Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
2. Type keluarga
a. Keluarga inti (Nuclear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak.
b. Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan
pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama.
f. Keluarga kabitas (Cahabitation), adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa
generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
e. Keluarga kawinan
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan
beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan
suami atau istri
4. Peran Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan
individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,
kelompok dan masyarakat.
Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai
anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
b. Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dari lngkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai
pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
c. Peranan anak
Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai tingkat perkembangannya
baik fisik, mental, social dan spiritual
5. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut :
a. Fungsi Biologis
1) Untuk meneruskan keturunan
2) Memelihara dan membesarkan anak
3) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
4) Memelihara dan merawat anggota keluarga
b. Fungsi Psikologis
1) Memberikan kasih saying dan rasa aman
2) Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
3) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
4) Memberikan identitas keluarga
c. Fungsi sosialisasi
1) Membina sosialisasi pada anak
2) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan
anak
3) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
d. Fungsi ekonomi
1) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
2) Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk memnuhi kebutuhan
keluarga
3) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan
datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya.
e. Fungsi pendidikan
1) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan
membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilkinya.
2) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam
memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
3) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.
4. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas
bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun dengan
pengobatan.
Gejala-gejala asma antara lain :
a. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop
b. Batuk produktif, sering terjadi pada malam hari
c. Napas atau dada seperti tertekan
d. Pasien menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas dan mungkin membungkuk ke
depan untuk bernafas dengan lebih baik.
e. Dispnea dengan ekspirasi memanjang
f. Cuping hidung melebar
g. Sianosis
h. Ansietas, iritabilitas sampai penurunan tingkat kesadaran.
Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada
malam hari.
Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu :
Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan dan spora jamur.
Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya satu predisposisi genetik
terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronchitis kronik dan emfisema.
Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergi dan non-alergi
5. Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe
alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai
kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah
besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen
spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat,
alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan
sel ini akan pengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis
yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan
bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema
lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun ekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka
sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan
obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat
melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.
Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru
menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel ches
Pelepasan
Pencetus:
mediator
Alergen Respon
humoral:
Cuaca imun
Histamine
Emosi menjadi
aktif SRS-A
Olah raga
Serotonin
Kinin
Broncos
Edema mukosa
Penghambat
Sekresi
kostikosteroid
meningkat
inflamasi
6. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal
eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid
dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b. Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana
menandakan terdapatnya suatu infeks
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada
waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan
7. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang
bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun.
Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai
berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium,
maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
b. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
c. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu
:
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (
Right bundle branch block).
Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan
VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.
d. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara
selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
e. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling
cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan
bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah
pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.
Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis
asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan
spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting
untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa
keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.
8. Komplikasi
a. Status asmatikus
b. Pneumonia
c. Pneumothoraks
d. Emfisema kronik
e. Gagal nafas
f. Bronchitis
g. Fraktur iga
h. Kematian
9. Pencegahan
Diharapkan dengan mencegah dan mengendalikan faktor pencetus serangan asma
makin berkurang atau derajat asma semakin ringan. Pada dasarnya obat-obat anti
asma dipakai untuk mencegah dan mengendalikan gejala asma.
a. Pencegahan (controller) yaitu obat yang dipakai setiap hari, dengan tujuan agar gejala
asma persisten tetap terkendali.
b. Penghilang gejala (reliever) yaitu obat penghilang gejala yang dapat merelaksasi
bronkontruksi dan gejala-gejala yang menyertainya segera.
10. Penatalaksanaan
Tujuan terapi asma adalah :
a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah kekambuhan
b. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
c. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise
d. Menghindari efek samping obat asma
e. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel
Strategi pengobatan pada asma bronchial terbagi 2, yaitu :
1) Pengobatan non farmakologik :
a) Memberikan penyuluhan
b) Menghindari faktor pencetus
c) Pemberian cairan
d) Fisioterapi
e) Beri O2 bila perlu
2) Pengobatan farmakologik :
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
a) Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu.
1) Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
Orsiprenalin (Alupent)
Fenoterol (berotec)
Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,
suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
Aminofilin (Amicam supp)
Aminofilin (Euphilin Retard)
Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan impatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya
saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh
darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya
sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang
mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering)
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya
diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah
dapat diberika secara oral.
2. Perumusan Masalah
Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan
dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan
pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, nilai, norma,
kultur yang dianut oleh keluarga mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan
keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam
melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan.
Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan
memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Yang termasuk didalamnya adalah :
1) Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa
2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan
pertumbuhan normal.
b. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) adalah masa keperawatan yang belum
terjadi tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan
cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat.
c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan keluarga ketika keluarga
telah mampu memenuhi kemampuan kesehatannya dan mempunyai suumber
penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.
3. Prioritas Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus
didasarkan pada beberapa criteria sebagai berikut :
a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi:
1) Keadaan tidak atau kurang sehat
2) Ancaman kesehatan
3) Keadaan sejahtera
b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk
mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan
kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani
masalah
2) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga
3) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu
4) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan dukungan
c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan
dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan. Yang perlu
diperhatikan:
1) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
2) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
3) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi
parah
d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal
beratnya dan diatasi melalui intervensi keperawatan, perawat perlu menilai persepsi
atau bagaimana keluarga menilai masalah keluarga tersebut. Dalam menentukan
prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai
berikut:
Tabel 2.2
Tabel Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga
No. Kriteria Nilai Bobot
Sifat masalah 1
Skala : Ancaman kesehatan 2
1
Tidak atau kurang sehat 3
Krisis 1
Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2
2
Skala : dengan mudah 2
Hanya sebagian 1
Tidak dapat 0
Potensi masalah dapat dicegah tinggi 1
Skala : tinggi 3
3
Cukup 2
Rendah 1
Menonjolnya masalah 1
Skala : masalah berat harus ditangani 2
4
Masalah tidak perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0
Skoring :
a) Tentukan skor untuk setiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot
c) Jumlah skor untuk semua kriteria
d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun.
Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam
memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah :
a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan
b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh
c. Tidak mau mengatasi situasi
d. Adat istiadat yang berlaku
e. Mempertahankan suatu pola tingkah laku
f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran
g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan
Faktor lain yang bersumber dari perawat:
a. Menggunakan pola pendekatan yang tidak tepat (kaku)
b. Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya
c. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap
keluarga:
a. Sumber daya keluarga (keuangan) dan tingkat pendidikan keluarga
b. Adat istiadat yang berlaku
c. Respon dalam penerimaan keluarga
d. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga
7. Evaluasi
Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dan
kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi
tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana perawatan yang baru.
Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga
penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Asma diharapkan :
a. Keluarga mampu mengenal masalah Asma
b. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat
c. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang penyembuhan dan
pencegahan penyakit Asma
e. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk
penatalaksanaan Asma
ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA
I. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. M
2. Alamat dan No. Telp : Dusun Dawuan 1 rt 03 rw 04
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Supir
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SMP
5. Komposisi Keluarga
Hubun pe Status Imunisasi
Nam gan Um ker TT
Pddkn
Canp-ak
Jk ket
PPT-Hb
Polio
BCG
a dengan ur jaa 0-7
WU BUM
Hb
Hb
>7
KK n S IL
Tn. Lk Kep 48 smp So - - - - - - - - -
M keluarg th pir
a
Ny. Pr Istri 46 Sm Ibu - - - - - - - - -
Y th p R/
T
An. Lk anak 25 SM buru - - - - - - - -
D th P h
An. Lk anak 23 SM - - - - - - - - -
B th U
An. Lk anak 17 SM - - - - - - - - - -
R th U
Genogram
Tn. M Ny.Y
48 th 46 th
An.D, An. B An.R
25 th 23 th 17 th
Ket:
: meninggal : serumah
: Laki-laki : menikah
1 Tipe Keluarga.
Tipe kelurga Tn. M adalah tipe keluarga tradisional dengan keluarga inti yang
terdiri dari ayah, ibu dan tiga orang anaknya yang sudah dewasa, satu orang anak
bekerja untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan bantu keluarga , dan anak yang
bungsu masih sekolah.
