Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dosen Pengampu:
Nisa Alfira
Disusun Oleh:
Farida Tantry A. 135120207111049 Muhammad Rifqi F. 135120200111029
Faizal Ad D. 135120200111032 Chandra Budi W. 135120207111022
Firdha As Zahra U. 135120207111017 Pasha
Laoh Mahfud R. 135120201111061 Radimas
Handika Nur Afida 135120201111048
ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016
I. PENDAHULUAN
Media massa baik cetak maupun elektronik merupakan bagian dari gaya hidup
masyarakat kini. Di era perkembangan teknologi yang serba cepat, terlebih dengan adanya
internet sebagai new media telah memudahkan masyarakat menerima informasi tanpa mengenal
batas ruang dan waktu. Komunikasi yang biasanya dilakukan secara tatap muka kini dapat
berlangsung kapan pun, di mana pun, bahkan menghubungkan belahan dunia dengan dukungan
media sosial seperti facebook, twitter, instagram, path dan lainnya.
Pesatnya perkembangan media sosial juga berdampak pada perilaku masyarakat cyber di
Indonesia. Williamson dalam Widjajanto (2013:143) menyatakan bahwa media sosial adalah
media yang didesain untuk menyebarkan pesan melalui interaksi sosial dan dibuat dengan
teknik-teknik publikasi yang sangat mudah diakses dan berskala besar. Media sosial seringkali
memunculkan istilah – istilah bahkan tren baru di tengah masyarakat, seperti status, trending
topic, selfie, fangirling dan sebagainya. Selain itu, terdapat fenomena media sosial yang bersifat
menghibur namun tak dipungkiri menggambarkan realitas sosial yang tengah terjadi di
masyarakat, fenomena yang tengah populer ini disebut meme.
Kehadiran meme yang menarik perhatian masyarakat cyber ini dapat dilihat melalui
konteks budaya digital secara tipologi, yakni konteks, bentuk dan sikap. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Shifman (2013), bahwa meme umumnya diterapkan untuk menggambarkan
propagansi item konten seperti lelucon, rumor, video atau situs web yang dikonsumsi oleh satu
orang ke orang lain. Manifestasi tersebut cukup mencakup banyak hal tentang aktivitas
komunikasi termasuk budaya yang berada pada masyarakat kini, ketika sistem komunikasi dalam
masyarakat juga beralih kepada media baru yaitu internet yang dilakukan secara online. Kritik-
kritik yang saat ini sedang marak misalnya berupa humor sudah banyak kita jumpai di media
sosial di Indonesia.
Menurut Blackmore (2000), konsep meme pertama kali diperkenalkan oleh Richard
Dawkins pada tahun 1976 melalui bukunya yang berjudul The Selfish Gene. Meme merupakan
sebuah produk budaya dan juga merupakan produk dari sebuah evolusi. Finchan & Beach (2010)
menambahkan bahwa ketika kita berbicara mengenai ide yang berasal dari diri setiap individu-
individu, dan juga sebuah konsep gagasan pemikiran maka hal tersebut dapat disebut sebagai
meme.
Meme sendiri sebenarnya memiliki peran sebagi alat untuk mengembangkan budaya dan
memunculkann atau menciptakan kreativitas individu khususnya pada cyberculture. Terkadang
meme digunakan sebagi media kritik misalnya kritik kepada seseorang atau bahkan kritik
terhadap pemerintah. Sebagai media kritik, meme menjadi sebuah ungkapan emosi melalui
asosiasi yang membawa ciri khas tersendiri di dalam bahasa atau linguistik dari meme tersebut.
Selain itu, meme membentuk sebuah status atau pesan dengan mengaitkan identitas dengan
atribut negatif ataupun positif, oleh karena itu Bacula (2014) menyebutkan meme sebagai
replikator dari sebuah budaya meme menjadi akun evolusi budaya yang kini menyebar luas yang
dapat diakses menggunakan internet secara online.
Fenomena meme yang saat ini menyebar bebas di media sosial misalnya instagram,
facebook dan media sosial yang lainnya tentunya membawa pengaruh tersendiri kepada
masyarakat Indonesia. Tidak sedikit masalah yang timbul dikarenakan meme tersebut, mulai dari
pencemaran nama baik hingga menyeret ke pengadilan. Berangkat dari fenomena meme inilah
peneliti ingin mengetahui bagaimana pengguna media sosial, dalam hal ini instagram, sebagai
netizen bereaksi terhadap meme yang berisi kritik sosial dan berpengaruh bagi netizen lain.
