Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
“KISTA OVARIUM”
Disusun Oleh 3 :
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2
2.1 Definisi ..............................................................................................................2
2.2 Etiologi ..............................................................................................................2
2.3 Manifestasi Klinis ..............................................................................................2
2.4 Patofisiologi ......................................................................................................3
2.5 Klasifikasi .........................................................................................................4
2.6 Komplikasi ........................................................................................................7
2.7 Pemeriksaan Penunjang ...................................................................................7
2.8 Penatalaksanaan ................................................................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORI ..................................................9
3.1 Pengkajian ..........................................................................................................9
3.2 Diagnosa Keperawatan ....................................................................................12
3.3 Intervensi ..........................................................................................................13
3.4 Implementasi ...................................................................................................13
3.5 Evaluasi ...........................................................................................................13
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ...............................................14
4.1 Pengkajian ......................................................................................................14
4.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................................................21
4.3 Intervensi .........................................................................................................23
4.4 Implementasi ...................................................................................................26
4.5 Evaluasi ...........................................................................................................27
BAB V PENUTUP ..............................................................................................29
5.1 Kesimpulan .....................................................................................................29
5.2 Saran ..............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................30
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Kistoma adalah tumor berupa kantong berisi cairan atau setengah cairan
(Mardiana, 2000). Ovarium adalah organ dalam reproduksi wanita yang
menghasilkan sel telur atau ovum (Prawiroharjo, 1999).
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,folikel de
graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan
dari epithelium ovarium (Smelzer and Bare. 2002: 1556)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat di ambil kesimpulan kistoma ovari
merupakan jaringan yang terdapat pada organ ovarium yang dapat
mengganggu fungsi normal dari ovarium maupun saluran reproduksi
2.2 Etiologi
Penyebab Kista Ovarium secara pasti masih belum diketahui. Tetapi ada
penyebab yang mendorong tumbuhnya kista antara lain :
1. Gaya hidup yang tidak sehat seperti makanan tinggi lemak, konsumsi
makanan mengandung : zat-zat sintetik, merokok,
2. Polusi udara,
3. Stres
4. Virus
5. Faktor genetik
2
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau
perubahan ditubuh Anda untuk mengetahui gejala mana yang serius.
2.4 Klasifikasi
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
a. Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan
epitelium yang berkurang di dalam korteks.
b. Kista fungsional
- Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi
ruptur atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler
di antara siklus menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang
menarche kurang dari 12 tahun.
- Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi
progesterone setelah ovulasi.
3
- Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG
terdapat pada mola hidatidosa.
- Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH
yang menyebabkan hiperstimuli ovarium.
2. Kista neoplasma
a. Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma serosum
yang kehilangan epitel kelenjarnya karena tekanan cairan dalam kista.
b. Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen
mengalahkan elemen yang lain
c. Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel permukaan ovarium
(Germinal ovarium)
d. Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak ada
hubungannya dengan endometroid
e. Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui proses patogenesi
2.5 Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture
akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2
cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit,
korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif.
Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar
kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap
gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional
(hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan
4
multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang disebut
hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan
menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai
dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak
terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang
ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini,
keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan
sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas
yang lain dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel
granulosa dari sex cord sel dan germ cel tumor dari germ sel primordial.
Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari 3 lapisan
germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada
sindroma ovari pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan
multipel kistik berdiameter 2-5 mm, seperti terlihat dalam sonogram.
5
6
2.6 Pemeriksaan Penunjang
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk
mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound)
yang menembus bagian panggul, dan menampilkan gambaran rahim dan
ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh
dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya
dan menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan
cenderung lebih jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan
lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil di bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia kronis.
