Vous êtes sur la page 1sur 74

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V


SD NEGERI 1 METRO TIMUR

(Skripsi)

Oleh

Nurul Suparni

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW


TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
SD NEGERI 1 METRO TIMUR

Oleh

NURUL SUPARNI

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa
kelas V SD Negeri 1 Metro Timur. Penelitian ini menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan tujuan untuk melihat pengaruh yang
signifikan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap
hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Metro Timur. Jenis penelitian
yang digunakan yaitu penelitian eksperimen. Data penelitian diperoleh dari pretest
dan posttest, dengan instrumen yang digunakan berupa soal pilihan jamak.
Analisis data menggunakan rumus t-test pooled varians dan independent sample t-
test dengan bantuan program SPSS 23. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perhitungan uji hipotesis melalui t-test pooled varians diperoleh nilai thitung>ttabel
dan perhitungan independent sample t-test diperoleh nilai sig 2-tailed kurang dari
taraf signifikansi sehingga Ho ditolak dan HI diterima, atau terdapat pengaruh
yang signifikan pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
terhadap hasil belajar siswa.

Kata Kunci: jigsaw, hasil belajar, matematika


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V
SD NEGERI 1 METRO TIMUR

Oleh

NURUL SUPARNI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar


SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP

Peneliti bernama Nurul Suparni adalah anak tunggal dari

pasangan Bapak Muhammad Syaefudin dan Ibu Sri

Patmiati. Peneliti dilahirkan di Karang Endah Kecamatan

Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah, 22 Juli

1995.

Peneliti memulai pendidikan Sekolah Dasar di SDIT Insan Kamil Bandar Jaya

tahun 2002 dan lulus pada tahun 2007. Peneliti menyelesaikan Sekolah Menengah

Pertama di SMP Negeri 3 Terbanggi Besar diselesaikan tahun 2010 kemudian

melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar

diselesaikan tahun 2013. Juli 2013, peneliti terdaftar sebagai mahasiswa FKIP

Program Studi PGSD Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN.


MOTO

“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”.


(QS. Al Insyirah 94: 6)

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai


penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”.
(QS. Al Baqarah 02: 153)
PERSEMBAHAN

Terimakasih untuk Bapakku tercinta Muhammad Syaefudin dan


Ibuku Sri Patmiati, atas segala yang telah dilakukan demi anakmu.
Terimakasih atas cinta dan kasih sayang, yang selalu terpancar dalam
setiap doa dan restu yang mengiringi langkah anakmu.
Terimakasih atas segala motivasi, dukungan, serta lantunan doa yang
selalu diutarakan kepada anakmu agar menjadi lebih baik dan selalu
menjadi kebanggaan bapak dan ibu.

Terima kasih untuk tim pengelola beasiswa Bidik Misi Universitas


Lampung yang telah memberikan bantuan baik secara materil
maupun non-material. Semoga kebaikan dan
bantuan yg diberikan dibalas oleh Allah Swt.

Almamater tercinta Universitas Lampung


SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga peneliti mampu menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 1

Metro Timur”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar sarjana pendidikan di Universitas Lampung.

Dengan kerendahan hati yang tulus peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M. Hum., Dekan FKIP Universitas Lampung

yang telah memberikan semangat kemajuan serta dorongan untuk memajukan

program studi PGSD serta memfasilitasi mahasiswa untuk kelancaran studi di

FKIP.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung yang telah memberikan sumbangsih untuk kemajuan program studi

PGSD dan juga telah memberikan saran yang bermanfaat dalam skripsi ini.

3. Bapak Drs. Maman Surahman, M.Pd., Ketua Program Studi S1 PGSD

Universitas Lampung yang telah memberikan banyak ilmu kepada peneliti dan

ide-ide kreatif untuk memajukan kampus tercinta PGSD.


4. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd., Koordinator Kampus B FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan banyak motivasi.

5. Bapak Drs. A. Sudirman, M.H., Dosen Pembimbing Akademik yang telah

mengarahkan dan memberi saran yang bermanfaat bagi peneliti dalam skripsi

ini.

6. Bapak Drs. Sarengat, M.Pd., Penguji Utama yang telah memberikan saran dan

masukan yang sangat bermanfaat dan motivasi-motivasinya untuk bisa

menjadi yang lebih baik lagi.

7. Ibu Dra. Yulina H., M.Pd. I., Pembimbing I yang telah mengarahkan dengan

bijaksana, membimbing dengan penuh kesabaran dan memberikan saran yang

sangat bermanfaat.

8. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd., Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan arahan dengan penuh kesabaran serta saran yang sangat

bermanfaat.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf S1 PGSD Kampus B FKIP yang telah

mendukung dan turut andil dalam kelancaran penyusunan skripsi ini.

10. Ibu Masdiana, S.Pd. SD, Kepala SD Negeri 1 Metro Timur, serta Dewan Guru

dan Staf Administrasi yang telah banyak membantu peneliti dalam

penyusunan skripsi ini.

11. Bapak Harnanto, A. Ma., dan Ibu Mursima, S.Pd. SD., wali kelas V SD Negeri

1 Metro Timur yang telah memberi izin dan membantu melaksanakan

penelitian ini.

iii
12. Sahabat seperjuangan dalam menulis skripsi: Fitri Martias Diningsih, Luvirta

Tiyas Mawarni, Ni Made Sukerti Sari, Made Melsa Helma Hera, Ni Wayan

Setiawati, Komang Kumara Ratih, Nur Widiantoko, Muhammad Khoirudin,

Evi Nur Indah Sari, dan Mareta Ulfa yang selalu memberikan semangat,

motivasi serta bantuan untuk keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

13. Keluarga besar kosan yang selalu memberikan semangat serta motivasi untuk

keberhasilan peneliti dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini: Eti

Argiawati, Purnama Sari, Resta Ristiani, Eka Septiana, Rosa Maghfiroh, Anes

Novita Dewi, Sefa Muawana, Popi, Yanbela, Firda, Selvia, Bela Oktarina,

Rima, Yolanda, Sofia, Novia, Rima, Santi, dan Mentari.

14. Seluruh rekan-rekan S1 PGSD angkatan 2013 khususnya kelas B yang selalu

menolong dan mendukung setiap langkah peneliti dan semoga tetap menjadi

sahabat tanpa melihat tempat dan waktu.

15. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam kelancaran penyusunan

skripsi ini.

Semoga Allah SWT melindungi dan membalas semua kebaikan yang sudah

bapak, ibu serta sahabat berikan kepada peneliti. Peneliti menyadari bahwa dalam

skripsi ini mungkin masih terdapat kekurangan, akan tetapi semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi kita semua. Amiin.

Metro, Mei 2017


Peneliti

Nurul Suparni

iv
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR......................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................... 4
C. Batasan Masalah ................................................................................. 4
D. Rumusan Masalah .............................................................................. 5
E. Tujuan Penelitian................................................................................ 5
F. Manfaat Penelitian.............................................................................. 5
G. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 6

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS ......... 7


A. Matematika di SD .............................................................................. 7
1. Pengertian Matematika ............................................................... 7
2. Tujuan Matematika di SD .......................................................... 8
3. Ruang Lingkup Materi Matematika di SD ................................. 9
B. Belajar dan Pembelajaran .................................................................. 10
1. Belajar.......................................................................................... 10
a. Pengertian Belajar ............................................................... 10
b. Teori Belajar......................................................................... 11
c. Hasil Belajar ......................................................................... 13
2. Pembelajaran .............................................................................. 15
C. Model Pembelajaran ........................................................................... 15
1. Pengertian Model Pembelajaran.................................................. 15
2. Model Pembelajaran Kooperatif ................................................. 17
3. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif ................................. 18
D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ................................... 19
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .......... 19
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw. ....................................................................................... 21
3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw ................................................................................. 23
Halaman

E. Macam-macam Metode Pembelajaran .............................................. 25


1. Metode Ceramah ....................................................................... 25
a. Pengertian Metode Ceramah ............................................... 25
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah ...................... 26
2. Metode Tanya Jawab ................................................................... 27
a. Pengertian Metode Tanya Jawab ......................................... 27
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab ............... 28
3. Metode Penugasan ...................................................................... 29
a. Pengertian Metode Penugasan ............................................. 29
b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penugasan ................... 30
F. Penelitian Relevan .............................................................................. 31
G. Kerangka Berpikir .............................................................................. 33
H. Hipotesis Penelitian ............................................................................ 33

