Vous êtes sur la page 1sur 44

LAPORAN PENDAHULUAN

ASKEP KELUARGA DENGAN ASMA BRONKHIAL

A. Konsep Dasar Keluarga


1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. (Depkes RI 1988).
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam
suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masing-
masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Salvicion G bailon dan
Aracelis Maglaya 1989).
Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil masyarakat
b. Terdiri dari dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f. Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga
g. Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing.
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan.

2. Type keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
suami atau istri

4. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lngkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, social dan spiritual
5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih saying dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk memnuhi kebutuhan
keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilkinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

6. Ciri – Ciri Keluarga


a. Diikat dalam suatu tali perkawinan
b. Ada hubungan darah
c. Ada ikatan batin
d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya
e. Ada pengambil keputusan
f. Kerjasama diantara anggota keluarga
g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga
h. Tinggal dalam suatu rumah.

7. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga


Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut :
a. Tahap pembentukan keluarga
Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga
b. Tahap menjelang kelahiran anak
Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus,
melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang
sangat dinantikan.
c. Tahap menghadapi bayi
Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak,
karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orangtuanya.
Dan kondisinya masih sangat lemah.
d. Tahap menghadapi anak prasekolah
Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul
dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak
mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitive
terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-
norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma social budaya dan sebagainya.
e. Tahap menghadapi anak sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk
mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol
tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak.
f. Tahap menghadapi anak remaja
Tahap ini adalah tahap yan paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari
identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua
orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengerti antara kedua orangtua
dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan.
g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat
Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka
tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya
yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga
h. Tahap berdua kembali
i. Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami
istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat
menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.
j. Tahap masa tua
k. Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orangtua mempersiapkan diri untuk
meninggalkan dunia yang fana ini.
8. Tugas – Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut :
a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-
masing
d. Sosialisasi antar anggota keluarga
e. Pengaturan jumlah anggota keluarga
f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga
g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga

9. Tugas –Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan


Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara. Freeman (1981) membagi5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh
keluarga, yaitu :
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya
b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggota keluarga
e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga-lembaga
kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang
ada.

10. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas utama
adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan,
meliputi:
a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut
:
1) Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah
2) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri
3) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit keturunan
b. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil
1) Umur ibu (16 tahun atau lebih 35 tahun)
2) Menderita kekurangan gizi/anemia, hipertensi
3) Primipara atau multipara
4) Riwayat persalinan dengan komplikasi
c. Keluarga dimana anak manjadi risiko tinggi, karena :
1) Lahir premature/BBLR
2) Berat badan sukar naik
3) Lahir dengan cacat bawaan
4) ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi
5) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya.
d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga
1) Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan
2) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga sehingga sering timbul
cekcok dan ketegangan
3) Ada anggota keluarga yang sering sakit

B. Konsep Dasar Penyakit Asma


1. Pengertian Asma
Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru meradang
hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus (pemicu) yang menyebabkan jalan udara
menyempit hingga aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas dan bunyi
napas mengikik (Professor Jon Ayres, 2003).
Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan napas,
inflamasi jalan napas dan jalan napas yang hiperresponsif atau spasme otot polos
bronchial. (Cecily,2002)
Sistem pernafasan meliputi :
a. Rongga hidung : yang menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara inspirasi.
b. Laring (Adam’s apple atau jakun) : yang berperan untuk pembentukan suara dan untuk
melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan karena ini dapat
menyebabkan batuk bila terangsang.
c. Trakea yang bercabang menjadi dua bronkus
d. Saluran utama bronkus
Merupakan percabangan trakea bercabang menjadi bagian kanan dan kiri.
Panjang kira-kra 5cm, diameter 11-13 mm. Struktur lapisan mukosa bronkus
sama dengan trakea. Bronkus bercabang-cabang menjadi bronkeolus. Bronkiolus
tidak mempunyai tulang rawan. Bronkiolus berakhir pada kantung udara
(alveolus).
e. Alveolus
Terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil terdiri atas selapis sel
epitel pipih dan banyak bermuara kapiler darah yang memungkinkan terjadinya
pertukaran gas.
f. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen dipungut
melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas oksigen masuk melalui trakea
dan pada pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di
dalam kapiler pulmonalis. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen
menembus membran, diambil oleh sel darah merah dan dibawa ke jantung dan
dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paru-paru, karbondioksida
merupakan hasil buang metabolisme, menembus membran alveoli, dari kapiler
darah ke alveoli dan setelah melalui membran pipa bronkhial dan trakea, dikeluar
melalui hidung dan mulut.
g. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner :
1) Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan
udara luar.
2) Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh,
karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru.
3) Distribusi arus udara dan arus darah.
4) Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler, CO2 lebih mudah
berdifusi dari pada O2. (Pearce, Ec, 2000).

