Vous êtes sur la page 1sur 12

LAPORAN TUGAS MATA KULIAH AKUNTANSI PERPAJAKAN MATERI

PIUTANG

Disusun Oleh :
Wulan Nadya Atika Sari (161600158)
Shintya Putri Rahmayanti (161600185)
Iqmi Fajarisma Afiatin (161600198)
Dani Puspita Sari (161600156)

Fakultas Ekonomi / Akuntansi


Universitas PGRI ADI BUANA Surabaya
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga makalah yang berjudul piutang ini dapat diselesaikan.
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi Tugas kelompok Presentasi
Akuntansi Perpajakan pada Fakultas Ekonomi/Akuntansi Universitas PGRI ADI BUANA
Surabaya.
Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga
terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini tidak serta merta hadir
tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak. Mudah-mudahan segala sesuatu yang telah
diberikan menjadi bermanfaat dan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT.
Kami memahami sepenuhnya bahwa makalah ini tak luput dari kesalahan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat memberikan inspirasi untuk melalukan hal yang lebih baik lagi.

Surabaya, 16 Maret 2018


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
 Latar Belakang Masalah........................................................................................
 Rumusan Masalah..................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Piutang ................................................................................................................
2.2 Piutang Usaha...................................................................................................................
2.3 Piutang Dengan Pihak Yang Mempunyai Hubungan Istimewa........................................
2.4 Nilai Piutang Dalam Neraca..............................................................................................
2.5 Piutang Di Luar Usaha
2.6 Contoh soal dan penyelesaiannya........................................................................................

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebagaimana telah kita ketahui bahwa pengertian dari Akuntansi Perpajakan ialah
Akuntansi yang diterapkan sesuai dengan peraturan perpajakan. Dan di dalam mata kuliah ini
terdapat salah satu bab yang membahas tentang Piutang. Maka dari itu kami semua akan
menyajikan pembahasan yang lebih mendalam tentang Piutang.
Piutang (account receivable) ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan
diterima dalam bentuk kas. Piutang biasanya digolongkan kedalam kelompok piutang usaha
dan piutang diluar usaha. Untuk keperluan fiskal, sebaiknya sistem akuntansi akan menyajikan
saldo piutang kepada pihak yang ada dalam hubungan istimewa. Pemisahan ini dimaksudkan
untuk mempermudah fiskus dalam mengetahui WP melakukan penghindaran pembayaran
pajak melalui penetapan harga transfer (transfer princing).

Piutang usaha terjadi akibat transaksi penjualan barang ataupenyerahan jasa untuk
kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha terjadi karna penjualan barang atau
penyerahan jasa secara kredit. Piutang dapat dicatat jika barang telah diserahkan. Dalam usaha
pelayanan jasa dilaksanakan. Pada umumnya piutang seperti ini tidak disertai suatu surat-surat
perjanjian yang formal. Akan tetapi, adakalanya piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat
dagang komersial yaitu wasel tagih.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud dengan piutang ?
 Bagaimana cara menerapkan piutang di dalam akuntansi perpajakan ?
 Apa yang dimaksud dengan piutang usaha ?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI PIUTANG

Piutang (account receivable) ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan diterima dalam
bentuk kas. Piutang biasanya digolongkan kedalam kelompok piutang usaha dan piutang diluar
usaha. Untuk keperluan fiskal, sebaiknya sistem akuntansi akan menyajikan saldo piutang
kepada pihak yang ada dalam hubungan istimewa. Pemisahan ini dimaksudkan untuk
mempermudah fiskus dalam mengetahui WP melakukan penghindaran pembayaran pajak
melalui penetapan harga transfer (transfer princing).