III. METODE PENELITIAN....................................................................... 35


A. Rancangan Penelitian ......................................................................... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 37
1. Tempat Penelitian........................................................................ 37
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 37
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ..................... 37
1. Variabel Penelitian ..................................................................... 37
2. Definisi Operasional Variabel .................................................... 38
D. Populasi dan Sampel........................................................................... 39
1. Populasi Penelitian ..................................................................... 39
2. Sampel Penelitian ....................................................................... 39
E. Instrumen Penilaian ............................................................................ 40
1. Pengertian Instrumen Tes ............................................................ 40
2. Uji Coba Instrumen ..................................................................... 41
3. Uji Prasyarat Instrumen ............................................................... 41
a. Validitas ............................................................................... 41
b. Reliabilitas ........................................................................... 42
F. Teknik Analisis Data Dan Pengujian Hipotesis ................................. 43
1. Uji Prasyarat Analisis Data ......................................................... 44
a. Uji Normalitas ..................................................................... 44
b. Uji Homogenitas .................................................................. 45
2. Tes Analisis Data Kuantitatif ..................................................... 46
a. Nilai Hasil Belajar Secara Individu ..................................... 46
b. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa ..................................... 46
c. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal. 47
3. Pengujian Hipotesis ..................................................................... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................ 49


A. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ................................................... 49
B. Pelaksanaan Penelitian ....................................................................... 51
1. Persiapan Penelitian..................................................................... 51
2. Uji Coba Instrumen Penelitian .................................................... 51

vi
a. Uji Validitas ........................................................................ 51
b. Uji Reliabilitas ..................................................................... 53
3. Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 54
4. Pengambilan Data Penelitian....................................................... 54
C. Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 55
D. Analisis Data Penelitian ..................................................................... 55
E. Uji Persyaratan Analisis Data............................................................. 62
1. Uji Normalitas ............................................................................. 62
2. Uji Homogenitas.......................................................................... 64
3. Uji Hipotesis................................................................................ 65
F. Pembahasan ....................................................................................... 67

V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 70


A. Kesimpulan......................................................................................... 70
B. Saran ................................................................................................... 70

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 72

LAMPIRAN....................................................................................................... 75

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ......................................................... 42

2. Koefisien Reliabilitas .................................................................................. 43

3. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ................................................ 47

4. Keadaan Siswa SD Negeri 1 Metro Timur ................................................. 49

5. Tenaga Pendidik dan Staff SD Negeri 1 Metro Timur ............................... 50

6. Hasil Analisis Butir Soal ............................................................................. 53

7. Nilai Hasil Belajar Matematika Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen .... 55

8. Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ............ 56

9. Nilai Hasil Belajar Matematika Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen .. 58

10. Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Kelas Kontrol dan Eksperimen ........... 59

11. Klasifikasi Nilai N-Gain Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ................ 61

12. Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol ......................................................... 63

13. Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen .................................................. 63

14. Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ....................................................... 63

15. Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen ................................................. 63

16. Uji Homogenitas Pretest Kelas Kontrol dan Eksperimen ......................... 64

viii
Halaman

17. Uji Homogenitas Postest Kelas Kontrol dan Eksperimen .......................... 65

18. Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa ............................................................... 67

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat .............................. 33

2. Desain Nonequivalent Control Group Design ............................................ 36

3. Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Pretest Kelas Kontrol dan


Eksperimen ................................................................................................ 57

4. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Pretest .............................. 57

5. Diagram Batang Perbandingan Ketuntasan Posttest Kelas Kontrol dan


Eksperimen .................................................................................................. 59

6. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata Posttest ............................. 60

7. Diagram Batang Perbandingan N-Gain Siswa Kelas Kontrol dan


Eksperimen ................................................................................................. 61

8. Diagram Batang Perbandingan Nilai Rata-rata N-Gain .............................. 62


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Surat-surat Penelitian .......................................................................................... 75

1. Surat Penelitian Pendahuluan.................................................................. 76

2. Surat Keterangan ..................................................................................... 77

3. Surat Izin Penelitian ................................................................................ 78

4. Surat Pemberian Izin Penelitian .............................................................. 79

5. Surat Keterangan Teman Sejawat I......................................................... 80

6. Surat Keterangan Teman Sejawat II........................................................ 81

7. Surat Keterangan Penelitian .................................................................... 82

Perangkat Pembelajaran ..................................................................................... 83

8. Pemetaan SK dan KD ............................................................................. 84

9. Silabus .................................................................................................... 86

10. RPP Kelas Eksperimen ........................................................................... 88

11. RPP Kelas Kontrol ................................................................................. 94

12. Lembar Kerja Siswa ............................................................................... 99

13. Format Kisi-kisi Instrumen .................................................................... 101

14. Soal Instrumen Tes.................................................................................. 102

15. Kunci Jawaban Soal Uji Instrumen ........................................................ 109


Halaman

Hasil Uji Instrumen Penelitian ........................................................................... 110

16. Hasil Uji Validitas ................................................................................... 111

17. Perhitungan Secara Manual Validitas .................................................... 113

18. Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................... 115

19. Perhitungan Secara Manual Reliabilitas ................................................ 116

20. Format Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest ............................................. 117

21. Soal Pretest ............................................................................................. 118

22. Soal Posttest ............................................................................................ 126

23. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ............................................... 134

Hasil Penelitian ................................................................................................... 135

24. Nilai Hasil Belajar Kelas Kontrol .......................................................... 136

25. Nilai Hasil Belajar Kelas Eksperimen .................................................... 137

26. Tabel Uji Normalitas Pretest Kelas Kontrol .......................................... 138

27. Tabel Uji Normalitas Pretest Kelas Eksperimen ................................... 139

28. Tabel Uji Normalitas Posttest Kelas Kontrol ......................................... 140

29. Tabel Uji Normalitas Posttest Kelas Eksperimen .................................. 141

30. Tabel Uji Homogenitas Pretest .............................................................. 142

31. Tabel Uji Homogenitas Posttest ............................................................. 144

32. Tabel Uji Hipotesis ................................................................................. 146

Tabel Statistik .................................................................................................... 147

33. Tabel Nilai r Product Moment ................................................................ 148

34. Tabel Nilai-Nilai dalam Distribusi t ....................................................... 149

xii
Halaman

Dokumentasi Kegiatan Penelitian ....................................................................... 150

35. Dokumentasi Uji Instrumen Penelitian di SD Negeri 2 Metro Timur ... 151

36. Dokumentasi Kegiatan Penelitian di Kelas Kontrol .............................. 152

37. Dokumentasi Kegiatan Penelitian di Kelas Eksperimen ........................ 154

xiii
1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

manusia (SDM). Melalui pendidikan siswa akan memperoleh pengetahuan

yang luas serta keterampilan yang diperlukan untuk bekal hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagaimana dikemukakan dalam

UU No. 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat 1 menyebutkan

bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan


suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negaranya.

Berdasarkan Undang-undang di atas diketahui bahwa pendidikan adalah

upaya mewujudkan suasana belajar agar siswa dapat mengembangkan

potensi diri. Selanjutnya pada pasal 17 ayat 1 pendidikan dasar merupakan

jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Undang-

undang di atas menjelaskan bahwa pendidikan dasar merupakan pondasi

dari semua jenjang pendidikan selanjutnya. Untuk itu dalam rangka

meningkatkan mutu pendidikan harus diawali dari perbaikan kualitas

pendidikan dasar, terutama perbaikan pada proses pembelajarannya.


2

Sejak tahun 2006 lalu pemerintah Indonesia memberlakukan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Namun pada saat ini kurikulum yang

berlaku ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Kurikulum

2013. Penelitian ini direncanakan akan dilakukan pada sekolah yang

menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan pada dasarnya menekankan pada 5 mata

pelajaran pokok, salah satunya adalah matematika. Susanto (2014: 183)

menyatakan bahwa matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada

pada semua jenjang pendidikan, mulai dari pendidikan dasar hingga

perguruan tinggi.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa pembelajaran

matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar untuk

membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis,

kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut

diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola,

dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Berdasarkan penjelasan di atas

diketahui bahwa matematika sebagai ilmu dasar harus dapat dikuasai

dengan baik oleh siswa, terutama sejak usia sekolah dasar.

Hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri 1 Metro Timur pada tanggal

31 Oktober 2016 diperoleh informasi bahwa matematika merupakan mata

pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa. Hasil wawancara penulis dengan

guru kelas V SD Negeri 1 Metro Timur, didapat informasi bahwa pada


3

pembelajaran di kelas guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan

penugasan, namun metode yang paling dominan digunakan yaitu metode

ceramah. Pembelajaran dengan metode ceramah, guru merupakan subjek

utama kegiatan pembelajaran (teacher centered). Selama kegiatan

pembelajaran siswa tidak mengikuti pembelajaran dengan aktif sehingga

pemahaman terhadap materi yang disampaikan juga tidak maksimal, hal ini

berakibat tidak tercapainya tujuan pembelajaran.

Ketidaktercapaian tujuan pembelajaran tersebut tergambar dari nilai ulangan

mid semester pada mata pelajaran matematika yang mana nilai rata-rata

hanya mencapai 59,48 di kelas VA dan 58,41 di kelas VB. Jumlah siswa

yang mencapai KKM 6 orang siswa di kelas VA dan 4 orang siswa di kelas

VB dengan nilai KKM 70.