2. Klasifikasi Derajat Asma


Klasifikasi Derajat Asma
Derajat Asma Gejala Gejala Malam
1. Gejala < 1x/minggu
2. Tanpa gejala di luar
INTERMITEN serangan
≤ 2 kali sebulan
Mingguan 3. Serangan singkat
4. Fungsi paru asimtomatik
dan normal luar serangan
1. Gejala > 1x/minggu tapi <
1x/hari
PERSISTEN RINGAN
2. Serangan dapat >2 kali seminggu
Mingguan
mengganggu aktivitas dan
tidur
1. Gejala harian
2. Menggunakan obat setiap
hari
PERSISTEN SEDANG
3. Serangan mengganggu >sekali seminggu
Harian
aktivitas dan tidur
4. Serangan 2x/minggu, bisa
berhari-hari
PERSISTEN BERAT 1. Gejala terus-menerus
Sering
Kontinu 2. Aktivitas fisik terbatas
3. Etiologi Asma
Ada beberapa faktor predisposisi dan predispetasi timbulnya serangan asma bronchial
yang dapat digolongkan pada 2 faktor terdiri dari :.
a. Faktor predisposisi, meliputi :
1) Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penularannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
ada bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchial
jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor Presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
Ex : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut
Ex : makanan dan obat-obatan
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
Ex : perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi timbulnya
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Selain itu juga kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti
musim hujan, musim kemarau, musim bunga, arah angina serbuk bunga serta debu.
3) Stress
Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang
timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan
emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena
jika stressnya belum teratasi maka gejala asmanya belum bisa diobati
4) Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja juga mempunyai hubungan langsung dengan sebab
terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja.
Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, terkena bulu-bulu
binatang industry tekstil, pabrik abses, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik
pada waktu libur atau cuti
5) Olahraga / aktivitas jasmani yang berat
Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olahraga yang berat, seperti lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma kerena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.

4. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas
bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun dengan
pengobatan.
Gejala-gejala asma antara lain :
a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
b. Batuk produktif, sering terjadi pada malam hari
c. Napas atau dada seperti tertekan
d. Pasien menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas dan mungkin membungkuk ke
depan untuk bernafas dengan lebih baik.
e. Dispnea dengan ekspirasi memanjang
f. Cuping hidung melebar
g. Sianosis
h. Ansietas, iritabilitas sampai penurunan tingkat kesadaran.
Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada
malam hari.
Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu :
 Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan dan spora jamur.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya satu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
 Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronchitis kronik dan emfisema.
 Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergi dan non-alergi
5. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah
besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan pengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun ekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel ches
Pelepasan
Pencetus:
mediator
 Alergen Respon
humoral:
 Cuaca imun
 Histamine
 Emosi menjadi
aktif  SRS-A
 Olah raga
 Serotonin
 Kinin

 Broncos
 Edema mukosa
Penghambat
 Sekresi
kostikosteroid
meningkat
 inflamasi
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
 Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
 Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
 Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
 Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
 Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
 Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
 Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeks
 Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan

7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
 Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
 Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
 Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
 Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
 Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu
:
 Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
 Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (
Right bundle branch block).
 Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

8. Komplikasi
a. Status asmatikus
b. Pneumonia
c. Pneumothoraks
d. Emfisema kronik
e. Gagal nafas
f. Bronchitis
g. Fraktur iga
h. Kematian

9. Pencegahan
Diharapkan dengan mencegah dan mengendalikan faktor pencetus serangan asma
makin berkurang atau derajat asma semakin ringan. Pada dasarnya obat-obat anti
asma dipakai untuk mencegah dan mengendalikan gejala asma.
a. Pencegahan (controller) yaitu obat yang dipakai setiap hari, dengan tujuan agar gejala
asma persisten tetap terkendali.
b. Penghilang gejala (reliever) yaitu obat penghilang gejala yang dapat merelaksasi
bronkontruksi dan gejala-gejala yang menyertainya segera.
10. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah kekambuhan
b. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
c. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
d. Menghindari efek samping obat asma
e. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel
Strategi pengobatan pada asma bronchial terbagi 2, yaitu :
1) Pengobatan non farmakologik :
a) Memberikan penyuluhan
b) Menghindari faktor pencetus
c) Pemberian cairan
d) Fisioterapi
e) Beri O2 bila perlu
2) Pengobatan farmakologik :
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
a) Pengobatan non farmakologik:
 Memberikan penyuluhan
 Menghindari faktor pencetus
 Pemberian cairan
 Fisiotherapy
 Beri O2 bila perlu.

1) Pengobatan farmakologik :
 Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
 Orsiprenalin (Alupent)
 Fenoterol (berotec)
 Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
 Aminofilin (Amicam supp)
 Aminofilin (Euphilin Retard)
 Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan impatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh
darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering)
 Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
 Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberika secara oral.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
diajukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan
sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana/penyalur. (effendy1998:38)
Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting dalam upaya
menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik sebagai sasaran keluarga sendiri ,
sasaran individu maupun sasaran kelompok bahkan sasaran yang lebih luas yaitu
masyarakat.
Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama lainnya
dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan
dari tahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut:
1. Pengkajian
Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan
klien dan keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial,
yang merupakan sistem yang berintegrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya.
Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber informasi dari anggota
keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga dan biasanya adalah ibu.
Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari pengambilan
keputusan dalam keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang
orangtua. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :
a. Wawancara
Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental,
sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya.
b. Observasi
Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah dianggap
cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan
fisik, misalnya ventilasi, penerangan, keberhasilan dan sebagainya.
c. Studi Dokumentasi
Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa, diantaranya
melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lain.
d. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya kehamilan dan tanda-tanda
penyakit. Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Data Umum
a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga
b) Tipe keluarga
c) Suku bangsa dan agama
d) Status sosial ekonomi keluarga
e) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
a) Tahap perkembangan keluarga
b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c) Riwayat kesehatan keluarga inti
3) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e) Sistem pendukung keluarga
4) Struktur keluarga
a) Struktur peran
b) Nilai dan norma keluarga
c) Pola komunikasi keluarga
d) Struktur kekuatan keluarga
5) Fungsi keluarga
a) Fungsi ekonomi
b) Fungsi mendapatkan status sosial
c) Fungsi pendidikan
d) Fungsi sosialisasi
e) Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan :
 Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa kesehatan
 Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
mengenal tindakan kesehatan yang tepat
 Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
 Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi
lingkungan rumah yang sehat
 Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan dimasyarakat
f) Fungsi religious
g) Fungsi rekreasi
h) Fungsi reproduksi
i) Fungsi afeksi
6) Stress dan koping keluarga
a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
c) Strategi koping yang digunakan
d) Disfungsi strategi adaptasi
7) Pemeriksaan keluarga
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga meliputi pemeriksaan
kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang perlu.
8) Harapan keluarga
Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas kesehatan) untuk
membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan
dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan
pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, nilai, norma,
kultur yang dianut oleh keluarga mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan
keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Yang termasuk didalamnya adalah :
1) Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa
2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan normal.
b. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) adalah masa keperawatan yang belum
terjadi tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan
cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan keluarga ketika keluarga
telah mampu memenuhi kemampuan kesehatannya dan mempunyai suumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