I. Netizen
Keterlibatan berbagai kalangan masyarakat tidak dapat dihindari sebelah mata.
Hal tersebut sangatlah penting mengingat dewasa ini masyarakat dapat berpartisipasi
langsung melalui penggunaan media. Melalui new media masyarakat dapat
berpartisipasi untuk tidak hanya mengakses, tetapi langsung memberikan kesempatan
berpartisipasi melakukan kontrol sosial. Dalam hal ini media dapat menjadi alat
kontrol sosial dalam berbagai aspek kehidupan sosial.
Dewasa ini, mudahnya mengakses media sosial membuat munculnya istilah baru
dikalangan masyakarat, yaitu netizen. Secara harafiah, netizen disebut juga sebagai
pengguna internet atau dalam ini biasa disebut konsumen media. Netizen oleh Lee
Goi (2009) didefinisikan sebagai “Netizens use of the Internet around the world”.
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa secara tidak sadar para pengguna
media sosial baik aktif maupun pasif dapat dikatakan sebagai seorang netizen.
Adanya kemudahan untuk mengakses dan mendapatkan ruang publik yang lebih
luas melalui media sosial dapat diharapkan netizen untuk terlibat langsung dalam
proses pengawasan dalam masyarakat. Firmanzah dalam Hermawati (2013)
menjelaskan bahwa hadirnya informasi yang berbeda merupakan prasyarat dalam
penciptaan masyarakat yang kritis. Apalagi dengan adanya kolom “Komentar” yang
dapat dimanfaatkan oleh Netizen sebagai warga yang kritis. Sikap kritis ini
diperlukan sebagai kontrol sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama
untuk menyikapi berbagai permasalahan publik.
II. Cyberculture
Secara tipologi nya, cyberculture merupakan budaya internet. Budaya sendiri oleh
Schultz and Lavenda dalam Rettie (2002) diartikan sebagai “"Sets of learned
behaviour and ideas that human beings acquire as members of society. Human beings
use culture to adapt to and to transform the world in which we live.”
Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa budaya adalah seperangkat kebiasaan
dan idea atau gagasan yang telah dipelajari oleh manusia sebagai bagian dari
masyarakat. Manusia menggunakan budaya untuk beradapatasi dan untuk merubah
dunia. Dan budaya masyarakat saat ini bisa saja berbeda dengan budaya yang dibawa
oleh generasi sebelumnya, artinya budaya bersifat dinamis, dapat berubah sesuai
perkembangan zaman.
Dalam jurnal Rettie (2002) masyarakat yang lahir antara tahun 1977 dan 1997
disebut sebagai Net Generation atau masyarakat yang tumbuh seiring dengan
berkembangnya teknologi seperti komputer atau saat ini internet. Budaya masyarakat
pada generasi ini tentunya berbeda dengan generasi sebelumnya. Dimana pada
generasi ini segala aktivitas dapat dilakukan melalui internet. Kebiasaan atau budaya
melalui internet inilah yang kemudian disebut dengan cyberculture. Yakni berupa
kebiasaan-kebiasaan ataupun segala aktivitas yang dilakukan masyarakat melalui
jaringan internet. Contohnya masyarakat berkomunikasi (chatting, telefon)
menggunakan media sosial seperti facebook, Black Berry Messanger, Line, What’s-
Up, dan sebagainya. Tidak hanya untuk berkomunikasi saja, melalui internet
masyarakat dapat melakukan aktivitas seperti berbelanja online atau transaksi bisnis,
mencari teman, mengobrol, hingga pada kegiatan formal seperti rapat perusahaan
dapat dilakukan melalui internet.
“Manifestations of Cyberculture include various human interactions mediated by
computernetworks. They can be activities, pursuits, games, places and metaphors,
and include a diverse base of applications.” (Lee Goi, C. 2009)
III. PEMBAHASAN
Internet salah satu media yang termasuk dari proses komunikasi (Arshano Sahar,
2014). Meme merupakan salah satu bagian dari proses komunikasi itu sendiri untuk
bidang referensi humor. Melihat saat ini penggunaan media sosial bisa menjadi
kebutuhan oleh penggunanya serta didukung dengan teknologi yang begitu canggih, akan
sangat memungkinkan untuk sering diakses. Media sosial Instagram merupakan salah
satu yang sering digunakan dalam mengakses meme. Melalui akun yang ada seperti
meme comic Indonesia, 1cak dan lain-lain.
