Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
NEFROTIK
Kelompok 5 :
Dwi Indah Ayunigtyas (15.013)
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. Karena berkat rahmat dan penyertaan-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3 “Asuhan
Keperawatan pada pasien nefrotik sindrom”.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan baik
pada teknis penulisan maupun materi yang disajikan mengingat kemampuan yang dimiliki
penulis masihlah terbatas. Maka dari itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik dari
semua pihak khususnya dari dosen pembimbing untuk kesempurnaan makalah ini di masa
mendatang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat sebagai salah satu sumber
referensi pembelajaran mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 3 “Asuhan Keperawatan
pada Pasien Nefrotik Sindrom”. Akademi Keperawatan Dian Husada tahun ajaran 2017.
Mojokerto,
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di Era Globalisasi ini kita sering mendengar istilah syndrom nefrotik, hal ini
lumrah terjadi di kehidupan kita, tetapi kadang kita tidak mengetahui apa syndrome
nefrotik itu sebenarnya. Sekarang melalui makalah ini kami akan membahas
mengenai syndrom nefrotik.
Syndrome Nefrotik merupakan keadaan klinis yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperkolesterolemia, dan adanya edema.Kadang-kadang disertai
hematuri, hipertensi dan menurunnya kecepatan filtrasi glomerulus.Sebab pasti belum
jelas, dianggap sebagai suatu penyakit autoimun.
Secara umum etiologi dibagi menjadi nefrotic syndrome bawaan, sekunder,
idiopatik dan sklerosis glomerulus.Penyakit ini biasanya timbul pada 2/100000 anak
setiap tahun.Primer terjadi pada anak pra sekolah dan anak laki-laki lebih banyak
daripada anak perempuan.
Peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat penting karena pada
pasien syndrome nefrotic sering timbul berbagai masalah yang berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan manusia.Perawat diharapkan memiliki pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai.Fokus asuhan keperawatan adalah mengidentifikasi
masalah yang timbul, merumuskan diagnosa keperawatan, membuat rencana
keperawatan, melaksanakan dan mengevaluasi tindakan yang telah diberikan apakah
sudah diatasi atau belum atau perlu modifikasi.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, masalah yang dapat kami kaji dalam makalah ini
diantaranya:
C. Tujuan Penulisan
Dalam pembuatan tugas ini, adapun tujuan yang hendak dicapai penulis yaitu:
1. Metode Kepustakaan
Adalah metode pengumpulan data yang digunakan penulis dengan
mempergunakan buku atau refrensi yang berkaitan dengan masalah yang sedang
dibahas
2. Metode Media Informatika
Adalah metode dengan mencari data melalui situs-situs di internet
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. Epidemiologi
Sindroma nefrotik biasanya lebih sering menyerang anak laki-laki dari pada anak
perempuan dengan perbandigan 2 : 1 dan paling banyak pada umur 2 sampai 6
tahun.
a. Sindroma nefrotik primer yang atau disebut juga Sindroma nefrorik Idiopatik,
yang diduga ada hubungan dengan genetik, imunoligik dan alergi. Meliputi :
1) Nefropati lesi minimal (minimal change disease)
3
3) Glomerulo-sklerosis fokal segmental (focal segmental glomerulosclerosis)
b. Sindroma nefrotik sekunder yang penyebabnya berasal dari ekstra renal (diluar
ginjal). Penyebab SN sekunder adalah sangat banyak, diantaranya ialah:
c. SN bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal. Resisten
terhadap suatu pengobatan. Gejala edema pada masa neonatus. Pernah dicoba
pencangklokan ginjal pada neonatus tetapi tidak berhasil. Prognosis buruk
biasanya pasien meninggal pada bulan-bulan pertama kehidupannya.
4. Patofisiologi
4
vasopresin(ADH) akan dirembes untuk menstabilkan kandungan cairan dalam
saluran darah seperti sediakala. Meskipun demikian, pengumpulan cairan ini
menyebabkan kehilangan cairan yang terus- menerus ke interstitium karena protein
terus – menerus hilang kedalam urin diikuti dengan kerusakan pada membran basal
glomerulus.Ini menyebabkan penumpukan cairan secara berlebih dalam jaringan
dan mengakibatkan edema. Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis
lipoprotein di hati dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah
( hiperlipidemia) hal ini menyebabkan intake nutrisi berkurang sehingga
menyebabkan terjadinya malnutrisi. Menurunnya respon imun karena sel imun
tertekan, kemungkinan disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hyperlipidemia.
5
5. pathway
6
6.Klasifikasi
Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:
Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah.
Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal
bila dilihat dengan mikroskop cahaya.
Factor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi
yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya
adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan
dan kematian dapat terjadi pada tahun-yahun pertama kehidupan bayi jika tidak
dilakukan dialysis.