Agar dari pembukuan piutang dapat diperoleh keadaan dalam keadaan saldo piutang,
maka rekening piutang khususnya untuk keperluan fiskal harus dapat memberikan keterangan
data sebagai berikut.

a. Nama dan alamat lengkap debitur.


b. Jumlah piutang kepada masing-masing debitur.
c. Saat timbul maupun berkurangnya piutang.
d. Jenis piutang, misalnya piutang usaha, piutang kepada pegawai, piutang kepada
pemegang saham, dan piutang bunga.
e. Hak penerimaan bunga.
f. Tanggal jatuh tempo piutang.
g. Jumlah piutang yang dapat dihapuskan.
h. Keterangan lainya yang berkaitan dengan piutang.
2.2 PIUTANG USAHA

Piutang usaha terjadi akibat transaksi penjualan barang ataupenyerahan jasa untuk kegiatan
usaha normal perusahaan. Piutang usaha terjadi karna penjualan barang atau penyerahan jasa
secara kredit. Piutang dapat dicatat jika barang telah diserahkan. Dalam usaha pelayanan jasa
dilaksanakan. Pada umumnya piutang seperti ini tidak disertai suatu surat-surat perjanjian yang
formal. Akan tetapi, adakalanya piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat dagang
komersial yaitu wasel tagih.

Piutang yang dapat ditagih dalam 1 tahun dapat digolongkan kedalam aset lancar,
sedangkan piutang yang tidak dapat ditagih dalam 1 periode dapat digolongkan pada aset lain-
lain. WP yang merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP) wajib memungut PPN atas penyerahan
barang dan jasa kena pajak yang dilakukannya.

Dalam akuntansi komersial, Wild dan Kwok (2011: 154-161), sering terjadi pemberian
potongan perniagaan (trade discount ->potongan yang diberikan pada saat terjadi transaksi
penjualan dan mengurangi harga jual yang berlaku) dan potongan tunai (cash discount -
>potongan yang diberikan kepada pelanggan dengan tujuan agar pelanggan segera melakukan
pembayaran tagihan). Selain itu, sering terjadi returt penjualan. Praktik akuntansi komersial
membukukan potongan tersebut dengan mengurangkannya kepada penjual bruto. Pembukuan
seperti ini diperbolehkan oleh ketentuan perpajakan. Namun, pembukuan penyisihan
(allowance) untuk potongan tunai dan retur penjualan tidak diperkenakan untuk tujuan
perpajakan karena ketentuan perpajakan lebih menekankan pada keadaan senyatanya dan
bukan bersifat antisipatif dengan penyisian tertentu

Dalam praktik akuntansi komersial, pembentukan komersial (cadangan) berguna untuk


mengantisipasi kemungkinan kerugian dari piutang tak tertagih merupakan hal yang lazim.
Terhadap piutang yang diragukan tingkat kolibilitasnya, perusahaan dapat menghapuskan dan
membebankannya kepada cadangan dimaksud.

Menurut Weygandt, Kimmel dan Kieso (2011: 353-355) pembentukan estimasi


penyisihan piutang tak tertagih didasarkan pada: (1) persentase penjualan – incomestatement
approach; atau (2) persentasi piutang usaha - balance sheet approach. Selain itu perusahaan
dapat membuat analis umur piutang (aging schedule of eccount receivable) yang menerapkan
persentase yang berbeda untuk berbagai kategori umur piutang.
Perbedaan pencatatan antara metode penghapusan langsung ( direct written-of method )
dengan metode penyisihan ( allowance method ) adalah sebagai berikut.

Direct written-of method Allowance method

Estimasi Tidak diperlukan Beban piutang tak tertagih xx


Jumlah piutang Cadangan piutang tak tertagih xx
Tak tertagih

Penghapusan Beban piutang tak tertagih xx Cadangan piutang tak tertagih xx


Piutang usaha Piutang usaha xx Piutang usaha
xx
Piutang Piutang usaha xx Piutang usaha xx
Usaha yang Beban piutang tak tertagih xx Cadangan piutang tak tertagih
Telah dihapus xx
Ternyata dapat
dilunasi
Kas xx Kas xx
Piutang usaha xx Piutang usaha
xx

Meskipun demikian, ketentuan perpajakan tidak memperkenankan pembentukan cadangan


penghapusan tersebut. Ketentuan perpajakan lebih melihat realits dan memberlakukan
metode penghapusan langsung ( direct written-of method ). Adapun syarat-syarat
penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih menurut UU PPh Nomor 36 Tahun
2008 Pasal 6 Ayat (1) huruf h sebagai berikut.

1. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial.