7
2.8 Komplikasi
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung jawab atas terjadinya
kanker ovarium pada wanita diatas 40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker
masih belum jelas namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40 tahun
untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan kontrasepsi oral terutama
yang berfungsi menekan terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita
usia subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian mengalami
keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik segera melakukan pemeriksaan
lengkap atas kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
8
BAB III
ASKEP TEORI
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien : nama ,umur ,alamat,nomer
regiter,pekerjaan,pendidikan,agama
2. keadaan dan keluhan utama
Apa yang menjadi keluhan utama yang dirasakan klien saat kita lakukan
yaitu pucat,cepat lelah,takikardi,palpitasi dan takipnoe
9
Pengkajian
A. Sistem Sirkulasi:
Gejala:
riwayat kehilangan darah kronis
riwayat endokartisinfektiv kronis palpitasi
Tanda:
10
Gangguan koordinasi
C. Sistem pernafasan
Gejala:
Napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
Tanda :
Takipnea,ortopnea,dan dispnea
D. Sistem Pencernaan
Gejala :
Penurunan masukan diet,masukan protein hewani rendah
Nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan(ulkus pada faring)
Mual muntah,dyspepsia,anoreksia
Adanya penuruna berat bdan
Tanda :
Lidah tampak merah daging
Membran mukosa kering dan pucat
Turgor kulit : buruk,kering,hilang elastisitas
Stomatis dan glogasitis
Bibir : selitis(inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah)
E. Sistem Aktivitas / Istirahat
Gejala :
Keletihan,kelemahan,malaise umum
Kehilangan produktivitas,penurunan semangat untuk bekerja
Toleransi terhadap latihan rendah
Kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
Tanda :
Takikardi / takipnea,dispnea pada bekerja atau istirahat
Latergi,menarik diri,apatis,lesu dan kurang tertarik pada
sekitarnya
Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
Ataksia,tubuh tidak tegak
F. Sistem Seksualitas
11
Gejala :
Hilang libido(pria dan wanita)
Impoten
Tanda :
Serviks dan dinding vagina pucat
G. Sitem Keamanan dan Nyeri
Gejala :
Riwayat pekerjaan yang terpapar terhadap bhan kimia
Riwayat kanker
Tidak toleran terhadap panas dan dingin
Tranfusi darah sebelumnya
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk
Sakit kepala dan nyeri abdomen samar
Tanda :
Demam rendah,mengigil,dan berkeringat malam
Limfadenopati umum
Petekie dan ekimosis
Nyeri abdomen samar dan sakit kepala.
3.2 Diagnosa
1. Preoperasi
a. Nyeri kronis b/d ageninjuri biologi
b. Cemas b/d diagnosis dan rencana pembedahan
c. PK perdarahan
2. Post operasi
a. Nyeri akut b/d agen injuri fisik
b. Resiko infeksi b/d tindakan invasif dan pembedahan
c. Deficit perawatan diri b.d imobilitas (nyeri paska pembedahan)
12
3.3 Intervensi Keperawatan operasi
Rencana mengenai tindakan yang akan dilakukan oleh perawat, baik
mandiri maupun kolaboratif. Rencana yang dilakukan menyesuaikan pada
diagnosa keperawatan
3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah melaksanakan intervensi keperawatan.
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan yaitu kategori
dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai
tujuan dan kriteria hasil yang diperlukan dari asuhan keperawatan dilakukan
dan diselesaikan. Implementasi mencakup melakukan membantu dan
mengarahkan kerja aktivitas kehidupan sehari-hari. Implementasi keperawatan
sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
3.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari masalah polisitemia yaitu:
a. Masalah teratasi
b. Masalah sebagaian teratasi
c. Masalah tidak teratasi
d. Muncul masalah baru.
13
BAB IV
4.1 PENGKAJIAN
Tanggal 20 Oktober 2017 Ny.J berusia 45 tahun alamat di Jombang datang
ke RS.Jombang bersama Suaminya Tn.L usia 50 tahun. Ny A mengeluh nyeri
area vagina menjalar ke perut hingga ke kaki. Nyeri dirsakan sejak 5 hari yang
lalu disertai amenorrhea 1,5 bulan, keputihan berwarna keruh dan agak
berbau. Saat dikaji perawat diketahui TD :130/90 N 100 x/menit S:37C dan
RR: 24 x/menit skala nyeri 7. Pasien tampak gelisah dan ekspresi wajah
tampak merintih kesakitan.