Meme, yang menurut Shiftman, umumnya diterapkan untuk menggambarkan
propagansi item konten seperti lelucon, rumor, video atau situs web yang dikonsumsi
oleh satu orang ke orang lai, saat ini telah, dan baru saja berkembang menjadi sebuah
budaya dan hegemoni di ranah kajian dunia cyber.
Beberapa kajian mengenai meme, antara lain, yang pertama karya Rosa Redia,
yang berjudul “semiotika meme politik”, yang menghasilkan data bahwa aksi masyarakat
dunia maya atau netizen dinyatakan berbeda dengan aksi masyarakat dunia nyata,
termasuk dalam kegiatan berpolitik.
Rosa Redina, dalam jurnalnya, menyatakan bahwa gambar meme yang seringkali
hanya dianggap sebaga bentuk hiburan semata, tanpa disadarai memiliki konten konten
sensitif berbau kritik yang cenderung lebih menyenangkan untuk disimak daripada berita
berita politik dalam media konvensional.
Kecenderungan masyarakat untuk lebih mengkonsumsi karya kritik dibandingkan
berita di media konvensional menandakan bahwa telah terjadi pergeseran pola budaya
konsumsi dan produksi kearah dunia maya atau net generation.
Budaya pengkonsumsian produk media dalam konteks net generation, juga telah diteliti
oleh Natasha Cindy, dalam jurnalnya yang berjudul “Representasi Meme Jomblo Dalam
Situs Jejaring Social Twitter”, yang ranah kajiannya mengarah pada sisi humanism
masyarakat melalui meme.
Penggunaan meme sebagai sebuah cyberculture bagi penulis, menandakan satu
hal, yaitu munculnya liberalisasi pemikirandan sikap dalam masyarakat Indonesia saat ini
yang sebenarnya berwujud kritik atas apa yang terjadi di lingkungannya.
Namun dari sekian banyak meme yang diciptakan oleh orang Indonesia, masih banyak
dari beberapa meme tersebut yang sebenarnya serapan dari luar negeri. Maklum saja, awal
terbentuknya budaya meme di kalangan netizen juga berawal dari luar negeri. Salah satu website
asal luar negeri yang termasuk awal dalam mempopulerkan meme adalah 9gag (domain:
9gag.com).
Jika kita mengunjung laman website tersebut akan kita temukan banyak sekali macam
meme yang digunakan untuk menyampaikan guyonan atau bahkan kritikan terhadapat seseorang
atau fenomena. Semisal meme ‘bad luck brian’ yang biasa digunakan untuk jenis meme yang
berkisah ketidak beruntukan seseorang, atau meme ‘good duy greg’ yang digunakan untuk
mengisahkan seorang yang sangat baik dalam menolong orang lain.
Kehadiran Internet sebagai sebuah fenomena sekaligus wadah atau meda baru
menjadikan batas geografis semakin mengecil dan ruang lingkup masayarakat untuk saling
berinteraksi semakin luas, seperti konsep Global Village yang diungkapkan okeh Mc Luhan.
Bentuk dan sifat yang dimiliki oleh new media sebagai global village ini menjadikan
masyarakat seolah memiliki lingkungan baru dan dengan budaya yang baru pula yang
menyesuaikan dengan sifat dan karakteristik dunia cyber ini.
Dalam setiap aspek kehidupan di dunia ini mempunyai dampak yang tidak bisa di
hindari. Dampak dari globalisasi dapat memengaruhi hampir semua aspek yang ada di
masyarakat. Termasuk diantaranya aspek budaya. (Sulaeman, M.M, 1988)
Sebagai sebuah tren atau bahkan sudah masuk kedalam ranah yang lebih luas dan
komleks, yakni budaya, cyberculture memiliki kemampuan untuk menggerakkan masyarakat
agar berperilaku sesuai dengan budaya yang dimiliki.