2. WP harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Dirjen Pajak.
3. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada pengadilan Negeri (PN) atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara ; atau adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur yang
bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau khusus;atau
adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu.
4. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan piutang
tak tertagih debitur kecil.
Akan tetapi, pembentukan cadangan/ pemupukan dana cadangan untuk jenis usaha tertentu
seperti :

1. Usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan
hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.
2. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ).
3. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan.
4. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.
5. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan;dan
6. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri
untuk usaha pengelolahan limbah industri.
Contoh :
PT Abadi menjual barang secara kredit kepada PT Zap sebesar Rp. 5.500.000 (sudah
termasuk ppn 10%) pada tanggal 10 Februari 2012. PT Abadi telah dikukuhkan sebagai PKP
pada tanggal 15 Maret 2006. Sistem pencatatan persediaan yang digunakan oleh PT Abadi
adalah perpetual dimana harga pokok penjualan (HPP) adalah sebesar Rp. 3.500.000 .
Tanggal Keterangan Debet Kredit
10 Feb 2012 Piutang Usaha 5.500.000
Pajak Keluaran - 500.000
Penjualan - 5.000.000
Harga Pokok 3.500.000
Penjualan
Persediaan
3.500.000

2.3 PIUTANG DENGAN PIHAK YANG MEMPUNYAI HUBUNGAN ISTIMEWA


Piutang dalam hubungan istimewa merupakan saldo tagihan dari transaksi yang
dilakukan dengan pihak dimana perusahaan mempunyai hubungan istimewa. Hubungan
istimewa dapat merupakan memilik/menguasai. Piutang dalam hubungan istimewa dapat
timbul karena terjadinya transaksi seperti penjualan, atau pengalihan barang/jasa, sewa,
penjaminan, dan penyelesaian oleh perusahaan atas nama pihak yang mempunyai hubungan
istimewa.
Penyajian pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa diatur juga dalam SAK-
ETAP (2009) : 160-163 ). Apabila terdapat transaksi dengan pihak yang mempunyai
hubungan istimewa, maka harus di ungkapkan sifat dari hubungan tersebut, juga informasi
yang diperlukan tentang transaksi dan saldonya untuk memahami dampak potensial
hubungan tersebut terhadap laporan keuangan.
Pengungkapan tersebut harus meliputi :
a) Jumlah transaksi
b) Jumlah saldo
c) Penyisihan kerugian piutang tidak tertagihj terkait dengan jumlah saldo piutang
d) Beban yang diakui dalam periode yang berkaitan dengan piutang ragu-ragu yang jatuh
tempo dari pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa
e) Menurut UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 18 ayat 4 hubungan istimewa terjadi
apabila :
a. Kepemilikan atau penyertaan modal
b. Adanya penguasaan melalui manajemen atau penggunaan teknologi
c. Adanya hubungan keluarga
Apabila terdapat hubungan istimewa diantara WP maka akan menimbulkan dampak
terhadap aspek perpajakan masing-masing pihak yang memiliki hubungan istimewa. Dampak
terhadap hubungan istimewa ini diatur dalam Pasal 18 ayat (3), (3a), (3b), (3c), dan ayat (3d)
UU PPh Nomor 36 tahun 2008, sebagai berikut :

a. Dirjen Pajak berwenang untuk menentukan kembali besarnya penghasilan dan


pengurangan serta menentukan utang sebagai modal untuk menghitung besarnya PhKP bagi
WP yang mempunyai hubungan istimewa dengan WP lainnya sesuai dengan kewajaran dan
kelaziman usaha yang tidak dipengaruhi oleh hububungan istimewa dengan menggunakan
metode harga pasar bebas yang diperbandingkan.

