) Dengarkan dengan penuh perhatian
m) Ciptakan hubungan saling percaya
n) Bantu klien untuk mengungkapkan hal-hal yang membuat
cemas
o) Tentukan kemampuan klien dalam membuat keputusan
p) Ajarkan teknik relaksasi
q) Observasi gejala verbal dan non verbal dari kecemasan

e. Gangguan citra tubuh berhubgan dengan pengibatan penyakit, trauma


atau cedera, pembedahan ditandai dengan klien mengungkapkan
mengenai perubahan dalam penampilan, struktur dan fungsi, perasaan
negatif tentang tubuh (perasaan tidak berdaya, keputusan atau tidak ada
kekuatan), mengatakan perubahan dalam kehidupan
1) Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x24 jam
diharapkan klien menunjukkan citra tubuh yang positif
2) Kriteria Hasil:
a) Klien mendemonstrasikan penerimaan terhadap perubahan
bentuk tubuh
b) Klien mengungkapkan kepuasaan terhadap penampilan dan
fungsi tubuh
c) Keinginan untuk mernyentuh bagian tubuh yang mengalami
gangguan
d) Mengidentifikasi kekuatan personal
e) Mengungkapkan pengakuan terhadap perubahan aktual pada
penampilan tubuh
f) Memelihara penampilan hubungan sosial yang dekat dan
hubungan personal
3) Intervensi:
Peningkatan Citra Tubuh (Body Image Enhanchmnet)
a) Kaji dan dokumentasikan respon verbal dan non verbal klien
tentang tubuh klien
b) Tentukan harapan klien tentang gambaran tubuh bersarkan
tahap perkembangan
c) Tentukan apakah perubahan fisik saat ini telah
dikaitkankedalam citra tubuh klien
d) Pantau frekuensi pernyataan yang mengkritik diri
e) Observasi mekanisme koping yang digunakan klien saat stres
f) Identifikasi klien terhadap resiko gangguan citra tubuh
g) Rujuk pada layanan sosial untuk merencanakan perawatn klien/
keluarga secara aktif dan akui realitas adanya perhatian terhadap
perawatan, kemujuan dan prognosis
h) Dukung klien/keluarga untuk mengungkapkan perasaanya
i) Berikan dorongan pada klien untuk:
(1) Pertahankan kebiasaan berpakaian sehari-hari yang rutin
dilakukan
(2) Mengungkapkan perhatian tentang hubungna personal yang
dekat
(3) Mengungkapkan kosekuensi perubahan fisik dan emosional
yang dapat mempengaruhi konsep diri
j) Identifikasi cara-cara mengurangi dampak dari segala kesalahan
penggambaran memalui berpakaian, kosmetik sesuai kebutuhan
k) Ekplorasi kekuatan dan sumber yang dimiliki klien. Diskusikan
jika memungkinkan perubahan berat badan
l) Dorong klien untuk mendiskusikan secara interpersonal tentang
masalah yang dihadapi
m) Dorong klien untuk mengeksplorasi perubahn yang dialaminya
n) Dorong klien untuk ikut berpartisipasi membuat kepeutusan
dalam rencana perawatannya
o) Bantu klien agar dapat menerima bantuan dari orang lain
p) Bantu klien untuk menggambarkan tentang ideal dirinya,
karakteristik identitas dirinya dan menerimanya

f. Resiko jatuh berhubungan dengan adanya peradangan pada persendian


arthitis), penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kerusakan mobilitas fisik
1) Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ….x24 jam diharapkan klien
melakukan tindakan pengamanan: pencegahan jatuh
2) Kriteria Hasil:
a) Klien dapat menggunakan alat bantu dengan benar
3) Intervensi:
Mencegah jatuh (Fall Prevention)
a) Identifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan tingkat fungsi
fisik, kognitif dan riwayat perilaku selanjutnya
b) Identifikasi perilaku dan faktor yang berpengaruh terhadap resiko
jatuh
c) Kaji riwayat jatuh klien dan keluarga

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplementasikan
intervensi keperawatan. Berdasarkan terminology NIC, implementasi
terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan intervensi (atau program keperawatan). Perawat
melaksanakan atau mendelegasikan tindakan keperawatan untuk
intervensi yang disusun dalam tahap implementasi dengan mencatat
tindakan tersebut.
Ketika mengimplementasikan program keperawatan, perawat terus
mengkaji kembali klien pada setiap kontak, dengan mengumpulkan
data tentang respons klien terhadap tindakan keperawatan dan tentang
masalah baru yang mungkin muncul.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan


terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan
klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan
keperawatan. Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan
karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah
intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah.

Evaluasi berjalan continue. Evaluasi yang dilakukan ketika atau


segera setelah mengimplementasikan program keperawatan
memungkinkan perawat untuk segera memodifikasi intervensi.
Melalui evaluasi, perawat menunjukkan tanggung jawab dan
tanggung gugat terhadap tindakan mereka, menunjukkan perhatian
pada hasil tindakan keperawatan, dan menunjukkan keinginan untuk
tidak meneruskan tindakan yang tidak efektif, tetapi mengadopsi
tindakan yang lebih efektif
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
PENGKAJIAN INDIVIDU LANSIA :
NAMA RS/PANTI/SASANA :
ALAMAT RS/PANTI/SASANA :
TANGGAL MASUK :
NO. REGISTER :
a. Identitas
Pengkajian keperawatan gerontik dilakukan pada tanggal 22 April
2017. Nama klien Ny. C dengan jenis kelamin perempuan, usia 63
tahun, agama klien islam, status sudah menikah, klien mengatakan
tidak sekolah, pekerjaan Ny.C sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT),
dn alamat klien di Kp. Bantargebang Utara RT 02/03 No. 133. Kel.
Bantargebang Kec. Bantargebang. Bekasi Timur