Berdasarkan permasalahan di atas diperlukan adanya solusi yang digunakan

untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Cara yang dapat digunakan untuk

memperbaiki hasil belajar yaitu guru harus mampu memilih dan

menerapkan model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk lebih

aktif dalam mengikuti pembelajaran agar kemampuan serta hasil belajar

dapat lebih baik.

Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam rangka meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw. Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicoba oleh Elliot

Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas (Rusman, 2014: 27).

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, dapat mendorong siswa lebih


4

aktif serta memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam pembelajaran.

Lei dalam Rusman (2014: 28) menyatakan bahwa jigsaw merupakan salah

satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang fleksibel. Sejalan dengan

pendapat di atas Hamdayama (2015: 87) menyatakan model jigsaw cocok

untuk semua kelas/tingkatan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri 1 Metro

Timur”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengidentifikasi

masalah penelitian sebagai berikut.

1. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.

2. Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered).

3. Siswa tidak mengikuti pembelajaran dengan aktif.

4. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw belum diterapkan untuk

mata pelajaran matematika di kelas V SD Negeri 1 Metro Timur.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti membatasi

masalah penelitian yaitu pada penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw pada pembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri 1

Metro Timur.
5

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu

“Apakah terdapat pengaruh yang signifikan pada penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar matematika siswa

kelas V SD Negeri 1 Metro Timur?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh yang signifikan

pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil

belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1 Metro Timur.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam kaitannya dengan penelitian ini:

1. Bagi siswa

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada

pembelajaran matematika diharapkan dapat menambah pengalaman

belajar dan keaktifan siswa sehingga mampu meningkatkan hasil

belajar.

2. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan guru tentang

model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan guru

dalam memilih model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil

belajar siswa.
6

3. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi positif untuk

meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

4. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

bagi peneliti dalam menerapkan model pembelajaran di kelas.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini meliputi :

1. Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen.

2. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VB (kelas eksperimen) dan

VA (kelas kontrol) semester genap tahun pelajaran 2016/2017 di SD

Negeri 1 Metro Timur.

3. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw.


7

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, HIPOTESIS

A. Matematika di SD

1. Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua

jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi,

bahkan matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.

Susanto (2014: 185) menyatakan bahwa matematika merupakan salah

satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan

berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah

sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Badan Standar

Nasional Pendidikan (BSNP) (2006: 147) menyatakan matematika

merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika perlu

diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar hingga

perguruan tinggi. Hal ini dimaksudkan untuk membekali siswa dengan

kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerja sama.


8

Berdasarkan paparan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika

merupakan disiplin ilmu universal yang dapat meningkatkan

kemampuan berfikir, berargumentasi serta dapat memberikan kontribusi

dalam penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika

dapat membekali kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis,

kreatif, serta kemampuan bekerja sama pada siswa.

2. Tujuan Matematika di SD

Umumnya tujuan matematika di sekolah dasar adalah agar siswa

mampu dan terampil menggunakan konsep berhitung matematika dalam

kehidupan sehari-hari. Secara khusus, tujuan mata pelajaran matematika

di sekolah dasar yang disajikan dalam BSNP (2006: 148) yaitu sebagai

berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan


antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma,
secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan
masalah.
b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika dalam membuat generalisasi,
menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami
masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model,
dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram,
atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya
diri dalam pemecahan masalah.

Heruman (2008: 2) menjelaskan bahwa tujuan akhir pembelajaran

matematika di sekolah dasar yaitu agar siswa terampil dalam


9

menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-

hari. Akan tetapi, untuk menuju tahap keterampilan tersebut harus

melalui langkah-langkah yaitu: (1) penanaman konsep dasar, (2)

pemahaman konsep, dan (3) pembinaan keterampilan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan tujuan matematika

di sekolah dasar untuk pemberian pengetahuan tentang konsep operasi

hitung. Selain itu tujuan matematika untuk meningkatkan kemampuan

berpikir siswa agar mampu memecahkan masalah dan menalar terhadap

materi matematika.

3. Ruang Lingkup Materi Matematika di SD

Mata pelajaran matematika perlu diberikan mulai dari sekolah dasar

untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analitis,

sistematis, dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kemampuan

tersebut diperlukan agar siswa dapat memperoleh, mengelola, dan

memanfaatkan informasi untuk bekal hidup.

BSNP (2006: 148) menjelaskan bahwa mata pelajaran matematika pada

satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek (a) bilangan, (b)

geometri, dan (c) pengolahan data. Depdiknas dalam Susanto (2014:

189) menjelaskan kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran

matematika di sekolah dasar, sebagai berikut.

a. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan,


perkalian, pembagian beserta operasi campurannya, termasuk
yang melibatkan pecahan.
10

b. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun


ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan
volume.
c. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan system koordinat.
d. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan
penaksiran pengukuran.
e. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran
tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan
menyajikannya.
f. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunika
sikan gagasan secara matematika.

B. Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses seseorang untuk memperoleh ilmu

pengetahuan. Seseorang dikatakan belajar apabila terjadi perubahan

dalam dirinya. Perubahan tersebut menyangkut perubahan yang

bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor),

maupun perubahan nilai dan sikap (afektif). Hanafiah dan Suhana

dalam Kasmadi dan Sunariah (2014: 29) menyatakan belajar adalah

proses perubahan perilaku berkat adanya interaksi dengan

lingkungan pembelajar. Perubahan perilaku tersebut mencakup

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Gagne dalam Susanto (2014: 1) menyatakan belajar adalah suatu

proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat

pengalaman. Belajar dimaknai sebagai suatu proses untuk

memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan,

dan tingkah laku. Sunaryo dalam Komalasari (2010: 2) menyatakan


11

belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau

menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya

dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang karena

adanya interaksi dengan lingkungan. Interaksi tersebut

menghasilkan perubahan dalam pengetahuan (kognitif), sikap

(afektif), dan keterampilan (psikomotor).

b. Teori Belajar

Banyak teori belajar yang telah dikembangkan. Winataputra (2008:

1.6-6.15) menjelaskan bebarapa teori belajar sebagai berikut.

1) Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik mendefinisikan bahwa belajar

merupakan perubahan tingkah laku, khususnya perubahan

kapasitas siswa untuk beperilaku (yang baru) sebagai hasil

belajar, bukan sebagai hasil proses pematangan (atau

pendewasaan) semata. Menurut teori belajar behavioristik,

perubahan perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh

lingkungan yang akan memberikan beragam pengalaman

kepada seseorang. Pada teori ini menekankan pada hasil

belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat dilihat, dan

tidak begitu memperhatikan apa yang terjadi di dalam otak

manusia karena hal tersebut tidak dapat dilihat.


12

2) Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif memandang bahwa pada dasarnya setiap

orang dalam bertingkah laku dan mengerjakan segala sesuatu

senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat perkembangan dan

pemahamannya atas dirinya sendiri. Seseorang memiliki

kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk

kepentingan dirinya.

3) Teori Belajar Sosial

Teori ini menjelaskan tentang pengaruh penguatan dari luar

diri atau lingkungan seorang siswa, dan aktifitas kognitif dari

dalam diri siswa digabungkan dengan filsafat dasar teori

belajar humanistik, yaitu “memanusiakan manusia”, terhadap

kemampuan siswa belajar melalui cara “modelling” atau

mencontoh perilaku orang lain.

4) Teori Belajar Humanistik

Teori belajar humanistik manjelaskan bahwa belajar

merupakan suatu proses di mana siswa mengembangkan

kemampuan pribadi yang khas dalam bereaksi terhadap

lingkungan sekitar. Dengan kata lain, siswa tersebut

mengembangkan kemampuan terbaik dalam diri pribadinya.

5) Teori Belajar Konstruktivis

Teori belajar konstruktivis memaknai belajar sebagai proses

mengonstruksi pengetahuan melaluai proses internal seseorang

dan interaksi dengan orang lain. Dengan demikian, hasil


13

belajar akan dipengaruhi oleh kompetensi dan struktur

intelektual seseorang. Hasil belajar dipengaruhi pula oleh

tingkat kematangan berpikir, pengetahuan yang telah dimiliki

sebelumnya, serta faktor lainnya seperti konsep diri dan

percaya diri dalam proses belajar.

Berdasarkan penjelasan tentang teori belajar di atas, dapat

disimpulkan bahwa teori yang mendukung model pembelajaran

kooperatif yaitu teori kontruktivisme karena dalam teori tersebut

dijelaskan bahwa belajar sebagai proses mengkontruksi

pengetahuan melalui proses internal dan interaksi dengan orang

lain.

c. Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar.

Setelah mengetahui hasil belajar siswa maka dapat diketahui

apakah tujuan pembelajaran telah tercapai atau belum.

Suprijono (2015: 5) menyatakan hasil belajar adalah pola-pola

perbuatan, nila-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi,

dan keterampilan. Bloom dalam Suprijono (2015: 6) menjelaskan

bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor. Secara rinci dijabarkan sebagai berikut.