Salah satu budaya yang marak terjadi dalam dunia cyber adalah budaya menyampaikan
pendapat berupa kritik. Kritik merupakan hak yang dimiliki oleh setiap manusia. Setiap manusia
tentunya memiliki rasa tidak nyaman terhadap sesuatu hal, dan sebagai respon yang positif atas
ketidaknyamanan tersebut, muncullah kritik sebagai sebuah bentuk komunikasi, baik secara
verbal maupun non verbal yang seringkali diidentikkan dengan hal negative.
Dalam beberapa pengertian kritik sosial mengandung konotasi negatif seperti “celaan”,
namun kata “kecaman” mengandung kemungkinan kata positif yaitu dukungan, usulan, atau
saran, penyelidikan yang cermat. (Masoed, 1999: 36).
Bentuk kritik di media social sangatlah banyak salah satunya dalah lewat meme. Meme
mampu menjadi media kritik yang cukup efektif, khususnya dalam konteks cyberculture di
Indonesia. Tiap hari banyak pengakses media maya di Indonesia yang mengakses new media,
salah satunya untuk mengakses meme di media social. Selain sebagai hiburan, meme juga
diakses dan dibuat untuk menyampaikan kegelisahan masyarakat atas fenomena sosial dan
politik khususnya demokrasi yang ada di Indonesia.
“Kemunculan meme di Indonesia ini adalah fenomena sosial yang dilatarbelakangi oleh
pola ungkap yang meluap sebagai indikasi dari proses demokrasi. Selain itu, keberadaan jejaring
sosial yang sangat terbuka pun turut menjadi lahan yang sangat subur bagi proses
pengembangbiakan meme. (http://news.indonesiakreatif.net/geliat- visual-meme/ di akses pada
11 Mei 2015 pukul 20.00 wib).
Semakin maraknya penggaksesan serta pembuatan meme, menjadikan meme ini tren dan
budaya khususnya sebagai representasi kritik, bagi masyarakat Indonesia itu sendiri , sepeerti
halnya penelitian yang dilakukan oleh Rosa Redia Pusanti yang meneliti tentang representasi
kritik dalam meme politik. Beliau mendapatkan hasil bahwa selama pemilu 2014, penyebaran
meme politik yang terjadi di Indonesia digunakan sebagai sarana kritik terhadap partai politik,
fenomena politik, serta para actor politik yang maju di pemilu 2014 ini.
Penggunaan meme sebagai media kritik ini, semakin popular tidak lepas dari sifatnya
yang humoris. Penggunaan bahasa sehari hari, ditambah dengan pemilihan gambar yang sesuai,
ditambah dengan logika dan nalogi humor yang lucu, menjadikan sifat meme ini sebagai sebuah
media yang sangat mudah untuk menyampaikan pesannya, khususnya pesan beruba kritik
terhadap fenomena sosial dan budaya serta sebagai perang wacana antara pihak masayarakat
dengan pihak yang berkuasa
“Tidak jarang meme juga dijadikan sebagai media perang wacana atau perang opini oleh
yang berkepentingan” (http://news.indonesiakreatif.net/geliat- visual-meme/ di akses pada 11
Mei 2015 pukul 20.00 wib)
Hal ini menunjukkan bahwa meme-meme yang diposting oleh para netizen sebagai
bagian dari cyberculture cukup efektif melakukan peran sebagai kontrol sosial yaitu melalui
kritik. Peran yang umumnya dilakukan oleh pers profesional. Bayangkan saja, fenomena dunia
maya seperti ini tentu tidak terjadi 10 tahun sebelumnya. Baru setelah munculnya new media,
kejadian seperti kasus penginjakan bunga di taman itu terjadi.
Meme telah menjadi sebuah fenomena sosial pada saat ini di Indonesia. Hal itu tidak
terlepas dari sifat humor dari meme tersebut yang menarik perhatian sehingga memudahkan
pengakses untuk mencerna kritik yang disampaikan.