7.Gejala klinis
a. Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anak-anak
b. Hipoalbuminemia< 30 g/l
c. Edema anasarka. Edema terutama jelas pada kaki, di sekitar mata (periorbital),
asites, dan efusi pleura.
d. Hiperlipidemia
e. Hiperkoagulabilitas, yang akan meningkatkan risiko trombosis arteri dan vena
8.Pemeriksaan diagnostic
a. Urinalisa (protein, eritrosit, silinder)
1) Protein urin – meningkat
2) Urinalisis – cast hialin dan granular, hematuria
3) Dipstick urin – positif untuk protein dan darah
4) Berat jenis urin – meningkat
7
b. Clearance kreatinin (BUN / SC)
c. Uji darah
1) Albumin serum – menurun
2) Kolesterol serum – meningkat
3) Hemoglobin dan hematokrit – meningkat (hemokonsetrasi)
4) Laju endap darah (LED) – meningkat
5) Elektrolit serum – bervariasi dengan keadaan penyakit perorangan
d. Biopsi ginjal
Biopsi ginjal merupakan uji diagnostik yang tidak dilakukan secara rutin (Betz,
Cecily L, 2002 : 335).
9.Diagnosis / kriteria diagnosis
Masalah yang lazim muncul:
10. Penatalaksanaan
a. Sindrom nefrotik serangan pertama.
Perbaiki keadaan umum penderita :
1) Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah garam, rendah lemak. Rujukan ke
bagian gizi diperlukan untuk pengaturan diet terutama pada pasien dengan
penurunan fungsi ginjal.
2) Tingkatkan kadar albumin serum, kalau perlu dengan transfusi plasma atau
albumin konsentrat.
3) Berantas infeksi.
4) Lakukan work-up untuk diagnostik dan untuk mencari komplikasi.
8
5) Berikan terapi suportif yang diperlukan: Tirah baring bila ada edema
anasarka. Diuretik diberikan bila ada edema anasarka atau mengganggu
aktivitas. Jika ada hipertensi, dapat ditambahkan obat antihipertensi.
6) Terapi prednison sebaiknya baru diberikan selambat-lambatnya 14 hari
setelah diagnosis sindrom nefrotik ditegakkan untuk memastikan apakah
penderita mengalami remisi spontan atau tidak. Bila dalam waktu 14 hari
terjadi remisi spontan, prednison tidak perlu diberikan, tetapi bila dalam
waktu 14 hari atau kurang terjadi pemburukan keadaan, segera berikan
prednison tanpa menunggu waktu 14 hari.
Adalah sindrom nefrotik yang kambuh < 2 kali dalam masa 6 bulan atau < 4
kali dalam masa 12 bulan.
1) Induksi
2) Rumatan
Adalah sindrom nefrotik yang kambuh > 2 kali dalam masa 6 bulan atau > 4
kali dalam masa 12 bulan.
9
1) Induksi
2) Rumatan
11. Prognosis
10
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas.
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak
terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada
daerah endemik malaria banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.
b. Riwayat Kesehatan.
1) Keluhan utama.
Edema masa neonatus, malaria, riwayat GNA dan GNK, terpapar bahan kimia.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine
menurun.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa
dan bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
11
e. Riwayat kesehatan lingkungan.
f. Imunisasi.
Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase oedipal/falik dengan ciri meraba-raba
dan merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, senang bermain dengan anak
berjenis kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih dekat dengan ibu, elektra
kompleks untuk anak perempuan lebih dekat dengan ayah.
Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre school (inisiative vs rasa bersalah)
yaitu memiliki inisiatif untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya diomeli atau
dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi anak peragu.
Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu mulai mempresentasekan dunia
dengan bahasa, bermain dan meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari, menggambar orang dengan kepala,
lengan dan badan, segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari dalam
seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat warna, membedakan besar dan kecil,
meniru aktivitas orang dewasa.
12
h. Riwayat nutrisi.
Usia pre school nutrisi seperti makanan yang dihidangkan dalam keluarga. Status gizinya
adalah dihitung dengan rumus (BB terukur dibagi BB standar) X 100 %, dengan interpretasi :
< 60 % (gizi buruk), < 30 % (gizi sedang) dan > 80 % (gizi baik).
i. Pengkajian persistem.
a) Sistem pernapasan.
b) Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg, hipertensi ringan bisa dijumpai.
c) Sistem persarafan.
d) Sistem perkemihan.
e) Sistem pencernaan.
Diare, napsu makan menurun, anoreksia, hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi
berat, hernia umbilikalis, prolaps anii.
f) Sistem muskuloskeletal.
13
Dalam batas normal.
g) Sistem integumen.
h) Sistem endokrin
i) Sistem reproduksi
Tujuan volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema, ascites,
kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 – 700 ml/hari, tekanan darah dan
nadi dalam batas normal.
Intervensi :
1. Catat intake dan output secara akurat. Rasional : Evaluasi harian keberhasilan terapi
dan dasar penentuan tindakan
14
2. Kaji dan catat tekanan darah, pembesaran abdomen, BJ urine. Rasional : Tekanan darah
dan BJ urine dapat menjadi indikator regimen terapi
3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama. Rasional : Estimasi penurunan
edema tubuh
4. Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam. Rasional : Mencegah edema
bertambah berat
5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Rasional : Pembatasan protein bertujuan untuk
meringankan beban kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal.