1. Pengkajian
Nama : Ny.J No. Registrasi : 34573
Umur : 45thn Tgl. MRS :15 Januari 2017
Jenis kelamin : perempuan Tgl. Dikaji:15 Januari 2017
Status : istri Tn.A Ruang :R3
Agama : Islam Dx Medis :Kista Ovarium
Suku/bangsa : Jawa/INA
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jombang
2. Penanggung jawab
Nama : Tn.L
Umur : 50 thn
Jenis kelamin : laki –laki
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Guru
Status hubungan : suami Ny.J
Alamat : Jombang
14
3. Keluhan Utama
Nyeri area reproduksi menjalar ke perut dan kaki
4. Penyakit sekarang
Ny.J berusia 45 tahun alamat di Jombang datang ke RS.Jombang bersama
Suaminya Tn.L usia 50 tahun. Ny J mengeluh nyeri area vagina menjalar ke
perut hingga ke kaki. Nyeri dirsakan sejak 5 hari yang lalu disertai
amenorrhea 1,5 bulan, keputihan berwarna keruh dan agak berbau
P : Pasien mengatakan nyeri area genetalia menjalar ke perut dan kaki
Q : Terasa tertusuk
R : Pada area genetalia menjalar ke perut dan kaki
S :7
15
Inspeksi: Tidak ada secret / ingus, tidak mengalami epistaksis,
tidak polip, tidak ada oedem pada mukosa.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
b. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tidak sianosis
c. Leher
Inspeksi : Tidak ada trakheostomi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
d. Faring
Inspeksi : Tidak kemerahan, tidak ada oedem / tanda-tanda
infeksi,
e. Area dada
Inspeksi : Pola nafa snormal dan tidak adanya penarikan otot
intercosta
Palpasi : Tidak ada Nyeri tekan
Perkusi : Bunyi resonan
Auskultasi : Tidak ada ronchi dan wheezing
2. Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
Anamnesa : pasien mengatakan tidak ada keluhan pada jantungya
a. Wajah
Inspeksi : Wajah tampak pucat, konjungtiva anemis
Leher
Inspeksi : Tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : Arteri carotis communis teraba kuat
b. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Letak ictus cordis pada ICS 4-5
Perkusi : Bunyi pekak pada batas jantung
Auskultasi : bunyi Bj1 dan bj2 tunggal
c. Ekstermitas atas
Inspeksi : Tidak sianosis
16
Palpasai : Suhu akral normal
d. Ekstermitas bawah
Inspeksi : Tidak ada sianosis maupun oedem
Palpasi : Suhu akral normal
3. Sistem persyarafan
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem persyarafan
a. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : Pasien dapat membedakan
bau bauan
b. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : Tidak ada katarak, infeksi
konjungtiva atau infeksi lainya, pasien dapat melihat dengan
jelas tanpa menggunakan kaca mata
c. Uji nervus III oculomotorius : Tidak ada edema kelopak mata,
hipermi konjungtiva, hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis),
celah mata sempit (endophthalmus), dan bola mata menonjol
(exophthalmus)
d. Nervus IV toklearis : Ukuran pupil normal
e. Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : Pasien dapat
membuka dan menutup mulut
f. Nervus VI abdusen : Tidak ada strabismus (juling), gerakan
mata normal
g. Uji nervus VII facialis : Pasien dapat menggembungkan pipi,
dan menaikkan dan menurunkan alis mata
h. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : Pasien dapat mendengar
kata kata dengan baik
i. Nervus IX glosoparingeal : Terdapat reflek muntah
j. Nervus X vagus : Dapat menggerakan lidah
k. Nervus XI aksesorius : Dapat menggeleng dan menoleh kekiri
kanan, dan mengangkat bahu
l. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : Dapat menjulurkan lidah.
Pemeriksaan Reflek fisiologis : Normal, tidak ada gangguan.
Pemeriksaan reflek patologis : Normal, tidak ada gangguan.
17
GCS (Glasgow Coma Scale) :
Eye/membuka mata (E) : 4
Motorik (M) : 6
Verbal/bicara (V) : 5
4. Sistem perkemihan
Anamnesa : pasien mengatakan untuk BAK nyeri
Genetalia eksterna
Inspeksi : odema, tidak ada tanda–tanda infeksi, Palpasi : Tidak
ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Kandung kemih
Inspeksi : Tidak ada massa/ benjolan, tidak ada pembesaran
kandung kemih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Ginjal
Inspeksi : Tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas
umbilikus
Perkusi : Tidak ada nyeri ketok
5. Sistem pencernaan
Anamnesa : pasien mengatakan 1 kali BAB perhari
a. Mulut
Inspeksi : Tidak ada sianosis, pada gigi terdapat adanya plak,
jumlah gigi 28 buah, dan mengalami caries di beberapa gigi
bagian bawah.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b. Lidah
Inspeksi : Tidak ada tremor, lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada oedema
c. Faring
Inspeksi : Tidak hiperemi
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar
18
d. Abdomen
Inspeksi:tidak distensi abdomen
Palpasi : ada nyeri tekan
Perkusi : ada nyeri, tymphani
Auskultasi : bising usus hiperaktif
19
4) Genetalia
Inspeksi : Penyebaran bulu pubis merata
Palpasi : Tidak ada benjolan
5) Ekstermitas bawah
Inspeksi : Tidak ada odema
8. Sistem Reproduksi
Anamnesa : nyeri area genetalia dan perut
1. Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan
2. Axila
Inspeksi : Tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak ada benjolan
3. Abdomen
Inspeksi : sedikit membuncit, distensi abdomen
Palpasi :nyeri tekan pada abdomen, teraba massa pada
abdomen
4. Genetalia
Inspeksi :, ada tanda-tanda infeksi,mengeluarkan bau kurang
sedap
20
4.2 Analisa Data
21
ASSESSMENT Subjektive data entry Objektive data Entry
Pasien mengeluh nyeri area TD : 130/90
reproduksi menjalar ke perut, mmHg
amenorrhea 1,5 RR :24x/menit
bulan,keputihan berwarna Nadi :100
keruh dan agak berbau x/menit
Dengan skala nyeri : Suhu :370C
P : Pasien mengatakan nyeri Pasien tampak
area genetalia menjalar ke gelisah
perut dan kaki , Ekspresi wajah
Q : Terasa tertusuk merintih
R : Pada area genetalia kesakitan
menjalar ke perut dan kaki
S :7
T : Pada saat aktivitas dan
istirahat
22
4.3 Intervensi Keperawatan
NIC NOC
23
menghilangkan nyeri.