3. Prioritas Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan pada beberapa criteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi:
1) Keadaan tidak atau kurang sehat
2) Ancaman kesehatan
3) Keadaan sejahtera
b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan
kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani
masalah
2) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
3) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu
4) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan
dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan. Yang perlu
diperhatikan:
1) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
2) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
3) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi
parah
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal
beratnya dan diatasi melalui intervensi keperawatan, perawat perlu menilai persepsi
atau bagaimana keluarga menilai masalah keluarga tersebut. Dalam menentukan
prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai
berikut:
Tabel 2.2
Tabel Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
No. Kriteria Nilai Bobot
Sifat masalah 1
Skala : Ancaman kesehatan 2
1
Tidak atau kurang sehat 3
Krisis 1
Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2
2
Skala : dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
Potensi masalah dapat dicegah tinggi 1
Skala : tinggi 3
3
Cukup 2
Rendah 1
Menonjolnya masalah 1
Skala : masalah berat harus ditangani 2
4
Masalah tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

Skoring :
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot
c) Jumlah skor untuk semua kriteria
d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

4. Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan


a. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena:
1) Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta
2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui
3) Sifat dan falsafah hidup
b. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang
tepat, disebabkan karena:
1) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah
2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol
3) Keluarga tidak sanggup mememcahkan masalah karena kurang pengetahuan dan
kurangnya sumber daya manusia.
4) Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga
5) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
6) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada
7) Takut dari akibat tindakan
8) Sikap negative terhadap masalah kesehatan
9) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
10) Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena:
1) Tidak mengetahui keadaan penyakit
2) Tidak mengetahui tentang perawatan yang dibutuhkan
3) Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
4) Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam keluarga.
5) Konflik
6) Sikap dan pandangan hidup
d. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan
dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena:
1) Sumber keluarga tidak cukup
2) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara kebersihan rumah
3) Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan
4) Sikap dan pandangan hidup
5) Ketidak kompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada
kesepakatan, acuh terhadap yang mempunyai masalah
e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan,
disebabkan karena:
1) Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
2) Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
3) Kurang percaya pada petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
4) Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
5) Rasa takut pada akibat dari tindakan

5. Perencanaan Keperawatan Keluarga


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan / keperawatan
yang telah diidentifikasikan (Effendy, 1995).
Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma meliputi kegiatan
yang bertujuan:
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan
kebutuhan kesehatan.
Tujuan: Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Asma
Intervensi:
 Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma, faktor pencetus,
tanda dan gejala, serta penanganannya.
 Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan
 Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat
Tujuan: Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat
Intervensi:
 Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya masalah
 Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang tepat
 Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan
pemilihan tindakan yang tepat.
c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit.
Tujuan: Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang
mengalami asma
Intervensi:
 Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma
 Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi
 Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat
 Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan
 Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya
d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan keluarga
Tujuan: Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang
proses penyembuhan dan pencegahan asma.
Intervensi:
 Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang berpengaruh untuk
menunjang proses penyembuhan asma
 Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan lingkungan yang
dapat menunjang proses pencegahan dan penyembuhan penyakit asma.
 Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan.
e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungannya.
Tujuan: Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengobati
penyakit asma
Intervensi: Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada untuk
pemeriksaan dan pengobatan Asma

6. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun.
Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam
memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah :
a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
c. Tidak mau mengatasi situasi
d. Adat istiadat yang berlaku
e. Mempertahankan suatu pola tingkah laku
f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran
g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan
Faktor lain yang bersumber dari perawat:
a. Menggunakan pola pendekatan yang tidak tepat (kaku)
b. Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya
c. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga:
a. Sumber daya keluarga (keuangan) dan tingkat pendidikan keluarga
b. Adat istiadat yang berlaku
c. Respon dalam penerimaan keluarga
d. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

7. Evaluasi
Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dan
kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi
tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana perawatan yang baru.
Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga
penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Asma diharapkan :
a. Keluarga mampu mengenal masalah Asma
b. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat
c. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang penyembuhan dan
pencegahan penyakit Asma
e. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
penatalaksanaan Asma
ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA

I. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. M
2. Alamat dan No. Telp : Dusun Dawuan 1 rt 03 rw 04
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Supir
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMP
5. Komposisi Keluarga
Hubun pe Status Imunisasi
Nam gan Um ker TT
Pddkn

Canp-ak
Jk ket

PPT-Hb

Polio
BCG
a dengan ur jaa 0-7
WU BUM
Hb
Hb
>7
KK n S IL
Tn. Lk Kep 48 smp So - - - - - - - - -
M keluarg th pir
a
Ny. Pr Istri 46 Sm Ibu - - - - - - - - -
Y th p R/
T
An. Lk anak 25 SM buru - - - - - - - -
D th P h
An. Lk anak 23 SM - - - - - - - - -
B th U
An. Lk anak 17 SM - - - - - - - - - -
R th U

Genogram

Tn. M Ny.Y
48 th 46 th
An.D, An. B An.R
25 th 23 th 17 th

Ket:

: meninggal : serumah

: perempuan : garis keturunan

: Laki-laki : menikah

1 Tipe Keluarga.
Tipe kelurga Tn. M adalah tipe keluarga tradisional dengan keluarga inti yang
terdiri dari ayah, ibu dan tiga orang anaknya yang sudah dewasa, satu orang anak
bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan bantu keluarga , dan anak yang
bungsu masih sekolah.

