Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kelompok 2 :
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
pembuatan keputusan (decision making) dikaji oleh berbagai displin ilmu, mulai dari
ekonomi, kedokteran, geografi, matematika, sosiologi, ilmu – ilmu politik, sampai ilmu
psikologi. Pembuatan keputusan dapat ditelaah dari segi normative maupun dari segi
kondisi penguasaan penuh atas pengetahuan dan informasi dari seluruh peristiwa yang
tidak diamati. Pengambilan keputusan merupakan suatu tugas yang sulit dalam kaitan
dengan ketidakpastian masa depan dan konflik nilai – nilai atau hasil tujuan.
B. Prinsip dalam Teori Utilitas
Teori utilitas atau teori manfaat yang diharapkan, diterbitkan oleh John von
Neumann dan Oskar Morgenstern, di mana mereka mengusulkan teori utilitas yang
bagaimana orang akan berprilaku jika mereka mengikuti persyaratan tertentu dalam
pembuatan keputusan rasional. Tujuan utama dari teori semacam itu untuk
alternative dan memilih salah satu alternative dan mengabaikan yang lain
(mutually exclusive).
2. Dominasi / Kekuasaan
1
Menurut teori utilitas yang diharapkan, sangat rasional para pengambil
pada hasil yang berbeda dari kedua alternative tersebut, tidak pada hasil yang
dan hasil B ke C, maka orang seharusnya lebih memilih hasi A daripada hasil
C.
5. Kontinuitas
Untuk setiap sesuatu hasil, seorang pembuat keputusan harus selalu
lebih suka bertaruh antara hasil terbaik dan terburuk untuk hasil yang pasti
6. Invariance
Prinsip invariance menetapkan bahwa pembuat keputusan seharusnya
secara matematis bahwa saat pembuat keputusan melanggar prinsip – prinsip utilitas
diharapkan.
yang diharapkan, penggagas teori lain mengembangkan lanjutan dan variasinya. Satu
dari variasi yang paling terkmuka adalah “teori subjektivitas manfaat yang
teori Savage dengan teori Non Nemann dan Mogentern adalah Savage membolehkan
2
Keadaan ini adalah bagian penting dalam masalah saat kemungkinan tujuan
tidak dapat ditentukan di muka atau saat hasil Cuma akan terjadi sekali. Dalam
perbedaan / pertentangan, ini sukar untuk mengetahui apa “kemungkinan dari perang
sebagai suatu ukuran preferensi individu akan uang. Utilitas terhadap barang atau
layananadalah nila barang atau layanan tersebut menurut persepsi penggunanya. Teori
utilitas bila diterapkan pada situasi yang menyangkut resiko, mengatakan bahwa bila
seorang dihadapkan pada beberapa pilihan, maka yang dia pilih adalah pilihanyang
utilitasnya tinggi.
4
Perspektif proses (process view) tentang evaluasi kualitas JDM juga memiliki dukungan.
Perusahaan dapat mengevaluasi karyawan mereka berdasarkan pada proses daripada
berdasarkan kinerja, atau sebagai evaluasi tambahan setelah mengevaluasi kinerja.
5
Untuk mengukur kualitas JDM sesuai dengan hasil aktual atau hasil yang sudah
diperkirakan memiliki banyak bentuk, dan sejauh ini, tergantung apakah peneliti
sedang melakukan penilaian atau keputusan. Selain itu, jika peneliti sedang
melakukan penilaian, jenis penilaian yang dia sedang lakukan juga akan memiliki
pengaruh. Keputusan melibatkan pilihan dari berbagai alternatif, sehingga keputusan
biasanya diukur dalam mode kategoris. Misalnya, auditor bisa memilih pendapat yang
tidak bermutu tanpa pengecualian, yaitu pendapat termodifikasi yang
memprihatinkan, pendapat yang merugikan, sangkalan dan sebagainya.
Penilaian dalam keadaan akuntansi (accounting setting) mungkin terdiri dari dua
tipe dasar. Pertama adalah penilaian dari probabilitas kejadian atau keadaan yang akan
datang (misalnya, penilaian profesional pajak tentang probabilitas klien yang diaudit).
Yang kedua adalah perkiraan kuantitas yang akan datang (misalnya, perkiraan
pendapatan para analist) atau kuantitas saat ini tetapi yang tidak dapat diketahui
(misalnya perkiraan auditor tentang salah penyajian dolar/rupiah dalam laporan
keuangan klien).
Akurasi yang sesuai dengan hasil aktual merupakan dimensi kualitas JDM yang
berlaku untuk sebagian banyak penilaian dan keputusan akuntansi karena memiliki
beberapa hasil ulung (son of outcome).
c) Teori Professional, Standar Professional dan Regulasi Lainnya
Dalam penelitian akuntansi, dimensi lain dari kualitas JDM yaitu sejauh mana
JDM sesuai dengan “teori” profesional atau badan pengetahuan (misalnya, laporan
COSO untuk kontrol internal), atau standar profesional dan regulasi atau peraturan
lainnya (misalnya, standar auditing, aturan SF.C). Serupa dengan hal ini, peneliti
dapat membandingkan JDM dengan kebijakan perusahaan, yang biasanya didasarkan
pada standar profesional. Kriteria ini digunakan karena beberapa hal. Pertama, seperti
yang dijelaskan sebelumnya, ada beberapa tugas JDM akuntansi yang tidak
berhubungan erat dengan hasil aktual. Kedua, dalam lingkungan akuntansi, teori dan
standar ini merupakan resep atau penjabaran untuk perilaku yang mungkin lebih
memberatkan, katakanlah, fakta yang individu sepakati satu sama lain.