Tujuan kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan baik, tidak
terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak
ada.
2.Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pengkajian data keperawatan yang sering terjadi berdasarkan teori,
maka diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien Sindrom Nefroti
yaitu:
15
3.Perencanaan keperawatan/ intervensi
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder
akibat peningkatan permiabilitas glomerulus ditandai dengan pasien mengalami
edema
Tujuan: Menunjukan keseimbangan cairan adekuat
Kriteria hasil:
1) Menunjukan haluaran urine tepat dengan berat jenis/ hasil laboratorium
mendekati normal
2) Berat badan stabil
3) TTV dalam batas normal
4) Tidak ada edema
No Intervensi Rasionalisasi
1 Awasi denyut jantung, TD, dan CVP Takikardi dan hipertensi terjadi karena :
Kegagalan ginjal dalam mengeluarkan
urine, pembatasan cairan berlebihan selama
mengobati hipovolemia/ hipotensi ,
perubahan pada sistem renin- angiotensin.
16
5 Kolaborasi: siapkan untuk dialisis Dilakukan untuk memperbaiki kelebihan
sesuai indikasi volume, ketidakseimbangan elektrolit,
asam/basa, dan untuk menghilangkan
toksin.
No Intervensi Rasionalisasi
1 Berikan makanan sedikit tapi sering Meminimalkan anoreksia dan mual
sehubungan dengan status uremik/
menurunnya peristaltik
2 Timbang berat badan tiap hari Pasien puasa / katabolik akan segera normal
kehilangan 0,2 – 0,5 kg dapat menunjukan
perpindahan keseimbangan cairan
3 Berikan pasien/ orang terdekat daftar Memberikan pasien tindakan kontrol dalam
makanan/ cairan yang diizinkan dan pembatasan diet. Makanan dari rumah
dorong terlibat pada pilihan menu dapat meningkatkan nafsu makan
4 Kaji / catat pemasukan diet Membantu dalam mengidentifikasi
17
defisiensi dan kebutuhan diet. Kondisi fisik
umum, gejala uremik( mual, muntah,
anoreksia), dan pembatasan diet multipel
mempengaruhi pemasukan makanan
5 Kolaborasi: Konsul dengan ahli gizi/ Menentukan kalori individu dan kebutuhan
tim pendukung nutrisi nutrisi dalam pembatasan, dan
mengidentifikasi rute paling efektif dan
produknya, contoh tambahan oral, makanan
selang.
6 Kolaborasi: Berikan kalori tinggi, Jumlah protein eksogen yang dibutuhkan
diet rendah/ sedang protein. kurang dari normal, kecuali pada pasien
Termasuk kompleks karbohidrat dan dialisis . Karbohidrat memenuhi kebutuhan
sumber lemak untuk memenuhi energi dan membatasi jaringan katabolisme,
kebutuhan kalori( hindari sumber mencegah pembentukan asam keto dari
gula pekat) oksidasi protein dan lemak.Intoleran
karbohidrat menunjukan DM dapat terjadi
gagal ginjal berat. Asam amino esensial
memperbaiki keseimbangan dan status
nutrisi.
18
2 Rencanakan periode istirahat Mencegah kelelahan berlebih dan
adekuat menyimpan energi untuk
penyembuhan, regenerasi jaringan
4.Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi.
5.Evaluasi
Dx 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi
sekunder terhadap kehilangan protein dan kurangnya intake nutrisi
Evaluasi: Nutrisi pasien terpenuhi
Dx 2 : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder
akibat peningkatan permiabilitas glomerulus ditandai dengan pasien
mengalami edema
Evaluasi: Menunjukan keseimbangan cairan adekuat
Dx 3 : Kelelahan berhubungan dengan penurunan produksi energi metabolik.
Evaluasi : Menunjukan kemampuan untuk mempertahankan aktivitas
yang biasa/ normal
19
Evaluasi :
Dx 5: Kurang pengetahuan kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya sumber informasi
Evaluasi:
20
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari penjelasan diatas, diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya:
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak
kesalahan, kekurangan serta kejanggalan baik dalam penulisan maupun dalam
pengonsepan materi. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar kedepan lebih baik dan penulis berharap kepada semua pembaca
mahasiswa khususnya, untuk lebih ditingkatkan dalam pembuatan makalah yang akan
datang.
21
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Sudarth. 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi :8 vol:3.Jakarta: EGC
Donna L, Wong. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Anak, alih bahasa: Monica Ester.
Jakarta: EGC.
Doengoes, Marilyinn E, Mary Frances Moorhouse. 2000. Nursing Care Plan: Guidelines for
Planning and Documenting Patient Care (Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta: EGC.
Linda Juall Carpenito-moyet. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. EGC:
Jakarta
Mutaqqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.
Jakarta: Salemba Medika
22