Rasional : dapat
menunjukan factor
pencetus/pemberat.
2.Action
Berikan posisi yang
nyaman sesuai
kebutuhan pasien
Rasional :
Memberikan rasa
nyaman pada pasien,
meningkatkan
relaksasi, dan
membantu pasien
untuk memfokuskan
kembali perhatiannya.
Tingkatkan tirah
baring, bantulah
kebutuhan perawatan
diri yang penting
Rasional :
Menurunkan gerakan
yang dapat
meningkatkan nyeri
Ajarkan pasien teknik
relaksasi/napas dalam.
Rasional : efektif untuk
meminimalkan nyeri.
3.Kolaborasi
Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian analgesik
Rasional: untuk
24
mengurangi nyeri
secara farmakologi
4. Health Education
Anjurkan kelurga klien
untuk mendampingi
klien
Rasional :
menigkatkan rasa
kenyamanan pasien
Jelaskan pembatasan
aktivitas pada pasien
Rasional : pemahaman
pasien membantu
dalam upaya untuk
bekerja sama.
25
4.4 Implementasi Keperawatan
26
3 22 Oktober 2017 1. Mengoservasi nyeri pasien
Hasil : nyeri skala 6 di daerah perut
kebawah
2. Mengukur TTV
Hasil TD : 140/80 RR 22x/menit S:
37 C N 80 x/menit
3. Memposisikan pasien nyaman
Hasil : posisi semi fowler, pasien
merasakan nyaman
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesik
27
4.5 Evaluasi Keperawatan
28
9. Melakukan TTV
10. Melakukan terapi pengobatan
kolaborasi
11. Melakukan Tehnik distraksi
relaksasi
29
BAB V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang berbentuk dari
lapisan terluar dari ovarium (Replubika Online, Zubair Djoerban). Penyebab kista
ovarium belum diketahui secara pasti.
Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium :Perut
terasa penuh, berat, kembung,tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air
kecil),haid tidak teratur,nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar
ke punggung bawah dan paha,nyeri sanggama,mual, ingin muntah, atau pengerasan
payudara mirip seperti pada saat hamil.
Penanganan kista ovarium bila diameter kurang dari scan hanya dilakukan menunggu
2 sampai 3 bulan untuk pemeriksaan ginekologik berulang. Bila kista dengan diameter
lebih dari 5 cm atau ada komplikasi perlu dilakukan pengangkatan ovarium bisanya
diserta dengan pengangkatan tuba (salpingo ooforektomi). Jika terdapat keganasan
operasi yang tepat adalah histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral.
4.2 Saran
Dari informasi yang terdapat pada makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien yang sesuai
dengan tanda dan gejala yang ada pada pasien tersebut. Penulis juga berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Informasi yang terdapat pada makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca tentang penyakit Kista Ovarium.
30
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/96911314/Asuhan-Keperawatan-Kista-Ovarium
Achadiat, crhisdiono. 1996. Tumor-tumor Ovarium Bordeline. Klaten : Cermin Dunia
Kedokteran.
Djoerban, Zubairi. 2008. Kista Ovarium. Jakarta : Republika Online.
Hartini. 2008. Kista, Tumor, dan Kanker Ovarium Berhubungan Erat dengan Tingkat
Kesuburan yang Rendah. www.kista ovarium.com.
Nasdaly. 2008. Jenis-jenis Kista Ovarium. Jakarta : Staf Medic Fungsional
31