d) Waktu atau Biaya untuk Melakukan Tugas Judgment and Decision Making
Alasan perusahaan menggunakan profesional akuntansi adalah untuk menghasilkan
laba. Maka kriteria lain yang sering disarankan untuk mengevaluasi kualitas JDM
adalah waktu atau biaya yang terjadi untuk melakukan tugas JDM. Pihak ketiga juga
berfokus pada waktu dan biaya untuk melakukan JDM sebagai dimensi kualitas yang
penting.
e) Judgment and Decision Making Orang Lain
6
Dimensi kualitas JDM lainnya yang masih belum bisa diselidiki adalah sampai
sejauh mana JDM individu berkorespondensi dengan JDM orang lain. Orang lain
tersebut bisa saja rekan (misalnya, auditor dengan peringkat yang sama sebagai
individu) atau seorang "ahli" (misalnya, auditor yang dinominasi oleh perusahaannya
untuk menjadi yang terbaik dan yang paling cemerlang). Jawaban akhir individu
(pertimbangan atau keputusan) bisa dibandingkan dengan jawaban dari orang lain,
atau proses JDM individu seperti informasi yang digunakannya, bisa dibandingkan
dengan proses-proses orang lain. Pengukuran kualitas JDM yang membandingkan
jawaban satu orang dengan jawaban orang lain disebut sebagai konsensus.
Untuk mengukur kualitas JDM dari perspektif proses, peneliti dapat
menghubungkan berbagai ukuran proses. Penelitian juga dapat menghitung jumlah
proses yang sama dengan yang digunakan oleh orang lain.
Untuk mengukur kualitas JDM dari perspektif kinerja, peneliti dapat
menghubungkan penilaian atau keputusan dengan keputusan yang diberikan oleh
orang lain. Mereka juga bisa menghitung jumlah keputusan atau keputusan yang
sesuai dengan yang diberikan oleh orang lain
f) Judgment and Decision Making Seseorang Sebelumnya
Selain membandingkan JDM seseorang terhadap JDM orang lainnya, para peneliti
dapat membandingkan suatu JDM professional pada satu titik waktu terhadap JDM-
nya pada titik waktu setelah itu. Para peneliti dapat mengukur dimensi kualitas JDM
ini dari suatu perspektif proses atau kinerja, yang menggunakan ukuran-ukuran yang
serupa dengan yang digunakan untuk kriteria JDM persetujuan dengan orang lain.
g) Memilih Dimensi Kualitas Judgment and Decision Making
Bagaimana seorang peneliti menentukan dimensi proses atau kinerja mana yang
penting untuk JDM? Caranya, dapat digunakan teknik analisa tugas untuk
mempelajari tentang dimensi kualitas yang penting. Peneliti bisa mempelajari
bagaimana perusahaan melihat kualitas JDM dengan mempelajari tentang parameter
dari kompensasi dan sistem evaluasi kinerja atau, yang lebih umum, insentif yang
formal dan informal yang dihadapi oleh professional akuntansi tentang kepentingan.
Jika peneliti tidak memiliki pengetahuan yang langsung dari sumbernya yang terkini
dari evaluasi kinerja dan rencana kompensasi, maka dia bisa mewawancarai atau
mensurvei para professional tentang dimensi kualitas JDM.
7
Salah satu tujuan penelitian JDM akuntansi adalah untuk meningkatkan JDM, maka
para peneliti (dan praktisi) seringkali ingin tahu siapa yang memiliki kualitas JDM yang
“tinggi”, yaitu siapakah yang merupakan seorang pembuat keputusan yang ahli.
Perdebatan melibatkan tiga pertanyaan utama.
Pertama, apakah ahli atau JDM kualitas tinggi harus didefinisikan secara relatif atau
absolut? Definisi relatif memiliki potensi kerugian, karena orang-orang yang terbaik
dalam situasi dan oleh karena itu, akan ditunjuk sebagai ahli, dapat memiliki kualitas
JDM yang biasa-biasa saja. Dengan mempertimbangkan definisi keahlian mutlak berarti
secara operasional menentukan tingkat absolut, di atas mana seseorang adalah seorang
ahli.
Isu kedua, jika keahlian didefinisikan secara absolut, apa ambang batasnya, di atas
mana seseorang itu ahli? Periset keahlian terkemuka mengandalkan pada definisi
keahlian yang relatif, tidak ada ahli yang "luar biasa".
Masalah utama ketiga yang terkait dengan penentuan orang mana yang ahli di JDM
adalah menentukan kualitas kriteria objektif, atau apakah yang ditunjuk sebagai ahli,
yang dipercaya oleh kelompok sosial tertentu adalah pakar. Penelitian menunjukkan
bahwa orang berpikir tentang keahlian profesional menggunakan berbagai faktor, seperti
pengalaman, kemampuan berkomunikasi, dan kepercayaan diri, beberapa di antaranya
mungkin tidak terkait dengan kualitas JDM. Apakah definisi keahlian relatif atau absolut
paling masuk akal dalam akuntansi, tergantung pada minat JDM. Untuk mengevaluasi
keahlian dari para investor dan para manager dana, maka beberapa pertimbangan kualitas
mutlak disamping kualitas yang relatif adalah masuk akal karena ada tujuan mutlak yang
bisa dikalkulasi (keuntungan pasar).
Bonner, Sarah E. 2008. Judgment and Decision Making in Accounting. Pearson/Prentice Hall.