Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Wong (2008) menyebutkan beberapa dasar teoritik untuk perkembangan anak yaitu
perkembangan kepribadian (diantaranya perkembangan psikoseksual, perkembangan
psikososial), perkembangan mental (diantaranya perkembangan mental,
perkembangan kognitif, perkembangan bahasa), dan perkembangan konsep diri.
Namun, secara umum perkembangan pada anak mencakup perkembangan motorik
halus, perkembangan motorik kasar, perkembangan bahasa, dan perkembangan
perilaku atau adaptasi sosial (Hidayat, 2008). Depkes (2005) juga menyebutkan
bahwa aspek-aspek perkembangan yang dipantau adalah gerak kasar atau motorik
kasar, gerak halus atau motorik halus, kemampuan bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian (Depkes, 2005).
Perkembangan psikososial terdiri dari delapan tahapan perkembangan. Anak usia 3-6
tahun sedang dalam tahapan ketiga perkembangan psikososial yaitu inisiatif versus
rasa bersalah. Pada masa usia 3-6 tahun atau yang lebih sering disebut dengan istilah
anak prasekolah, anak mempelajari dasar-dasar perkembangan sosial sebagai
persiapan untuk memasuki kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk
penyesuaian diri pada waktu mereka masuk sekolah (Hurlock, 2002).
Masa prasekolah juga merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan
masa ini berlangsung sangat singkat serta tidak dapat diulang lagi, oleh karena itu
masa prasekolah disebut masa keemasan (golden period), jendela kesempatan
(window of opportunity) dan masa kritis (critical period) (Depkes, 2005)
Pada usia prasekolah, perkembangan sosial anak sudah tampak jelas karena mereka
sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya. Tanda-tanda perkembangan
psikososial pada tahap ini adalah anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di
lingkungan keluarga maupun dalam lingkungan bermain, sedikit demi sedikit anak
sudah mulai tunduk pada peraturan, anak mulai menyadari hak atau kepentingan
orang lain, dan anak mulai dapat bermain bersama teman sebayanya (Yusuf, 2004).
Menurut Erik Erikson (1950 dalam Santrock, 2002) pada usia 3-6 tahun anak
memasuki tahap perkembangan psikososial inisiatif dan guilt. Pada masa ini, terjadi
perkembangan fisik, intelektual serta rasa percaya diri untuk melakukan sesuatu,
sehingga anak menjadi lebih mampu mengontrol tubuhnya. Anak mulai memahami
bahwa orang lain memiliki perbedaan dengan dirinya, baik menyangkut persepsi
1
maupun motivasi (keinginan), dan mereka menyukai kemampuan dirinya untuk
melakukan sesuatu.
Pada tahap inisiatif, anak sudah siap dan berkeinginan untuk belajar dan bekerja sama
dengan orang lain untuk mencapai tujuannya (Yusuf, 2004). Selain itu pada tahap
inisiatif, anak-anak ini dengan gembira beralih ke suatu dunia sosial yang lebih luas.
Pengatur utama inisiatif adalah kata hati. Anak-anak sekarang tidak hanya merasa
takut, tetapi mereka juga mulai mendengar suara batin pengawasan diri sendiri,
membimbing diri sendiri, dan menghukum diri sendiri (Santrock, 2002).
Pada tahap inisiatif, jika energi yang mendorong anak untuk aktif (dalam rangka
memenuhi kebutuhannya) tidak tersalurkan akibat mengalami hambatan atau
kegagalan, maka anak mengalami guilt (rasa bersalah). Rasa bersalah ini dapat
menimbulkan harga diri rendah pada anak (Santrock, 2002; Yusuf, 2004). Tahap ini
dapat tercapai jika anak berhasil mengatasi rasa bersalahnya dan hal ini sangat
bergantung pada bagaimana orang tua tanggap terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilakukan anak atas dasar inisiatif mereka sendiri. Rasa inisiatif juga didukung bila
orang tua memberikan respon atas pertanyaan-pertanyaan anak dan tidak
mencemoohkan atau menghambat kegiatan fantasi atau permainan anak. Sebagai
contoh, anak-anak yang diberikan kebebasan dan peluang untuk berinisiatif dalam
melakukan permainan motorik seperti berlari dan bergulat, maka anak cenderung
memiliki rasa inisiatif yang didukung. Sebaliknya bila anak-anak merasa bahwa
kegiatan motorik mereka jelek, pertanyaan-pertanyaan mereka mengganggu, maka
anak seringkali mengembangkan rasa bersalah atas kegiatan-kegiatan yang mereka
lakukan atas inisiatif sendiri yang dapat berlangsung terus menerus sepanjang
kehidupannya (Santrock, 2002).
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Coplan (2004) terhadap 32 anak, dari usia 4-5
tahun sampai dewasa awal menunjukkan adanya perilaku prososial atau disposisi,
yang muncul di awal kehidupan dan relatif stabil seumur hidup. Anak prasekolah
yang lebih simpatik dan spontan berbagi dengan teman sekelas cenderung
menunjukkan pemahaman prososial dan perilaku empati sampai 17 tahun kemudian.