2 Suku Bangsa.
Keluarga Tn. M adalah dari suku minang. Pada keluarga Tn M terdapat
kebiasan makan yang pedas dan bersantan.
3 Agama.
Agama yang dianut oleh Tn. M beserta keluarga adalah Islam. Keluarga Tn. M
biasanya melakukan shalat 5 waktu dirumah. Tn. M dan Ny. Y jarang melaksanakan
shalat berjamaah, Tn M kurang aktif didalam kegiatan mushalla dan juga jarang ikut
dalam kepengurusan mushalla. Namun agama tetap menjadi sumber kekuatan bagi
keluarga.
Rumah yang dimiliki oleh Tn. M dan Ny. Y adalah rumah permanen. dengan
luas 7 x 6 .Rumah tersebut milik pribadi Tn M yang terdiri dari ruang tamu, 3 kamar
tidur, 1 buah (dapur tungku dan dapur kompor), dinding rumah dari batu bata yang
sudah dicor dengan semen yang dinding sudah di cat.
Mereka menggunakan lampu listrik sebagai penerangan. Peralatan yang ada
dirumah Tn. M diantaranya : 1 set kursi tamu, lemari, kasur dan termpat tidur serta
peralatan rumah tangga. Terlihat keluarga menggunakan TV dan tape sebagai media
informasi dan untuk hiburan anak-anak..
Untuk penyedia air bersih berasal dari sumur gali. Keluarga mengatakan
sampah yang sudah dikumpul dan dibakar. Air pembuangan limbah di buang ke got
di depan rumah dan pembuangan dikamar mandi ke septik tank .Kebersihan rumah
lumayan bersih termasuk perkarangan rumah dan di depan rumah juga terdapat
bunga sebagai hiasan rumah Tn. M, Didepan perkarangan rumah ada jalan dan
diseberangnya adalah halaman rumah tetangga dari Tn. M
Denah rumah :
Ruang
Kamar
Anak
Makan
Kamar Ruang
Utama Tamu
V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi Efektif
Tn.M dan Ny. Y mengatakan sangat bahagia dengan perkawinan mereka,
jarang sekali ada pertengkaran dan apabila ada kesalah pahaman langsung
dibicarakan/ dimusyawarahkan bersama.
Tn.M dan Ny. Y mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak –
anak, Tn.M sangat menyayangi istri dan anaknya.
2. Fungsi Sosialisasi
Tn.M dan Ny.Y bertanggung jawab merawat dan membesarkan anaknya dan
juga memberi perhatian kepada lingkungan sekitar, keluarga mudah berinteraksi dan
beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan
a. Praktik Diit Keluarga
Keluarga sering mengkonsumsi makanan pedas dan bersantan, jarang
mengkonsumsi sayur dan buah tiap hari .
c. Latihan fisik
Kegiatan Latihan fisik keluarga Tn. M jarang kecuali Ny.Y yang kadang jalan
pagi dan melakukan aktivitas rumah tangga.
i. Sumber Pembiayaan
Keluarga Tn.M dapat kartu JKN dari pemerintah, hanya Ny.Y dan anak-anak
yang sering menggunakan, sedangkan Tn.M jarang menggunakan karena tidak
ada berobat ke Puskesmas karena harus bekerja.
4. Fungsi Reproduksi
Tn.M mempunyai istri Ny. Y dan 3 orang anak. Ny.Y memakai alat
kontrasepsi suntik sampai saat ini. Siklus haid Ny.Y kurang teratur pada tiap
bulannya dan belum memasuki masa menopause.Ny.Y pernah konsultasi ke bidan di
puskesmas , hal itu karena pengaruh suntik yang menggunakan hormon disarankan
menggunakan spiral tapi merasa takut.