2 Suku Bangsa.
Keluarga Tn. M adalah dari suku minang. Pada keluarga Tn M terdapat
kebiasan makan yang pedas dan bersantan.

3 Agama.
Agama yang dianut oleh Tn. M beserta keluarga adalah Islam. Keluarga Tn. M
biasanya melakukan shalat 5 waktu dirumah. Tn. M dan Ny. Y jarang melaksanakan
shalat berjamaah, Tn M kurang aktif didalam kegiatan mushalla dan juga jarang ikut
dalam kepengurusan mushalla. Namun agama tetap menjadi sumber kekuatan bagi
keluarga.

4 Status Sosial Ekonomi.


Tn. M adalah Kepala keluarga dan seorang supir dan Ny. Y adalah seorang ibu
rumah tangga. Tn. M kepala keluarga dengan penghasilan ± Rp 2.500.000,-/bulan,
penghasilan berfokus pada pembiayaan kebutuhan sehari-hari, Tn M juga
menyisihkan sebagian dari pendapatannya perhari yang bisa digunakan untuk
kebutuhan mendadak dan untuk pengobatan anggota keluarga yang sakit, keluarga
menerima kartu JKN.
5 Aktivitas rekreasi kelurga.
Keluarga Tn.M tidak mempunyai aktivitas rekreasi yang tidak terjadwal, karena
Tn.M bekerja hari, adapun aktivitas rekreasi keluarga Tn. M berupa berkumpul
dengan anggota keluarga lain, setiap waktu senggang Tn M duduk-duduk di ruang
tamu sambil bercerita ringan dan menonton TV.
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA.
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini.
Tahap perkembangan keluarga Tn. M saat ini adalah tahap perkembangan
keluarga dengan dewasa awal dengan tugas perkembangan sebagai berikut :
1. Persiapan menjadi orang tua .
2. Adapatasi dengan perubahan anggota keluarga peran, interaksi, hubungan
seksual dan kegiatan .
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.


Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah memenuhi
kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga, karena anggota keluarga seperti Tn. M
mempunyai penyakit asma.

c. Riwayat keluarga inti


Ny. Y mengatakan belakangan ini penyakit asma Tn.M sering kumat , Ny. Y
mengatakan jika serangan sesak datang hanya minum obat asma yang di beli di
warung , apabila obat warung tidak bisa mengurangi serangan asma baru Tn.M
memeriksakan dirinya ke puskesmas. Anak pertama dan kedua tidak ada
mengeluhkan sakit. Anak yang ketiga menderita deman dan sudah berobat ke
Puskesmas.
d. Riwayat keluarga sebelumnya.
- Tn. M mengatakan bahwa keluarganya memiliki riwayat penyakit asma. Ibu Tn.
M sudah meninggal beberapa tahun lalu karena penyakit asma dan lanjut usia.
- Ny. N mengatakan Bapaknya menderita penyakit Hipertensi semenjak beberapa
tahun yang lalu.
III. Riwayat Kesehatan Lingkungan
1. Karakteristik rumah

Rumah yang dimiliki oleh Tn. M dan Ny. Y adalah rumah permanen. dengan
luas 7 x 6 .Rumah tersebut milik pribadi Tn M yang terdiri dari ruang tamu, 3 kamar
tidur, 1 buah (dapur tungku dan dapur kompor), dinding rumah dari batu bata yang
sudah dicor dengan semen yang dinding sudah di cat.
Mereka menggunakan lampu listrik sebagai penerangan. Peralatan yang ada
dirumah Tn. M diantaranya : 1 set kursi tamu, lemari, kasur dan termpat tidur serta
peralatan rumah tangga. Terlihat keluarga menggunakan TV dan tape sebagai media
informasi dan untuk hiburan anak-anak..
Untuk penyedia air bersih berasal dari sumur gali. Keluarga mengatakan
sampah yang sudah dikumpul dan dibakar. Air pembuangan limbah di buang ke got
di depan rumah dan pembuangan dikamar mandi ke septik tank .Kebersihan rumah
lumayan bersih termasuk perkarangan rumah dan di depan rumah juga terdapat
bunga sebagai hiasan rumah Tn. M, Didepan perkarangan rumah ada jalan dan
diseberangnya adalah halaman rumah tetangga dari Tn. M
Denah rumah :

Kamar Dapur Kamar


Anak Mandi

Ruang
Kamar
Anak
Makan

Kamar Ruang
Utama Tamu

2. Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW


Hubungan keluarga Tn.M dengan tetangga berjalan baik tipe komunitas
sifatnya heterogen namun dominan bersuku minang. Sebagian besar komunitas RW
adalah penduduk asli berprofesi sebagai wiraswasta akan tatapi Tn.M adalah sopir
3. Mobilitas Geografis
Keluarga Tn.M tinggal di daerah ini sudah 15 tahun, sebelumnya Tn M tinggal
di Kalijati. kemudian Tn M pindah ke Dawuan karena pekerjaan sekarang lebih baik
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
4. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn.M berinteraksi yang lebih sering pada sore dan pagi hari dimana
anggota keluarga dapat berkumpul secara utuh setelah kesibukan mereka pada siang
hari, Aktivitas yang dilakukan biasanya menonton TV. Hubungan keluarga Tn.M
dengan keluarga besar dari pihak Tn.M sendiri ataupun pihak istri berjalan baik dan
saling mengunjungi sedangkan dengan masyarakat di lingkungan rumahnya, Ny. Y
cukup aktif dalam kegiatan pengajian bulan dan sering berinteraksi dengan tetangga
dekatnya