“Kemunculan meme di Indonesia ini adalah fenomena sosial yang dilatarbelakangi oleh
pola ungkap yang meluap sebagai indikasi dari proses demokrasi. Selain itu, keberadaan jejaring
sosial yang sangat terbuka pun turut menjadi lahan yang sangat subur bagi proses
pengembangbiakan meme.” (http://news.indonesiakreatif.net/geliat- visual-meme/ di akses pada
11 Mei 2015 pukul 20.00 wib).
Dalam fenomena meme ini, peneliti untuk melakukan analisis dalam media sosial 1cak
yang merupakan salah satu media sosial terbesar di Indonesia yang menggunakan meme sebagai
sarana bermedia sosial mereka. Peneliti melakukan penelitian dengan mengkategorisasikan
meme menjadi 5 subtema tema yang paling umum terlihat di media social 1cak, yaitu meme
bertemakan hiburan, pendidikan, sosial budaya, politik, serta meme yang bertemakan
lingkungan. Dalam 5 kategori ini, peneliti mengumpulkan data pada meme yang muncul pada
kurun waktu bulan februari dan juga dengan kategori sasi jumlah likes yang tidak kurang dari
1000 likes, yang menandakan bahwa meme ini banyak diapresiasi oleh pengaksesnya.
20 februari 2016
3,530 likes
16 februari 2016
3,607 likes
29 februari 2016
3,742 likes
Analisis: Menanggapi
Gambar yang meme tersebut,
ditampilkan netizen ikut
adalah bagian berkomentar
dari adegan serial bahwa apa yang
kartun dirasakan oleh
Spongebob pembuat meme
Squarepants saat juga dirasakan
tokoh Spongebob olehnya yang
menikah dengan belum pernah
tokoh Sandy. menonton episode
Namun sang dengan adegan
pembuat meme Spongebob
dalam caption menikah. Ada
mempertanyakan juga yang
apakah hanya dia mengatakan
yang belum bahwa adegan
pernah menonton tersebut ada di
episode ini. Spongebob Lost
Artinya pembuat Episode atau
meme sedang episode yang
bingung memang tidak
sekaligus ragu ditayangkan di
apakah adegan televisi dan bukan
tersebut benar – secara resmi
benar ada. buatan
Nickelodeon,
produsen serial
Spongebob
Squarepants.
Selebihnya tag
yang dilakukan ke
teman.
Meme ini berisi Komentar: 150
potongan berita
dari sebuah
artikel di internet.
Di sana terlihat Dari sejumlah
seorang ibu 150 komentar,
menemanin banyak di antara
anaknya yang komentar itu yang
masih SD, menyatakan ke-
bermain di iri-an mereka
warnet. Si anak dengan si anak
memainkan salah yang memiliki ibu
satu game online pengertian.
terpopuler saat
Namun, ada pula
ini: DOTA 2.
3 Februari 2016 yang curhat
Beberapa netizen
juga bertanya
pada temannya
dengan men-tag
mereka tentang
karakter ibu
mereka ketika
melihat anaknya
bermain game.
Komentar: 96
Meme ini
menggambarkan
fenomena di
Indonesia, ketika Beberapa netizen
ada seseorang ada yang setuju
memiliki sepatu dengan meme
Beberapa netizen
bahkan saling
membalas chat
dan berbincang di
kolom ini.
Komentar: 216
Meme ini
memperlihatkan
tentang isu gender
di kalangan Beberapa di
Komentar: 152
Meme ini
menggambarkan
sebuah kertas
ujian yang Banyak sekali
pertanyaan menyatakan
Komentar: 47
Meme ini
menunjukkan
kebiasaan yang
dilakukan oleh Banya dari
15 Februari 2016
Komentar: 389
Meme disamping
memperlihatkan
gaya berbusana
anak SMA yang Komentar yang
menggunakan didapatkan untuk
pendidikan, beranggapan
Komentar: 94
Meme ini
nampaknya dibuat
Sepertinya
karena mendekati
banyak pembaca
dengan jadwal
1cak yang juga
Ujian Nasional.
membaca komik
Tampak guru
atau anime One
dengan muka
Punch Man.
garang dalam
Sehingga dari
komik meme
komentar yang
tersebut sedang
bermunculan
memberikan tips
banyak yang telah
kepada muridnya
paham bahwa
bagaimana bisa
29 Februari 2016 tokoh dalam
lulus ujian.
komik tersebut
Like: 3.221
semuanya berasal
dari satu tokoh
Jika ditelisik
utama komik One
komik itu
Punch Man.
bermuka sama
semua dari salah
satu tokoh komik
Dari beberapa
One Punch Man.
komentar ada
yang
mempelesetkan
nama gurunya
menjadi
saitamiun, ada
juga yang bilang
Saitama pakai
hijab. Bahkan ada
pula iklan dalam
kolom komentar.