2
Disposisi prososial mungkin sebagian disebabkan temperamen dan sebagian genetis,
karena hal ini melibatkan pengendalian inhibitori (pengendalian diri atau
penyanggahan diri). Anak prasekolah yang pemalu dan menarik diri cenderung untuk
kurang prososial mungkin karena mereka enggan untuk berhubungan dengan orang
lain (Papalia, 2009).
a. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perkembangan psikososial sehat pada anak usia
pra sekolah.
b. Tujuan Khusus
Memberikan Asuhan Keperawatan pada Anak A dengan perkembangan
psikososial sehat.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Dari sekian banyak sebutan untuk usia 3-6 tahun, sebutan anak prasekolah
adalah yang paling sering digunakan. Periode anak prasekolah adalah periode
usia anak dengan rentang 3 sampai 6 tahun dengan tugas perkembangan yang
harus diselesaikannya (Keliat, 2008). Sedangkan Ramli (2005) mengemukakan
bahwa usia prasekolah adalah masa usia taman kanak-kanak, yang merupakan
masa-masa dalam kehidupan manusia sejak usia 4 sampai 6 tahun.
Anak usia prasekolah atau yang dikenal dengan masa kanak-kanak awal (early
childhood) berada dalam rentang usia antara 3-5 tahun. Disebut masa prasekolah
karena anak mulai mempersiapkan diri memasuki dunia sekolah memalui
kelompok bermain dan taman kanak-kanak (Gustian, 2001).
Anak usia pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 3-6 tahun,
ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria dan wanita,
dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training) dan mengenal beberapa hal
yang dianggap berbahaya atau mencelakakan dirinya (Yusuf, 2001).
Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun (Supartini, 2004).
Anak usia prasekolah ini menunjukkan perkembangan motorik, verbal, dan
ketrampilan sosial secara progresif. Pada masa ini adalah meningkatnya
antisiasme dan energi untuk belajar dan manggali banyak hal.
Usia prasekolah adalah usia anak pada masa prasekolah dengan rentang tiga
hingga enam tahun (Potter dan Perry, 2009). Pengertian yang sama juga
dikemukakan oleh Hockenberry dan Wilson (2009) bahwa usia prasekolah
merupakan usia perkembangan anak antara usia tiga hingga lima tahun. Pada
usia ini terjadi perubahan yang signifikan untuk mempersiapkan gaya hidup
yaitu masuk sekolah dengan mengkombinasikan antara perkembangan biologi,
psikososial, kognitif, spiritual dan prestasi sosial. Anak pada masa prasekolah
memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai laki-laki atau perempuan, dapat
mengatur diri dalam toilet training dan mengenal beberapa hal yang berbahaya
dan mencelakai dirinya (Mansur, 2011).
4
Anak usia pra sekolah merupakan usia perkembangan anak dari usia tiga tahun
sampai dengan lima tahun. Pada anak dalam usia tiga sampai dengan lima tahun
terjadi perubahan yang signifikan terhadap perkembangan biologis, psikososial,
kognitif, spiritual, dan sosialnya (Hockenberry & Wilson, 2009).
Karakter anak usia prasekolah menurut Yusriana (2012) adalah sebagai berikut:
a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
Anak usia prasekolah sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada
usia 3-5 tahun anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk
memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mulai gemar bertanya meski
dalam bahasa yang masih sangat sederhana.
b. Merupakan pribadi yang unik.
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia
prasekolah, setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat,
minat, gaya belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari faktor
genetis dan juga lingkungan.
c. Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan
pertolongan tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan
anak untuk menciptakan obyek atau kejadian tanpa didukung data yang
nyata. Anak usia prasekolah sangat suka membayangkan dan
mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata.
d. Masa paling potensial untuk belajar.
Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas.
Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat pesat di berbagai aspek.
5
e. Menunjukkan sikap egosentris.
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya
sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu
terlhat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan, menangis
atau merengek sampai keinginannya terpenuhi.
f. Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek.
Anak usia prasekolah memiliki rentang perhatian yang sangat pendek.
Pehatian anak akan mudah teralih pada hal lain terutama yang menarik
perhatiannya.
g. Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Anak usia prasekolah mulai suka bergaul dan bermain dengan teman
sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan
mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi sosial ini anak
membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia
bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai belajar
untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia
mulai merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
2.2 Perkembangan
2.2.1 Definisi
6
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi perkembangan
b. Faktor neuroendokrin
Kemungkinan semua hormon mempengaruhi perrtumbuhan dalam
beberapa cara. Tiga hormon yaitu hormon pertumbuhan, hormon tiroid,
dan androgen, ketika diberikan pada individu yang kekurangan hormon
ini, merangsang anabolisme protein dan karenanya menghasilkan retensi
elemen esensial untuk pembangunan protoplasma dan jaringan bertulang.
Tampak bahwa setiap hormon yang mempunyai pengaruh bermakna
pada pertumbuhan memanifestasikan efek utamanya pada periode
pertumbuhan yang berbeda.
c. Nutrisi
Nutrisi mungkin merupakan satunya-satunya pengaruh paling penting
pada pertumbuhan. Selama masa bayi dan kanak-kanak, kebutuhan
terhadap kalori relatif besar, seperti yang dibuktikan oleh peningkatan
tinggi dan berat badan. Nutrisi yang adekuat berkaitan erat dengan
kesehatan yang baik seumur hidup, dan perbaikan menyeluruh dalam
nutrisi dibuktikan oleh bertambahnya ukuran secara bertahap dan
maturasi anak secara dini. Pengaruh nutrisi yang baik juga
mempengaruhi perkembangan, terutama untuk perkembangan kognitif
anak, untuk perkembangan IQ anak. Pada usia 3-6 tahun perkembangan
syaraf-syaraf anak sedang berkembang untuk penyempurnaan
perkembangan selanjutnya anak (Depkes, 2005).
d. Hubungan interpersonal
Hubungan dengan orang terdekat memainkan peran penting dalam
perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual, dan
kepribadian. Individu yang menjadi pengasuh tidak diragukan lagi adalah
satu-satunya individu yang paling berpengaruh selama awal masa bayi.