b. Alasan berada di panti / sasana:

c. Riwayat Kesehatan
1) Masalah kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan saat ini
Ny. C mengeluh nyeri di kedua kakinya, Ny.C mengatakan
nyeri karena penyakit asam uratnya, nyeri terasa seperti
ditusuk-tusuk, skala nyeri 4-5, nyeri dirasakan hilang timbul,
nyeri dirasakan seperti menyebar dari pinggang sampai kaki,
Ny.C mengatakan sulit berjalan. pada pinggang sampai kaki,
hingga menyebabkan susah untuk berjalan dan Ny.C terlihat
berjalan dengan bantuan, kaki Ny.C tidak tampak kemerahan,
bengkak di telapak kaki.
2) Masalah kesehatan keluarga/ keturunan
Ny. C mengatakan tidak memiliki penyakit keturunan seperti
Hipertensi, DM, Asma, Jantung.

d. Kebiasaan Sehari-Hari
1) Biologis
a) Pola Makan
Ny. C mengatakan biasa makan sehari 3 kali, tetapi
semenjak sakit Ny. C kurang nafsu makan karena perutnya
terasa kembung sehingga makan 1x/hari, tidak ada mual,
tidak ada muntah, tidak ada keluhan muntah.
b) Pola Minum
Ny. C mengatakan minum air putih 5-7 perhari, dan
terkadang minum segelas teh di pag hari.
c) Pola Tidur
Ny. C mengatakan sebelum sakit tidur malamnya ± 5-6
jam, tetapi semenjak sakit Ny. C jadi kurang tidur.
d) Pola Eliminasi (B.A.B / B.A.K)
Ny. C mengatakan BAK sehari bisa 4-5 kali/hari,
sedangkan BAB sehari sekali.
e) Kebersihan Diri
Ny. C mengatakan mandi 2 kali/hari, sikat gigi 2 kali/hari,
dan keramas 2 hari sekali. Ny. C secara keseluruhn tampak
bersih, tidak bau badan.
2) Psikologis
a) Keadaan Emosi
Ny. C mengatakan perasaan hari ini baik-baik saja, emosi
stabil, hanya saj
3) Sosial
a) Dukungan Keluarga
Ny. C tidak memiliki anak, Ny. C hanya tinggal berdua
dengan suaminya (Tn. ), hanya suaminya yang terkadang
merawat Ny. C dan memberi dukungan kepada Ny. C
b) Hubungan Antar Penghuni
Ny. C hanya tinggal bersama suaminya dalam satu rumah,
komunikasi berjalan baik,
c) Hubungan Dengan Orang Lain
Ny. C berhubungan baik dengan tetangganya, Ny. C suka
mengobrol dengan tetangganya di rumah Ny. C.
4) Spiritual / Kultural
a) Pelaksanaan Ibadah
Ny. C tetap sholat 5 waktu, biasanya sebelum sakit Ny. C
suka ikut pengajian di sekitar rumahnya.
b) Keyakinan tentang Kesehatan
Ny. C mengatakan mempunyai sakit asam urat, dan tidak
tau mengenai penyebab dari penyakitnya
5) Aktifitas sehari-hari
Ny. C mengatakan masih melakukan aktivitas sehari-harinya
seperti masak nyuci pakaian dan menyapu rumah, hanya saja
sekarang semenjak sakit sekitar pinggang hingga kaki
membuat Ny. C tidak mampu untuk mengangkat benda berat,
Ny.C mengatakan kesulitan berjalan, Ny.C mengatakan lebih
banyak menghabiskan waktu dengan duduk dan tidak kuat
untuk beridir lama, Ny.C mengatakan pernah jatuh dirumah,
Ny.C mengatakan pandangan terlihat kabur. Ny.C tampak
kesulitan berjalan dan menggunakan tongkat untuk berjalan,
Ny.C menunjukkan daerah kaki yang lemah, kekuatan otot 5
(eks.atas kanan), 5 (eks.atas kiri), 4 (eks.bawah kanan), 4(eks.
bawah kiri)
6) Rekreasi
Ny. C jarang melakukan rekreasi di luar rumah, hanya duduk
dan mendengrkan radio untuk menghilangkan stresnya
7) Pemeriksaan Fisik
Tanda-Tanda Vital Ny. C, keadaan umum klien sakit sedang,
kesadaran compos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, Nadi
93 x/menit, Pernapasan 17 x/menit dan Suhu 37,00 C. Tinggi
badan 150 cm. Berat badan 57 kg. Hasil IMT 25,03 (over
weight). Kepala atau rambut tidak ada ketombe, tidak ada
benjolan atau luka, simetris dan rambut sudah beruban.
Pemeriksaan mata tampak konjungtiva ananemis, sklera
anikterik, pupil isokor, simetris, tidak ada cekungan pada
mata, dan reaksi pupil 2 mm/ 2 mm, klien mengalami rabun
dekat. Pada pemeriksaan telinga tampak bersih, tidak ada
serumen, tidak ada bengkak, tidak ada luka, tidak ada
kemerahan dan simetris. Pemeriksaan hidung tampak bersih,
tidak ada sumbatan, tidak ada cairan yang keluar dan hidung
tampak simetris. Keadaan mulut tampak bersih, gigi putih,
terdapat karang gigi, mukosa bibir lembab, dan tidak ada
sariawan. Pemeriksaan leher, yaitu tidak ada kesulitan
menelan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada distensi vena
jugularis, dan tidak ada tanda peradangan sekitar leher.
Pemeriksaan dada (thorax), yaitu dada tampak simetris, suara
napas bronkovesikuler, tidak ada bunyi gallop dan murmur
serta tidak ada lesi disekitar dada. Pemeriksaan abdomen,
yaitu tidak ada nyeri tekan, perut klien terasa kembuung, dan
tidak ada lesi pada bagian abdomen. Pemeriksaan ekstremitas
atas, yaitu tidak ada nyeri, gerakan tak terbatas, mampu fleksi
dan ekstensi, tidak ada benjolan, tidak ada bengkak, tidak ada
lesi, kekuatan otot normal 5/5. Pemeriksaan ekstremitas
bawah, yaitu ada nyeri, gerakan terbatas, kaki terasa
kesemutan dan terkadang kebas, otot kaki mengalami
pengecilan, mampu fleksi dan ekstensi, tidak ada benjolan,
tidak ada bengkak, tidak ada lesi, kekuatan otot normal 4/4.
Pemeriksaan kulit, yaitu turgor kulit elastis, bibir lembab, CRT
< 3 detik, mata tidak cekungtidak ada sianosis, tidak ada lesi
dan warna kulit kuning langsat. .
8) Keadaan Lingkungan sekitar
Lingkungan rumah Ny. C tampak bersih, tidak ada sampah
berserakan, terdapat tempat sampah dan sampah yang sudah
terkumpul akan di bakar di halaman rumahnya. Sumber
pencahayaan pada siang hari cukup dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah. Penerangan pada malam hari
menggunakan listrik. Sirkulasi udara cukup baik karena
terdapat ventilasi dan pintu rumah sering dibuka. Sumber air
bersih menggunakan pompa listrik, air yang dihasilkan bersih,
tidak berwarna dan tidak berbau. Pembungan air limbah
langsung ke selokan.
e. Informasi Penunjang
1) Diagnosa Medis : Gout Artritis
2) Laboratorium pada tanggal 22 April 2017
Asam urat : 7,0 mg/dl
3) Terapi Medis
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran: Compos mentis
TTV: TD = 140/90mmHg
Nadi: 93x/mnt
Rr: 17x/mnt
Suhu: 37oC
Kebutuhan fisiologis: Cairan
- Ny. C mengatakan minum air - Turgor kuit rlastis
putih sebanyak 5-7 gelas/hari - Mukosa bibir tampak lembab
- Ny. C mengatakan terkadang - CRT <3 detik
minum segelas teh di pagi hari - Mata tampak tidak cekung
- Ny. C mengatakan BAK 4-5 - Tidak ada sianosis
kali/hari