Perkembangan Secara
zaman membuat keseluruhan
pola dan tingkah respon atau
laku masyarakat tanggapan
berubah. netizen
Termasuk dalam menganggap
budaya dan sikap segabagai bahan
sosial masyakat lelucon.
yang kini mulai
Dari sejumlah
mengarah pada komentar yang
teknologi- bermunculan,
beberapa
teknologi yang
netizen
memudahkan menyatakan
individu dan rasa rindu
inividu saling mereka
Tanggal : 20-2-2016 terhadap
berinteraksi tanpa moment-
Like: 4207
harus dalam satu moment seperti
tempat. Dalam itu. Namun ada
pula komentar
meme ini, kritik
yang
budaya mengenai menyatakan
fenomena sosial meme tersebut
adalah sebuah
masyarakat yaitu
hasil editan.
adalah perubahan Komentar
interaksi sosial tersebut
kemudian
yang ada, dimana
terbantahkan
budaya yang saat ada yang
begitu indah untuk menyatakan
bahwa di
saling bertatap
daerahnya
muka dengan masih ada yang
media permainan melakukan
tradisional pada permainan
tradisional
zaman dulu tersebut.
merupkan salah
satu hal yang
sangat sulit untuk
dilakukan pada
zaman ini.
Sikap dan perilaku Beragam
indiviu sangat komentar yang
muncul pun
dipengaruhi oleh
beragam.
budaya dan Komentar yang
lingkungan. Ada ada pun
beragam. Dari
sikap-siakap yang
tanggapan yang
santun pada guyonan,
zaman dulu kini hingga
tanggapan yang
terkikis dengan
serius.
perubahan yang
sangat terlihat
dalam meme ini. Contohnya
reaaksi di
Adanya cara kolom komentar
berpacaran sejak yang bernada
dini dengan goyonan seperti
meledek
bentuk yang
temannya
vulgar layaknya dengan
suami-istri, kini mengatakan
bahwa ia kalah
bukan hal besar
dari seorang
lagi. Budaya kini anak kecil yang
Tanggal: 2-2-2016 mulai berkembang ada dalam
meme tersebut.
terlepas dari sisi
Like: 2834
positif ataupun
negatif, adanya Ada pula
sikap dan peran beberapa yang
orangtua beranggapan
merupakan faktor bahwa ini
penting dalam adalah
perkembangan kesalahan dan
anak. keteledoran dari
berbagai pihak,
mulai dari orang
tua yang lalai
menawasi
tontonan anak
mereka, media
yang tidak dapat
memberikan
tayangan
berkualitas,
serta kurang
pengawasan
lembaga
berwenang
untuk mensortir
tayangan
hiburan di
Indonesia.
Beberapa
ungkapan seperti
“5 menit sudah
sampai, bentar
lagi mandi” dan
lain sebagainya
hanyalah sebuah
kebiasaan agar
orang lain tidak
lebih lambat dari
kita. Padahal
membuat orang
lain menunggu
adalah sebuah
perbuatan yang
tidak patut untuk
dilakukan.
Tanggal:14-2- Beragam
2016 komentar
muncul pada
Like: 3543
postingan meme
ini. Seperti yang
kembali
Meme disamping
mengajak
memperlihatkan
teman-
bagaimana
temannya
tayangan televisi
bernostalgia
yang dikonsumsi
dengan
anak-anak kecil menyabutkan
pada jaman dulu karakter pada
dan jaman tontonan masa
sekarang. kecil mereka
terssebut.
Pembuat meme
ingin memberikan Ada pula akun
perbandingan yang
dengan berkomentar
menampilkan dengan bernada
langsung akibat miring hal
yang ditimbulkan tersebut sebagai
jika anak-anak akibat dari para
jaman sekarang orangtua yang
menonton terkadang tidak
tayangan yang mau mengalah
tidak sesuai dengan anaknya
dengan umur saat menonton
mereka. televise yang
berakibat para
anak-anak akan
ikut
mengkonsumsi
apa yang orang
tua mereka
konsumsi.