1) Domain kognitif mencakup:


a. Knowlegde (pengetahuan, ingatan)
b. Comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas,
contoh)
c. Application (menerapkan)
14

d. Analycis (menguraikan, menentukan hubungan)


e. Synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru)
f. Evaluation (menilai)
2) Domain afektif mencakup:
a. Receiving (sikap menerima)
b. Responding (memberikan respons)
c. Valuing (nilai)
d. Organization (organisasi)
e. Characterization (karakterisasi)
3) Domain psikomotor mencakup:
a. Initiatory
b. Pre-routine
c. Rountinized
d. Keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial
, dan intelektual

Susanto (2014: 5) mengemukakan bahwa makna hasil belajar yaitu

perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri siswa, baik

menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil

kegiatan belajar. Nawawi dalam Susanto (2014: 5) menyatakan

hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa

dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam

skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi

pelajaran tertentu.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, peneliti

menyimpulkan pengertian hasil belajar merupakan perubahan pada

diri siswa yang menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor

yang tergambar dari skor yang diperoleh dari kegiatan belajar.

Penelitian ini, hasil belajar yang diamati difokuskan pada ranah

kognitif pada kata kerja operasional “menyebutkan”,

“menjelaskan”, dan “menentukan”.


15

2. Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses, cara, dan perbuatan yang menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar. Degeng dalam Fathurrohman (2015:

17) menyatakan pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan

peserta didik. Sementara itu, Nata dalam Fathurrohman (2015: 17)

menyebutkan bahwa pembelajaran adalah usaha membimbing peserta

didik dan menciptakan lingkungan yang memungkinkan terjadinya

proses belajar untuk belajar.

Susanto (2014: 19) menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses

untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Masitoh

(2009: 8) menyatakan bahwa didalam pembelajaran terdapat interaksi

siswa dan guru, melibatkan unsur-unsur yang saling mempengaruhi

untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang diharapkan.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli, peneliti menyimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan usaha membantu siswa belajar dengan

melibatkan unsur-unsur pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran melalui proses interaksi antara guru dan siswa.

C. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran digunakan untuk mempermudah proses

pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Arends

dalam Fathurrohman (2015: 30) model pembelajaran adalah suatu


16

rencana atau pola yang disiapkan untuk membantu peserta didik

mempelajari secara lebih spesifik berbagai ilmu pengetahuan, sikap,

dan keterampilan.

Menurut Suprijono (2015: 65) model pembelajaran ialah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di

kelas maupun tutorial. Joyce dan Weill dalam Huda (2014: 73)

mendefinisikan model pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi

intruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di

setting yang berbeda.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran untuk membantu siswa

mempelajari secara spesifik berbagai ilmu pengetahuan, sikap, dan

keterampilan. Dengan menggunakan model pembelajaran akan

membantu dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Suwangsih dan Tiurlina (2006: 180-188) terdapat beberapa

model dan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam

pembelajaran matematika di SD, antara lain metode ceramah, metode

demonstrasi, model kooperatif, metode inquiry, model pemecahan

masalah, dan model penemuan (discovery). Pada penelitian ini, peneliti

memilih model pembelajaran kooperatif karena dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif dapat melibatkan siswa secara aktif


17

dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam

suasana belajar yang bersifat terbuka dan demokratis, selain itu dapat

meningkatkan rasa tanggung jawab siswa.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang

dilakukan secara berkelompok. Rusman (2014: 202) menyatakan

pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat

sampai enam orang dengan sruktur kelompok yang bersifat heterogen.

Nur dalam Isjoni (2013: 26) mengemukakan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan siswa

untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berhasil

mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik.

Bern dan Erickson dalam Komalasari (2010: 62) mengemukakan bahwa

cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan strategi

pembelajaran yang mengorganisir pembelajaran dengan menggunakan

kelompok belajar kecil di mana siswa bekerja bersama untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Slavin dalam Komalasari (2010: 62) menjelaskan

keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan

aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun secara

berkelompok.
18

Berdasarkan teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa bekerja sama

dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6 orang siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran dengan struktur kelompok yang bersifat

heterogen. Kemampuan dan aktivitas dari anggota kelompok pada

pembelajaran kooperatif dapat mempengaruhi keberhasilan belajar dari

kelompok.

3. Tipe-tipe Model Pembelajaran Kooperatif

Ada beberapa tipe dalam model pembelajaran kooperatif. Isjoni (2013:

73) membagi model pembelajaran kooperatif menjadi beberapa variasi,

yaitu Student Team Achievement Division (STAD), Jigsaw, Teams-

Games-Tournaments (TGT), Group Investigation (GI), Rotating Tri

Exchange, Group Resume. Komalasari (2010: 62) membagi

pembelajaran kooperatif menjadi beberapa model atau tipe, yaitu

Number Head Together (NHT), Cooperatif Script, Group Investigation,

Think Pair Share (TPS), Jigsaw, Snow Ball Throlling, Team Game

Tournament(TGT), Think-Talk-Writte (TTW) dan Two Stay Two Stray

(TS-TS).

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diketahui beberapa model

pembelajaran kooperatif, yaitu Student Team Achievement Division

(STAD), Jigsaw, Teams-Games-Tournaments (TGT), Group

Investigation (GI), Rotating Tri Exchange, Group Resume, Number

Head Together (NHT), Cooperatif Script, Think Pair Share (TPS),


19

Snow Ball Throlling, Think-Talk-Writte (TTW) dan Two Stay Two Stray

(TS-TS). Pada penelitian ini, peneliti memilih model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran

tersebut terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri 1

Metro Timur.

D. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot

Aronson dan teman-teman di Universitas Texas dan kemudian

diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di Universitas John

Hopkins (Fathurrohman, 2015: 62). Model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa

terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain.

Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka

juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada

anggota kelompok yang lain, sehingga baik kemampuan secara kognitif

maupun sosial siswa sangat diperlukan.

Menurut Fathurrohman (2015: 63) model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw adalah suatu teknik pembelajaran kooperatif yang terdiri dari

beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas

penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi

tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya. Pada model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan


20

kelompok ahli. Kelompok asal adalah kelompok induk siswa yang

beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang

keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari

beberapa ahli. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari

anggota dari kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk

mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-

tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan

kepada anggota kelompok asal.

Hamdayama (2015: 87) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw merupakan model belajar kooperatif, siswa belajar dalam

kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang dengan memperhatikan

keheterogenan, bekerja sama positif dan setiap anggota bertanggung

jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan

dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang

lain. Isjoni (2013: 77) menjelaskan model pembelajaran kooperatif tipe

jigsaw merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang

mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi

pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.

Berdasarkan beberapa teori di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model

pembelajaran dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai

enam orang siswa dimana setiap siswa harus bertanggung jawab

menguasai bagian materi belajar dan mengajarkan kepada anggota lain.


21

Model ini mendorong siswa untuk lebih aktif dan memiliki kemampuan

kognitif yang baik.

2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah pelaksanannya

agar dapat dilakukan dengan baik. Langkah-langkah model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw menurut Kurniasih dan Sani (2016:

27-28) yaitu:

a. Persiapan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, serta
memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan mempelajari topik
yang akan dibahas.
b. Penjelasan materi
Materi pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dibagi menjadi
beberapa bagian pembelajaran tergantung pada banyak anggota
dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi
pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh
siswa.
c. Guru membagi siswa ke dalam kelompok asal dan ahli
Kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw
beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik dari kemampuan
akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya.
d. Guru menentukan skor awal masing-masing kelompok
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa yang diambil dari
kuis atau nilai tertentu yang telah ditetapkan.
e. Rencana kegiatan
1) Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik
masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan
bergabung dalam kelompok ahli.
2) Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan
mengintegrasikan semua sub topik yang telah dibagikan
sesuai dengan banyaknya kelompok.
3) Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk
menjelaskan topik yang didiskusikannya.
4) Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok mencakup
semua topik.
5) Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan
skor kelompok atau menghargai prestasi kelompok.
f. Melakukan evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
22

1) Mengerjakan kuis individual yang mencakup semua topik.


2) Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3) Presentasi.

Majid (2015: 183) menjelaskan kegiatan dalam model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw sebagi berikut.

a. Melakukan kegiatan membaca untuk menggali informasi.


Siswa memperoleh topik-topik permasalahan untuk dibaca,
sehingga mendapatkan informasi dari permasalahan tersebut.
b. Didkusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatkan topik
permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok, atau
kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicarakan topik
permasalahan tersebut.
c. Leporan kelompok. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal
dan menjelaskan hasil yang didapatkan dari diskusi tim ahli.
d. Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang
dibicarakan tadi.
e. Perhitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan
kelompok.