Kebutuhan fisiologis: Nutrisi


- Ny. C mengatakan nafsu makan - BB: 57Kg
berkurang, karena perut terasa - TB: 150cm
kembung - IMT: 25,03 (over weight)
- Ny. C mengatakan makan - Konjungtiva ananemis
1x/hari
- Ny. C mengatakan tidak ada
mual dan muntah
- Ny. C mengatakan tidak ada
kesulitan menelan
Kebtuhan Fisiologis: Aktivitas
- Ny. C mengatakan masih - Klien tampak kesulitan berjalan
melakukan aktivitas sehari-hari - Klien menunjukan daerah kaki
- Ny. C mengatakan tidak yang lemah
mampu mengangkat beban - Kekuatan otot 5 (eks.atas
berat kanan), 5 (eks.atas kiri), 4
- Ny. C mengatakan kesulitan (eks.bawah kanan), 4(eks.
dalam berjalan bawah kiri)
- Ny. C mengatakan lebih banyak
menghabiskan waktu dengan
duduk
Kebutuhan rasa aman: resiko jatuh
- Ny. C mengatakan kesulitan - Klien tampak kesulitan berjalan
berjalan - Klien tamak berjalan
- Ny. C mengatakan tidak kuat menggunakan tongkat
berdiri lama - Klien menunjukan daerah kaki
- Ny. C mengatakan pernah jatuh yng lemah
di rumah - Otot kaki tampak mengalami
- Ny. C mengatakan penglihatan pengecilan
agak kabur
Kebutuhan rasa nyaman: nyeri
- Ny. C mengatakan nyeri di - Klien tampak menunjukan
kedua kakinya lokasi nyeri
- Ny. C mengatakan nyeri - Klien tampak bengkak,
dikarenakan asam uratnya kemerahan pada telapak kaki
- Ny. C mengatakan nyeri seperti - Klien tampak sulit jalan karena
tertusuk-tusuk nyeri.
- Ny. C mengatakan skala nyeri
4-5
- Ny. C mengatakan timbul
nyerinya setiap saat
- Ny. C mengatakan nyerinya
menyebar dari pinggang hingga
kaki
Kebutuhan aktualisasi diri: kurang
pengetahuan
- Ny. C mengatakan tidak - Ny. C tampak bingung saat
mengetahui mengenai asam ditanya mengenai asam urat
urat - Ny. C tidak dapat menjawab
- Ny. C mengatakan penyebab saat ditanya pengertian dan
asam urat karena makan seperti akibat dari asam urat
kacang-kacangan dan sayuran - Ny. C aktif bertanya mengenai
hijau masalah yang di derita
- Ny. C mengatakan tidak
mengetahui akibat dari asam
urat
- Ny. C mengatakan tidak pernah
sekolah
- Ny. C mengatakan sudah
mempunyai asam urat sejak 2
tahun yang lalu
- Ny. C mengatakan tidak pernah
mendapat penyuluhan
mengenai asam urat