2. Sistem Pendukung Keluarga.


Tn.M mempunyai istri yang menyayanginya dan tiga orang anak, walaupun
hanya tinggal berempat tapi Tn. M selau berusaha menjaga keharmonisan dalam
keluarganya
a. Struktur Keluarga
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga Tn M mempunyai pola komunikasi yang baik, terbuka dan dua arah
dengan menggunakan bahasa Minang Anggota keluarga mengutarakan keinginan
dan perasaannya dengan mendiskusikan dan memberikan umpan balik yang tepat
tidak ada pola komunikasi disfungsional yang ditemukan dalam keluarga Tn M
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Tn M merupakan pemegang kendali rumah tangga yang berperan sebagai
kepala keluarga, proses pengambilan keputusan dengan cara musyawarah antara Tn
M, Ny. Y dan anak mereka.
Tn M dan Ny. Y mengendalikan pendapatan untuk digunakan sebagai
pengeluaran rumah tangga dan pengeluaran wajib seperti tagihan listrik dan biaya
yang tidak terduga lainnya.
3. Struktur Peran
Tn M berperan sebagai bapak dan juga sebagai kepala keluarga dan bertindak
sebagai pencari nafkah. Ny.Y berperan sebagai ibu rumah tangga yang ikut bertugas
merawat anak mereka..Sedangkan anak pertama kadang ikut membantu keluarga.
Anak kedua membantu pekerjaan Ny.Y dan anak ketiga sebagai pelajar.
.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga Tn.M menganggap nilai dan norma sesuai dengan yang ada di
masyarakat seperti jam tamu sampai jam 21.00 WIB. Selain berobat ke Pelayana
kesehatan , Tn.M mengatakan percaya dan pergi ke dukun/ paranormal.

V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Efektif
Tn.M dan Ny. Y mengatakan sangat bahagia dengan perkawinan mereka,
jarang sekali ada pertengkaran dan apabila ada kesalah pahaman langsung
dibicarakan/ dimusyawarahkan bersama.
Tn.M dan Ny. Y mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak –
anak, Tn.M sangat menyayangi istri dan anaknya.
2. Fungsi Sosialisasi
Tn.M dan Ny.Y bertanggung jawab merawat dan membesarkan anaknya dan
juga memberi perhatian kepada lingkungan sekitar, keluarga mudah berinteraksi dan
beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Praktik Diit Keluarga
Keluarga sering mengkonsumsi makanan pedas dan bersantan, jarang
mengkonsumsi sayur dan buah tiap hari .

b. Kebiasaan tidur keluarga


Kebiasaan tidur Tn.M sering tidur agak larut dan kadang terganggu apabila asma
kambuh. Ny. Y tidur sekitar jam 09.00 malam, tapi anak-anak ada yang tidur
agak larut karena menonton TV.

c. Latihan fisik
Kegiatan Latihan fisik keluarga Tn. M jarang kecuali Ny.Y yang kadang jalan
pagi dan melakukan aktivitas rumah tangga.

d. Kebiasaan Penggunaan obat – Obatan


Kebiasaan keluarga kalau sakit, Ny.Y dan anak- anak pergi berobat ke
puskesmas, Sedangkan Tn.M karena bekerja sering membeli obat di warung dan
hanya kadang kadang pergi berobat ke Puskesmas.

e. Peran Kelurga dalam pratik perawatan diri.


Tn. M mengatakan dadanya sesak, susah untuk bernapas, terutama bila Tn.M
kelelahan. Tn. M mengatakan susah tidur. Ny.Y mengatakan jika serangan sesak
datang hanya minum obat asma yang di beli di warung . Keluarga Tn.M
mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya. Ny.Y mengatakan hanya
mengetahui sedikit tentang perawatan penyakitnya ini, seperti jangan terlalu lelah
dan menjauhi faktor penyebab asma kembali.
f. Tingkatan preventif Dasar
Tn.M mengatakan hanya mengetahui sedikit tentang perawatan penyakitnya ini,
seperti jangan terlalu lelah dan kena dingin, tapi karena pekerjaan sebagai supir
sering terkena faktor penyebab tersebut dan apabila asmanya kambuh membeli
obat di warung.

g. Praktik Keperawatn gigi


Keluarga Tn.M dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut melakukan sikat gigi 2
kali sehari setelah bangun tidur dan waktu mandi di sore hari.
h. Pelayanan Perawatan Gawat darurat.
Tn.M mengatakan sejak kecil ia sudah menderita penyakit asma, Tn.M masih
dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti bekerja. Tn.M jarang memeriksakan
kesehatannya ke dokter tetapi hanya membeli obat di warung, karena Tn M
merasa masih dapat mengatasi keadaan disaat serangan asma itu kambuh, akan
tetapi pada usia 15 tahun Tn. M pernah dirawat karena penyakit asmanya,Tn.M
juga mengatakan bahwa salah satu anggota keluargan yaitu Ibunya juga
menderita penyakit yang sama seperti Tn. M.

i. Sumber Pembiayaan
Keluarga Tn.M dapat kartu JKN dari pemerintah, hanya Ny.Y dan anak-anak
yang sering menggunakan, sedangkan Tn.M jarang menggunakan karena tidak
ada berobat ke Puskesmas karena harus bekerja.

4. Fungsi Reproduksi
Tn.M mempunyai istri Ny. Y dan 3 orang anak. Ny.Y memakai alat
kontrasepsi suntik sampai saat ini. Siklus haid Ny.Y kurang teratur pada tiap
bulannya dan belum memasuki masa menopause.Ny.Y pernah konsultasi ke bidan di
puskesmas , hal itu karena pengaruh suntik yang menggunakan hormon disarankan
menggunakan spiral tapi merasa takut.