Hamdayama (2015: 88-89) menjabarkan langkah-langkah dalam

penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.

a. Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6


orang.
b. Tiap orang dalam kelompok diberi subtopik yang berbeda.
c. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan subtopik
masing-masing dan menetapkan anggota ahli yang akan
bergabung dalam kelompok ahli.
d. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan
mengintegrasikan semua subtopik yang telah dibagikan sesuai
dengan banyaknya kelompok.
e. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang
diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik
tersebut.
f. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan
kemali kekelompok masing-masing, kemudian menjelaskan
materi kepada rekan kelompoknya.
g. Tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi.
h. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran
tentang materi yang telah didiskusikan.
i. Siswa memberikan tes individual atau kelompok yang
mencakup semua topik.
23

Berdasarkan pendapat ahli di atas langkah-langkah model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, dalam penelitian ini peneliti mengadopsi

langkah-langkah jigsaw dari Kurniasih dan Sani. Alasannya adalah

pada langkah-langkah yang dikemukakan oleh Kurniasih dan Sani lebih

mudah dipahami dan dijelaskan secara rinci.

3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


Jigsaw

Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan, begitu

juga model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Kurniasih dan Sani

(2016: 25-26) menjabarkan beberapa kelebihan dan kelemahan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.

a. Kelebihan:
1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena
sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi
kepada rekan-rekannya.
2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu
yang yang lebih singkat.
3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih
aktif dalam berbicara dan berpendapat.
b. Kelemahan:
1) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan
cenderung mengontrol jalannya diskusi.
2) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfikir
rendah akan menglami kesulitan untuk menjelaskan materi
apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
3) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk
mengikuti proses pembelajaran.

Ibrahim, dkk., dalam Majid (2015: 184) mengemukakan kelebihan dan

kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.

a. Kelebihan:
1) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dengan siswa lain.
24

2) Siswa dapat menguasai pelajaran yang disampaikan.


3) Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam
kelompoknya.
4) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan
positif.
5) Setiap siswa dapat saling mengisi satu sama lain.
b. Kelemahan:
1) Membutuhkan waktu yang lama.
2) Siswa yang pandai cenderung tidak mau disatukan dengan
temannya yang kurang pandai, dan yang kurang pandai pun
merasa minder apabila digabungkan dengan temannya yang
pandai, walaupun lama kelamaan perasaan itu akan hilang
dengan sendirinya.

Hamdayama (2015: 89) mengemukakan kelebihan dan kelemahan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw sebagai berikut.

a. Kelebihan:
1) Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena
sudah ada kelompok ahli yang bertugas menjelaskan materi
kepada rekan-rekannya.
2) Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu
yang lebih singkat.
3) Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih
aktif dalam berbicara dan berpendapat.
b. Kelemahan:
1) Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan
cenderung mengontrol jalannya diskusi.
2) Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir
rendah akan mengalami kesulitan untuk menjelaskan materi
apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
3) Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
4) Pembagian kelompok yang tidak heterogen, dimungkinkan
kelompok yang anggotanya lemah semua.
5) Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering
tidak sesuai antara kemampuan dengan kompetensi yang
harus dipelajari.
6) Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk
mengikuti proses pembelajaran.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan dalam

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat kelebihan dan

kelemahan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu

dapat melatih siswa untuk lebih aktif serta melatih kerjasama, siswa
25

dapat menguasai pelajaran dalam waktu yang singkat dan setiap siswa

dapat mengisi satu sama lain. Sedangkan kekurangan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terletak pada dominasi siswa yang

aktif dalam diskusi dan waktu yang dibutuhkan lama.

E. Macam-macam Metode Pembelajaran

Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan beberapa metode

pembelajaran. Beberapa metode pembelajaran yang digunakan pada kelas

kontrol sebagai berikut.

1. Metode Ceramah

a. Pengertian Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering

digunakan oleh setiap guru. Majid (2015: 194) menyatakan bahwa

metode ceramah merupakan cara yang digunakan dalam

mengembangkan proses pembelajaran melalui cara penuturan

(lecturer). Hamdayama (2015: 168) menjelaskan bahwa metode

ceramah adalah metode yang boleh dikatakan metode tradisional

karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat

komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi

edukatif.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan metode

ceramah merupakan metode pembelajaran tradisional yang

digunakan sebagai alat komunikasi antara guru dan siswa melalui

cara penuturan (lecturer).


26

b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ceramah

Sebagai metode pembelajaran, metode ceramah memiliki kelebihan

dan kelemahan. Majid (2015: 196-197) menjabarkan beberapa

kelebihan dan kelemahan metode ceramah sebagai berikut.

1) Kelebihan:
a) Ceramah merupakan metode yang murah dan mudah
untuk dilakukan.
b) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
c) Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi mana
yang perlu ditonjolkan.
d) Melalui ceramah guru dapat mengontrol keadaan kelas
karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab
guru yang memberikan ceramah.
e) Organisasi kelas dengan menggunakan ceramah dapat
diatur menjadi lebih sederhana.
2) Kelemahan:
a) Materi yang dapat dikuasai siswa sebagai hasil ceramah
akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
b) Ceramah yang tidak disertai dengan peragaan dapat
mengakibatkan terjadinya verbalisme.
c) Ceramah sering dianggap sebagai metode yang
membosankan jika guru kurang memiliki kemampuan
bertutur yang baik.
d) Melalui ceramah sangat sulit untuk mengetahui apakah
seluruh siswa sudah mengerti apa yang dijelaskan.

Hamdayama (2015: 169) menjelaskan kelebihan dan kelemahan

metode ceramah sebagai berikut.

1) Kelebihan:
a) Guru mudah menguasai kelas karena guru
menyampaikan informasi dan materi secara langsung
dengan tatap muka langsung dengan siswa.
b) Metode dianggap paling ekonomis waktu dan biaya
karena waktu dan materi dapat diatur oleh guru secara
langsung, materi dan waktu pelajaran sangat ditentukan
oleh sistem nilai yang dimiliki oleh guru yang
bersangkutan.
c) Mudah dilaksanakan.
d) Dapat diikuti siswa dalam jumlah besar bisa juga
dengan menggunakan media sound sistem sehingga
suara guru yang sedang menerangkan bisa terdengar
lebih keras dengan jangkauan suara lebih jauh.
27

e) Guru mudah menerangkan bahan pelajaran berjumlah


besar.
2) Kelemahan:
a) Kegiatan pengajaran menjadi verbalisme (pengertian
kata-kata)
b) Siswa yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi
rugi dan siswa yang lebih tanggap auditifnya dapat
lebih besar menerimanya.
c) Bila terlalu lama membosankan.
d) Sukar mengontrol sejauhmana pemerolehan belajar
siswa.
e) Menyebabkan siswa pasif.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan dalam

metode ceramah terdapat kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

metode ceramah yaitu guru mudah menguasai kelas, metode yang

murah dan mudah dilakukan, serta guru dapat menerangkan bahan

pelajaran berjumlah besar. Kelemahan metode ceramah yaitu

pengajaran menjadi verbalisme, bila terlalu lama membosankan,

dan menyebabkan siswa pasif.

2. Metode Tanya Jawab

a. Pengertian Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab merupakan penyampaian pelajaran dengan

cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. Majid

(2015: 210) menjelaskan metode tanya jawab adalah metode

mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi secara

langsung yang bersifat two way traffic karena pada saat yang sama

terjadi dialog antara guru dan siswa. Metode tanya jawab

dimaksudkan untuk merangsang berpikir siswa dan

membimbingnya dalam mencapai atau mendapatkan pengetahuan.


28

Djamarah dan Zain (2013: 94) menjelaskan bahwa metode tanya

jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan

yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat

pula dari siswa kepada guru.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan

bahwa metode tanya jawab merupakan metode penyajian pelajaran

dalam bentuk pertanyaan, sehingga memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung antara guru dan siswa. Pertanyaan yang

diberikan harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa dan

sebaliknya.

b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab memiliki kelebihan dan kelemahan. Majid

(2015: 210) menjabarkan kelebihan dan kelemahan metode tanya

jawab sebagai berikut.

1) Kelebihan:
a) Memotivasi siswa untuk menimbulkan sikap kompetisi
dalam belajar.
b) Melatih siswa untuk berpikir dan berbicara secara
sistematis berdasarkan pemikiran orisinil.
c) Mengetahui sejauh mana penguasaan siswa tentang apa
yang sedang dan atau telah dipelajari.
2) Kelemahan:
a) Guru masih mendominasi kegiatan belajar mengajar.
b) Apabila jumlah siswa puluhan, tidak cukup waktu
untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
c) Waktu sering terbuang, terutama apabila siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga orang.

Djamarah dan Zain (2013: 95) menjabarkan kelebihan dan

kelemahan metode tanya jawab sebagai berikut.