ANALISA DATA

Data Fokus Diagnosa Keperawatan


DS: Nyeri akut atau kronis berhubungan
- Ny. C mengatakan nyeri di dengan agen injuri
kedua kakinya
- Ny. C mengatakan nyeri
dikarenakan asam uratnya
- Ny. C mengatakan nyeri seperti
tertusuk-tusuk
- Ny. C mengatakan skala nyeri 4-
5
- Ny. C mengatakan timbul
nyerinya setiap saat
- Ny. C mengatakan nyerinya
menyebar dari pinggang hingga
kaki
DO:
- Ny. C tampak menunjukan
lokasi nyeri
- Ny. C tampak bengkak,
kemerahan pada telapak kaki
- Ny. C tampak sulit jalan karena
nyeri.
DS: Kerusakan mobilitas fisik
- Ny. C mengatakan masih berhubungan dengan
melakukan aktivitas sehari-hari ketidakmampuan melakukan aktivitas
- Ny. C mengatakan tidak mampu
mengangkat beban berat
- Ny. C mengatakan kesulitan
dalam berjalan
- Ny. C mengatakan lebih banyak
menghabiskan waktu dengan
duduk
DO:
- Ny. C tampak kesulitan berjalan
- Ny. C menunjukan daerah kaki
yang lemah
- Kekuatan otot 5 (eks.atas
kanan), 5 (eks.atas kiri), 4
(eks.bawah kanan), 4(eks.
bawah kiri)
DS: Resiko jatuh berhubungan dengan
- Ny. C mengatakan kesulitan kerusakan mobilitas fisik
berjalan
- Ny. C mengatakan tidak kuat
berdiri lama
- Ny. C mengatakan pernah jatuh
di rumah
- Ny. C mengatakan penglihatan
agak kabur
DO:
- Ny. C tampak kesulitan berjalan
- Ny. C tampak berjalan
menggunakan tongkat
- Ny. C menunjukan daerah kaki
yng lemah
- Otot kaki tampak mengalami
pengecilan
DS: Kurang pengetahuan berhubungan
- Ny. C mengatakan tidak dengan kurang mendapatkan
mengetahui mengenai asam urat informasi
- Ny. C mengatakan penyebab
asam urat karena makan seperti
kacang-kacangan dan sayuran
hijau
- Ny. C mengatakan tidak
mengetahui akibat dari asam
urat
- Ny. C mengatakan tidak pernah
sekolah
- Ny. C mengatakan sudah
mempunyai asam urat sejak 2
tahun yang lalu
- Ny. C mengatakan tidak pernah
mendapat penyuluhan mengenai
asam urat
DO:
- Ny. C tampak bingung saat
ditanya mengenai asam urat
- Ny. C tidak dapat menjawab
saat ditanya pengertian dan
akibat dari asam urat

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan agen injuri
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan aktivitas
c. Resiko jatuh berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mendapatkan
informasi

3. Perencanaan Keperawatan
Mmmmmmmmmmmmmmm

a. Nyeri akut atau kronis berhubungan dengan agen injuri


Data subjektif : Ny. C mengatakan nyeri di kedua kakinya, Ny. C
mengatakan nyeri dikarenakan asam uratnya, Ny. C mengatakan nyeri
seperti tertusuk-tusuk, Ny. C mengatakan skala nyeri 4-5, Ny. C
mengatakan timbul nyerinya setiap saat, Ny. C mengatakan nyerinya
menyebar dari pinggang hingga kaki.
Data objektif : Ny. C tampak menunjukan lokasi nyeri, Ny. C tampak
bengkak, kemerahan pada telapak kaki, Ny. C tampak sulit jalan
karena nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakn keperawatan selama 3x 24 jam
diharapkan nyeri klien berkurang.
Kriteria Hasil : klien dapat mengetahui penyebab nyeri, mengenal
tanda-tanda pencetus nyeri untuk mencari pertolongan, mengenal
skala nyeri, intensitas, frekuensi dan lamanya nyeri, mengatakan rasa
nyaman setelah nyeri berkurang , tanda-tanda vital dalam batas
normal, Ekspresi wajah tenang
Rencana tindakan :
1) Kaji secara komprehensif tentang nyeri
2) Observasi isyaran non verbal dari ketidak nyamanan
3) Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
mengekspresikan rasa nyeri
4) Kaji latarbelakang budaya klien
5) Kaji pengalaman individu terhadap nyeri
6) Berikan informasi tentang nyeri

b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan


melakukan aktivitas
Data subjektif : Ny. C mengatakan masih melakukan aktivitas sehari-
hari , Ny. C mengatakan tidak mampu mengangkat beban berat, Ny. C
mengatakan kesulitan dalam berjalan, Ny. C mengatakan lebih banyak
menghabiskan waktu dengan duduk.
Data objektif : Ny. C tampak kesulitan berjalan, Ny. C menunjukan
daerah kaki yang lemah, Kekuatan otot 5555 5555
4444 4444

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


diharapkan kemampuan klien dalam beraktifitas dapat meningkat.
Kriteria hasil : Klien menunjukan penampilan yang seimbang , klien
menunjukan pergerakan sendi, Klien melakukan ambulasi, Klien
menunjukan penggunaan alat bantu yang benar, Klien dapat melakuakn
aktivitas sehari-hari secara mandiri.
Rencana Tindakan :

1) Kaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan dirumaaah dan


kebutuhan akan peralatan pengobatan
2) Ajarkan dan bantu klien untuk berpindah sesuai kebutuhan
3) Bantu klien untuk mengenal ambulasi dini sesuai kebutuhan
4) Pantau penggunaan alat bantu mobilitas
5) Berikan penguatan positif selama aktivitas

c. Resiko jatuh berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik


Data subjektif : Ny. C mengatakan kesulitan berjalan, Ny. C
mengatakan tidak kuat berdiri lama, Ny. C mengatakan pernah jatuh di
rumah, Ny. C mengatakan penglihatan agak kabur.
Data objektif : Ny. C tampak kesulitan berjalan, Ny. C tampak berjalan
menggunakan tongkat, Ny. C menunjukan daerah kaki yng lemah, Otot
kaki tampak mengalami kelemahan.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien melakukan tindakan pengamanan: pencegahan jatuh
Kriteria Hasil :
Klien dapat menggunakan alat bantu dengan benar