5. Fungsi Ekonomi
Tn.M dan Ny.Y dapat mengatur keuangan dengan baik, keluarga mampu
memenuhi kebutuhan pangan, sandang dan jasa kebutuhan lainnya seperti peralatan
rumah tangga yang lengkap serta transportasi.
- Kepala Benjolan (-), lesi (-) Benjolan (-), lesi (-) Benjolan (-), lesi (-) Benjolan (-), lesi (-) Benjolan (-), lesi (-)
- Rambut Ikal, tidak rontok Lurus, rontok sedikit Lurus, rontok sedikit Lurus, rontok sedikit Ikal, rontok sedikit
- Mata Konjunctiva tidak Konjunctiva tidak Konjunctiva tidak anemis Konjunctiva tidak Konjunctiva tidak anemis
anemis sklera tidak anemis sklera tidak sklera tidak ikterik, anemis sklera tidak sklera tidak ikterik,
ikterik, penglihatan ikterik, penglihatan penglihatan baik. ikterik, penglihatan penglihatan baik.
baik. baik. baik.
- Telinga Cerumen (-), Cerumen (-), Cerumen (-), pendengaran Cerumen (-), Cerumen (-), pendengaran
pendengaran baik. pendengaran baik. baik. pendengaran baik. baik.
- Hidung Polip (-), sinusitis (-), Polip (-), sinusitis (-), Polip (-), sinusitis (-), Polip (-), sinusitis (- Polip (-), sinusitis (-),
lendir (-), penciuman lendir (-), penciuman lendir (-), penciuman baik ), lendir (-), lendir (-), penciuman baik
baik baik penciuman baik
Do:
- Takipneau
- Pernafasan : 30 kl/i
- TD Tn.M: 120/80 mmHg.
- Nadi: 90 x/menit
- Mengi (+)
2 DS :
- Keluarga mengatakan tidak tahu/ Managemen Ketidakmampuan
tidak mengerti terlalu rinci dengan regimen keluarga dalam
penyakit pada Tn.M Baik itu terapeutik mengenal
mengenai pengertian, tanda gejala, tidak efektif masalah
etiologi maupun pencegahan dan kesehatan/ asma
perawatannya. bronchial.
- Ny. Y mengatakan selalu bertanya
kepada petugas kesehatan tentang
penyakit yang di derita Tn.M
- Ny.Y mengatakan khawatir terhadap
kesehatan Tn.M
DO :
- Keluarga tidak mampu menjelaskan
tentang penyakit asma bronchial
yang diderita Tn.M
- Tn.M dan Ny.Y banyak bertanya
kepada perawat mengenai penyakit
asma.
SCORING ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
TOTAL 3 1/3
Diagnosa Keperawatan :
2. Managemen regimen terapeutik tidak efektif : ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatan/ asma bronchial.
No Kriteria Skor Bobot Nilai Pembenaran
1 Sifat Masalah : 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Tn.M mengalami kekambuhan
ancaman kesehatan penyakit asma dan keluarga
kurang paham tentang penyakit
asma bronchial.
2 Kemungkinan 2 2 2/2 x 2 =2 Memberikan pendidikan
masalah dapat kesehatan, kesadaran keluarga
dirubah : mudah. untuk mencegah kekambuhan,
kemauan Tn.M untuk menjaga
pola istirahat dan menghindari
pencetus terjadinya asma
bronchial.
3 Potensi masalah 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Tn.M mau hidup sehat dengan
dapat dicegah : menjaga pola istirahat dan bisa
cukup. menghindari pencetus
kambuhnya asma bronchial.
4 Menonjolnya 2 1 2/2 x1 = 1 Keluarga tahu bahwa penyakit
masalah : berat, asma bronchial yang dialami
harus segera di Tn.M bisa menimbulkan
tangani. komplikasi dan mengganggu
pekerjaan bila tidak ditangani
segera.