29

1) Kelebihan:
a) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian
siswa, sekalipun ketika siswa sedang ribut, yang
mengantuk kembali tegar dan hilang kantuknya.
b) Merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan
daya pikir, termasuk daya ingatan.
c) Mengembangkan keberanian dan keterampilan siswa
dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
2) Kekurangan:
a) Siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat
mendorong siswa untuk berani, dengan menciptakan
suasana yang tidak tegang, melainkan akrab.
b) Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan
tingkat berpikir dan mudah dipahami siswa.
c) Waktu sering banyak terbuang, terutama apabila siswa
tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga
orang.
d) Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin
cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada
setiap siswa.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli, peneliti menyimpulkan

beberapa kelebihan dan kelemahan metode tanya jawab. Kelebihan

metode tanya jawab yaitu melatih siswa untuk berpikir, mengetahui

sejauh mana kemampuan siswa, serta pertanyaan dapat menarik

dan memusatkan perhatian siswa. kelemahannya yaitu guru masih

mendominasi kegiatan belajar mengajar, waktu sering terbuang,

dan siswa merasa takut, apalagi bila guru kurang dapat mendorong

siswa untuk berani.

3. Metode Penugasan

a. Pengertian Metode Penugasan

Metode penugasan adalah metode penyajian bahan dimana guru

memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar,

kemudian harus dipertanggungjawabkannya (Hamdayama, 2015:


30

183). Menurut Djamarah dan Zain (2013: 85) metode penugasan

adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas

tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa

metode penugasan merupakan metode penyajian bahan dengan cara

guru memberikan tugas kepada siswa.

b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Penugasan

Sebagai metode pembelajaran, metode penugasan memiliki

kelebihan dan kelemahan. Hamdayama (2015: 187) menjabarkan

kelebihan dan kelemahan metode penugasan yakni:

1) Kelebihan:
a) Dapat dilaksanakan pada berbagai materi pembelajaran.
b) Melatih daya ingat dan hasil belajar siswa.
c) Jika tugas individu dapat melatih belajar mandiri siswa
dan jika tugas kelompok melatih belajar bersama
menguasai materi.
d) Mengembangkan keaktifan belajar siswa.
e) Meningkatkan keaktifan belajar siswa.
f) Pengetahuan yang diperoleh siswa baik dari hasil
belajar, hasil eksperimen atau penyelidikan, banyak
berhubungan dengan minat dan berguna untuk hidup
mereka.
2) Kelemahan:
a) Seringkali siswa melakukan penipuan di mana mereka
hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau
bersusah payah mengerjakan sendiri.
b) Terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa
pengawasan.
c) Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan
individual.
d) Sulit mengukur keberhasilan belajar siswa.

Djamarah dan Zain (2013: 87) menjabarkan kelebihan dan

kelemahan metode penugasan sebagai berikut.


31

1) Kelebihan:
a) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas
belajar individual ataupun kelompok.
b) Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar
pengawasan guru.
c) Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa.
d) Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
2) Kelemahan:
a) Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang
mengerjakan tugas ataukah orang lain.
b) Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif
mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota
tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak
berpartisipasi dengan baik.
c) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan
perbedaan individu siswa.
d) Sering memberikan tugas yang monoton (tidak
bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menyimpulkan beberapa

kelebihan dan kelemahan metode penugasan. Kelebihan metode

penugasan yaitu melatih daya ingat siswa, mengembangkan

kemandirian siswa di luar pengawasan guru, membina tanggung

jawab dan disiplin siswa, mengembangkan kreativitas, dan

meningkatkan keaktifan siswa. Kelemahan metode penugasan yaitu

seringkali siswa meniru tugas orang lain, terkadang tugas

dikerjakan orang lain, tidak mudah memberikan tugas yang sesuai

dengan perbedaan individu, dan sulit mengukur keberhasilan

belajar siswa.

F. Penelitian Relevan

Berikut ini beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini:

1. Jaya (2016) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Model

Pembelajaran Tipe Jigsaw terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas


32

XI IPS SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran

2015/2016”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh

kesimpulan ada pengaruh penerapan pengaruh model pembelajaran tipe

jigsaw terhadap hasil belajar Geografi siswa kelas XI IPS SMA Negeri

1 Tulang Bawang Tengah tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian

tersebut memiliki persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan

yaitu melihat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

terhadap hasil belajar siswa. Namun terdapat perbedaan pada mata

pelajaran dan subjek penelitian yaitu pada penelitian tersebut

mengambil mata pelajaran geografi dan sampel siswa SMA kelas XI,

sedangkan peneliti mengambil mata pelajaran matematika dan sampel

siswa sekolah dasar kelas V.

2. Satyawan (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap Prestasi Belajar

Matematika Siswa Pada Materi Pokok Kubus Dan Balok Kelas VIII

MTs Assyafi’iyah Gondang Tulungagung Tahun Ajaran 2010/2011”.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh kesimpulan

bahwa ada pengaruh yang signifikan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII MTs.

Assyafi’iyah Gondang. Penelitian tersebut memiliki kesamaan terhadap

penelitian yang akan peneliti lakukan. Kesamaannya yaitu kedua

penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan

mengambil mata pelajaran matematika. Namun kedua penelitian

tersebut juga memiliki perbedaan yaitu pada penelitian tersebut


33

menggunakan sampel siswa MTs kelas VIII, sedangkan peneliti

menggunakan sampel siswa sekolah dasar kelas V SD Negeri 1 Metro

Timur.

G. Kerangka Berfikir

Sekaran dalam Sugiyono (2014: 60) mengemukakan bahwa, kerangka

berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan

dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting. Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis

pertautan antar variabel yang akan diteliti, sehingga perlu dijelaskan

hubungan antar variabel independen dan dependen.

Hubungan antar variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada

gambar diagram kerangka pikir sebagai berikut.

X Y
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Keterangan :

X : Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw


Y : Hasil belajar siswa
: Pengaruh

H. Hipotesis Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti membuat hipotesis mengenai

hasil penelitian yang akan dilaksanakan. Sugiyono (2014: 64) menyatakan

bahwa hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah


34

penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam

bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang

diberikan baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada

fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak ada pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V

SD Negeri 1 Metro Timur.

HI : Ada pengaruh signifikan penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw terhadap hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri

1 Metro Timur.
35

III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperiemen, dengan jenis

data kuantitatif. Sugiyono (2014: 72) menyatakan bahwa penelitian

eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk

mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

terkendalikan. Objek penelitian ini adalah pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw (X) terhadap hasil belajar siswa (Y).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental

Design, dengan rancangan penelitian menggunakan eksperimen Non-

Equivalent Control Group Design. Desain ini menggunakan 2 kelompok

yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen adalah

kelompok yang diberikan perlakuan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw, sedangkan kelompok kelas kontrol adalah kelompok

pengendali yaitu kelas yang tidak mendapat perlakuan.

Paradigma dalam Nonequivalent Control Group Design dapat digambarkan

seperti berikut (Sugiyono, 2013: 116):


36

O1 X O2

O3 O4

Gambar 2. desain Nonequivalent Control Group Design

Keterangan:

O1 = nilai pretest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen)


O2 = nilai posttest kelompok yang diberi perlakuan (eksperimen)
O3 = nilai prestest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol)
O4 = nilai posttest kelompok yang tidak diberi perlakuan (kontrol)
X = perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

Pelaksanaan pretes yang dilakukan sebelum melakukan perlakuan, baik

untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol (O1, O3). Pemberian

posttest pada akhir perlakuan akan menunjukkan seberapa jauh akibat dari

perlakuan. Hal ini dilakukan dengan cara melihat perbedaan nilai (O2, O4).

Langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian ini sebagai berikut.

1. Memilih dua kelompok subjek yang untuk dijadikan kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Menyusun instrumen penelitian.

3. Melakukan uji coba instrumen penelitian.

4. Memberikan pretest kepada kedua kelompok.

5. Memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan menerapkan

model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

6. Setelah melakukan langkah kelima kemudian memberikan posttest pada

kedua kelompok.

7. Mencari mean kedua kelompok antara pretest dan posttest.


37

8. Menggunakan statistik mencari pengaruh hasil langkah ketujuh,

sehingga dapat diketahui pengaruh penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar siswa.

B. Tempat dan Waktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Metro Timur yang beralamat

di Jalan Ahmad Yani, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2016 hingga April 2017.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel penelitian

Sugiyono (2016: 61) menyatakan variabel penelitian adalah suatu

atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang

mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini

variabel yang digunakan adalah variabel bebas (variabel independen)

dan variabel terikat (variabel dependen).

Variabel independen disebut juga sebagai variabel stimulus, prediktor,

antecendent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut variabel bebas.