 (Comporable Uncontrolled Price Method-CUPM)


 Metode harga penjualan kembali (Resale Price Method-RPM)
 Metode biaya-plus (Cost Plus Method-CPM)
 Metode laba neto transaksional (Trans Net Margin Method)
 Metode pembagian laba (Transactional Profit Split Method)

Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya penghindaraan pajak yang dapat terjadinya
penghindaraan pajak yang dapat terjadi karena adanya hubungan istimewa. Demikian pula
kemungkinan terdapat penyertaan modal secara terselubung, dengan menyatakan penyertaan
modal tersebut sebagai utang, maka Dirjen Pajak berwenang untuk menentukan utang
tersebut sebagai modal perusahaan.

b. Dirjen Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan WP dan bekerja sama dengan pihak
otoritas pajak negara lain untuk menentukan harga transaksi anatar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa. Kesepakatan harga transfer (advance pricing agreement-
APA) – Kesepakatan antara WP dan Dirjen Pajak mengenai harga jual wajar produk yang
dihasilkannya. Kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa (related parties)
dengannya. Tujuannya diadakannya APA adalah untuk mengurangi terjadinya praktik
penyalahgunaan harga btransfer oleh perusahaan multinasional.
Keuntungan dari APA selain memberikan kepastian hukum dan kemudahan
perhitungan pajak, aparat perpajakan tidak perlu melakukan koreksi atas harga jual
keuntungan produk yang dijual WP kepada perusahaan. APA dapat bersifat unilateral, yaitu
merupakan kesepakatan antara Dirjen Pajak dengan otoritas perpajakan negara lain.

c. WP yang melakukan pembelian saham atau aset perusahaan melalui pihak lain atau badan
yang dibentuk untuk maksud demikian. Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah
penghindaraan pajak oleh Wpnyang melakukan pembelian saham atau penyertaan pada suatu
perusahaan WP dalam negeri melalui perusahaan luar negeri yang didirikan khusus untuk
tujuan tersebut. Besarnya pengahsilan yang diperoleh oleh WP orang pribadi dalam negeri
dari pemberi kerja yang memiliki hubungan istimewa dengan perusahaan lain. Dalam hal
mengalihkan seluruh atau sebagian penghasilan WP orang pribadi dalam negeri tersebut ke
dalam bentuk biaya atau pengeluaran lainnya yang dibayarkan kepada perusahaan yang tidak
didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia tersebut.

2.4 NILAI PIUTANG DALAM NERACA

Biasanya nilai piutang yang tercantum dalam neraca ialah nilai piutang neto.
Pengertian piutang neto yang harus dicantumkan pada neraca fiskal dan komersial tidaklah
sama saldo piutang neto pada neraca fiskal selain usaha

Saldo Piutang dikurangi dengan piutang yang benar-benar tidak dapat ditagih
sedangkan, saldo piutang neto pada neraca menurut akuntansi komersial ialah saldo piutang
dikurangi penyisihan piutang tak tertagih (piutang yang ditaksir tidak dapat tertagi ).

2.5 PIUTANG DILUAR USAHA

Piutang tidak hanya terjadi karena penjualan barang atau jasa sering itu pula piutang
timbul karena pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, klaim asuransi, restitusi pajak,
royalti, dll. Apabila yang diharapkan dapat ditagih dalam waktu singkat maka piutang-
piutang tersebut dapat digolongkan sebagai aset lancar.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Piutang (account receivable) ialah hak perusahaan kepada pihak lain yang akan
diterima dalam bentuk kas. Piutang biasanya digolongkan kedalam kelompok piutang usaha
dan piutang diluar usaha. Untuk keperluan fiskal, sebaiknya sistem akuntansi akan menyajikan
saldo piutang kepada pihak yang ada dalam hubungan istimewa. Pemisahan ini dimaksudkan
untuk mempermudah fiskus dalam mengetahui WP melakukan penghindaran pembayaran
pajak melalui penetapan harga transfer (transfer princing).

Piutang usaha terjadi akibat transaksi penjualan barang ataupenyerahan jasa untuk
kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang usaha terjadi karna penjualan barang atau
penyerahan jasa secara kredit. Piutang dapat dicatat jika barang telah diserahkan. Dalam usaha
pelayanan jasa dilaksanakan. Pada umumnya piutang seperti ini tidak disertai suatu surat-surat
perjanjian yang formal. Akan tetapi, adakalanya piutang usaha dinyatakan dalam bentuk surat
dagang komersial yaitu wasel tagih.
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno.dan Trisnawati Estralita. 2013. Akuntansi Perpajakan. Jakarta. Salemba 4.


http: // radenbintang. Blogspot.com/

Vous aimerez peut-être aussi