Rencana tindakan :
Mencegah jatuh (Fall Prevention)
1) Identifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan tingkat fungsi
fisik, kognitif dan riwayat perilaku selanjutnya
2) Identifikasi perilaku dan faktor yang berpengaruh terhadap resiko
jatuh
3) Kaji riwayat jatuh klien dan keluarga
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mendapatkan
Data subjektif: Ny. C mengatakan tidak mengetahui mengenai asam
urat, Ny. C mengatakan penyebab asam urat karena makan seperti
kacang-kacangan dan sayuran hijau, Ny. C mengatakan tidak
mengetahui akibat dari asam urat, Ny. C mengatakan tidak pernah
sekolah, Ny. C mengatakan sudah mempunyai asam urat sejak 2 tahun
yang lalu, Ny. C mengatakan tidak pernah mendapat penyuluhan
mengenai asam urat
Data Objektif: Ny. C tampak bingung saat ditanya mengenai asam
urat, Ny. C tidak dapat menjawab saat ditanya pengertian dan akibat
dari asam urat
Ny. C aktif bertanya mengenai masalah yang di derita.
Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan pengetahuan klien tentang proses penyakit meningkat
(Knowledge Disease Process).
Kriteria Hasil: Menjelaskan proses penyakitnya, Menjelaskan
penyebab dan patofisiologis penyakit, Menjelaskan tanda dan gejala
penyakitnya, Menjelaskan tindakan-tindakan unutk meminimalkan
keluhan selama proses penyakit
Rencana Tindakan:
Pendidikan kesehatan: Proses penyakit (Teaching Disease Process)
1) Kaji tingkat pengetahuan klien berhubungan dengan proses
penyakit yang spesifik
2) Tentukan motivasi klien untuk mempelajari informasi-informasi
yang khusus misalnya: status psikologis, orientasi, nyeri, keletihan,
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar, keadaan emosional dan
adaptasi terhadap penyakit
3) Berikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman klien,
mengulang informasi bila diperlukan
4) Sediakan lingkungan yang kondusif untuk belajar
5) Berikan informasi kepada klien tentang kondisinya
6) Berikan informasi tentang tindakan diagnostic yang dilakukan
7) Diskusikan tentang perubahan perilaku yang dapat mencegah
komplikasi
8) Sediakan waktu bagi klien untuk menanyakan beberapa pertanyaan
dan mendiskusikan permasalahannya
9) Ikutsertakan keluarga atau anggota keluarga lain bila
memungkinkan
10) Rencanakan penyesuaian dalam penanganan bersama klien
mengikuti kemampuan klien mengikuti penanganan yang
dianjurkan
11) Berinteraksi kepada klien dengan cara yang tidak menghakimi
untuk memfasilitasi pengajaran

e. Implementasi Keperawatan
Hari pertama:

Diagnosa I:

a. Mengkaji secara komprehensif tentang nyeri dengan hasil: Klien


mengatakan penyebab nyerinya diakibatkan oleh asam urat, klien
mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan nyeri
menyebar dari pinggang hingga kaki, klien mengatakan skala nyeri
4-5 (1-10), klien mengatakan nyerinya hilang timbul
b. Mengobservasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan dengan
hasil: Klien tampak meringis saat nyeri timbul, klien tampak
menunjukkan lokasi nyeri, klien tampak memegangi lokasi nyeri
yang dirasakan
c. Menggunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat
mengekspresikan rasa nyeri dengan hasil: Perawat sudah
menggunakan komunikasi terapeutik dengan menggunakan bahasa
yang mudah di mengerti dan dipahami oleh klien Ny. C.
d. Mengkaji latarbelakang budaya klien dengan hasil: Klien
mengatakan sebelum sakit sering mengkonsumsi makan-makanan
yang tinggi purin
e. Mengkaji pengalaman individu terhadap nyeri dengan hasil: klien
mengatakan saat nyeri timbul klien mengkonsumsi obat anti asam
urat seperti tawon liar, tetapi setelah tidak ada perubahan mengenai
nyerinya, klien tidak mengkonsumsi obat tersebut sehingga klien
mengatasinya dengan tidak dilakukan tindakan apapun.
f. Memberikan informasi tentang nyeri dengan hasil: perawat telah
memberikan informasi kepada klien Ny. C mengenai penyebab
munculnya nyeri yang diakibatkan oleh tingginya asam urat.

Diagnosa II:

a. Mengkaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan


kebutuhan akan peralatan pengobatan dengan hasil: klien
mengatakan tidak pernah merawat penyakit asam uratnta dan klien
hanya sesekali berobat ke pelayanan kesehatan jika ada yang
mengantarnya.
b. Memantau penggunaan alat bantu mobilitas dengan hasil: Klien saat
berjalan sudah menggunakan tongkat untuk memudahkan aktivitas
sehari-hari
c. Memberikan penguatan positif selama aktivitas dengan hasil: Klien
mengatakan masih mampu melakukan aktivitas sehari-harri seperti
mandi, masak, dan menyuci baju.

Diagnosa III:

a. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan tingkat


fungsi fisik, kognitif dan riwayat perilaku selanjutnya dengan hasil:
Klien mengatakan berjalan dengan hati-hati, menghindari lantai
yang licin, dan kondisi penerangan di rumah yang cukup baik.
b. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang berpengaruh terhadap
resiko jatuh dengan hasil: Klien mengatakan suka lupa
mengeringkan kaki setelah klien selesai mencuci baju.
c. Mengkaji riwayat jatuh klien dan keluarga dengan hasil ; klien
mengatakan jatuh sudah 4 kali dalam sebulan ini.

