Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PIUTANG
Disusun Oleh :
Wulan Nadya Atika Sari (161600158)
Shintya Putri Rahmayanti (161600185)
Iqmi Fajarisma Afiatin (161600198)
Dani Puspita Sari (161600156)
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul piutang ini dapat diselesaikan.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas kelompok Presentasi
Akuntansi Perpajakan pada Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas PGRI ADI BUANA
Surabaya.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak serta merta hadir
tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak. Mudah-mudahan segala sesuatu yang telah
diberikan menjadi bermanfaat dan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Kami memahami sepenuhnya bahwa makalah ini tak luput dari kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi untuk melalukan hal yang lebih baik lagi.
KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah........................................................................................
Rumusan Masalah..................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Piutang ................................................................................................................
2.2 Piutang Usaha...................................................................................................................
2.3 Piutang Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa........................................
2.4 Nilai Piutang Dalam Neraca..............................................................................................
2.5 Piutang Di Luar Usaha
2.6 Contoh soal dan penyelesaiannya........................................................................................
Piutang usaha terjadi akibat transaksi penjualan barang ataupenyerahan jasa untuk
kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha terjadi karna penjualan barang atau
penyerahan jasa secara kredit. Piutang dapat dicatat jika barang telah diserahkan. Dalam usaha
pelayanan jasa dilaksanakan. Pada umumnya piutang seperti ini tidak disertai suatu surat-surat
perjanjian yang formal. Akan tetapi, adakalanya piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat
dagang komersial yaitu wasel tagih.
PEMBAHASAN
Piutang (account receivable) ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam
bentuk kas. Piutang biasanya digolongkan kedalam kelompok piutang usaha dan piutang diluar
usaha. Untuk keperluan fiskal, sebaiknya sistem akuntansi akan menyajikan saldo piutang
kepada pihak yang ada dalam hubungan istimewa. Pemisahan ini dimaksudkan untuk
mempermudah fiskus dalam mengetahui WP melakukan penghindaran pembayaran pajak
melalui penetapan harga transfer (transfer princing).
Agar dari pembukuan piutang dapat diperoleh keadaan dalam keadaan saldo piutang,
maka rekening piutang khususnya untuk keperluan fiskal harus dapat memberikan keterangan
data sebagai berikut.
Piutang usaha terjadi akibat transaksi penjualan barang ataupenyerahan jasa untuk kegiatan
usaha normal perusahaan. Piutang usaha terjadi karna penjualan barang atau penyerahan jasa
secara kredit. Piutang dapat dicatat jika barang telah diserahkan. Dalam usaha pelayanan jasa
dilaksanakan. Pada umumnya piutang seperti ini tidak disertai suatu surat-surat perjanjian yang
formal. Akan tetapi, adakalanya piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat dagang
komersial yaitu wasel tagih.
Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan kedalam aset lancar,
sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan pada aset lain-
lain. WP yang merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib memungut PPN atas penyerahan
barang dan jasa kena pajak yang dilakukannya.
Dalam akuntansi komersial, Wild dan Kwok (2011: 154-161), sering terjadi pemberian
potongan perniagaan (trade discount ->potongan yang diberikan pada saat terjadi transaksi
penjualan dan mengurangi harga jual yang berlaku) dan potongan tunai (cash discount -
>potongan yang diberikan kepada pelanggan dengan tujuan agar pelanggan segera melakukan
pembayaran tagihan). Selain itu, sering terjadi returt penjualan. Praktik akuntansi komersial
membukukan potongan tersebut dengan mengurangkannya kepada penjual bruto. Pembukuan
seperti ini diperbolehkan oleh ketentuan perpajakan. Namun, pembukuan penyisihan
(allowance) untuk potongan tunai dan retur penjualan tidak diperkenakan untuk tujuan
perpajakan karena ketentuan perpajakan lebih menekankan pada keadaan senyatanya dan
bukan bersifat antisipatif dengan penyisian tertentu
1. Usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ).
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan.
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;dan
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengelolahan limbah industri.
Contoh :
PT Abadi menjual barang secara kredit kepada PT Zap sebesar Rp. 5.500.000 (sudah
termasuk ppn 10%) pada tanggal 10 Februari 2012. PT Abadi telah dikukuhkan sebagai PKP
pada tanggal 15 Maret 2006. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh PT Abadi
adalah perpetual dimana harga pokok penjualan (HPP) adalah sebesar Rp. 3.500.000 .
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10 Feb 2012 Piutang Usaha 5.500.000
Pajak Keluaran - 500.000
Penjualan - 5.000.000
Harga Pokok 3.500.000
Penjualan
Persediaan
3.500.000
Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya penghindaraan pajak yang dapat terjadinya
penghindaraan pajak yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Demikian pula
kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan menyatakan penyertaan
modal tersebut sebagai utang, maka Dirjen Pajak berwenang untuk menentukan utang
tersebut sebagai modal perusahaan.
b. Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan WP dan bekerja sama dengan pihak
otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi anatar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa. Kesepakatan harga transfer (advance pricing agreement-
APA) – Kesepakatan antara WP dan Dirjen Pajak mengenai harga jual wajar produk yang
dihasilkannya. Kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related parties)
dengannya. Tujuannya diadakannya APA adalah untuk mengurangi terjadinya praktik
penyalahgunaan harga btransfer oleh perusahaan multinasional.
Keuntungan dari APA selain memberikan kepastian hukum dan kemudahan
perhitungan pajak, aparat perpajakan tidak perlu melakukan koreksi atas harga jual
keuntungan produk yang dijual WP kepada perusahaan. APA dapat bersifat unilateral, yaitu
merupakan kesepakatan antara Dirjen Pajak dengan otoritas perpajakan negara lain.
c. WP yang melakukan pembelian saham atau aset perusahaan melalui pihak lain atau badan
yang dibentuk untuk maksud demikian. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah
penghindaraan pajak oleh Wpnyang melakukan pembelian saham atau penyertaan pada suatu
perusahaan WP dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk
tujuan tersebut. Besarnya pengahsilan yang diperoleh oleh WP orang pribadi dalam negeri
dari pemberi kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain. Dalam hal
mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan WP orang pribadi dalam negeri tersebut ke
dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada perusahaan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.
Biasanya nilai piutang yang tercantum dalam neraca ialah nilai piutang neto.
Pengertian piutang neto yang harus dicantumkan pada neraca fiskal dan komersial tidaklah
sama saldo piutang neto pada neraca fiskal selain usaha
Saldo Piutang dikurangi dengan piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih
sedangkan, saldo piutang neto pada neraca menurut akuntansi komersial ialah saldo piutang
dikurangi penyisihan piutang tak tertagih (piutang yang ditaksir tidak dapat tertagi ).
Piutang tidak hanya terjadi karena penjualan barang atau jasa sering itu pula piutang
timbul karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, klaim asuransi, restitusi pajak,
royalti, dll. Apabila yang diharapkan dapat ditagih dalam waktu singkat maka piutang-
piutang tersebut dapat digolongkan sebagai aset lancar.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Piutang (account receivable) ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan
diterima dalam bentuk kas. Piutang biasanya digolongkan kedalam kelompok piutang usaha
dan piutang diluar usaha. Untuk keperluan fiskal, sebaiknya sistem akuntansi akan menyajikan
saldo piutang kepada pihak yang ada dalam hubungan istimewa. Pemisahan ini dimaksudkan
untuk mempermudah fiskus dalam mengetahui WP melakukan penghindaran pembayaran
pajak melalui penetapan harga transfer (transfer princing).
Piutang usaha terjadi akibat transaksi penjualan barang ataupenyerahan jasa untuk
kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha terjadi karna penjualan barang atau
penyerahan jasa secara kredit. Piutang dapat dicatat jika barang telah diserahkan. Dalam usaha
pelayanan jasa dilaksanakan. Pada umumnya piutang seperti ini tidak disertai suatu surat-surat
perjanjian yang formal. Akan tetapi, adakalanya piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat
dagang komersial yaitu wasel tagih.
DAFTAR PUSTAKA