7
Individu ini dapat memenuhi kebutuhan dasar bayi yaitu, makanan,
kehangatan, kenyamanan, dan kasih sayang. Individu ini (pria atau
wanita) menstimulasi indra anak dan memfasilitasi pengembangan
kemampuan anak. Melalui individu ini anak belajar untuk mempercayai
dunia dan merasa aman untuk menjelajahi hubungan yang semakin luas,
dengan kata lain pengasuh yang paling dekat dengan akan adalah orang
tua.
e. Tingkat sosioekonomi
Tingkat sosioekonomi keluarga anak mempunyai dampak signifikan
pada pertumbuhan dan perkembangan. Pada semua usia anak dari
keluarga kelas atas dan menengah mempunyai tinggi badan lebih dari
anak dari keluarga dengan strata sosioekonomi rendah. Keluarga dari
kelompok sosio ekonomi rendah mungkin kurang memiliki pengetahuan
atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan lingkungan yang
aman, menstimulasi, dan kaya nutrisi membantu perkembangan optimal
anak.
f. Penyakit
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu manifestasi
klinis dalam sejumlah gangguan herediter. Gangguan pertumbuhan
terutama terlihat pada gangguan skeletal. Gangguan apa pun yang
dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mencerna dan mengabsorpsi
8
nutrisi tubuh akan memberikan efek merugikan pada pertumbuhan dan
perkembangan.
Sebagai contoh anak menderita penyakit kanker, anak akan sedikit
terganggu dengan perkembangannya, antara lain perkembangan
psikososialnya. Anak yang menderita kanker akan memiliki waktu yang
kurang untuk bertemu dengan teman sebayanya, dikarenakan anak
menjalani pengobatan yang rutin.
g. Bahaya lingkungan
Bahaya di lingkungan adalah sumber kekhawatiran pemberi asuhan
kesehatan dan orang lain yang memperhatikan kesehatan dan keamanan.
Sebagai contoh anak-anak yang tinggal di daerah industri, dari segi
kesehatan anak akan mengirup udara yang kurang bersih karena udara
sudah tercemar oleh asap-asap pabrik menyebabkan anak-anak menjadi
jarang untuk keluar rumah dan sulit untuk bertemu teman-teman sebaya.
9
Anak-anak dapat mengidentifikasi secara dekat orang atau karakter yang
digambarkan dalam materi bacaan, film, video, dan program televisi
serta iklan. Anak-anak masa kini cenderung memilih media dan figure
olah raga sebagai model peran ideal mereka, sedangkan di masa lalu
mayoritas anak memilih orang tua atau wali orang tua mereka sebagai
orang yang paling ingin mereka contoh (Duck, 1990 dalam Wong, 2008).
Ada beberapa hal yang mempengaruhi media masa, yaitu:
1) Materi bacaan.
Buku, koran, dan majalah adalah bentuk media masa paling tua.
Materi ini berkontribusi pada kompetensi anak dalam hampir
setiap arah dan juga memberikan kesenangan. Dongeng diyakini
sebagai media terbaik untuk menjelaskan topik yang penting dan
penuh teka-teki seperti kematian, orang tua tiri, perasaan, dan
gejolak dalam diri. Meskipun tidak memberikan solusi, cerita
dongeng menghadapkan anak pada situasi emosi yang sulit dan
memberikan gambaran untuk menghadapinya. Buku komik dan
materi bacaan lain telah popular dalam setiap generasi, biasanya
anak mendapatkan buku komik dan materi bacaan dari orang tua,
sekolah atau perputakaan. Bacaan yang menarik, mudah dipahami
oleh anak, serta cerita yang penuh petualangan tampak memenuhi
kebutuhan anak untuk memahami orang lain dan diri mereka
sendiri.
2) Film
Film yang tidak terikat erat pada kenyataan dan sering
menggambarkan berbagai perilaku yang disukai secara sosial
mungkin memberikan kontribusi pada sistem nilai anak dan
memberikan kesempatan untuk pembelajaran sosial yang
diinginkan. Di lain pihak, anak khususnya remaja, menggemari
film “macho” dan film yang pahlawannya mengatasi masalah
dengan cara kekerasan, seperti karate dan kejar-kejaran mobil
yang liar. Pembawaan pengaruh ini ke dalam kehidupan sehari-
hari dan hubungannya dapat menyebabkan peningkatan perilaku
kekerasan pada individu muda. Penelitian menunjukkan bahwa
video dapat menurunkan sensitivitas penonton terhadap perilaku
kekerasan (Rowitz, 1992 dalam Wong, 2008). Anak-anak dapat
ditakuti oleh beberapa film seperti Snow White dan Cinderella,
yang menggambarkan hubungan ibu dan anak, ibu tiri sebagai
orang jahat, dan merusak. Gambaran seperti ini dapat
memberikan pengaruh buruk pada hubungan anak dengan ibu tiri
atau membingungkan pada anak yang telah membina hubungan
baik dengan ibu tiri.
10
3) Televisi
Televisi telah menjadi salah satu agen penyosialisasi paling
penting dalam kehidupan anak anak. Isi program dan iklan
merupakan sumber untuk mendapat informasi, mencontoh
perilaku, dan melihat orientasi nilai. Televisi selalu mempunyai
program acara yang menarik untuk ditayangkan, sehingga anak
menyukai menghabiskan waktu dengan menonton. Selain itu
tayangan yang diberikan belum tentu sepenuhnya cocok untuk
dinikmati oleh anak-anak, menyebabkan anak akan melihat
tayangan yang seharusnya ditonton oleh orang dewasa.