5. Fungsi Ekonomi
Tn.M dan Ny.Y dapat mengatur keuangan dengan baik, keluarga mampu
memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan jasa kebutuhan lainnya seperti peralatan
rumah tangga yang lengkap serta transportasi.

VI. Stres dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek:
Perubahan dalam kesehatan seperti Tn.M sering merasakan sesak pada dadanya,
susah untuk beristirahat dan untuk tidur di malam .
b. Stressor jangka panjang
Tn.M bingung bila asmanya kambuh dan mengganggu pekerjaan untuk membiayai kelurg
c. Kemampuan Keluarga Berespons.
Terhadap stressor jangka pendek keluarga membawa Tn.M ke praktek Puskesmas
apabila obat yang di beli diwarung tidak dapat mengatasi serangan asma. Biasanya
keluarga mendiskusikan masalah yang dihadapi anggota keluarga lain.
d. Strategi Koping yang Digunakan.
Keluarga menggunakan sistem dukungan sosialnya dan keluarga besar jika
memanfaatkan pusat pelayanan kesehatan seperti rumah sakit. Sedangkan jika ada
masalah keluarga berusaha mengkomunikasikan bersama.
e. Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga menyelesaikan masalahnya dengan baik dan mengatasinya agar tidak
menjadi berlanjut, keluarga selalu terbuka satu sama lain.

VII. Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan yang Ada.


Harapan keluarga terhadap kesehatan yang ada yaitu agar masalah tersebut bisa
diatasi tanpa gangguan kesehatan dan keluarga dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
Harapan keluarga terhadap kunjungan perawat keluarga adalah membantu
keluarga mengatasi masalah kesehatan yang terjadi dan dapat memberikan solusi yang
tepat terhadap masalah kesehatan, dan jasa dengan adanya kunjungan rumah tersebut
keluarga berharap dapat menambah pengetahuan mereka tentang kesehatan.
Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Fisik Tn.M Ny.Y An.D An.B An.R
1. Keadaan Umum TB : 166 cm TB : 151 cm TB : 165 cm TB : 165 cm TB : 170cm
BB : 62 kg BB : 40 kg BB : 58 kg BB : 58 kg BB : 56 kg
Lila: 26 cm Lila: 28 cm Lila: 28 cm Lila: 28 cm Lila: 27 cm

- Kepala Benjolan (-), lesi (-) Benjolan (-), lesi (-) Benjolan (-), lesi (-) Benjolan (-), lesi (-) Benjolan (-), lesi (-)

- Rambut Ikal, tidak rontok Lurus, rontok sedikit Lurus, rontok sedikit Lurus, rontok sedikit Ikal, rontok sedikit

- Mata Konjunctiva tidak Konjunctiva tidak Konjunctiva tidak anemis Konjunctiva tidak Konjunctiva tidak anemis
anemis sklera tidak anemis sklera tidak sklera tidak ikterik, anemis sklera tidak sklera tidak ikterik,
ikterik, penglihatan ikterik, penglihatan penglihatan baik. ikterik, penglihatan penglihatan baik.
baik. baik. baik.

- Telinga Cerumen (-), Cerumen (-), Cerumen (-), pendengaran Cerumen (-), Cerumen (-), pendengaran
pendengaran baik. pendengaran baik. baik. pendengaran baik. baik.

- Hidung Polip (-), sinusitis (-), Polip (-), sinusitis (-), Polip (-), sinusitis (-), Polip (-), sinusitis (- Polip (-), sinusitis (-),
lendir (-), penciuman lendir (-), penciuman lendir (-), penciuman baik ), lendir (-), lendir (-), penciuman baik
baik baik penciuman baik

- Mulut Lidah bersih, nafas tidak Lidah bersih, nafas tidak


Lidah bersih, nafas Lidah bersih, nafas berbau, jumlah gigi Lidah bersih, nafas berbau, dan geraham
tidak berbau, jumlah tidak berbau, jumlah lengkap tidak ada tidak berbau, jumlah belakang bagian atas dan
gigi lengkap tidak ada gigi lengkap tidak ada sariawan. gigi lengkap tidak bawah gigi belum lengkap,
sariawan. sariawan. ada sariawan. tidak ada sariawan.