Tanggal: 14-2- Sebagian besar
2016 komentar yang
ada hanya
Like: 3632
berupa saling
men-tag akun
teman mereka
Meme ini hadir
yang kemudian
bertepatan dengan
dijadikan bahan
hari kasih saying
hiburan bagi
atau Valentine.
mereka yang
Meme ini seakan
melihat meme
mengkritik keras
tersebut
perilaku manusia
setelah melakukan
peringatan
perayaan hari-hari
besar, seperti
tahun baru dan
Valentine.
Pembuat meme
secara tersirat
mengatakan
bahwa pada saat
memperingati hari
Valentine akan
banyak sampah
alat kontrasepsi
yaitu kondom
yang berceceran
dimana mana
pasca para orang-
orang
merayakannya.
Banyak sekali
Meme ini komentar yang
menggambarkan menyatakan
fenomena yang kesetujuan
ada di kalangan mereka
menengah ke atas terhadap meme
tentang bagaimana tersebut.
kebiasaan mereka Diantaranya
yang terkadang dengan
menindas para mengatakan
pedagang kecil tersentuh
tapi tidak sungkan hatinya saat
berbelanja di melihat meme
tempat yang ini, saling men-
mahal. tag akun teman-
temannya yang
lain, serta ada
Pembuat meme yang berkata
sadar akan bahwa kopi
buatan kafe
ketidakadilan
rasanya tidak
yang di derita para lebih dari kopi
pedagang yang ibunya
tradisional dan buatkan di
berusaha rumah.
menyuarakannya
melalui meme Namun, ada
yang cukup juga yang
berpendapat
sederhana ini,
bahwa tidak ada
hanya foto salahnya jika
seorang ibu tua berbelanja di
pasar atau
sedang berdagang
swalayan
di pasar dan karena
ditambah terkadang di
potongan kata- satu sisi ada
oknum yang
kata. nakal dan
bermain harga
diantara kedua
tempat
berbelanja
tersebut.
.
5. Kategori Meme Lingkungan
Dari table meme diatas dapat dilihat bahwa keseluruhan meme yang peneliti ambil adalah meme
yang bersifat kritik. Peneliti disini berasumsi pula bahwa meme tersebut sebagai sebuah budaya
atau cyberculture juga bersifat liberal atau bebas yang mengarah pada liberalisasi pemikiran dan
perilaku netizen di internet
Ensiklopedi Britannica 2001 deluxe edition CD-ROM, menjelaskan bahwa kata liberal diambil
dari bahasa Latin liber, free. Liberalisme secara etimologis berarti falsafah politik yang
menekankan nilai kebebasan individu dan peran negara dalam melindungi hak-hak warganya.
Mengapa dapaat dikatakan liberalisasi pemikiran? Hal ini dinyatakan dengan mulai bebasnya
masyarakat dalam mengungkapkan pendapatnya, yang saat ini banyak diwakili oleh meme yang
dibuat oleh user dari new media itu sendiri. User yang sifatnya anonim, menjadikan para
pembuat meme lebih bebas dalam mengekspresikan apa yang ada dalam pikirannya.
hal ini trerbukti dalam meme yang peneliti kumpulkan dalam kurun waktu satu bulan, yakni
bulan februari 2016, yang selain memuat unsur kritik namun juga memiliki sifat kebebasan, baik
dalam segi pembuatan memenya serta komentar yang dilontarkan.
Amir, P. (2012). Masyarakat Informasi Dan Digital: Teknologi Informasi dan Perubahan Sosial.
Jurnal Sosioteknologi Edisi 27, 143-156.
Cindy, N. (2016). Representasi Meme Jomblo Dalam Situs Jejaring Sosial Twitter (Analisis
Semiotika Roland Barthes). Pekanbaru. 3.
Djoko P., R. (1998). Semiotika: Teori, Metode, dan Penerapannya. Humaniora, (7), 42-48.
Lee Goi, C. (2009). Cyberculture: Impacts on Netizen. Asian Culture and History, 1(2), 140-143.
Hermawati, Y. (2013). Partisipasi Netizen dalam Mewujudkan Masyarakat Madani, 5.
Retie, R. (2002). Net Generation Culture. Journal of Electronic Commerce Research, 3(4), 254-
264.
Rohim., S. (2009). Teori komunikasi. Jakarta: Rineka cipta.
Shalahuddin, H. (2007). Memaknai Liberalisme. Insists - Institute for The Study of Islamic
Thought and Civilization Powered by Mambo. 6