Diagnosa IV:
a. Mengkaji tingkat pengetahuan klien berhubungan dengan proses
penyakit yang spesifik dengan hasil: Klien mengatakan tidak
mengetahui tentang penyakit asam uratnya.
b. Memberikan pengajaran sesuai dengan tingkat pemahaman klien,
mengulang informasi bila diperlukan dengan hasil: klien
mengatakan sudah memahami dan tahu apa itu asam urat, tanda dan
gejala, dan komplikasi yang terjadi pada penyakit asam urat.
c. Memberikan informasi kepada klien tentang kondisinya dengan
hasil: Klien mengatakan sudah mengerti dan memahami informasi
tentang penyakit asam urat yang sudah diberikan oleh perawat
d. Berikan informasi tentang tindakan diagnostic yang dilakukan
dengan hasil : perawat sudah memberikan informasi tentang tujuan
test asam urat yang perawat lakukan.
e. Mendiskusikan tentang perubahan perilaku yang dapat mencegah
komplikasi dengan hasil : Ny.C mengatakan akan mengurangi
konsumsi makanan yang tinggi protein.
f. Menyediakan waktu bagi klien untuk menanyakan beberapa
pertanyaan dan mendiskusikan permasalahannya dengan hasil :
Memberikan kesempatan kepada Ny.C untuk bertanya Setelah
perawat memberikan informasi tentang penyakit asam urat.
g. Mengikutsertaka keluarga atau anggota keluarga lain bila
memungkinkan dengan hasil : Adik Ny.C ikut hadir menemani Ny.C
mengenai pemberian informasi penyakit asam urat yang perawat
lakukan.
Hari kedua:

Diagnosa I:

a. Mengkaji secara komprehensif tentang nyeri dengan hasil: Klien


mengatakan penyebab nyerinya diakibatkan oleh asam urat, klien
mengatakan nyerinya masih seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan
nyeri menyebar dari pinggang hingga kaki, klien mengatakan skala
nyeri masih 4-5 (1-10), klien mengatakan nyerinya masih hilang
timbul
b. Mengobservasi isyarat non verbal dari ketidaknyamanan dengan
hasil: Klien tampak meringis saat nyeri timbul, klien tampak
menunjukkan lokasi nyeri, klien tampak memegangi lokasi nyeri
yang dirasakan

Diagnosa II:

a. Mengkaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan


kebutuhan akan peralatan pengobatan dengan hasil: klien
mengatakan tidak pernah merawat penyakit asam uratnya dan klien
hanya sesekali berobat ke pelayanan kesehatan jika ada yang
mengantarnya.
b. Memantau penggunaan alat bantu mobilitas dengan hasil: Klien saat
berjalan sudah menggunakan tongkat dan menggunakan bangku
plastik untuk menopang dan memudahkan aktivitas sehari-hari
c. Memberikan penguatan positif selama aktivitas dengan hasil: Klien
mengatakan masih mampu melakukan aktivitas sehari-harri seperti
mandi, masak, dan menyuci baju.

Diagnosa III:
a. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan tingkat
fungsi fisik, kognitif dan riwayat perilaku selanjutnya dengan hasil:
Klien mengatakan berjalan dengan hati-hati, menghindari lantai
yang licin, dan kondisi penerangan di rumah yang cukup baik.
b. Mengidentifikasi perilaku dan faktor yang berpengaruh terhadap
resiko jatuh dengan hasil: Klien mengatakan suka lupa
mengeringkan kaki setelah klien selesai mencuci baju.
c. Mengkaji riwayat jatuh klien dan keluarga dengan hasil: klien
mengatakan pernah jatuh sebulumnya.
d. Memotivasi keluarga untuk membantu klien dengan hasil : keluarga
klien mengatakan akan membantu kebutuhan Ny.C

Hari ketiga:

Diagnosa I:

a. Mengkaji secara komprehensif tentang nyeri dengan hasil: Klien


mengatakan penyebab nyerinya diakibatkan oleh asam urat, klien
mengatakan nyerinya masih seperti ditusuk-tusuk, klien mengatakan
nyeri menyebar dari pinggang hingga kaki, klien mengatakan skala
nyeri masih 4-5 (1-10), klien mengatakan nyerinya masih hilang
timbul.

Diagnosa II:

a. Mengkaji kebutuhan akan bantuan pelayanan kesehatan dirumah dan


kebutuhan akan peralatan pengobatan dengan hasil: klien
mengatakan tidak pernah merawat penyakit asam uratnya dan klien
hanya sesekali berobat ke pelayanan kesehatan jika ada yang
mengantarnya.
b. Memantau penggunaan alat bantu mobilitas dengan hasil: Klien saat
berjalan sudah menggunakan tongkat dan menggunakan bangku
plastik untuk menopang dan memudahkan aktivitas sehari-hari.
c. Memberikan penguatan positif selama aktivitas dengan hasil: Klien
mengatakan masih mampu melakukan aktivitas sehari-harri seperti
mandi, masak, dan menyuci baju.

Diagnosa III:

a. Mengidentifikasi kebutuhan keamanan klien berdasarkan tingkat


fungsi fisik, kognitif dan riwayat perilaku selanjutnya dengan hasil:
Klien mengatakan berjalan dengan hati-hati, menghindari lantai
yang licin, dan kondisi penerangan di rumah yang cukup baik.
b. Memotivasi keluarga untuk membantu klien dengan hasil : keluarga
klien mengatakan akan membantu kebutuhan Ny.C

f. Evaluasi Keperawatan
Hari Pertama

Diagnosa 1

S : Klien mengatakan skala nyeri 4 – 5, nyeri hilang timbul seperti


ditusuk-tusuk, nyeri menyebar dari oinggang sampai kaki, klien
mengatakan mengkonsumsi obat anti asam urat seperti tawon liar, tetapi
tidak ada perubahan sehingga tidak mengkonsumsinya lagi.