Kuku kurang bersih dan


kurang terawat dengan
baik
Kuku bersih pendek dan
terawat dengan baik Kuku bersih pendek
- Kuku dan terawat dengan Bersih, turgor baik kulit
Kuku bersih pendek Kuku bersih pendek baik teraba hangat dan suhu
dan terawat dengan dan terawat dengan Bersih, turgor baik kulit 36oC
baik baik teraba hangat dan suhu
- Kulit Bersih, turgor baik kulit Bersih, turgor baik kulit 36,4oC Bersih, turgor baik
teraba hangat dan suhu teraba hangat dan suhu kulit teraba hangat
36,5oC 36oC dan suhu 36,7oC
2 Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran Tidak ada Tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid pembesaran kelenjar kelenjar tiroid
tiroid
3 Payudara/ Thorax Tidak ada benjolan Tidak ada teraba Tidak ada teraba benjolan, Tidak ada teraba Tidak ada teraba benjolan,
berbentuk simetris tidak benjolan, bentuk bentuk simetris tidak ada benjolan, bentuk bentuk simetris
ada lesi dan lecet. simetris tidak ada lesi lesi dan lecet. simetris tidak ada
dan lecet. lesi dan lecet.
4 Sistem pernafasan Bunyi nafas mengi, Bunyi nafas vesikuler Bunyi nafas vesikuler Bunyi nafas Bunyi nafas veikuler,
sesak nafas, rasa dada frekuensi 20x/mnt tidak frekuensi 20x/mnt tidak vesikuler frekuensi frekuensi 18 x/mnt, tidak
tertekan, frekuensi ada wheezing dan ada wheezing dan ronchi 20x/mnt tidak ada ada wheezing dan ronchi
nafas 30 kl/i, takipneau ronchi wheezing dan ronchi
5 Sistem TD: 120/80 mmHg, TD: 120/80 mmHg, TD: 120/80 mmHg, nadi: TD: 120/80 mmHg, TD:
kardiovaskular nadi: 90 x/mnt, atus nadi: 80 x/mnt, atus 80 x/mnt, atus cordis tidak nadi: 80 x/mnt, atus 72 x/mnt, atus cordis tidak
cordis tidak terlihat cordis tidak terlihat, terlihat, irama jantung cordis tidak terlihat, terlihat, irama jantung
irama jantung teratur. irama jantung teratur. teratur. irama jantung teratur
teratur.
6 Sistem Bising usus normal, Bising usus normal, Bising usus normal, BAB Bising usus normal, Bising usus normal, BAB
gastrointestinal BAB 1 x sehari BAB 1 x sehari 1 x sehari BAB 1 x sehari 1 x sehari
7 Sistem Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan BAK, Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan BAK,
genitounaria BAK, frek 5 – 7 x/hari BAK, frek 5 – 7 x/hari frek 5 – 7 x/hari BAK, frek 5 – 7 frek 5 – 7 x/hari
x/hari
8 Sistem Kekuatan otot dan Kekuatan otot dan Kekuatan otot dan Kekuatan otot dan Kekuatan otot dan
muskuloskeletal ekstremitas baik, ekstremitas baik, ekstremitas baik, refleks ekstremitas baik, ekstremitas baik, refleks
refleks patella (+), refleks patella (+), patella (+), edema (-), refleks patella (+), patella (+), edema (-),
edema (-), varises (-) edema (-), varises (-) varises (-) edema (-), varises (-) varises (-)
ANALISA DATA
No Data Penunjang Problem Etiologi
1 Ds:
- Menurut Tn.M mengatakan sering Pola nafas Ketidakmampuan
merasa sesak. tidak efektif keluarga dalam
- Tn.M mengatakan sering merasa merawat
gelisah. penyakit asma
- Tn.M mengatakan sering batuk bronchial
apabila asma kambuh khususnya
pada malam hari.

Do:
- Takipneau
- Pernafasan : 30 kl/i
- TD Tn.M: 120/80 mmHg.
- Nadi: 90 x/menit
- Mengi (+)

2 DS :
- Keluarga mengatakan tidak tahu/ Managemen Ketidakmampuan
tidak mengerti terlalu rinci dengan regimen keluarga dalam
penyakit pada Tn.M Baik itu terapeutik mengenal
mengenai pengertian, tanda gejala, tidak efektif masalah
etiologi maupun pencegahan dan kesehatan/ asma
perawatannya. bronchial.
- Ny. Y mengatakan selalu bertanya
kepada petugas kesehatan tentang
penyakit yang di derita Tn.M
- Ny.Y mengatakan khawatir terhadap
kesehatan Tn.M

DO :
- Keluarga tidak mampu menjelaskan
tentang penyakit asma bronchial
yang diderita Tn.M
- Tn.M dan Ny.Y banyak bertanya
kepada perawat mengenai penyakit
asma.
SCORING ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Diagnosa Keperawatan I : Pola nafas tidak efektif : ketidakmampuan keluarga


merawat anggota keluarga dengan masalah asma bronkial

No Kriteria Nilai Bobot Skor Pembenaran


1. Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 = Masalah ini aktual dan jika
Skala: ancaman 1 tidak ditangani akan
kesehatan mengganggu kesehatan dan
aktivitas klien jadi diperlukan
tindakan segera.
2. Kemungkinan 1 2 ½ x 2 = 1 Informasi tentang asma kurang
masalah dapat banyak dan berbagai tindakan
diubah dapat dilakukan di rumah,
Skala: sebagian masalah tidak dapat di atasi
dengan tuntas karena proses
menua yang memang tidak
dapat diubah.
3. Potensial 2 1 2/3 x 1 = Masalah dapat dicegah dan
masalah untuk 2/3 klien serta keluarga berperan
dicegah. aktif untuk mencegah
Skala: cukup terjadinya masalah tapi asma
bisa sewaktu-waktu kambuh.

4. Menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = Keluarga melihat bahwa


masalah. 1 permasalahan Tn.M harus
Skala: masalah diatasi karena bisa
berat harus mempengaruhi aktivitas Tn.M
segera sehari-hari.
ditangani

TOTAL 3 1/3

Diagnosa Keperawatan :
2. Managemen regimen terapeutik tidak efektif : ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan/ asma bronchial.
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Tn.M mengalami kekambuhan
ancaman kesehatan penyakit asma dan keluarga
kurang paham tentang penyakit
asma bronchial.
2 Kemungkinan 2 2 2/2 x 2 =2 Memberikan pendidikan
masalah dapat kesehatan, kesadaran keluarga
dirubah : mudah. untuk mencegah kekambuhan,
kemauan Tn.M untuk menjaga
pola istirahat dan menghindari
pencetus terjadinya asma
bronchial.
3 Potensi masalah 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Tn.M mau hidup sehat dengan
dapat dicegah : menjaga pola istirahat dan bisa
cukup. menghindari pencetus
kambuhnya asma bronchial.
4 Menonjolnya 2 1 2/2 x1 = 1 Keluarga tahu bahwa penyakit
masalah : berat, asma bronchial yang dialami
harus segera di Tn.M bisa menimbulkan
tangani. komplikasi dan mengganggu
pekerjaan bila tidak ditangani
segera.
TOTAL 4 1/3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan Keluarga mampu Setelah dilakukan intervensi
pertukaran gas : mengatasi klien selama 2 x 45 menit (Keluarga dapat menyebutkan a. Kaji pengetahuan
ketidakmampuan masalah diharapkan keluarga pengertian asma bronkhial keluarga tentang
merawat anggota pernafasan yang mampu: dengan bahasanya sendiri atau pengertian asma
keluarga dengan terjadi 1. Mengenal masalah dengan bantuan leaflet) bronkhial
masalah asma Asma Bronkhial Asma Bronkhial adalah suatu b. Beri reinforcement
bronkial a. Menyebutkan keadaan klinis yang ditandai positif atas jawaban
pengertian asma dengan episode yang berulang keluarga.
bronkhial penyempitan bronkus yang c. Diskusikan pengertian
reversible, biasanya diantar asma broonkhial
b. Menyebutkan aepisode terdapat periode dengan keluarga.
penyebab asma pernafasan yang lebih normal. d. Beri kesempatan
bronkhial. keluarga untuk
(Keluarga dapat menyebutkan bertanya.
c. Menyebutkan tanda 4 dari 6 faktor pencetus dari e. Minta keluarga
dan gejala asma penyakit asma bronkhial menyebutkan
dengan bahasa sendiri atau kembali.
Diagnosa
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar Intervensi
Keperawatan
d. Mengidentifikasi dengan bantuan minimal dan f. Jawab pertanyaan
tanda dan gejala leaflet) keluarga.
asma bronkhial yang 1. zat-zat alergen.
dialami anggota 2. iritan.
keluarga. 3. perubahan cuaca yang a. Kaji pengetahuan
ekstrim keluarga tentang
Setelah dilakukan intervensi 4. kegiatan yang berlebihan. penyebab asma bronkhial.
keperawatan selama 1 x 45 5. lingkungna kerja
menit diharapkan keluarga 6. obat-obatan b. Beri reinforcement positif
mampu: 7. stress emosional. atas jawaban keluarga.

c. Diskusikan penyebab
asma bronkhial dengan
2. Mengambil keputusan keluarga.
yang tepat untuk (Keluarga mampu
merawat anggota menyebutkan 4 dari 6 tanda d. Motivasi keluarga untuk
keluarga dengan dan gejala asma bronkhial mengulang kembali.
masalah asma dengan bahasa sendiri, dengan
Diagnosa
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar Intervensi
Keperawatan
bronkhial. bantuan minimal atau leaflet): e. Beri reinforcement positif
Pada waktu serangan: atas keberhasilan
Menyebutkan akibat lanjut 1. mengi berulang keluarga.
dari asma bronkhial. 2. sesak nafas
3. rasa dada tertekan
Memutuskan untuk 4. gelisah
merawat anggota keluarga 5. batuk khususnya pada
dengan masalah asma malam hari
bronkhial 6. nafas cepat cepat dan
dangkal
7. nafas cuping hidung
8. usaha nafas meningkat.
.
CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA

TUJUAN HARI/TGL IMPLEMENTASI EVALUASI


Keluarga mengenal asma Rabu, 21 Maret 1. Mengkaji pengetahuan keluarga S:
2018 tentang asma - Keluarga mengatakan bahwa asma adalah
2. Menjelaskan pengertian asma. penyempiyan jalan nafas.
o Asma adalah Bronkus (jalan - Keluarga mengatakan bahwa penyebab asma
nafas )yang normal yang o Bawaan dari lahir
revelsibel. Biasanya diantara
periode terdapat periode - Keluarga mengatakan tanda dan gejala asma
pernafasan yang asma suatu Sesak nafas
keadaan klinis yang di tandai Nafas cepat dan dangkal
dengan episode berulang, O:
3. Meminta keluarga untuk - Keluarga menyebutkan pengertian dan
mengulang pengertian asma penyebab asma secara sederhana
4. Mendiskusikan penyebab asma. - Keluaraga mengidentifikasi penyebab asma
o Zat-zat elergen - Keluarga menyebutkan tanda dan gejala asma
o iritan yang ada pada keluarga
o perubahan udara yang ektrim A:
o kegiatan yang berlebihan - keluaraga dapat mengenal gejala asma
o obat obatan P:
o kegiatan yang berlebihan - Intervensi dilanjudkan ke tupen ke 2 yaitu :
5. Meminta keluarga menyebutkan memutuskan tindakan yang tepat dalam
penyebab asma, mengidentifikasi mengatasi gejala asma
apakah penyebab asma yang
diderita oleh keluarga .
6. Mengkaji pengetahuan keluarga
tentang gejala asma
o Nafas sesak
o gelisah
o batuk khususnya pada malam
hari
o nafas cepat dan dangkal
o peningkatan usaha nafas
7. Memberikan penjelasan kepada
keluarga tentang asma
o Adanya rasa nyeri pada kaki
o Pembengkakan pada kaki
o Keadaan mudah lelah dan
letih
o Rasa kaku pada malam/pagi
hari
8. Meminta keluarga menjelaskan
kembali tanda dan gejala asma
DAFTAR PUSTAKA

Baratawidjaja, K. (1990) “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta :
FK UI.
Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.
Crockett, A. (1997) “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta: Hipocrates.
Crompton, G. (1980) “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell
Scientific Publication.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) “Rencana Asuhan
Keperawatan”, Jakarta : EGC.
Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (1997) “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1, Jakarta :
EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit”,Jakarta : EGC.
Pullen, R. L. (1995) “Pulmonary Disease”, Philadelpia : Lea & Febiger.
Rab, T. (1996) “Ilmu Penyakit Paru”, Jakarta : Hipokrates.
Rab, T. (1998) “Agenda Gawat Darurat”, Jakarta : Hipokrates.
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku
Satu, Jakarta : Salemba Medika.
Staff Pengajar FK UI (1997) “Ilmu Kesehatan Anak”, Jakarta : Info Medika.
Sundaru, H. (1995) “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta: FK UI

Vous aimerez peut-être aussi