TOTAL 4 1/3
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar Intervensi
Keperawatan
1. Gangguan Keluarga mampu Setelah dilakukan intervensi
pertukaran gas : mengatasi klien selama 2 x 45 menit (Keluarga dapat menyebutkan a. Kaji pengetahuan
ketidakmampuan masalah diharapkan keluarga pengertian asma bronkhial keluarga tentang
merawat anggota pernafasan yang mampu: dengan bahasanya sendiri atau pengertian asma
keluarga dengan terjadi 1. Mengenal masalah dengan bantuan leaflet) bronkhial
masalah asma Asma Bronkhial Asma Bronkhial adalah suatu b. Beri reinforcement
bronkial a. Menyebutkan keadaan klinis yang ditandai positif atas jawaban
pengertian asma dengan episode yang berulang keluarga.
bronkhial penyempitan bronkus yang c. Diskusikan pengertian
reversible, biasanya diantar asma broonkhial
b. Menyebutkan aepisode terdapat periode dengan keluarga.
penyebab asma pernafasan yang lebih normal. d. Beri kesempatan
bronkhial. keluarga untuk
(Keluarga dapat menyebutkan bertanya.
c. Menyebutkan tanda 4 dari 6 faktor pencetus dari e. Minta keluarga
dan gejala asma penyakit asma bronkhial menyebutkan
dengan bahasa sendiri atau kembali.
Diagnosa
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar Intervensi
Keperawatan
d. Mengidentifikasi dengan bantuan minimal dan f. Jawab pertanyaan
tanda dan gejala leaflet) keluarga.
asma bronkhial yang 1. zat-zat alergen.
dialami anggota 2. iritan.
keluarga. 3. perubahan cuaca yang a. Kaji pengetahuan
ekstrim keluarga tentang
Setelah dilakukan intervensi 4. kegiatan yang berlebihan. penyebab asma bronkhial.
keperawatan selama 1 x 45 5. lingkungna kerja
menit diharapkan keluarga 6. obat-obatan b. Beri reinforcement positif
mampu: 7. stress emosional. atas jawaban keluarga.
c. Diskusikan penyebab
asma bronkhial dengan
2. Mengambil keputusan keluarga.
yang tepat untuk (Keluarga mampu
merawat anggota menyebutkan 4 dari 6 tanda d. Motivasi keluarga untuk
keluarga dengan dan gejala asma bronkhial mengulang kembali.
masalah asma dengan bahasa sendiri, dengan
Diagnosa
No Tujuan Umum Tujuan Khusus Standar Intervensi
Keperawatan
bronkhial. bantuan minimal atau leaflet): e. Beri reinforcement positif
Pada waktu serangan: atas keberhasilan
Menyebutkan akibat lanjut 1. mengi berulang keluarga.
dari asma bronkhial. 2. sesak nafas
3. rasa dada tertekan
Memutuskan untuk 4. gelisah
merawat anggota keluarga 5. batuk khususnya pada
dengan masalah asma malam hari
bronkhial 6. nafas cepat cepat dan
dangkal
7. nafas cuping hidung
8. usaha nafas meningkat.
.
CATATAN PERKEMBANGAN KELUARGA
Baratawidjaja, K. (1990) “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta :
FK UI.
Brunner & Suddart (2002) “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta : AGC.
Crockett, A. (1997) “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta: Hipocrates.
Crompton, G. (1980) “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell
Scientific Publication.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) “Rencana Asuhan
Keperawatan”, Jakarta : EGC.
Guyton & Hall (1997) “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (1997) “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1, Jakarta :
EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) “Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit”,Jakarta : EGC.
Pullen, R. L. (1995) “Pulmonary Disease”, Philadelpia : Lea & Febiger.
Rab, T. (1996) “Ilmu Penyakit Paru”, Jakarta : Hipokrates.
Rab, T. (1998) “Agenda Gawat Darurat”, Jakarta : Hipokrates.
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku
Satu, Jakarta : Salemba Medika.
Staff Pengajar FK UI (1997) “Ilmu Kesehatan Anak”, Jakarta : Info Medika.
Sundaru, H. (1995) “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta: FK UI