O : Klien tampak meringis saat nyeri timbul dan mennjukan lokasi nyeri,
perawat telah menggunakan komunikasi terapeutik dengan Bahasa yang
mudah dipahami oleh klien, perawat telah memberi informasi kepada Ny.
C mengenai penyebab munculnya nyeri akibat tingginya asam urat.

A : Masalah belum teratasi tujuan belum tercapai.

P : Lanjutkan intervensi
Diagnosa II

S : Klien mengatakan tidak pernah merawat penyakit asam urat, klien


mengatakan sesekali ke pelayanan kesehatan bila ada yang
mengantarkannya, klien mengatakan masih mampu melakukan aktivitas
sehari-hari.

O : Saat berjalan klien tampak sudah menggunakan tongkat untuk


memudahkan aktivitas sehari-hari.

A : Masalah belum teratasi tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan Intervensi

Diagnosa III

S : Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit asam uratnya,


klien mengatakan sudah memahami dan tahu apa itu asam urat, tanda dan
gejala, dan komplikasi yang terjadi pada penyakit asam urat, Klien
mengatakan sudah mengerti dan memahami informasi tentang penyakit
asam urat yang sudah diberikan oleh perawat.

O : perawat sudah memberikan informasi tentang tujuan test asam urat


yang perawat lakukan, Adik Ny.C ikut hadir menemani Ny.C mengenai
pemberian informasi penyakit asam urat yang perawat lakukan.

A : Masalah belum tertasi tujuan belum tercapai.

P :Lanjutkan intervensi

Hari kedua

Diagnosa I

S : Klien mengatakan penyebab nyerinya diakibatkan oleh asam urat,


klien mengatakan nyerinya masih seperti ditusuk-tusuk, klien
mengatakan nyeri menyebar dari pinggang hingga kaki, klien
mengatakan skala nyeri masih 4-5 (1-10), klien mengatakan nyerinya
masih hilang timbul.

A : Klien tampak meringis saat nyeri timbul, klien tampak menunjukkan


lokasi nyeri, klien tampak memegangi lokasi nyeri yang dirasakan.

O : Masalah belum teratasi tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensi

Diagnosa II

S : klien mengatakan tidak pernah merawat penyakit asam uratnya dan


klien hanya sesekali berobat ke pelayanan kesehatan jika ada yang
mengantarnya, Klien mengatakan masih mampu melakukan aktivitas
sehari-harri seperti mandi, masak, dan menyuci baju.

O : Saat berjalan klien tampak sudah menggunakan tongkat untuk


memudahkan aktivitas sehari-hari.

A : Masalah Belum teratasi tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan Intervensi

Diagnosa III

S : Klien mengatakan berjalan dengan hati-hati, menghindari lantai yang


licin, dan kondisi penerangan di rumah yang cukup baik, Klien
mengatakan suka lupa mengeringkan kaki setelah klien selesai mencuci
baju, Klien mengatakan pernah jatuh.

O : Klien tampak tidak mengeringkan kaki saat dari kamar mandi

A : Massalah belum teratasi tujuan belum tercapai

P ; Lanjutkan Intervensi

Hari ketiga
Diagnosa I

S : Klien mengatakan penyebab nyerinya diakibatkan oleh asam urat,


klien mengatakan nyerinya masih seperti ditusuk-tusuk, klien
mengatakan nyeri menyebar dari pinggang hingga kaki, klien
mengatakan skala nyeri masih 4-5 (1-10), klien mengatakan nyerinya
masih hilang timbul.

O : klien tapak meringis saat nyeri timbul

A : Masalah belum teratasi tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan intervensim

Diagnosa II

S : klien mengatakan tidak pernah merawat penyakit asam uratnya dan


klien hanya sesekali berobat ke pelayanan kesehatan jika ada yang
mengantarnya, Klien mengatakan masih mampu melakukan aktivitas
sehari-harri seperti mandi, masak, dan menyuci baju.

O : saat berjalan klien tampak sudah menggunakan tongkat dan


menggunakan bangku plastik untuk menopang dan memudahkan
aktivitas sehari-hari.

A : Maalah belum teratasi tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan Intervensi

Diagnosa III

S : Klien mengatakan berjalan dengan hati-hati, menghindari lantai yang


licin, dan kondisi penerangan di rumah yang cukup baik. keluarga klien
mengatakan akan membantu kebutuhan Ny.C

O : Keadan penerangan rumah Ny.C tampak baik

A : Masalah teratasi tujuan belum tercapai

P : Lanjutkan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Riwayat penyakit sekarang
Menurut teori penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic
dan allopurinol, sedangkan pada kasus Ny.C tidak mengkonsumsi obat-
obatan yang diminum secara rutin dan cara mengatasi nyerinya dengan
meninum obat herbal yaitu tawon liar.

2. Riwayat penyakit dahulu


Menurut teori ditemukan kemungkinan penyebab yang
mendukung terjadinya gout (misalnya penyakit gagal ginjal
kronik, leukemia, hiperparatiroiddisme) masalah lain yang
perlu ditanyakan adalah pernahkah klien dirawat dengan
masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alkohol yang
berlebihan, penggunaan obat diuretic, sedangkan pada kasus
tidak ditemukan penyakit yang dijabarkan oleh teori hanya saja
ada kasus Ny.C memiliki riwayat penyakit HT. Ny.C tidak ada
pemakaian alkohol dan penggunaan obat diuretic.
3. Personal hygiene
Pada teori terdapat berbagai kesulitan melakukan aktivitas pribadi,
sedangkan pada terori tidak ditemukan kesulitan dalam melakukan
aktivitas personal hygiene dibuktikan dengan Ny. C mengatakan mandi
2 kali/hari, sikat gigi 2 kali/hari, dan keramas 2 hari sekali. Ny. C secara
keseluruhan tampak bersih, tidak bau badan.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut teori diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut atau
kronis berhubungan dengan agen injuri, kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas, kurang
pengetahuan berhubungan dengan kurang mendapatkan informasi, cemas
berhubungan dengan perubahan status kesehatan, resiko jatuh berhubungan
dengan kerusakan mobilitas fisik, dan resiko injuri berhubungan dengan
ketidakmampuan dalam bergerak Sedangkan pada kasus Nyeri akut atau
kronis berhubungan dengan agen injuri, kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan aktivitas, resiko jatuh
berhubungan dengan kerusakan mobilitas fisik dan kurang pengetahuan
berhubungan dengan kurang mendapatkan informasi. Pada kasus tidak
diangkat diagnosa cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
dikarenakan Ny.C tidak terlalu memikirkan penyakitnya dan menganggap
penyakit asam urat bukan penyakit yang berbahaya, sedangkan pada
diagnosa resiko injuri berhubungan dengan ketidakmampuan dalam
bergerak dikarenakan Ny.C tidak pernah luka selama menderita asam urat.

C. Perencanaan Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Menurut teori implementasi adalah fase ketika perawat
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Sedangkan pada kasus
diagnosa kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan aktivitas tidak dilakukan implementasi mengajarkan dan bantu
klien untuk berpindah sesuai kebutuhan karena Ny.C sudah dapat
melakukan aktivitas sehari hari dengan berhati-hati apabila nyeri asam urat
kambuh, implementasi membantu klien untuk mengenal ambulasi dini
sesuai kebutuhan tidak dilakukan pada klien dikarenakan Ny.C sudah
mengetahui cara ambulasi dengan benar, dibuktikan dengan klien
mengatakan apabila nyeri timbul cara beraktivitas dengan cara dari duduk
ke berdiri dengan cara berhati lalu berjalan dengan berpegangan dengan
dinding.
Pada diagnosa keperawatan pada kasus kurang pengetahuan berhubungan
dengan kurang paparan, mudah lupa, misalnya interpretasi informasi
ditandai dengan klien mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti
instruksi tidak akurat, tidak dilakukannya impelemtasi menentukan motivasi
klien untuk mempelajari informasi-informasi yang khusus misalnya: status
psikologis, orientasi, nyeri, keletihan, tidak terpenuhinya kebutuhan dasar,
keadaan emosional dan adaptasi terhadap penyakit dikarenakan klien
merasa tidak putus asa dalam penyakitnya dan dalam pemenuhan kebutuhan
dasar masih dapat terpenuhi secara mandiri dikarenakan Ny.C hidup sendiri
dirumahnya. Pada implementasi menyediakan lingkungan yang kondusif
untuk belajar tidak dilakukan dikarenakan lingkungan rumah klien sudah
kondusif seperti penerangan yang sudah cukup dan menghindari lantai licin
agar Ny.C tidak cedera. Implementasi merencanakan penyesuaian dalam
penanganan bersama klien mengikuti kemampuan klien mengikuti
penanganan yang dianjurkan tidak dilakukan,dikarenakan klien jarang
memeriksakan penyakit asam uratnya ke pelayanan kesehatan dan apabila
nyeri timbul hanya meminum obat herbal saja. Berinteraksi kepada klien
dengan cara yang tidak menghakimi untuk memfasilitasi pengajaran tidak
dilakukan dikarenakan klien merasa dihakimi oleh kehadiran perawatan
ataupun saat diberikan penkes tentang asam urat.

E. Evaluasi Keperawatan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses
perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Terdapat
beberapa macam penyakit yang sering dijumpai pada lansia, salah
satunya adalah gangguan pada persendian, seperti osteoartitis, gout
arthritis, atau penyakit kolagen lainnya. Dalam kasus yang terdapat
makalah ini klien lansia (Ny.C) mengalami gout arthtritis. Gout atristis
adalah penyakit inflamasi sendi yang paling sering ditemukan, yang
ditandai dengan penumpukan kristal monosodium urat di dalam ataupun
di sekitar persendian. Monosodium urat ini berasal dari metabolisme
purin.

Setelah dilakukan pengkajian pada klien, terdapat kesenjangan antara


teori dan kasus yang ditemukan. Pada pengkajian, terdapat beberapa
kesenjangan antara teori dan kasus yaitu riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, dan personal hygiene. Pada diagnosa
keperawatan terdapat kesenjangan salahsatunya ialah klien tidak merasa
cemas akan penyakit yang sudah dideritanya. Pada perencanaan tidak
terdapat kesenjangan. Kemudia pada implementasi keperawatan terdapat
kesenjangan yaitu perawat tidak melakukan intervensi yang sekiranya
sudah bisa dilakukan oleh klien secara mandiri. Kemudian pada evaluasi

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sumatra Utara. ___. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39919/Chapter%20II.pdf;jsessi
onid=CEA71C1B133AFAEFE40FFB32A9742F91?sequence=4 27 April 2017 pukul 13.30

Herlambang, Ikhsan. 2013. Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.b dengan Masalah


Utama Gout Artritis (asam urat) pada Tn.b di Jamur RT 02 RW VII, Trangsan, di
Wilayah Puskesmas Gatak, Sukoharjo. Diunduh dari
http://eprints.ums.ac.id/25930/11/Naskah_Publikasi_Ilmiah.pdf Pada tanggal 25
April 2017 pukul 15.40 WIB

Helmi, Zairin Helmi. 2011. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Cetakan kedua.
Jakarta : Salemba Medika.

UNILA. ___. Diunduh dari http://digilib.unila.ac.id/6587/15/BAB%20II.pdf Pada


tanggal 20 April 2017 pukul 19.00 WIB
LAMPIRAN

Vous aimerez peut-être aussi