Sugiyono (2014: 39) menyatakan variabel bebas merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau


38

timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam penelitian

ini yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Variabel dependen sering disebut sebagai output, kriteria, konsekuen,

atau disebut sebagai variabel terikat. Sugiyono (2014: 39) menyatakan

variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian

ini yaitu hasil belajar siswa.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan model

pembelajaran dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 6

orang siswa dimana setiap siswa harus bertanggung jawab

menguasai bagian materi belajar dan mengajarkan kepada anggota

lain. Kegiatan belajarnya diawali dengan penjabaran materi secara

umum oleh guru, lalu pembentukan kelompok serta menentukan

kelompok awal dan kelompok ahli. Langkah selanjutnya kelompok

ahli mengintegrasikan sub topik yang telah dibagikan, setelah itu

siswa kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan topik yang

telah didiskusikan bersama kelompok ahli. Selanjutnya

mengerjakan soal kelompok lalu melakukan evaluasi.

b. Hasil belajar adalah perubahan dari diri siswa yang menyangkut

aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang tergambar dari skor

yang diperoleh dari kagiatan belajar. Hasil belajar pada penelitian


39

ini difokuskan pada aspek kognitif (pengetahuan), diukur

menggunakan tes yang diberikan di akhir pembelajaran.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Gunawan (2013: 2) menyatakan populasi adalah keseluruhan objek

penelitian, baik hasil menghitung ataupun pengukuran (kuantitatif

ataupun kualitatif) dari karakteristik tertentu yang akan dikenai

generalisasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V

SD Negeri 1 Metro Timur yang berjumlah 49 orang siswa terbagi ke

dalam kelas VA dan VB.

2. Sampel Penelitian

Gunawan (2013: 2) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari

populasi yang memiliki karakteristik atau keadaan tertentu yang akan

diteliti. Teknik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini

yaitu nonprobability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota

populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2014: 84). Jenis

sampling yang digunakan yaitu sampling jenuh. Menurut Sugiyono

(2014: 85) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua

anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Penelitian ini, kelas VB akan dijadikan sebagai kelompok eksperimen

dengan jumlah 24 orang siswa, sedangkan kelas VA sebagai kelompok


40

kontrol dengan jumlah 25 orang siswa. Hal tersebut dikarenakan pada

penelitian ini menggunakan desain Quasi Experimental Design, pada

desain tersebut sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan

untuk penelitian. Desain penelitian ini tidak mengambil subjek secara

acak dari populasi namun menggunakan seluruh subjek dalam

kelompok utuh untuk diberi perlakuan.

E. Instrumen Penilaian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan intrumen penelitian berupa tes

dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mengikuti

proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw.

1. Pengertian Instrumen Tes

Kasmadi (2014: 69) menyatakan bahwa tes merupakan rangkaian

pertanyaan yang memerlukan jawaban testi sebagai alat ukur dalam

proses asesmen maupun evaluasi dan mempunyai peran penting untuk

mengukur pengetahuan, keterampilan, kecerdasan, bakat atau

kemampuan yang dimiliki individu atau kelompok. Dalam proses

pembelajaran, tes digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian

keberhasilan siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Bentuk tes yang

diberikan dalam penelitian ini berupa soal pilihan jamak sebanyak 15

butir. Setiap jawaban benar memiliki skor 1 dan jawaban salah

memiliki skor 0.
41

2. Uji Coba Instrumen

Setelah instrumen tes tersusun kemudian diujicobakan kepada kelas

yang bukan menjadi subjek penelitian. Tes uji coba ini dilakukan untuk

mendapatkan persyaratan tes yaitu validitas dan reliabilitas tes. Tes uji

ini dilakukan pada kelas V SD Negeri 2 Metro Timur. Hal tersebut

dikarenakan di SD Negeri 2 Metro Timur memiliki beberapa kesamaan

dengan SD Negeri 1 Metro Timur yakni secara geografis terletak di

kecamatan yang sama, mayoritas guru pada dua sekolah tersebut

berpendidikan strata satu (S1), memiliki akreditas sekolah yang sama

yaitu A, dan nilai KKM pada mata pelajaran matematika sama yaitu 70.

3. Uji Prasyarat Instrumen

Setelah diadakan uji coba instrumen, selanjutnya menganalisis hasil uji

coba instrumen . Uji coba tersebut meliputi validitas dan reliabilitas.

a. Validitas

Sebelum instrumen tes diberikan kepada subjek penelitian terlebih

dahulu instrumen diuji kevalidannya. Yusuf (2014: 234) bahwa

validitas suatu instrumen yaitu seberapa jauh instrumen itu benar-

benar mengukur apa (objek) yang hendak diukur.

Pengujian validitas tes ini menggunakan rumus korelasi point

biserial dengan bantuan program microsoft office excel 2007,

rumus yang digunakan sebagai berikut.


42

Keterangan:

ϒpbi : koefisien korelasi biserial


Mp : rata-rata subjek yang menjawab benar bagi item yang
dicari validitasnya (rer benar)
Mt : rata-rata skor total (r-tot)
St : standar deviasi dari skor total (Simp. Baku)
p : proporsi siswa yang menjawab benar. dapat dihitung
dengan
Banyak Siswa yang Menjawab Benar
Rumus P = Jumlah Siswa Seluruhnya
q : proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1-p)
(Adopsi dari Kasmadi dan Nia, 2014: 157)

Tabel 1. Interpretasi koefisien korelasi nilai r

Besar koefisien korelasi Interpretasi


0,80 – 1,00 Sangat kuat
0,60 – 0,79 Kuat
0,40 – 0,59 Sedang
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 –0,19 Sangat rendah
(Sumber: Adopsi dari Sugiyono, 2016: 257)

Kriteria pengujian apabila rhitung> rtabel dengan α= 0,05, maka alat

ukur tersebut dinyatakan valid, dan sebaliknya apabila rhitung< rtabel,

maka alat ukur tersebut tidak valid.

b. Reliabilitas

Setelah menguji validitas instrumen selanjutnya yaitu mengukur

tingkat reliabilitas instrumen. Yusuf (2014: 242) mengemukakan

reliabilitas merupakan konsistensi atau kestabilan skor suatu

instrumen penelitian terhadap individu yang sama, dan diberikan

dalam waktu yang berbeda. Suatu tes dikatakan reliabel apabila

instrumen itu dicobakan kepada subjek yang sama secara berulang-

ulang namun hasilnya tetap sama atau relatif sama. Untuk


43

menghitung reliabilitas soal tes maka digunakan rumus KR. 20

(Kuder Richardson) sebagai berikut.

Keterangan:
r11 = reliabilitas tes
p = proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q = proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
(q= 1-p)
Σpq = jumlah hasil perkalian antara p dan q
n = banyaknya/jumlah item
S = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar
varians)
(Adopsi dari Arikunto, 2012: 115)

Penelitian ini menggunakan program microsoft office excel 2007.

Kemudian dari hasil perhitungan tersebut akan diperolah koefisien

reliabilitasnya yang kemudian digunakan untuk melihat tingkat

reliabilitasnya. Kriteria tingkat reliabilitas adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Koefisien Reliabilitas

No Koefisien Reliabilitas Tingkat Reliabilitas


1. 0,80 – 1,00 Sangat Kuat
2. 0,60 - 0,79 Kuat
3. 0,40 - 0,59 Sedang
4. 0,20 - 0,39 Rendah
5. 0,00 - 0,19 Sangat Rendah
Sumber: Arikunto (2006: 276)

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan perlakuan terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol

maka diperoleh data berupa hasil pretest, posttest dan peningkatan

pengetahuan (N-Gain). Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan,


44

menurut Meltzer dalam Khasanah (2014: 39) dapat digunakan rumus

sebagai berikut.

G=

Dengan kategori sebagai berikut.

Tinggi : 0,7 ≤ N-gain ≤ 1


Sedang : 0,3 ≤ N-gain ≤ 0,7
Rendah : N-gain < 0,3

1. Uji Persyaratan Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa

data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Ada

beberapa cara yang digunakan untuk menguji normalitas data,

antara lain: dengan kertas peluang normal, uji Chi Kuadrat, uji

Liliefors, teknik Kolmogorov-Smirnov, dan SPSS.

Penelitian ini, pengujian normalitas data menggunakan program

SPSS 23. Gunawan (2013: 77) menjelaskan langkah-langkah

penggunaannya sebagai berikut:

a. Buka program SPSS.


b. Entry data atau buka file data yang akan akan dianalisis.
c. Pilih menu berikut: Analyze Descriptives Statistics
Explore Ok.
d. Setelah muncul kotak dialog uji normalitas, selanjutnya
pilih y sebagai dependent list: pilih x sebagai factor list, jika
ada lebih dari 1 kelompok data, klik Plots, pilih normality
test with plots.
e. klik continue, lalu ok.

Untuk menetapkan kenormalan, kriteria yang berlaku sebagai

berikut.
45

1) Tetapkan taraf signifikansi, α = 0,05.

2) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

3) Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka sampel berasal

dari populasi berdistribusi normal.