Kontroversi terus berlangsung mengenai pengaruh televisi yang
dapat mengganggu perkembangan dan perilaku anak.
Kebanyakan peneliti telah menyimpulkan bahwa menonton
televisi yang berlarut-larut memiliki efek menyimpang pada anak.
Peningkatan perilaku agresif secara verbal dan fisik, penurunan
kemampuan pemecahan masalah, stereotip peran seksual yang
lebih besar, dan penurunan kreativitas telah banyak dikeluhkan.
11
2.2.3 Aspek-aspek perkembangan yang dipantau pada anak adalah:
d. Perkembangan psikososial
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan
sendiri, membereskan mainan selesai bermain), mudah berpisah dengan
ibu atau pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya, dan sebagainya.
12
i. Mencapai kebebasan pribadi.
b. Perkembangan psikologis
Pada masa usia pra sekolah rasa ingin tahu (corious) dan daya
imaginasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya tentang
segala hal di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Anak belum
mampu membedakan hal yang abstrak dan konkret sehingga orang
tua sering menganggap anak berdusta padahal anak tidak bermaksud
demikian. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku orang
tua sehingga mempunyai kecendrungan untuk meniru tingkah laku
orang dewasa (Ridha, 2014).
c. Perkembangan kognitif
Anak pada usia pra sekola berada dalam masa peralihan antara fase
preconceptual dan fase intuitive thought. Saat anak berada pada fase
preconceptual anak akan lebih menggunakan satu istilah untuk
beberapa hal yang memiliki kemiripan atau memiliki ciri-ciri yang
sama, misalnya menyebut nenek atau kakek kepada orang yang sudah
tua, sudah bongkok, keriput, dan memakai tongkat, sedangkan anak
yang berada pada fase 12 intuitive thought, mereka sudah bisa
memberikan alasan terhadap tindakan yang mereka lakukan. Anak
usia pra sekolah memiliki asumsi bahwa setiap orang memiliki
pemikiran yang sama seperti mereka, sehingga perlu menggali
pemikiran mereka dengan pendekatan non verbal. (Supartini, 2002).
13
d. Perkembangan spiritual
Pemahaman anak usia pra sekolah mengenai spiritualitas dipengaruhi
oleh tingkat kognitif, pengetahuan tentang keyakinan, dan agama
yang dipelajari dari keyakinan orang tuanya. Berdasarkan
perkembangan rasa bersalah anak sering mempunyai persepsi yang
kurang tepat mengenai suatu penyakit dianggap sebagai hukuman.
Pengalaman keikutsertaan dalam kegiatan keagamaan dapat
membantu koping anak dalam menghadapi penyakit dan hospitalisasi
(Hockenberry & Wilson, 2009).
e. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial anak pada usia pra sekolah yaitu anak akan
makin ingin untuk melakukan berbagai macam kegiatan yang
disukainya. Pada masa ini anak akan dihadapkan dengan tuntutan
sosial yang baru. (Gunarsa, 2008). Anak usia pra sekolah sudah
mampu mengatasi banyak kecemasan yang berhubungan dengan
orang asing dan ketakutan akan perpisahan dibandingkan tahun-tahun
sebelumnya. Anak usia pra sekolah dapat berhubungan dengan orang-
orang yang tidak dikenal dengan mudah dan mentoleransi perpisahan
singkat dari orang tuanya dengan sedikit atau tanpa protes. Namun
anak usia pra sekolah masih membutuhkan perlindungan dari orang
tua, bimbingan, dan persetujuan ketika memasuki masa pra sekolah
(Wong, 2008).
14
Hurlock (2005) mengemukakan ada beberapa tingkat perkembangan anak
diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Perkembangan fisik anak prasekolah
Perkembangan fisik dipandang penting untuk dipelajari karena baik
secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perilaku
anak sehari-hari. Secara langsung perkembangan fisik seorang anak
akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak, sedangkan
secara tidak langsung pertumbungan dan perkembangan fisik akan
mempengaruhi bagaimana anak memandang dirinya sendiri dan
bagaimana anak memandang orang lain (Hurlock, 2005).
15
2) Takut
Pembiasaan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang
kurang menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan
rasa takut seperti cerita - cerita, gambar - gambar.
Pada mulanya reaksi rasa takut adalah panik, kemudian
menjadi lebih khusus seperti lari, menghindar dan
bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang
menakutkan.
3) Cemburu.
Anak menjadi cemburu bila ia mengira bahwa minat dan
perhatian orangtua beralih kepada oranglain didalam keluarga,
biasanya adik yang baru lahir. Anak yang cemburu dapat
menunjukan perilaku seperti mengompol, pura-pura sakit atau
menjadi nakal. Perilaku itu semua untuk menarik perhatian.
4) Ingin tahu.
Anak mempunyai rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru yang
dilihatnya. Juga mengenai tubuhnya sendiri dan tubuh
oranglain. Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan
sensomotorik, kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial
dan hukuman, ia bereaksi dengan bertanya.
5) Iri hati.
Iri hati diungkapkan dalam bermacam-macam cara yang
paling umum adalah mengeluh tentang baranngnya sendiri
dengan mengungkapkan keinginannya untuk memiliki barang
yang dimiliki orang lain.
6) Gembira.
Anak mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum,
tertawa, bertepuk tangan, melompat-lompat, atau memeluk
benda atau orang yang membuatnya bahagia.
7) Sedih.
Secara khas anak mengungkapkan kesedihannya dengan
menangis dan dengan kehilangan minat terhadap kegiatan
normalnya termasuk makan
8) Kasih sayang.
Anak-anak mengungkapkan kasih sayang secara lisan bila
sudah besar tetapi ketika masih kecil anak menyatakannya
secara fisik dengan memeluk, menepuk, dan mencium obyek
kasih sayangnya.
16
c. Perkembangan kognitif anak prasekolah
Perkembangan kognitif atau proses berpikir adalah proses menerima,
mengolah sampai memahami informasi yang diterima. Perkembangan
kognitif ditandai dengan kemampuan intelegensi, kemampuan
memecahkan masalah serta kemempuan berpikir logis (Hurlock,
2005).
Pada tahap perkembangan inisiatif versus rasa bersalah anak-anak akan belajar
berfantasi dan juga mulai belajar ada orang lain selain dirinya. Tahap ini merupakan
pondasi anak untuk menjadi kreatif. Anak-anak mulai mengenal identitas dirinya,
terutama yang berkaitan dengan jenis kelamin mereka. Anak mulai mengenal identitas
dirinya bukan hanya dari alat kelamin yang dimilikinya tetapi juga dari perlakuan
sekelilingnya. Kemampuan menggunakan bahasa semakin meningkat, dan anak-anak
mulai belajar melibatkan diri dalam aktifitas bersama dengan teman-temannya.
Pada tahap inisiatif versus rasa bersalah, anak terlihat tumbuh dan memiliki banyak
kepandaian. Anak belajar berfantasi dan hal ini menjadi dasar bagi anak untuk
menjadi kreatif. Oleh karena itu anak tidak perlu dibebani dengan tugas dan pekerjaan
di luar kemampuannya, karena jika anak-anak tidak mampu belajar sesuai dengan
tugas yang diberikan, akan menimbulkan rasa bersalah pada diri anak. Gangguan pada
perkembangan tahap inisiatif dapat menyebabkan anak menjadi sulit belajar, pasif,
17
kurang inisiatif, selalu takut mencoba hal yang baru, dan terkadang mempunyai
masalah dalam bergaul dengan teman-temannya (Sunarti, 2004).
Anak usia prasekolah mencoba untuk menjadi asertif selama berinteraksi dengan
orang lain dan lingkungan. Persetujuan dari orang lain akan meningkatkan inisiatif.
Jika tindakan tindakan anak usia prasekolah tidak diizinkan atau tidak mendapat
persetujuan dari orang lain, maka akan timbul rasa bersalah (Christensen, 2009).
Perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui
kemampuan inderanya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara melakukan
eksplorasi terhadap apa yang ada disekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah
kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasi. Perasaan bersalah akan
timbul apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas
perkembangan yang tidak dicapai (Papalia, 2009).
b. Karakteristik perilaku
Sesuai dengan tugas perkembangannya, anak usia 3-6 tahun
memperlihatkan perilaku sebagai berikut (Keliat, 2008; Kozier, 1995;
Papalia, 2009):
1) Perilaku inisiatif
a) Mengkhayal dan kreatif
18
Merupakan bagian penting dari tahapan perkembangan
anak usia prasekolah. Anak usia prasekolah memiliki
imajinasi atau khayalan yang aktif dan kreatif.
Imajinasi atau khayalan anak usia prasekolah terjadi
ketika anak-anak sedang bermain. Sebagai contoh,
sebuah kursi akan menjadi indah apabila diduduki oleh
raja dan ratu, anak mampu merealisasikan
imajinasinya melalui sebuah gambar (Kozier, 1995).
19
lain dan anak terlihat senang ketika bermain bersama
teman-temannya, anak terlihat berbagi mainan dengan
temannya (Kozier, 1995).
20
Maka dari itu perlu dukungan dari lingkungan untuk
menggunakan kalimat baik, karena anak dapat dengan
cepat menyerap kosa kata yang didengarnya.
Contohnya, “Ingin pipis”, “Lapar, mau makan”
(Papalia, 2009).
21
dihadapkan pada tantangan baru, kurang tekun berusaha
menyelesaikan sebuah permainan. Saat diberikan pertanyaan
“kalau sudah besar, mau jadi apa?” anak akan diam saja
terlihat bingung. Contoh lain ketika anak sedang bermain
puzzle, anak terlihat tidak berusaha untuk menyelesaikannya
(Berk, 2000; Woolfson, 2005).
5) Perilaku agresif.
Perilaku agresif adalah perilaku bermusuhan yang ditujukan
untuk melukai atau menyakiti. Para psikolog mendefinisikan
perilaku agresi sebagai perilaku yang ditujukan untuk
menyakiti atau menghancurkan. Perilaku agresi dapat secara
verbal maupun fisik. Objek untuk menunjukkan perilaku
agresi ini biasanya pada manusia, hewan atau benda-benda di
sekitarnya (Craig, 1992).
a. Diri (Self)
Diri merupakan pemahaman seorang anak terhadap diri mereka
sendiri, tentang cara anak menggambarkan diri mereka. Dalam diri
anak-anak usia 3-6 tahun berkembang beberapa pemahaman, yaitu:
22
b. Pemahaman Diri
Pada masa kanak-kanak awal, anak berpikir bahwa diri mereka dapat
dijelaskan melalui banyak karakteristik material, seperti ukuran,
bentuk, dan warna. Selain itu, anak-anak juga sering menggambarkan
diri mereka dalam bentuk aktivitas permainan (Santrock, 2011).
c. Harga Diri
Harga diri adalah bagian dari evaluasi konsep diri, penilaian yang
dibuat anak mengenai seberapa berhargannya mereka. Harga diri pada
masa kanak-kanak awal bersifat tidak ada perbedaan “saya baik” atau
“saya jahat” (Papalia, 2009).
e. Gender
Identitas gender (gender identity) adalah kesadaran yang berkembang
pada masa kanak kanak awal bahwa seseorang adalah laki-laki atau
perempuan (Papalia, 2009). Identitas gender melibatkan kesadaran
gender seseorang, termasuk pengetahuan, pemahaman, dan
penerimaan sebagai laki-laki atau perempuan. Salah satu aspek
identitas gender adalah adanya pengetahuan bahwa apakah dirinya
seorang anak perempuan atau laki-laki. Pada umumnya anak dapat
mengetahui setelah usia 2,5 tahun (Blakemore, Berenbaum, & Liben,
2009 dalam Santrock, 2011).
23
1) Pengaruh Biologis
Efek biologis yang berpengaruh adalah kromosom, dan
hormon. Manusia memiliki 46 kromosom yang tersusun dalam
pasangan, yaitu kombinasi kromosom X dan Y. Pada anak
perempuan dua kromosom X, sedangkan pada anak laki-laki
kombinasi kromosom X dan Y. Laki-laki mulai berbeda
dengan perempuan ketika pada kromosom Y dalam embrio
laki-laki memicu perkembangan testis bukan ovarium. Testis
mensekresi sejumlah hormon yang dikenal sebagai androgen
yang menuntun pada perkembangan organ seks laki-laki.
Rendahnya tingkat androgen di embrio perempuan
memungkinkan terjadinya perkembangan normal organ seks
perempuan (Santrock, 2011).
2) Pengaruh Sosial
Pengaruh sosial memiliki peranan dalam membentuk gender.
Anak biasanya memilih model yang dianggap kuat, dalam hal
ini biasanya orang tua menjadi model paling kuat selain teman
sepermainan (Papalia, 2009). Untuk memberikan pemahaman
tentang gender kepada anak, orang tua memerlukan model
untuk menjelaskan hal tersebut. Penjelasan ini diperlukan
untuk menghindari kebingungan peran gender ketika anak
dewasa nanti. Jika sejak usia prasekolah anak sudah dijelaskan
mengenai gendernya, maka ketika dewasa anak akan mampu
untuk menempatkan posisinya.
Sebagai contoh, untuk memberikan pemahaman mengenai
gendernya, anak perempuan dicirikan mengenakan kerudung,
sedangkan anak laki-laki mengenakan peci, sehingga ketika
anak berada dilingkungan sosial sudah bisa dibedakan laki-
laki dan perempuan.
3) Permainan
Permainan adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan
dengan terlibat di dalamnya, ketika fungsi serta bentuknya
bervariasi (Santrock, 2011).
Bermain adalah pekerjaan seorang anak, dan hal ini
berkontribusi terhadap seluruh aspek perkembangan. Melalui
bermain, anak merangsang indera, belajar menggunakan otot-
otot mereka, mengkoordinasikan penglihatan dan gerakan,
memperoleh penguasaan tubuh, dan memperoleh berbagai
keterampilan baru (Papalia, 2009).
24
Penelitian Hastuti (2009) yang bertujuan untuk menganalisis
penyelenggaraan stimulasi psikososial pada anak di kelompok
bermain dan pengaruhnya terhadap tumbuh kembang,
menyatakan bahwa kelompok bermain memberikan pengaruh
terhadap perkembangan sosial emosi. Anak yang mengikuti
kelompok bermain, anak dapat menceritakan perasaannya,
memberitahu tentang hal yang ditakutkan, mengenal etiket
makan, menjadi pendengar yang baik, mampu membereskan
alat-alat permainan, tidak membalas memukul apabila dipukul
temannya, serta mau bermain dan ramah dengan orang yang
baru dikenalnya, mampu memilih baju sendiri, mulai mahir
menggunakan toilet, sudah dapat ditinggalkan orang tua, dan
mudah bermain dengan siapa saja. Tetapi, hampir semua anak
akan menangis dan marah apabila permintaannya tidak
dikabulkan.
4) Pengasuhan
Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan
penting dalam pembentukan perkembangan psikososial anak
adalah praktik pengasuhan anak. Keluarga adalah lingkungan
yang pertama kali menerima kehadiran anak. Dalam
mengasuh anaknya orang tua dipengaruhi oleh budaya yang
ada di lingkungannya. Disamping itu, orang tua juga diwarnai
oleh sikap-sikap tertentu didalam memelihara, membimbing,
dan mengarahkan anak-anaknya.
Sikap tersebut tercermin dalam pola pengasuhan kepada
anaknya yang berbeda-beda, karena orang tua mempunyai
pola pengasuhan tertentu (Soetjiningsih, 1998).
25
merupakan tanggung jawab bersama pada dasarnya tujuan
utama pengasuhan adalah:
a) Mempertahankan kehidupan fisik anak dan
meningkatkan kesehatnnya.
b) Memfasilitasi anak untuk mengembangkan
kemampuan sejalan dengan tahapan
perkembangannya.
c) Mendorong peningkatan kemampuan berperilaku
sesuai dengan nilai agama dan budaya yang diyakini
(Supartini, 2004 dalam Utami, 2008). Seperti yang
telah dijelaskan sebelumnya, orang tua memiliki cara
yang berbeda-beda dalam mengasuh anak-anaknya.
26
5) Menunggu giliran.
6) Menyukai berpakaian.
7) Menyukai humor sederhana.
8) Menyukai permainan lantai.
9) Bangga pada sesuatu yang dibuat sendiri.
10) Membantu orang dewasa dengan aktivitas rumah.
11) Berperan sebagai orang dan objek (Ramli, 2005).
27
4) Memiliki keterampilan sosial untuk memberi, menerima dan
berbagi
5) Memiliki tingkah laku lebih mandiri
6) Mempelajari hubungan antar benda (Ramli, 2005)
a. Pertumbuhan lambat dan stabil selama masa ini. Tugas perkembangan yang
harus selesai dengan baik adalah:
1) Kontrol dari sistem tubuh
2) Pengalaman tentang perpisahan
3) Kemampuan untuk berinteraksi dan bekerjasama dengan anak lain dan
dewasa
4) Meningkatnya cakupan perhatian dan ingatan ---- menurut teori Piaget
masa prasekolah merupakan fase intuitive thought. Mereka belajar
mencoba-coba dan sering bingung karena pada saat itu mereka hanya
punya satu ide.
b. Perkembangan biologi
1) Proporsi : Langsing, kokoh, gemulai, cerdas dan gesit. Antara perempuan
dan wanita sedikit berbeda dalam karakteristik fisik.
2) Perkembangan motorik : Meningkatnya kekuatan dan perbaikan keahlian
sebelumnya seperti jalan, lari, lompat. Perkembangan tulang masih jauh
dari mature
3) Fisik cenderung bertambah tinggi ekstremitas tumbuh lebih cepat ---- tidak
tampak proposional. Perubahan berat lambat, hanya bertambah sekitar 3-5
kg dari berat mereka sejak umur 3 tahun. Aktivitas berlebihan dapat
mengakibatkan injury
4) Untuk pertumbuhan sistem muskuloskeletal perlu : postur/sikap tubuh yang
baik, latihan yang tepat, nutrisi yang adequat dan istirahat
c. Nutrisi
Suka dengan makanan kesukaan dan rasa yang kuat. 4 tahun : periode rewel
dalam makan tingkah laku melawan. 5 tahun : mencoba makanan baru
terutama jika ikut membantu menyiapkan masakan dan eksperimen dengan
rasa baru dan hidangan yang berbeda porsi makanan > toddler ---- 1/2 dari
porsi orang dewasa.
28
dan aktivitas fisik, suasana non kompetitif, ditekankan pada rasa
aman/keamanan.
e. Masalah tidur
Sulit tidur, jika: terlalu banyak aktivitas/stimulasi seharian. Takut tidur, bangun
pada malam hari, mimpi buruk, teror tidur.
Terlambat ke tempat tidur, diatasi dengan: kebiasaan waktu tidur yang sesuai
ditekankan pada tipe normal. Menjaga lampu tetap hidup di kamar.
Menyediakan obyek transisi.
Ketidakmauan untuk tidur: membatasi kebiasaan yang merupakan tanda
kesiapan untuk tidur
g. Hal yang dapat dilakukan keluarga jika terjadi penyimpangan perkembangan anak
prasekolah
1) Memberi waktu kepada anak untuk bermain
2) Mengajarkan anak untuk bermain yang sederhana
3) Memberikan harapan yang sesuai dengan kemampuan anak
4) Tidak memaksakan kehendak kepada anak
5) Memberi pujian terhadap keberhasilan yang telah dicapai
6) Menjadi pendengar yang baik
7) Bersikap positif dan mendorong usaha anak untuk mandiri
8) Tidak menentang tindakakn yang dilakukan anak
9) Tidak melarang anak menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
29
a) Beri kesempatan kepada anak untuk memcapai kemampuan tertentu yang
dapat dipelajarinya sperti naik sepeda , menulis , menggambar , menyusun
balok puzzle
b) Dukung anak untuk bermain kelompok
c) Beri kesempatan pada anak untuk bermain peran menggunakan alat – alat
yang sesuai (memasak, sekolah, berperan sebagai orang tua)
d) Beri tugas sesuai kemampuan anak
e) Jadi role model bagi anak mengenai cara menerima keunikan orang lain
30
f) Berikan pendapat yang positif terhadap perilaku yang ditampilkan
g) Beri pujian terhadap keberhasilan yang dicapai oleh anak
h) Berikan suasana disiplin dirumah
i) Diskusikan dengan keluarga mengenai cara yang akan digunakan
keluarga untuk menstimulasi inisiatif anak
j) Latih keluarga untuk melakukan cara tersebut dan dampingi keluarga
menstimulasi inisiatif anak
l. Masalah kesehatan yang sering muncul pada anak prasekolah seperti; diare,
cacar air, difteri, dan campak.
31
BAB > 3 x 24 jam o Anti sekresi
o Anti spasmolitik
MK: anak menangis,
o Pengeras tinjs
gelisah, suhu tubuh
o Antibiotik
meninggi, BAB cair
kadang disertai
darah dan lender
2. Varicela (cacar air) Kekhususan: biasanya tidak ada agen 1.Lakukan isolasi
anti viral (ecyclovir) untuk resiko ketat di RS
Agen pembawa:
tinggi anak terinfeksi, Varicella
Variacell Zooster 2.Isolasi anak di
Zooster imonoglobin (VZIG) setelah
rumah sampai vasikel
pembukaan pada anak yang beresiko
Sumber: sekresi
mengering (biasanya
tinggi.
primer saluran
1 minggu setelah
pernafasan dan
Obat: Diphenhidramin, hydoklorida, terinfeksi) dan isolasi
organ terinfeksi,
atau anti histamin untuk anak yang beresiko
pada tingkatan lesi
menghilangkan gatal tinggi infeksi
kulit yang lebih
rendah Perawatan kulit untuk pencegahan 3.Beri perawatan
infeksi bakteri kedua. kulit: mandi dan
Transmisi:
berganti pakaian
terkontaminasi oleh Komplikasi:
setisp hari, oleskan
objek penularan.
lation .
o Infeksi pada tahap kedua
Masa inkubasi: 2-3 (bisu, selulitis, pnemoni,
4.Mengurangi gatal-
minggu/ 13-17 hari sepsis)
gatal
Encephalitis
Masa penularan:
Varicela pnemoni 5.Hindari mengupas
biasanya 1 hari
Peredaran varicela kulit kerak yang
setelah erupsi lesi
Kronik atau tranesien menggosok dan
(masa awal) sampai
trombositopenia membuat iritasi.
5 hari setelah
banyak muncul
vesikel ketika kerak
32
kulit terbentuk.
MK:
Distribusi:
sentrifetal,
menyebar ke wajah
dan tubuh, tapi
jarang pada tungkai
dan lengan.
33
iritasi dari gatal-
gatal.
3 Difhteria Antitoksin (biasanya melalui 1.Lakukan isolasi
intravena diawali dengan test ketat di rumah
Manifestasi klinis:
kulit dan konjungtiva untuk sakit 2.Berpartisipasi
mengetes sensitifitas terhadap pada test sensitifitas;
Bervariasi menurut
serum) beri epineprin jika
lokasi anatomi
Pseudomembran Antibiotik (penisillin atau ada
erythromycin).
3. Beri antibiotik,
Nasal : Bedrest total (pencegahan
amati sensitifitas
miokarditis)
Menyerupai flu, terhadap penisilin
Tracheostomy untuk
nasal mengeluarkan
penahambatan jalan udara. 4.Gunakan suction
serosan guineous
Perawatan carrier dan kontak jika perlu
mukous purulent
terhadap orang yang terinfeksi.
tanpa gejala-gejala
5.Beri perawatan
pokok: tampak Komplikasi :
komplit untuk
seperti epitaksis.
memperoleh bedrest
Miokarditis (minggu ke 2) Neuritis
Tonsilar pharingeal :
6.Atur kelembaban
untuk pencairan
Malaise, anorexia,
optimum sekresi.
tenggorokan sakit,
sedikit demam,
7.Amati respirasi
pulse meningkat
untuk tanda-tanda
dari yang
penghambatan
diharapkan selama
24 jam, membran
melembut, putih
atau abu-abu;
timbulnya
limfadenitis jika
penyakitnya parah
timbul toximea,
34
septik syok, dan
meninggal dalam 6-
10 hari.
Lharyngeal :
Demam : serak,
batuk, tanpa ada
tanda awal,
potensial
penghambatan jalan
udara, gelisah,
cyanosis, retraksi
dyspniec.
4. Rubeola (campak) Tidak ada perawatan lain yang perlu 1.Yakinkan orangtua
kecuali antipiretik untuk demam dan bahwa vesikel-
Agen pembawa :
analgesik untuk nyeri. vesikel adalah suatu
proses panyakit yang
Virus
Komplikasi :
alami pada anak-anak
Sumber : yang terinfeksi.
Jarang terjadi (arthritis, enchepalitis,
atau purpura); penyakit-panyakit
Sekresi saluran 2. Gunakan sentuhan
menular yang sering dijumpai pada
nafas, darah dan lembut jika
masa anak-anak; bahaya terbesar
urine dari orang diperlukan.
adalah efek teratogenik pada janin.
yang terinfeksi.
3.Jauhkan anak dari
Transisi : wanita hamil
Kontak langsung
dengan orang yang
terinfeksi.
Masa inkubasi :
35
10-20 hari
Periode penularan :
Manifestasi klinis :
Fase prodromal:
Ruam :
36
di wajah dan dengan
segera menyebar ke
leher, lengan batang
tubuh dan kaki.
diakhiri dari
pertama ditutupi
dengan bercak-
bercak kemerahan
makulo pupalar,
biasanya hilang
pada hari ketiga
37
A. Pengkajian
Keluarga
a. Pengetahuan keluarga
b. Peran orang tua
Anak
1. Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
a. Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg per tahun. Berat
badan rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 Kg terkait dengan
nutrisi anak.
b. Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 – 3 inchi per tahun ).
c. Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan koordinasi otot
besar dan halus, sehingga mereka dapat berlari dengan baik, berjalan
naik dan turun dengan mudah dan belajar untuk melompat.
d. Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.
3. Perkembangan psiko-sosial
a. Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya.
b. Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi lebih sosial,
mereka berganti dari bermain paralel ke jenis asosiatif.
4. Persepsi kesehatan
Kita mengkaji persepsi kesehatan melalui keluarga, pola hidup mereka,
sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan kemampuan orang tua untuk
melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu anak-anak
mengembangkan perilaku sehat mereka, berpakaian dan makan.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
1. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan;
a. Orang tua kurang pengetahuan
b. Dukungan orang tua yang tidak adekuat, tidak sesuai
c. Stressor yang berkaitan dengan sekolah
d. Keterbatasan kesempatan untuk memenuhi kebutuhan sosial, bermain atau
pendidikan sekunder, akibat:
1) Kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi
2) Kurang stimulasi
38
3) Sedikitnya orang terdekat
4) Kehilangan teman sebaya.
C. Intervensi keperawatan
1. Diagnosa : Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan.
a. Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan
kelompok usia.
b. Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh area fungsi,
menggunakan alat pengkajian yang spesifik.
c. Dorong untuk perawatan diri: merias diri sendiri, memakai baju sendiri,
perawatan mulut, perawatan rambut.
d. Beri waktu bermain dengan orang lain yang sering dan dengan berbagai
mainan.
e. Beri waktu untuk bermain sendiri dan menggali lingkungan bermain.
f. Perintahkan untuk memberi respon verbal dan mengajukan permintaan.
g. Beri pujian untuk perilaku yang positif.
39