4) Jika signifikansi yang diperoleh < α, maka sampel bukan

berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua

atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang

memiliki variansi sama. Uji homogenitas dalam penelitian ini

menggunakan bantuan program SPSS 23. Adapun langkah-langkah

pengujiannya seperti yang dijelaskan oleh Gunawan (2013: 85)

sebagai berikut.

a. Buka file data yang akan dianalisis.


b. Pilih menu berikut ini: Analyze Descriptives Statisticts
Explore.
c. Pilih y sebagai dependent list dan x sebagai factor list.
d. Klik tombol plots.
e. Pilih lavene test, untuk untransformed.
f. Klik continue lalu ok.

Untuk keperluan penelitian hanya keluaran test of homogenity of

varience yang digunakan, sementara keluaran data yang lain tidak

digunakan. Selanjutnya data keluaran tersebut ditafsirkan dengan

memilih salah satu statistik, yaitu statistik yang didasarkan pada

rata-rata (Based of Mean). Hipotesis yang diuji adalah

H0 : variansi pada tiap kelompok sama (homogen)


46

H1 : variansi pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen)

Untuk menetapkan homogenitas digunakan pedoman sebagai

berikut.

a. Tetapkan taraf signifikansi uji, α = 0,05

b. Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diproleh

c. Jika signifikansi yang diperoleh > α, maka variansi setiap

sampel sama (homogen)

d. Jika variansi yang diperoleh < α, maka variansi setiap sampel

tidak sama (tidak homogen).

2. Teknik Analisis Data Kuantitatif

a. Nilai Hasil Belajar Secara Individual

Untuk menghitung nilai hasil belajar siswa ranah kognitif secara

individu dengan rumus sebagai berikut.

NP = X 100

Keterangan:
NP = nilai pengetahuan
R = skor yang diperoleh/item yang dijawab benar
SM = skor maksimum
100 = bilangan tetap
(Sumber dari Purwanto,2008: 102)

b. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa

Untuk menghitung nilai rata-rata seluruh siswa dapat dihitung

dengan rumus:
47

x =

Keterangan:
x = nilai rata-rata seluruh siswa
ΣX = total nilai yang diperoleh siswa
ΣN = jumlah siswa
(Sumber: Aqib,dkk., 2010: 40)

c. Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Secara Klasikal

Menghitung presentase ketuntasan hasil belajar siswa secara

klasikal dapat digunakan rumus berikut.

Σ
P= x 100 %
Σ

(Sumber: Aqib, dkk., 2010:41)

Tabel 3. Presentase ketuntasan hasil belajar siswa

No Persentase Kriteria
1. >85% Sangat tinggi
2. 65-84% Tinggi
3. 45-64% Sedang
4. 25-44% Rendah
5. < 24% Sangat rendah
(Sumber: Aqib, dkk., 2010: 41)

3. Pengujian Hipotesis

Jika sampel atau data dari populasi yang berdistribusi normal maka

pengujian hipotesis untuk mengetahui apakah ada pengaruh X (model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw) terhadap Y (hasil belajar

matematika) maka diadakan uji kesamaan rata-rata. Pengujian hipotesis

ini dilakukan dengan menggunakan t-test pooled varians dan


48

Independent Sampel t-test dalam program statistik SPSS 23. Langkah-

langkah perhitungan t-test pooled varians sebagai berikut.

t=
( ) ( )

Keterangan :

x1 = rata-rata data pada sampel 1


x2 = ta-rata data pada sampel 2
n1 = jumlah anggota sampel 1
n2 = jumlah anggota sampel 2
= simpangan baku sampel 1
= simpangan baku sampel 2
(Sumber : Siregar, 2013: 238)

Adapun menggunakan analisis program SPSS 23 dengan langkah

sebagai berikut.

1) Buka program statistik SPSS yang sudah terpasang di komputer, lalu


masukan A dan B pada variabel view.
2) Masukan data hasil penelitian pada kolom yang sesuai pada data
view.
3) Pilih menu Analyze →Compare Mean →Paired Sampel t-Test.
4) Pindahkan variabel Diklat (A) dan Non Diklat (B) ke kolom yang
sesuai pada kotak dialog Paired Sampel t-Test lalu pilih Ok.
(Gunawan, 2013: 116-117)

Aturan keputusan:

Perhitungan dengan program statistik SPSS 20.0 yang dilihat adalah

nilai p (probabilitas) yang ditunjukkan oleh nilai sig(2-tailed). Dengan

aturan keputusan, jika nilai sig. > 0.05, maka Ho diterima, sebaliknya

jika nilai sig. < 0,05 maka Ho ditolak.


70

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dan perhitungan yang telah

dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap hasil belajar

matematika siswa kelas V. Pengaruhnya dapat dilihat dari perbedaan hasil

belajar antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Nilai rata-rata posttest

kelas kontrol adalah 65,57 sedangkan kelas eksperimen adalah 73,58.

Begitu pula pada perbandingan nilai N-Gain kelas kontrol 0,34, sedangkan

kelas eksperimen 0,51. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis

menggunakan rumus t-test pooled varians diperoleh thitung>ttabel (2,65>2,00),

selanjutnya perhitungan dengan program statistik SPSS 23 diperoleh nilai

sig(2-tailed) 0,025, (0,025< 0,05) sehingga Ho ditolak. Dari perhitungan

tersebut dapat diperoleh bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa sebesar 2,5%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, maka ada beberapa saran yang dapat

dikemukakan oleh peneliti, antara lain:


71

1. Guru

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat digunakan

sebagai alternatif dalam membuat variasi model pembelajaran di kelas

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kemudian guru harus

dapat melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa

dapat menjadi aktif dalam pembelajaran.

2. Siswa

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dapat diterapkan untuk

meningkatkan tanggung jawab siswa. Diharapkan siswa dapat lebih

aktif dalam mengikuti pembelajaran di kelas agar pembelajaran lebih

menyenangkan dan dapat menerima materi dengan mudah sehingga

meningkatkan hasil belajar.

3. Sekolah

Hendaknya sekolah dapat memfasilitasi penyediaan atau pembuatan

perangkat pembelajaran yang diperlukan untuk menerapkan model

pembelajaran yang akan digunakan di kelas.

4. Peneliti lain

Peneliti lain yang ingin menerapkan model pembelajaran ini, sebaiknya

dipahami kembali cara penerapannya agar mendapatkan hasil yang

lebih baik lagi.


72

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2010. Penelitian Tindakan Kelas Untuk SD, SLB, TK. Yrama
Widya. Bandung.
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi
Revisi VD). PT Renika Cipta. Jakarta.
----------. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Bumi Aksara. Jakarta.
BSNP. 2006. Panduan penyusunan Kurikulum tingkat satuan pendidikan Jenjang
pendidikan dasar dan menengah. BSNP. Jakarta.
Djamarah dan Zain, Aswan. 2013. Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta.
Jakarta.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif. Ar-ruzz
Media. Yogyakarta.
Gunawan, Muhamamad Ali. 2013. Statistik Penelitian Pendidikan. Parama
Publishing. Yogyakarta.
Hamdayana, Jumanta. 2015. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Berkarakter. Ghalia Indonesia. Bogor.
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu
Metodis dan Paragdigmatis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antar Peserta Didik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Jaya, Eko Prayoga. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
terhadap Hasil Belajar Geografi Siswa Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Tulang
Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2015/2016. Universitas Lampung.

Kasmadi dan Sunariah, Nia Siti. 2014. Panduan Modern Penelitian Kuantitatif.
Alfabeta. Bandung.
73

Khasanah, Faridhatul. 2014. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Aktif


Tipe Teka-teki Silang Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 4
Metro Timur. Universitas Lampung.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual: Konsep dan Aplikasi. PT
Refika Aditama. Bandung.
Kurniasih dan Sani, Berlin. 2016. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran.
Kata Pena.
Majid, Abdul. 2015. Strategi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Masitoh. 2009. Strategi Pembelajaran. Departemen Agama Republik Indonesia.
Jakarta.
Purwanto, M. Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. PT
Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.
Rusman. 2014. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Rajagrafindo Persada. Jakarta.
Satyawan, Hari. 2011. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw terhadap
Prestasi Belajar Matematika Siswa pada Materi Pokok Kubus dan Balok
Kelas VII MTs Assyafi’iyah Gondang Tulunggagung Tahun Ajaran
2010/2011. STAIN Tulungagung. (tanggal akses, Jum’at 14 Oktober 2016
@ 19.25 WIB).
Siregar, Syofian. 2013. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Remaja
Rosdakarya. Jakarta.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta. Bandung.

----------. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.


Bandung.
----------. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif.
Alfabeta. Bandung.
Suprijono, Agus. 2015. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM
(revisi). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Susanto, Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Prenadamedia Group. Jakarta.
Suwangsih, Erna, Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. UPI PRESS.
Bandung
Tim Penyusun. 2006. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi.
Depdiknas. Jakarta.
----------. 2009. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.
74

Winataputra, S. Udin. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Universitas


Terbuka. Jakarta.
Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian
Gabungan. Kencana. Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi