Vous êtes sur la page 1sur 86

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mioma kadang-kadang disebut juga fibroid atau lemiomata adalah tumor


jinak yang berasal dari sel-sel otot polos. Tumor itu mengandung sejumlah
jaringan ikat yang berbeda yang mungkin terdiri dari sel-sel otot polos yang telah
mengalami degenerasi. Umumnya fibroid ditemukan dalam dekade ke empat atau
kelima dari kehidupan.

Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan


infertil, bisa terjadi sebagai akibat keguguran spontan, berulang atau tertutupnya
bagian tuba yang berbeda di dalam rahim. Komplikasi kehamilan bisa berbentuk
persalinan premature, abortus, solutio plasenta dan distocia fibroid bias tumbuh
cepat dalam masa hamil dan mengalami infark. Sebuah fibroid yang mengalami
infark dapat menimbulkan rasa nyeri dan bias merupakan sebuah komplikasi
kehamilan yang sangat sulit menanganinya.

Berdasarkan otopsi norax menemukan 27% wanita berumur 25 tahun


memiliki sarang mioma. Mioma uteri belum pernah (dilaporkan) terjadi sebelum
menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% myoma yang masih tumbuh.
Di Indonesia myoma uteri ditemukan 2,39-11,7% pada semua penderita
ginekologi yang dirawat.

Adapun dampak bila myoma uteri tidak diangkat yaitu terjadi pertumbuhan
leimiosarkoma, nekrosis, dan infeksi. Untuk mencegah agar tidak terjadi dampak-
dampak yang lebih parah, maka ada beberapa cara pengobatan yang dapat
dilakukan, diantaranya adalah terapi operatif yaitu dengan histerektomi total
abdominal.

1
Histerektomi total abdominal dengan atau tanpa salphingektomi adalah
salah satu operasi ginekologi yang paling sering dilakukan sehingga hal ini
menjadi salah satu tindakan standar bagi ahli bedah ginekologi yang berpraktek.
Meskipun klien telah mengalami pembedahan bukan bebrarti masalah sudah
teratasi, tapi akan timbul dampak-dampak akibat pembedahan antara lain
perubahan siklus hormone, menopause dini, timbul masalah coitus, peningkatan
insien osteoporosis, adanya nyeri, lebih lama dalam mendapatkan kembali fungsi
usus, kesulitan miksi. Oleh karena itu diperlukan perawatan yang tepat untuk
mengurangi rasa sakit pada klien, mencegah komplikasisetelah operasi dan
menolong penyembuhan dalam fungsi-fungsi yang normal.

Perawat sebagai bagian dari integral dari pelayanan kesehatan memiliki


peranan yang besar dalam proses penyembuhan penderita. Sehingga perawat
harus mampu melakukan asuhan keperawatan yang benar pada pasien myoma
uteri. Tumor merupakan salah satu penyakit yang diikuti oleh wanita, sehingga
masalah yang muncul pada klien myoma uteri ini tidak hanya masalah fisik tetapi
juga terkait dengan masalah psikososial. Masalah fisik umumnya menyangkut
nyeri, perdarahan dan masalah psikkososial mencakup cemas, gangguan body
image dan proses kehilangan.

B. Tujuan

Setelah mengikuti seminar ini mahasiswa diharapkan mampu untuk :

1. Mengetahuidefinisi tentang mioma uteri

2. Mengetahui etiologi mioma uteri

3. Mengetahui manifestasi klinik dari mioma uteri

4. Mengetahui komplikasi mioma uteri

5. Memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan mioma uteri

2
C. Manfaat

1. Manfaat Bagi Penulis

Penulis mendapatkan pengetahuan tentang penulisan laporan dan pengetahuan


tentang asuhan keperawatan pada ibu dengan mioma uteri.

2 Manfaat Bagi Klien

Klien mendapatkan asuhan keperawatan dengan baik mengenai asuhan


keperawatan mioma uteri.

3
BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Mioma Uteri

a. Definisi Mioma Uteri

Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menumnpang, sehingga dalam kepustakaan dikenal dengan
istilah Fibromioma, leiomioma, atau fibroid (Mansjoer, 2007).
Mioma Uteri adalah suatu tumor jinak, berbatas tegas, tidak berkapsul, yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut fibromioma
uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini merupakan neoplasma
jinak yang paling sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,terutama wanita
usai produktif. Walaupun tidak sering, disfungsi reproduksi yang dikaitkan dengan
mioma mencakup infertilitas, abortus spontan, persalinan prematur, dan
malpresentasi (Crum, 2013).
b. Klasifikasi Mioma Uteri
Mioma umumnya digolongkan berdasarkan lokasi dan ke arah mana mereka
tumbuh. Klasifikasinya sebagai berikut :
1. Mioma Intramural
Merupakan mioma yang paling banyak ditemukan. Sebagian besar tumbuh di
antara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah, yaitu miometrium.
2. Mioma Subserosa
Merupakan mioma yang tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar, yaitu
serosa dan tumbuh ke arah rongga peritonium. Jenis mioma ini bertangkai
(pedunculated) atau memiliki dasar lebar. Apabila terlepas dari induknya dan
berjalan-jalan atau dapat menempel dalam rongga peritoneum
disebut wandering/parasitic fibroid Ditemukan kedua terbanyak.
3. Mioma Submukosa

4
Merupakan mioma yang tumbuh dari dinding uterus paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar.
Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran
serviks, yang disebut mioma geburt (Chelmow, 2015)
c. Etiologi
 Etiologi pasti belum diketahui
 Peningkatan reseptor estrogen-progesteron pada jaringan mioma uteri
mempengarui pertumbuhan tumor
 Faktor predisposisi yang bersifat herediter, telah diidentifikasi kromosom yang
membawa 145 gen yang diperkirakan berpengaruh pada pertumbuhan fibroid.
Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
 Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan dan mengecil setelah
menopause jarang ditemukan sebelum menarke (Crum, 2015).
Faktor Risiko terjadinya mioma uteri yaitu:
1. Usia penderita
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia reproduksi dan sekitar 40%-
50% pada wanita usia di atas 40 tahun (Suhatno, 2007). Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarke (sebelum mendapatkan haid). Sedangkan pada
wanita menopause mioma uteri ditemukan sebesar 10% (Joedosaputro, 2005).
2. Hormon endogen (Endogenous Hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi daripada jaringan
miometrium normal. (Djuwantono, 2009)
3. Riwayat Keluarga
Wanita dengan garis keturunan tingkat pertama dengan penderita mioma uteri
mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan dengan
wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri. (Parker, 2007)
4. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Obesitas juga berperan dalam terjadinya mioma uteri. (Parker, 2007)
5. Makanan

5
Dilaporkan bahwa daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan daging
babi menigkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan insiden
mioma uteri (Parker, 2007).
6. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar esterogen
dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri (Manuaba, 2003).
7. Paritas
Mioma uteri lebih banyak terjadi pada wanita dengan multipara dibandingkan
dengan wanita yang mempunyai riwayat frekuensi melahirkan 1 (satu) atau 2
(dua) kali (Khashaeva, 1992).
d. Patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium akan berproliferasi hal
tersebut diakibatkan oleh rangsangan hormon estrogen. ukuran myoma sangat
bervariasi. sangat sering ditemukan pada bagian body uterus (corporeal) tapi dapat
juga terjadi pada servik. Tumot subcutan dapat tumbuh diatas pembuluh darah
endometrium dan menyebabkan perdarahan. Bila tumbuh dengan sangat besar
tumor ini dapat menyebabkan penghambat terhadap uterus dan menyebabkan
perubahan rongga uterus. Pada beberapa keadaan tumor subcutan berkembang
menjadi bertangkai dan menonjol melalui vagina atau cervik yang dapat
menyebabkan terjadi infeksi atau ulserasi. Tumor fibroid sangat jarang bersifat
ganas, infertile mungkin terjadi akibat dari myoma yang mengobstruksi atau
menyebabkan kelainan bentuk uterus atau tuba falofii. Myoma pada badan uterus
dapat menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini menyebabkan kecilnya
pembukaan cervik yang membuat bayi lahir sulit.

6
Pathway Mioma Uteri

7
e. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat mioma, besarnya tumor,
perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala yang mungkin timbul diantaranya:
 Perdarahan abnormal, berupa hipermenore, menoragia dan metroragia. Faktor-
faktor yang menyebabkan perdarahan antara lain:
o Terjadinya hiperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium
karena pengaruh ovarium
o Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasanya
o Atrofi endometrium di atas mioma submukosum
o Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya mioma di antara
serabut miometrium
 Rasa nyeri yang mungkin timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang
mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama saat
menstruasi
 Pembesaran perut bagian bawah
 Uterus membesar merata
 Infertilitas
 Perdarahan setelah bersenggama
 Dismenore
 Abortus berulang
 Poliuri, retention urine, konstipasi serta edema tungkai dan nyeri panggul.
(Chelmow, 2015)
f. Diagnosis
Diagnosis mioma uteri dapat ditegakkan dari:
1. Anamnesis
Dari anamnesis dapat ditemukan antara lain :
a. Timbul benjolan diperut bagian bawah dalam waktu relatif lama.
b. Kadang-kadang disertai gangguan haid
c. Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir mioma bertangkai, atau pecah.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

8
a. Pemeriksaan abdomen
 Uterus yang membesar dapat dipalpasi pada abdomen
 Teraba benjolan tidak teratur, tetap dan lunak
 Ada nyeri lepas yang disebabkan oleh perdarahan intraperitoneal
b. Pemeriksaan pelvis
 Adanya dilatasi serviks
 Uterus cenderung membesar, tidak beraturan dan berbentuk nodul
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
mioma uteri , sebagai berikut :
a. Ultra Sonografi (USG), untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis. Mioma juga
dapat dideteksi dengan Computerized Tomografi Scanning (CT
scan) ataupun Magnetic Resonance Image ( MRI), tetapi kedua pemeriksaan itu
lebih mahal.
b. Foto Bulk Nier Oversidth (BNO), Intra Vena Pielografi (IVP) pemeriksaaan ini
penting untuk menilai massa di rongga pelvis serta menilai fungsi ginjal dan
perjalanan ureter.
c. Histerografi dan histerokopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
d. Laparoskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
e. Laboratorium: hitung darah lengkap dan apusan darah, untuk menilai kadar
hemoglobin dan hematokrit serta jumlah leukosit.
f. Tes kehamilan adalah untuk tes hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa
membantu dalam mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena
kehamilan atau oleh karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan
pembesaran uterus menyerupai kehamilan.

9
Mioma Uteri

g. Diagnosis Banding
Diagnosis banding yang harus dipikirkan dengan adanya mioma uteri adalah
 Kehamilan,
 Neoplasma ovarium,
 Adenomiosis,
 Keganasan uterus.
h. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada mioma uteri secara umum, yaitu:
1. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
2. Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi
akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi sindrom abdomen
akut.

i. Penatalaksanaan

10
1. Penanganan mioma menurut usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor
Penanganan mioma uteri tergantung pada usia, paritas, lokasi dan ukuran tumor,
dan terbagi atas :
a. Penanganan konservatif
Cara penanganan konservatif dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2) Monitor keadaan Hb
3) Pemberian zat besi
4) Penggunaan agonis GnRH untuk mengurangi ukuran mioma
b. Penanganan operatif
Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :
1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia
2) Nyeri pelvis yang hebat
3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma
berukuran kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)
4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)
5) Pertumbuhan mioma setelah menopause
6) Infertilitas
7) Meningkatnya pertumbuhan mioma (Moore, 2011).
Jenis operasi yang dilakukan pada mioma uteri dapat berupa :
a. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma tanpa pengangkatan rahim/uterus
(Rayburn, 2001). Miomektomi lebih sering di lakukan pada penderita mioma uteri
secara umum. Penatalaksanaan ini paling disarankan kepada wanita yang belum
memiliki keturunan setelah penyebab lain disingkirkan (Chelmow, 2005).
b. Histerektomi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat rahim,
baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total) berikut
serviks uteri (Prawirohardjo, 2001). Histerektomi dapat dilakukan bila pasien
tidak menginginkan anak lagi, dan pada penderita yang memiliki mioma yang
simptomatik atau yang sudah bergejala. Ada dua cara histerektomi, yaitu :

11
1) Histerektomi abdominal, dilakukan bila tumor besar terutama mioma
intraligamenter, torsi dan akan dilakukan ooforektomi
2) Histerektomi vaginal, dilakukan bila tumor kecil (ukuran < uterus gravid 12
minggu) atau disertai dengan kelainan di vagina misalnya rektokel, sistokel atau
enterokel (Callahan, 2005).
Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk
histerektomi adalah sebagai berikut :
1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar
dan dikeluhkan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan
bergumpal-gumpal atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat
kehilangan darah akut atau kronis.
3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut,
rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan
penekanan pada vesika urinaria mengakibatkan frekuensi miksi yang sering
(Chelmow, 2015).
2. Penatalaksanaan mioma uteri pada wanita hamil
Selama kehamilan, terapi awal yang memadai adalah tirah baring, analgesia
dan observasi terhadap mioma. Penatalaksanaan konservatif selalu lebih disukai
apabila janin imatur. Seksio sesarea merupakan indikasi untuk kelahiran apabila
mioma uteri menimbulkan kelainan letak janin, inersia uteri atau obstruksi
mekanik.
j. Asuhan Keperawatan Mioma Uteri
1. Pengkajian
 Data biografi pasien
 Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor
pencetus, lamanya keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya
yang dilakukan untuk mengatasi, dan diagnosis medik.
 Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat
alergi, imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
 Riwayat kesehatan keluarga

12
 Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan
kanker servik, pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah
pengkajian obstretri dan ginekologi, meliputi :
o Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama
persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi,
masalah bayi dan keadaan anak saat ini
o Pemeriksaan genetalia
o Pemeriksaan payudara
o Riwayat operasi ginekologi
o Pemeriksaan pap smear
o Usia menarche
o Menopause
o Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi
 Kesehatan lingkungan/higiene
 Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,
hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.
 Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain
 Terapi medis yang diberikan
 Efek samping dan respon pasien terhadap terapi
 Persepsi klien terhadap penyakitnya
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis (kanker serviks) dan agen
injuri fisik (jika dilakukan terapi pembedahan)
b) Cemas berhubungan dengan krisis situasional (histerektomi atau kemoterapi),
ancaman terhadap konsep diri, perubahan dalam status kesehatan, stres,
c) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis (status hipermatebolik berkenaan dengan kanker) dan faktor
psikososial
d) Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan
sekunder; ketidakadekuatan pertahanan imun tubuh; imunosupresi (kemoterapi),
dan prosedur invasi

13
e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang
penyakit; keterbatasan kognitif (dilihat dari tingkat pendidikan); misinterpretasi
dengan informasi yang diberikan ; dan tidak familiar dengan sumber informasi
f) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan
perkembangan penyakit
g) Gangguan eliminasi fekal : konstipasi berhubungan dengan menurunnya
mobilitas intestinal
h) Retensi urin berhubungan dengan penekanan yang keras pada uretra

14
3. Intervensi Keperawatan

DIANGOSA KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI


DAN KOLABORASI

Nyeri akut berhubungan dengan NOC : Kontrol Nyeri NIC


agen injuri biologis (kanker Setelah dilakukan pemberian asuhan 1. Manajemen Nyeri
serviks) dan agen injuri fisik (jika keperawatan selama …..x 24 jam, diharapkan - Kaji secara komphrehensif tentang nyeri, meliputi:
dilakukan terapi pembedahan) respon nyeri pasien dapat terkontrol dengan lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil sebagai berikut : intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor pencetus
 Klien mampu mengenal faktor-faktor penyebab - observasi isyarat-isyarat verbal dan non verbal dari
nyeri, beratnya ringannya nyeri, durasi nyeri, ketidaknyamanan, meliputi ekspresi wajah, pola tidur,
frekuensi dan letak bagian tubuh yang nyeri nasfu makan, aktitas dan hubungan sosial.
 Klien mampu melakukan tindakan pertolongan - Kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan anjuran.
non-analgetik, seperti napas dalam, relaksasi dan Pemberian analgetik harus memperhatikan hal-hal
distraksi sebagai berikut : prinsip pemberian obat 6 benar (benar
 Klien melaporkan gejala-gejala kepada tim nama, benar obat, benar dosis, benar cara, benar waktu
kesehatan pemberian, dan benar dokumentasi)
 Klien mampu mengontrol nyeri - Gunakan komunikiasi terapeutik agar pasien dapat
 Ekspresi wajah klien rileks mengekspresikan nyeri

15
 Klien melaporkan adanya penurunan tingkat - Kaji pengalaman masa lalu individu tentang nyeri
nyeri dalam rentang sedang (skala nyeri: 4 - Evaluasi tentang keefektifan dari tindakan mengontrol
sampai 6) hingga nyeri ringan (skala nyeri : 1 nyeri yang telah digunakan
sampai 3) - Berikan dukungan terhadap pasien dan keluarga
 Klien melaporkan dapat beristirahan dengan - Berikan informasi tentang nyeri, seperti: penyebab,
nyaman berapa lama terjadi, dan tindakan pencegahan
 Nadi klien dalam batas normal (80-100x/menit) - Ajarkan penggunaan teknik non-farmakologi (seperti:
 Tekanan darah klien dalam batas normal relaksasi, guided imagery, terapi musik, dan distraksi)
(120/80 mmHG) - Modifikasi tindakan mengontrol nyeri berdasarkan
 Frekuensi pernafasan klien dalam batas normal respon pasien
(12 – 20 x/menit) - Anjurkan klien untuk meningkatkan tidur/istirahat
- Anjurkan klien untuk melaporkan kepada tenaga
kesehatan jika tindakan tidak berhasil atau terjadi
keluhan lain
Anemia Setelah dilakukan tindakan keperawatan- Kaji gejala-gejala anemia yang terjadi
selama ......x 24 jam, perawat dapat- Pantau tanda-tanda anemia yang terjadi
meminimalkan komplikasi anemia yang terjadi- Monitor hasil pemeriksaan lab untuk pemeriksaan
dengan kriteria hasil: kadar Hb, RBC, Hct
- Konjungtiva merah muda - Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang

16
- Capilary refille ≤ 2 detik seimbang, terutama makanan tinggi kalori dan tinggi
- Mukosa mulut merah muda protein.
- Kadar Hb dbn (wanita dewasa: 12-14 g/dl),- Kolaborasi pemberian suplemen besi tambahan,
RBC dbn (wanita dewasa: 3,80-5,80 x 105/uL) vitamin dan mineral sesuai indikasi
dan Hct dbn (wanita dewasa : 37,0-47,0%) - Kolaborasi pemberian transfusi darah sesuai kebutuhan
- monitor efek samping dan respon pasien setelah
dilakukan transfusi darah
Cemas b.d krisis situasional NOC: Kontrol Cemas NIC
(histerektomi atau kemoterapi), Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada Menurunkan cemas:
ancaman terhadap konsep diri, pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien Tenangkan pasien dan kaji tingkat kecemasan pasien
perubahan dalam status kesehatan, dapat mengkontrol cemas dengan kriteria hasil Jelaskan seluruh prosedur tindakan kepada pasien dan
stres sebagai berikut: perasaan yang mungkin muncul pada saat melakukan
 Perawat memonitor tingkat kecemasan pasien tindakan
 Klien mampu menurunkan penyebab- Berusaha memahami keadaan pasien (rasa empati)
penyebab kecemasan  Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan
 Perawat dan keluarga dapat menurunkan tindakan dengan komunikasi yang baik
stimulus lingkungan ketika pasien cemas  Mendampingi pasien untuk mengurangi kecemasan
 Klien mampu mencari informasi tentang hal- dan meningkatkan kenyamanan
hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan Dorong pasien untuk menyampaikan tentang isi

17
kecemasan perasaannya
 Klien manpu menggunakan strategi koping Ciptakan hubungan saling percaya
yang efektif  Bantu pasien menjelaskan keadaan yang bisa
 Klien melaporkan kepada perawat penurunan menimbulkan kecemasan
kecemasan  Bantu pasien untuk mengungkapkan hal hal yang
 Klien mampu menggunakan teknik relaksasi membuat cemas dan dengarkan dengan penuh perhatian
untuk menurunkan cemas  Ajarkan pasien teknik relaksasi
 Klien mampu mempertahankan hubungan Anjurkan pasien untuk meningkatkan ibadah dan
social, dan konsentrasi berdoa
 Klien melaporkan kepada perawat tidur cukup, Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-
tidak ada keluhan fisik akibat kecemasan, dan obatan yang mengurangi kecemasan pasien
tidak ada perilaku yang menunjukkan kecemasan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC : NIC :


dari kebutuhan tubuh berhubungan Status nutrisi : intake makanan dan minuman 1. Manajemen Nutrisi
dengan faktor biologis (status Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada- Kaji adanya alergi makanan
hipermatebolik berkenaan dengan pasien selama …... x 24 jam, diharapkan status- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kanker) dan faktor psikososial nutrisi meliputi intake makanan dan minuman nutrisi yang sesuai dengan keadaan pasien
membaik dengan kriteria hasil sebagai berikut: - Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe, protein,

18
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan karbohidrat, dan vitamin C
tujuan - Berikan diet yang mengandung tinggi serat untuk
- Klien mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi mencegah konstipasi
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi - Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi pasien
2. Monitoring nutrisi
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti - Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
- Berikan lingkungan yang nyaman dan bersih selama
makan
- Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam
makan
- Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut kusam, dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht
- Kaji makanan kesukaan
- Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva
- Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik papila lidah

19
dan cavitas oral.
- Monitor variasi makanan yang dikonsumsi pasien
Resiko infeksi dengan faktor resiko NOC NIC
ketidakadekuatan pertahanan Pengetahuan:Kontrol infeksi Kontrol Infeksi
sekunder; ketidakadekuatan Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada  Bersikan lingkungan setelah digunakan oleh pasien
pertahanan imun tubuh; pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien  Ganti peralatan pasien setiap selesai tindakan
imunosupresi (kemoterapi), dan dapat menjelaskan kembali cara mengkontrol  Batasi jumlah pengunjung
prosedur invasi infeksi dengan kriteria hasil sebagai berikut:  Ajarkan cuci tangan untuk menjaga kesehatan individu
- Mampu menerangkan cara-cara penyebaran  Anjurkan pasien untuk cuci tangan dengan tepat
infeksi  Gunakan sabun antimikrobial untuk cuci tangan
- Mampu menerangkan factor-faktor yang  Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan sebelum
berkontribusi dengan penyebaran dan setelah meninggalkan ruangan pasien
- Mampu menjelaskan tanda-tanda dan gejala  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
- Mampu menjelaskan aktivitas yang dapat pasien
meningkatkan resistensi terhadap infeksi  Gunakan universal precautions
 Lakukan perawatan aseptic pada semua jalur IV
 Lakukan teknik perawatan luka dengan memperhatikan
prinsip septik dan aseptik
 Anjurkan istirahat

20
 Kolaborasi pemberian terapi antibiotik dengan
memperhatikan prinsip pemberian obat 6 benar (benar
obat, benar nama, benar dosis, benar waktu, benar cara
pemberian, dan benar dokumentasi)
 Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda,
gejala dari infeksi dan cara pencegahan infeksi
Kurang pengetahuan berhubungan NOC NIC
dengan kurangnya informasi Pengetahuan : proses penyakit 1. Pembelajaran : proses penyakit
tentang penyakit; keterbatasan Pengetahuan : prosedur perawatan - Kaji tingkat pengetahuan klien tentang penyakit
kognitif (dilihat dari tingkat Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada - Jelaskan nama penyakit, proses penyakit, faktor
pendidikan); misinterpretasi pasien selama …... x 24 jam, diharapkan pasien penyebab atau faktor pencetus, tanda dan gejala, cara
dengan informasi yang diberikan ; dapat menjelaskan kembali tentang proses meminimalkan perkembangan penyakit, komplikasi
dan tidak familiar dengan sumber penyakit dan prosedur perawatan dengan kriteria penyakit dan cara mencegah komplikas
informasi hasil sebagai berikut: - Berikan informasi tentang kondisi perkembangan klien
- Pasien mengenal nama penyakit, proses - Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala
penyakit, faktor penyebab atau faktor kepada petugas kesehatan
pencetus, tanda dan gejala, cara meminimalkan
perkembangan penyakit, komplikasi penyakit
2. Pembelajaran : prosedur/perawatan
dan cara mencegah komplikasi - Informasikan klien waktu pelaksanaan

21
- Pasien mengetahui prosedur perawatan, tujuan prosedur/perawatan
perawatan dan manfaat tindakan. - Informasikan klien lama waktu pelaksanaan
prosedur/perawatan
- Kaji pengalaman klien dan tingkat pengetahuan klien
tentang prosedur yang akan dilakukan
- Jelaskan tujuan prosedur/perawatan
- Instruksikan klien utnuk berpartisipasi selama
prosedur/perawatan
- Jelaskan hal-hal yang perlu dilakukan setelah
prosedur/perawatan
- Ajarkan tehnik koping seperti relaksasi untuk
mengurangi efek dari prosedur yang dilakukan
Gangguan citra tubuh berhubungan NOC NINIC
dengan pembedahan dan perubahan Meningkatkan citra tubuh, Peningkatan citra tubuh
perkembangan penyakit Setelah dilakukan asuhan keperawatann kepada - Kaji penerimaan pasien tentang kondisinya saat ini
pasien selama …... x 24 jam, diharapkan citra - Bantu klien untuk mendiskusikan perubahan tubuh
tubuh atau gambaran tubuh pasien meningkat akibta penyakit
dengan kriteria hasil sebagai berikut: - Bantu klien untuk mendiskusikan fungsi tubuh yang
Pasien mengungkapkan penerimaan citra tubuh terganggu

22
secara verbal maupuan non verbal - Kaji perasaan klien ketika berinteraksi dengan orang
Pasien mampu mempertahankan kontak mata lain
ketika berkomunikasi - Kaji persepsi klien dan keluarga tentang perubahan
Pasien mampu melakukan komunikasi terbuka tubuh yang terjadi
Pasien menunjukkan tingkat kepercayaan diri - Kaji strategi mengatasi masalah (koping) yang
digunakan
- Kaji apakah perubahan gambaran diri mempengaruhi
hubungan sosial klien
- Bantu klien mengidentifikasi bagian tubuh lain yang
bernilai positif
- Kaji dukungan sosial yang dimiliki klien
Gangguan eliminasi fekal : NOC NIC : Manajemen Konstipasi
Konstipasi b.d menurunnya Buang Air Besar - Monitor tanda dan gejala konstipasi
mobilitas intestinal Setelah dilakukan asuhan keperawatan kepada- Monitor warna, konsistensi, jumlah dan waktu buang
pasien selama ….x 24 jam, diharapkan pasien air besar
tidak mengalamai gangguan dalam buang air- Konsultasikan dengan dokter tentang pemberian
besar, dengan kriteria hasil: laksatif, enema dan pengobatan
- Pasien kembali ke pola dan normal dari fungsi- Berikan cairan yang adekuat
bowel

23
- Terjadi perubahan pola hidup untuk
menurunkan factor penyebab konstipasi

Retensi urin b.d penekanan yang NOC NIC: Pemasangan Kateter


keras pada uretra Inkontinensia urin - Menjelaskan prosedur dan rasional intervensi kateterisasi
Setelah dilakukan asuhan keperawaran- Monitore intake dan output
selama ...x24 jam, pasien tidak mengalami- Menjaga teknik aseptik dalam melakukan kateterisasi
inkontinensia urin, dengan kriteria hasil: - Memelihara drainase urinari secara tertutup.
- Pasien mampu memprekdisikan pola eliminasi
urin
- Pasien mampu memulai dan memghentikan
aliran urin
- Tidak adanya tanda-tanda infeksi

24
k. Discharge Planning

1. Berikan informasi yang jelas tentang penyakit, tanda, gejala dan pengobatan.

2. Berikan informasi tentang obat yang diberikan, baik waktu minum obat, jumlah
obat, efek samping yang mungkin muncul, cara minum obat saat di rumah.

3. Jelaskan bahwa obat antibiotic harus dihabiskan.

4. Jelaskan kapan waktu yang tepat untuk melakukan aktivitas seksual

5. Motivasi klien untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, buah-buahan,


sayur dan biji-bijian yang dapat membantu penyembuhan luka operasi jika
dilakukan histerektomi.

6. Berikan informasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kekeringan luka


pada luka post histerektomi.

7. Berikan informasi tentang tanda-tanda infeksi luka, yang meliputi kemerahan


pada luka, panas di area luka, bengkak, penurunan fungsi dan nyeri.

8. Motivasi pasangan dan keluarga pasien agar ikut memberi dukungan kepada
pasien

9. Tekankan agar pasien kontrol rutin sesuai jadwal, dan bila terjadi hal-hal yang
tidak wajar, seperti perdarahan per vagina yang banyak, nyeri yang tidak tertahan
dan keluhan seperti sebelum pengobatan, segera periksa ke rumah sakit.

10. Anjurkan agar pasien banyak istirahat dan tidak melakukan aktivitas-aktivitas
berat, seperti mengangkat beban berat, naik turun tangga,dll.

25
B. HYSTERECTOMY
a. Definisi
Histerektomi adalah tindakan operatif yang dilakukan untuk mengangkat
rahim, baik sebagian (subtotal) tanpa serviks uteri ataupun seluruhnya (total)
berikut serviks uteri (Prawirohardjo, 2001).
b. Etiologi
Alasan terbanyak dilakukan histerektomi karena Mioma uteri. Selain itu
adanya perdarahan uterus abnormal, endometriosis, prolaps uteri (relaksasi pelvis)
juga dilakukan histerektomi. Hanya 10 % dari kasus histerektomi dilakukan pada
pasien dengan karsinoma. Fibrosis uteri (dikenal juga leiomioma) merupakan
alasan terbanyak dilakukannya histerektomi. Leiomioma merupakan suatu
perkembangan jinak (benigna) dari sel-sel otot uterus, namun etiologinya belum
diketahui. Meskipun jinak dimana artinya tidak menyebabkan/berubah menjadi
kanker, leiomioma ini dapat menyebabkan masalah secara medis, seperti
perdarahan yang banyak, yang mana kadang-kadang diperlukan tindakan
histerektomi. Relaksasi pelvis adalah kondisi lain yang menentukan tindakan
histerektomi. Pada kondisi ini wanita mengalami pengendoran dari otot-otot
penyokong dan jaringan disekitar area pelvik. pengendoran ini dapat mengarah ke
gejala-gejala seperti inkontensia urine (Unintensional Loss of Urine) dan
mempengaruhi kemampuan seksual. Kehilangan urine ini dapat dicetuskan juga
oleh bersin, batuk atau tertawa. Kehamilan mungkin melibatkan peningkatan
resiko dari relaksasi pelvis, meskipun tidak ada alasan yang tepat untuk
menjelaskan hal tersebut.
Histerektomi juga dilakukan untuk kasus-kasus karsinoma uteri/beberapa
pre karsinoma (displasia). Histerektomi untuk karsinoma uteri merupakan tujuan
yang tepat, dimana menghilangkan jaringan kanker dari tubuh. Prosedur ini
merupakan prosedur dasar untuk penatalaksanaan karsinoma pada uterus.
Untuk kasus-kasus nyeri pelvis, wanita biasanya tidak dianjurkan untuk di
histerektomi. Namun penggunaan laparaskopi atau prosedur invasif lainnya
digunakan untuk mencari penyebab dari nyeri tersebut. Pada kasus-kasus
perdarahan abnormal uterus, bila dibutuhkan tindakan histerektomi, wanita/
pasien tersebut dibutuhkan suatu sample dari jaringan uterus (biopsi
endometrium). Untuk mengetahui ada tidaknya jaringan karsinoma/ pre

26
karsinoma dari uterus tersebut. Prosedur ini sering disebut sample endometriae.
Pada wanita nyeri panggul/ perdarahan percobaan pemberian terapi secara
medikamentosa sering diberikan sebelum dipikirkan dilaksanakan histerektomi.
Maka dari itu wanita pada stadium pre menopause (masih punya periode
menstrual reguler) yang mempunyai leiomioma dan menyebabkan perdarahan
namun tidak menyebabkan nyeri, terapi Hormonal lebih sering dianjurkan
daripada tindakan histerektomi. Jika wanita tersebut mempunyai perdarahan yang
banyak sehingga menyebabkan gangguan pada aktifitas sehari-hari, berlanjut
menyebabkan anemia, dan tidak mempunyai kelainan pada sampel endometriae,
ia bisa dipertimbangkan untuk dilakukan histerektomi.
Pada wanita menopause (yang tidak mengalami periode menstrual secara
permanen) dimana ia tidak ditemukan kelainan pada sample endometriumnya
namun ia mempunyai perdarahan abnormal yang persisten, setelah pemberian
terapi hormonal dapat dipertimbangkan dilakukan histerektomi. Penyesuaian
dosis/tipe dari hormon juga dibutuhkan saat diputuskan penggunaan terapi secara
optimal pada beberapa wanita.

c. Patofisiologi

27
d. Indikasi

28
Histerektomi memang sesuatu yang sangat tidak diharapkan, terutama bagi
wanita yang masih mendambakan memiliki anak. Namun demikian, seringkali
dokter tidak memiliki pilihan lain untuk menangani penyakit secara permanen
selain dengan mengangkat rahim. Beberapa jenis penyakit yang mungkin
mengharuskan histerektomi antara lain :
 Fibroids (tumor jinak yang tumbuh di dalam dinding otot rahim)
 Kanker serviks, rahim atau ovarium
 Endometriosis, kondisi berupa pertumbuhan sel endometrium di bagian lain
dari rahim
 Adenomyosis, kelainan di mana sel endometrium tumbuh hingga ke dalam
dinding rahim (sering juga disebut endometriosis interna)
 Prolapsis uterus, kondisi di mana rahim turun ke vagina karena ligamen yang
kendur atau kerusakan pada otot panggul bawah
 Inflamasi Pelvis karena infeksi
Setelah menjalani histerektomi, seorang wanita tidak lagi mendapatkan
ovulasi dan menstruasi. Hal ini juga berarti berkurangnya produksi hormon
estrogen dan progesteron yang dapat menyebabkan kekeringan pada vagina,
keringat berlebihan, dan gejala-gejala lain yang umumnya terjadi pada menopause
normal. Wanita yang menjalani salpingo-oporektomi bilateral atau pengangkatan
kedua ovarium biasanya juga diberi terapi pengganti hormon untuk menjaga
tingkat hormon mereka.
e. Klasifikasi
1. Histerektomi Abdominal Totalis
Ini merupakan suatu tipe Histerektomi yang sangat dan sering dilakukan. Selama
histerektomi abdominalis totalis, dokter-dokter sering mengangkat uterus bersama
servik sekaligus. Parut yang dihasilkan dapat berbentuk horizontal atau vertikal,
tergantung dari alasan prosedur tersebut dilakukan dan ukuran atau luasnya area
yang ingin di terapi. Karsinoma ovarium dan uterus, endometriosis, dan mioma
uteri yang besar dapat dilakukan histerektomi jenis ini. Selain itu histerektomi
jenis ini dapat dilakukan pada kasus-kasus nyeri panggul, setelah melalui suatu
pemeriksaan serta evaluasi penyebab dari nyeri tersebut, serta kegagalan terapi
secara medikamentosa. Setelah dilakukan prosedur ini wanita tidak dapat
mengandung seorang anak. Maka dari itu metode ini tidak dilakukan pada wanita
usia reproduksi, kecuali pada kondisi-kondisi yang sangat serius seperti

29
karsinoma. Histerektomi abdominal totalis memperbolehkan operator
mengevaluasi seluruh kavum abdomen serta panggul, dimana sangat berguna pada
wanita-wanita dengan karsinoma atau penyebab yang tidak jelas. Dokter juga
perlu melihat kembali keadaan medis untuk memastikan tidak terjadinya resiko
yang diinginkan saat metode ini dilakukan, seperti jaringan parut yang luas
(adhesi). Jika wanita tersebut mempunyai resiko adhesi, atau ia mempunyai suatu
massa panggul yang besar, histerektomi secara abdominal sangatlah cocok.
 Adhesiolisis (Pembebasan Perlengketan)
Perlengketan pada organ kelamin wanita dapat disebabkan oleh tiga hal,
yakni infeksi, endometriosis, dan riwayat operasi organ perut. Perlengketan ini
sesungguhnya merupakan proses penyembuhan alami tubuh untuk memperbaiki
jaringan yang cedera atau terluka.
Cedera atau luka akibat operasi, infeksi maupun endometriosis ini
diperbaiki dengan membentuk jaringan baru di permukaan jaringan yang rusak.
Jaringan baru yang terbentuk inilah yang dapat menyebebkan lengketnya organ
tersebut dengan luka sayatan operasi atau dengan organ lain disekitarnya. Pada
sebagian orang perlengketan ini tidak menimbulkan gejala. Apabila perlengketan
ini menyebabkan tarikan, puntiran Atau perubahan posisi dapat menimbulkan
berbagai keluhan terutama nyeri. Pada wanita, selain nyeri,
Perlengketan ini dapat pula menimbulkan infertility,terutama apabila
perlengketan terjadi pada organ saluran telur. Diagnosis perlengketan organ
kelamin dalam wanita ini didasarkan pada adanya factor resiko riwayat operasi
perut (open surgery), infeksi,keluhan nyeri serta pemeriksaan dalam yang
mendukung adanya perlengketan organ kelamin dalam. Namun demikian,
seringkali perlengketan ini dijumpai tanpa sengaja saat dilakukan tindakan
laparoskopi diagnostik.Perlengketan ini dapat dihilangkan dengan melakukan
fisioterapi (misalnya Wurn technique) untuk perlengketan ringan,dan tindakan
operatif untuk perlengketan yang lebih hebat.
2. Histerektomi Vaginalis
Prosedur ini dilakukan dengan cara mengangkat uterus melalui vagina.
Vaginal histerektomi ini merupakan suatu metode yang cocok hanya pada kondisi-
kondisi seperti prolaps uteri, hiperplasi endometrium, atau displasia servikal.
Kondisi ini dapat dilakukan apabila uterus tidak terlalu besar, dan tidak

30
membutuhkan suatu prosedur evaluasi operatif yang luas. Wanita diposisikan
dengan kedua kaki terangkat pada meja litotomi. wanita yang belum pernah
mempunyai anak mungkin tidak mempunyai kanalis vaginalis yang cukup lebar,
sehingga tidak cocok dilakukan prosedur ini. Jika wanita tersebut mempunyai
uterus yang sangat besar, ia tidak dapat mengangkat kakinya pada meja litotomi
dalam waktu yang lama atau alasan lain mengapa hal tersebut terjadi, dokter-
dokter biasanya mengusulkan histerektomi secara abdominalis. Secara
keseluruhan histerektomi vaginal secara laparaskopi lebih mahal dan mempunyai
komplikasi yang sangat tinggi dibanding histerektomi secara abdominal.
3. Histerektomi Vaginalis dan Laparoskopi
Metode jenis ini sangat mirip dengan metode histerektomi secara vaginal
hanya saja ditambah dengan alat berupa laparoskopi. Sebuah laparoskopi adalah
suatu tabung yang sangat tipis dimana kita dapat melihat didalamnya dengan suatu
kaca pembesar di ujungnya. Pada wanita-wanita tertentu penggunaan laparaskopi
ini selama histerektomi vaginal sangat membantu untuk memeriksa secara teliti
kavum abdomen selama operasi. Penggunaan laparoskopi pada pasien-pasien
karsinoma sangat baik bila dilakukan pada stadium awal dari kanker tersebut
untuk mengurangi adanya penyebaran atau jika direncanakan suatu oovorektomi.
Dibandingkan dengan vaginalis Histerektomi atau abdominal, metode ini lebih
mahal dan lebih riskan terjadinya komplikasi, pengerjaannya lama dan
berhubungan dengan lamanya perawatan di Rumah Sakit seperti pada vaginal
histerektomi uterus tidak boleh terlalu besar.

4. Histerektomi Supraservikal
Supraservikal Histerektomi digunakan untuk mengangkat uterus sementara
serviks ditinggal. Serviks ini adalah suatu area yang dibentuk oleh suatu bagian
paling dasar dari uterus, dan berada di bagian akhir (atas) dari kanalis vaginalis.
Prosedur ini kemungkinan tidak berkembang menjadi karsinoma endometrium
terutama pada bagian serviks yang ditinggal.
Wanita yang mempunyai hasil papsmear abnormal atau kanker pada daerah
serviks tidak cocok dilakukan prosedur ini. Wanita lain dapat melakukan prosedur
ini jika tidak ada alasan yang jelas untuk mengangkat serviks. Pada beberapa

31
kasus serviks lebih baik ditinggal seperti pada kasus-kasus endometriosis.
Prosedur ini merupakan prosedur yang sangat simple dan membutuhkan waktu
yang singkat. Hal ini dapat memberikan suatu keuntungan tambahan terhadap
vagina, juga menurunkan resiko terjadinya suatu protrusi lumen vagina (Vaginal
prolaps).
5. Histerektomi Radikal
Prosedur ini melibatkan operasi yang luas dari pada histerektomi
abdominal totalis, karena prosedur ini juga mengikut sertakan pengangkatan
jaringan lunak yang mengelilingi uterus serta mengangkat bagian atas dari vagina.
Radikal histerektomi ini sering dilakukan pada kasus-kasus karsinoma serviks
stadium dini. Komplikasi lebih sering terjadi pada histerektomi jenis ini
dibandingkan pada histerektomi tipe abdominal. Hal ini juga menyangkut
perlukaan pada usus dan sistem urinarius.
6. Ooforektomi dan Salpingooforektomi (Pengangkatan Ovarium dan atau
Tuba Falopii)
Ooforektomi merupakan suatu tindakan operatif mengangkat ovarium,
sedangkan salpingooforektomi adalah pengangkatan ovarium. Kedua metode ini
dilakukan pada kasus-kasus : kanker ovarium, curiga tumor ovarium atau kanker
tuba falopii (jarang). Kedua metode ini juga dapat dilakukan pada kasus-kasus
infeksi atau digabungkan dengan histerektomi. Kadang-kadang wanita dengan
kanker ovarium atau payudara tipe lanjut dilakukan suatu ooforektomi sebagai
tindakan preventif atau profilaksis untuk mengurangi resiko penyebaran dari sel-
sel kanker tersebut. Jarang sekali terjadi kelainan secara familial.
f. Tingkatan Histerektomi
Histerektomi adalah bedah pengangkatan rahim (uterus) yang sangat
umum dilakukan. Ada beberapa tingkatan histerektomi, yaitu:
 Histerektomi total : pengangkatan rahim dan serviks, tanpa ovarium dan tuba
falopi
 Histerektomi subtotal : pengangkatan rahim saja, serviks, ovarium dan tuba
falopi tetap dibiarkan.
 Histerektomi total dan salpingo-oporektomi bilateral atau dikenal dengan
nama Total Abdominal Histerektomy And Bilateral Salphingo
Oophorectomy (TAH-BSO): pengangkatan rahim, serviks, ovarium dan tuba
falopi. TAH – BSO merupakan suatu tindakan pembedahan untuk mengangkat

32
uterus,serviks, kedua tuba falofii dan ovarium dengan melakukan insisi pada
dinding, perut pada malignant neoplasmatic desease, leymyoma dan chronic
endrometriosisTAH-BSO adalah suatu tindakan pembedahan dengan melakukan
insisi pada dinding perut untuk mengangkat uterus, serviks,kedua tuba falopii dan
ovarium pada malignant neoplastic diseas, leymiomas dan chronic endometriosis.
g. Pemeriksaan Penunjang
Begitu banyak teknik-teknik operasi pada tindakan histerektomi. Prosedur
operatif ideal pada wanita bergantung pada kondisi mereka masing-masing.
Namun jenis-jenis dari histerektomi ini dibicarakan pada setiap pertemuan
mengenai teknik apa yang dilakukan dengan pertimbangan situasi yang
bagaimana. Namun keputusan terakhir dilakukan dengan diskusi secara individu
antara pasien dengan dokter-dokter yang mengerti keadaan pasien tersebut. Perlu
diingat aturan utama sebelum dilakukan tipe histerektomi, wanita harus melalui
beberapa test untuk memilih prosedur optimal yang akan digunakan :
 Pemeriksaan panggul lengkap (Antropometri) termasuk mengevaluasi uterus di
ovarium.
 Papsmear terbaru.
 USG panggul, tergantung pada temuan diatas.
h. Prosedur Histerektomi
Histerektomi dapat dilakukan melalui sayatan di perut bagian bawah atau
vagina, dengan atau tanpa laparoskopi. Histerektomi lewat perut dilakukan
melalui sayatan melintang seperti yang dilakukan pada operasi sesar. Histerektomi
lewat vagina dilakukan dengan sayatan pada vagina bagian atas. Sebuah alat yang
disebut laparoskop mungkin dimasukkan melalui sayatan kecil di perut untuk
membantu pengangkatan rahim lewat vagina.
Histerektomi vagina lebih baik dibandingkan histerektomi perut karena
lebih kecil risikonya dan lebih cepat pemulihannnya. Namun demikian, keputusan
melakukan histerektomi lewat perut atau vagina tidak didasarkan hanya pada
indikasi penyakit tetapi juga pada pengalaman dan preferensi masing-masing ahli
bedah.
Histerektomi adalah prosedur operasi yang aman, tetapi seperti halnya
bedah besar lainnya, selalu ada risiko komplikasi. Beberapa diantaranya adalah
pendarahan dan penggumpalan darah (hemorrgage/hematoma) pos operasi, infeksi
dan reaksi abnormal terhadap anestesi.

33
i. Pemulihan dan Diet Pasca Operasi
Pemulihan dari operasi histerektomi biasanya berlangsung dua hingga
enam minggu. Selama masa pemulihan, pasien dianjurkan untuk tidak banyak
bergerak yang dapat memperlambat penyembuhan bekas luka operasi. Dari segi
makanan, disarankan untuk menghindari makanan yang menimbulkan gas seperti
kacang buncis, kacang panjang, brokoli, kubis dan makanan yang terlalu pedas.
Seperti setelah operasi lainnya, makan makanan yang kaya protein dan meminum
cukup air akan membantu proses pemulihan.

BAB III

Asuhan Keperawatan Pada Ny. R dengan Post Histerektomi Atas Indikasi


Mioma Uteri di Ruang Zaitun 3 Kebidanan Kamar 2A RSUD Al-Ihsan
Provinsi Jawa Barat

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. R
Umur : 47 tahun
No. Medrec : 570381
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : TKW (Pembantu Rumah Tangga)
Alamat : Kp Cikambuy Hilir RT 01/RW 11 Desa Sangkan
Hurip Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Maritas : Menikah
Golongan Darah : Tidak terkaji

34
Tanggal Masuk RS : 16 Desember 2016 pukul 10.00 WIB
Tanggal Operasi : 17 Desember 2016 pukul 12.00 WIB
Tanggal Pengkajian : 17 Desember 2016 pukul 18.45 WIB
Diagnosa Medis : Mioma Uteri
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. D
Umur : 50 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Kp Cikambuy Hilir RT 01/RW 11 Desa Sangkan
Hurip Kecamatan Katapang Kabupaten Bandung
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Status Marital : Menikah
Golongan Darah : Tidak terkaji
Hubungan dengan Klien : Suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri di bagian luka bekas operasi
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (PQRST)
Nyeri dirasakan pada bagian perut, nyeri apabila bergerak serta berbicara dan
berkurang apabila diistirahatkan. Nyeri seperti ditususk-tusuk, dirasakan hilang
timbul dan menyebar ke bagian punggung dengan dengan skala nyeri 4 (0-10).
c. Alasan Masuk Rumah Sakit
Pada bulan Juli tahun 2016 saat di Singapura klien merasakan perdarahan yang
hebat di vagina hingga klien harus di larikan ke Rumah Sakit di Singapura. Di RS
tersebut klien hanya mendapatkan pengobatan tranfusi. Klien didiagnosa polip
pada vagine dan anemia. Di RS tersebut klien mendapat 6 labu darah, tranfusi
pertama 4 labu dan tranfusi ke dua diberi dua labu, lalu di bolehkan untuk pulang.
Saat pulang ke Indonesia, perdarahanpun terjadi kembali selama 3 bulan terus
menerus tanpa disertai nyeri perut bagian bawah, lalu klien langsung
memeriksakannya ke RSUD Al-Ihsan ke Poli Kebidanan dan didiagnosa Mioma
Uteri. Pada tanggal 9 Desember 2016, pasien kontrol pemeriksaan kembali dan
dokter menyarankan rencana operasi untuk satu minggu kemudian.
Pada tanggal 16 Desember 2016 pukul 10.00 WIB dirawat di ruang rawat inap
dari poli kebidanan untuk rencana operasi. Pasien datang mengeluh pendarahan
banyak sejak 3 bulan sampai saat dirawat sekarang tanpa disertai nyeri perut
bagian bawah dengan kondisi umum lemah, GCS 15 (Compos Mentis) E4M6V5,

35
TTV (TD 100/60 mm Hg, Nadi 87 ×/menit, RR 20 ×/menit, suhu 36,6 o C). Pasien
segera dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk tes darah lengkap dan rencana
diberikan tranfusi PRC 1 labu karena hasil menunjukan nilai Hb 8,6 g/dl dan
setelahnya diberikan terapi cairan NaCl 0,9%. Pasien dipuasakan pukul 00.00
WIB untuk rencana operasi dan pada tanggal 17 Desember 2016 pukul 10.00 WIB
pasien rencana operasi dan terpasang Dower Cateter (DC), dilakukan skin test dan
diberikan obat ceptriaxone 1 gram intra vena untuk persiapan operasi. Pasien
dilakukan operasi pada pukul 13.00 dan selesai operasi pada pukul 12.00 WIB dan
selesai pukul 13.00 WIB.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya klien pernah dirawat di RS Singapura pada tanggal 28 Juli dengan
keluhan yang sama yaitu perdarahan hebat hingga klien merasa lemas, namun
hanya di berikan tranfusi saja. Klien tidak pernah dilakukan operasi sebelumnya.
Klien tidak mempunyai alergi pada makanan ataupun obat-obatan. Sebelumnya
klien mengkonsumsi obat zat besi, anti koagulan dan obat hormon.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan ibunya pernah mempunyai penyakit kanker di area leher dan
ayahnya mempunyai penyakit jantung, riwayat diabetes (-), riwayat jantung (-).
Keluarga klien tidak ada yang memiliki kasus terkait penyakit berhubungan
dengan reproduksi seperti kista, myoma, maupun kanker serviks.
f. Riwayat Ginekologi dan Obstetri
1) Riwayat Ginekologi
a) Riwayat Menstruasi
Usia awal haid 14 tahun, lama haid 7 hari dengan konsistensi cair dengan siklus
teratur. Ganti pembalut lebih dari 3x dalam sehari.
b) Riwayat Pernikahan
Usia klien saat menikah 21 tahun merupakan pernikahan yang pertama.
Sedangkan usia suami klien saat menikah 23 tahun merupakan pernikahan yang
pertama.
c) Riwayat Keluarga Berencana
Riwayat kontrasepsi sebelumnya menggunakan KB suntik, dengan keluhan
obesitas. Setelah itu menggunakan kontrasepsi pil dan 3 bulan terakhir klien tidak
menggunakan kontrasepsi.

36
2) Riwayat Obstetri

Kehamilan Cara Jenis


Tahun Penolong Keterangan
ke Kehamilan Kelamin
3) Po
la 1 1991 Paraji Spontan L Hidup

2 1997 Paraji Spontan P Hidup

3 2002 Paraji Spontan P Hidup

4 2004 Paraji Spontan P Hidup

5 2010 Bidan Spontan L Hidup


Aktivitas Sehari- hari

No. Aktivitas Saat sehat Saat Sakit

1 Nutrisi
a. Makan
- Frekuensi 2-3 ×/hari 3 ×/hari
- Jenis Lauk Pauk, Nasi, Sayur
Sayur, Nasi, Mayur, Lauk
Daging terkadang Pauk
- Makanan pantangan
memasak sering
/alergi
menggunakan Tidak ada
- Nafsu Makan
Baik
- Porsi Makan penyedap rasa
1 porsi
Tidak ada
b. Minum Baik
- Jumlah 1 porsi
- Jenis 4-5 gelas/hari
Air Putih
Tidak menentu
Air Putih, Teh
Manis

2 Eliminasi
a. BAB
- Frekuensi 2 hari sekali 1 ×/hari
- Konsistensi Padat Padat
- Keluhan Tidak ada Tidak ada

37
keluhan keluhan

b. BAK 4-5 ×/hari Terpasang DC


- Frekuensi Kuning jernih Kuning pekat
- Konsistensi
- Keluhan Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan

3 Personal Higiene
a. Mandi 1-2 ×/hari 2 ×/hari
b. Gosok gigi 1-2 ×/hari 1 ×/hari
c. Keramas 2 hari sekali Tidak keramas
d. Pakaian 1-2 ×/hari 1 ×/hari
e. Kuku Kuku bersih Kuku bersih
pendek pendek

4 Istirahat Tidur
a. Waktu tidur Pagi –Siang Tidak menentu
b. Lama tidur/hari 7 jam per hari Tidak menentu
c. Kesulitan dalam hal tidur Tidak ada Nyeri luka post
keluhan operasi

5 Gaya Hidup
1. Kegiat Tenaga Kerja IRT
an dalam pekerjaan Wanita
Jarang Olahraga Tidak Olahraga
2. Olahra
ga

6. Ketergantungan Fisik
a. Merokok Tidak Tidak
b. Minuman keras Tidak Tidak
c. Obat-obatan Tidak ada Cyklokapron
d. Lain-lain
500 mg, obat
hormone, zat
besi

3. Pemeriksaan Fisik

38
a. Keadaan umum : Keadaan umum klien lemah

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : 15 (M : 6 E :4 V :5 )

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 37,0 0 C

Respirasi : 20 x/menit

BB : 54 kg

TB : 154 cm

BMI 22,76 (kategori ideal)

c. Sistem Pernafasan

RR 20 ×/menit , irama nafas teratur (reguler), retraksi (-), kedalaman normal,


batuk (-), bunyi nafas vesikuler

d. Sistem Kardiovaskular

HR 84 ×/menit, konjungtiva anemis, peningkatan JVP (-), CRT < 3 detik, akral
hangat, pulse kuat, warna kulit pucat, edema (-)

e. Sistem Pencernaan

BB 54 kg, TB 154 cm, BMI 22,76, mukosa bibir lembab, gigi bersih, caries (+),
lidah normal, kesulitan menelan (-), BU 13 ×/menit, BAB (-)

f. Sistem Persyarafan

39
GCS 15 (compos mentis E4V5M6), tidak ada diorientasi terhadap waktu, tempat
dan orang, penciuman baik dapat mencium bau alcohol swab, pengecapan baik
dapat merasakan rasa asin, manis, pahit, asam, sensasi terhadap sentuhan (+),
penglihatan silindris(+) minus ¾ , tidak ada penurunan penglihatan, pendengaran
baik, klien dapat berbicara dengan jelas.

g. Sistem Endokrin

Pembesaran KGB (-) dan pembesaran tiroid (-)

h. Sistem Perkemihan dan Reprosuksi

Tidak ada keluhan, genitalia bersih, terdapat sedikit darah pada pembalut klien ,
terpasang DC 700 cc.

i. Sistem Muskuloskeletal

Ekstremitas atas dan bawah simetris, ROM baik dengan kekuatan otot 5 5 4 4 ,
efek anastesi sudah tidak ada, klien sudah dapat ambulasi miring kanan dan kiri
tetapi sedikit mengalami kesulitan, risiko jatuh rendah-sedang score 35 (25-45)

j. Sistem Integumen

Warna kulit pucat, kulit lembab, turgor cepat kembali, skor risiko dekubitus 18
( berisiko), terdapat luka post op 8 cm tertutup balutan POD 1, tidak ada tanda
REDNESS (tidak ada tanda kemerahan, tidak bernanah, tidak rembes, tidak
bengkak, tidak ada pendarahan.

4. Data Psikologis

Pada saat pengkajian dengan emosi klien stabil, tampak tenang, tidak cemas
dan tidak mengeluh tentang penyakitnya. Klien menerima kondisinya saat ini dan
berkeinginan untuk sembuh dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa.
Klien sabar dan ikhlas serta selalu tabah dalam menghadapi kondisinya saat ini.
Karena sakit yang dirasakan saat ini klien merasakan betapa pentingnya hidup
sehat.

40
a. Data Sosial

Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar. Klien sangat kooperatif dan
keluarga pun sangat kooperatif. Hubungan klien dengan keluarga baik. Klien
sering ditemani dan dirawat oleh suaminya atau anak-anaknya. Klien dan keluarga
dapat berkomunikasi dengan baik dengan perawat dan pasien lain. Hubungan
sosialisasi baik antara keluarga dan saudara-saudaranya.

Data Spiritual

Pada saat pengkajian klien dapat menerima sakitnya sebagai ujian dan kasih
sayang Allah SWT. Klien selalu berdoa akan keyakinannya untuk sehat dan
sembuh. Saat ini klien sedang tidak melaksanakan shalat 5 waktu. Klien selalu
sabar dan ikhlas dalam menghadapi penyakitnya.

41
5. Data Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 7 Desember 2016 11:02 WIB

No Medrec : 00 - 570381

Nama : Ny.R

Usia : 47 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Test Hasil Flag Unit Nilai Normal


Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 9.6 - g/dL 12.0-16.0
Leukosit 16000 - sel/ul 3800-10600
Eritrosit 3.88 - juta/ul 3.6-5.8
Hematokrit 29.6 - % 35-47
Trombosit 342000 - sel/ul 150000-440000

42
b. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 17 Desember 2016 15:57 WIB

No Medrec : 00-570381

Nama : Ny.R

Usia : 47 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Test Hasil Flag Unit Nilai Normal


Hematologi
Darah Rutin
Hemoglobin 8.6 - g/dl 12.0-16.0
Leukosit 5900 - sel/ul 3800-10600
Eritrosit 3.36 - juta/ul 3.6-5.8
Hematokrit 27.3 - % 35-47
Trombosit 479000 - sel/ul 150000-440000
Kimia Klinik
AST (SGOT) 15 - U/L 10-31
ALT (SGPT 16 - U/L 9-36
Ureum 13 - mg/dl 10-50
Kreatinin 0.49 - mg/dl 0.7-1.13
Glukosa Darah Sewaktu 94 - mg/dl 70-200

43
3. Pemeriksaan Radiologi

Tanggal : 7 Desember 2016 11:00 WIB

No. Medrec : 00-570381

44
Nama : Ny.R

Usia : 47 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Temat sejawat Yth,


Cor tidak membesar
Sinuses dan diafragma normal
Pulmo : Hili normal
Corakan bronkovaskular normal
Tidak tampak infiltrate

Kesimpulan :
Tidak tampak gambaran TB paru aktif bronkopneumonia
Tidak tampak kardiomegali

45
4. Penatalaksanaan

a. Farmakoterapi

Nama Obat Rute Time

Ceftriaxone 1 gr IV Jam 09.00

Ceterolac 3×1 gr IV Jam 04.00

Jam 12.00

Cefadroxyl 2×1 gr Oral Jam 08.00

Jam 20.00

Meloxicam 2×1 gr Oral Jam 08.00

Jam 20.00

Caldece 1×1 gr Jam 20.00

Infus RL 20 gtt/menit

Tranfusi PRC

Keterangan :

1. Ceftriaxone

Ceftriaxone adalah kelompok obat yang disebut cephalosporin antibiotics.


Ceftriaxone bekerja dengan cara mematikan bakteri dalam tubuh.
Indikasi:
Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang
mengancam nyawa seperti meningitis.

Dosis:

46
1. 1-2 gr melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra
vascular), lakukan setiap 24 jam, atau dibagi menjadi setiap 12 jam.
2. Dosis maksimum: 4 gr/hari

3. Boleh dikonsumsi dengan makanan untuk mengurangi keadaan gastrik.

4. Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang alergi terhadap Penicillin, ada
kemungkinan 10% peluang sensitivitas.

5. Gunakan dengan hati-hati pada pasien kerusakan ginjal.

2. Keterolak

Ketorolac tromethamine merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini


merupakan obat anti-inflamasi nonsteroid yang menunjukkan aktivitas antipiretik
yang lemah dan anti-inflamasi. Ketorolac tromethamine menghambat sintesis
prostaglandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perifer karena
tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat. Ketorolac tromethamine
intramuskular pada dua model nyeri pasca bedah akut; bedah umum (ortopedik,
ginekologik dan abdominal) dan bedah mulut (pencabutan M3 yang mengalami
impaksi).

Indikasi :

Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri


akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total Ketorolac tidak
boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera
setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan
terapi Ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk
digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena
belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui
mempunyai efek menghambat biosintesis prostaglandin atau kontraksi rahim dan
sirkulasi fetus.

47
Kontra Indikasi

 Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada
 kemungkinan sensitivitas silang.

 Pasien yang menunjukkan manifestasi alergi serius akibat pemberian Asetosal


atau obat anti-inflamasi nonsteroid lain.

 Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.

 Penyakit serebrovaskular yang dicurigai maupun yang sudah pasti.

 Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.

 Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau bronkospasme.

 Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID lain.

 Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain.

 Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L).

 Riwayat asma.

 Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis
inkomplit, pasien dengan antikoagulan termasuk Heparin dosis rendah (2.500–
5.000 unit setiap 12 jam).

 Terapi bersamaan dengan Ospentyfilline, Probenecid atau garam lithium.

 Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi.

 Anak < 16 tahun.

 Pasien yang mempunyai riwayat sindrom Steven-Johnson atau ruam


vesikulobulosa.

 Pemberian neuraksial (epidural atau intratekal).

48
 Pemberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra-operatif jika hemostasis
benar-benar dibutuhkan karena tingginya risiko perdarahan.

Dosis

Ketorolac ampul ditujukan untuk pemberian injeksi intramuskular atau bolus


intravena. Dosis untuk bolus intravena harus diberikan selama minimal 15 detik.
Ketorolac ampul tidak boleh diberikan secara epidural atau spinal. Mulai
timbulnya efek analgesia setelah pemberian IV maupun IM serupa, kira-kira 30
menit, dengan maksimum analgesia tercapai dalam 1 hingga 2 jam. Durasi median
analgesia umumnya 4 sampai 6 jam. Dosis sebaiknya disesuaikan dengan
keparahan nyeri dan respon pasien.

Dewasa
Ampul : Dosis awal Ketorolac yang dianjurkan adalah 10 mg diikuti dengan 10–
30 mg tiap 4 sampai 6 jam bila diperlukan. Harus diberikan dosis efektif terendah.
Dosis harian total tidak boleh lebih dari 90 mg untuk orang dewasa dan 60 mg
untuk orang lanjut usia, pasien gangguan ginjal dan pasien yang berat badannya
kurang dari 50 kg.

3. Cefadroxil

Cefadroxil adalah obat antibiotik untuk mengobati berbagai infeksi bakteri seperti
strep throat, infeksi kulit, dan infeksi saluran kencing. Cefadroxil termasuk dalam
kelas obat antibiotik bernama sefalosporin yang bekerja dengan menghentikan
pertumbuhan bakteri. Antibiotik ini hanya mengobati infeksi bakteri dan tidak
dapat digunakan untuk infeksi virus seperti demam biasa atau flu.

Dosis :

Gunakan obat ini dengan cara diminum biasanya sekali atau dua kali sehari, atau
seperti anjuran dokter. Dosis cefadroxil untuk bacterial endocarditis prophylaxis
pada orang dewasa: 2 g oral dalam satu dosis satu jam sebelum prosedur.

49
 Dosis cefadroxil untuk infeksi kulit atau jaringan lunak pada orang dewasa: 1
g/hari oral terbagi dalam 1-2 dosis
 Dosis cefadroxil untuk infeksi saluran kencing: tanpa komplikasi: 1-2 g/hari
oral terbagi dalam 1-2 dosis. Dengan komplikasi: 1 g oral 2 kali sehari.

Cefadroxil tersedia dalam dosis sebagai berikut:

 Bubuk untuk suspensi oral: 250 mg/5ml, 500mg/5ml


 Kapsul, oral: 500mg

 Tablet, oral: 1g

Efek samping yang lebih ringan dari cefadroxil termasuk:

 Mual, muntah, sakit perut, diare ringan


 Otot kaku

 Nyeri sendi

 Perasaan gelisah atau hiperaktif

 Rasa yang tidak biasa atau tidak enak pada mulut

 Gatal-gatal ringan atau ruam kulit

 Gatal-gatal pada vagina atau keluarnya cairan dari vagina

4.Meloxicam

Meloksikam merupakan obat yang digunakan untuk meringankan rasa sakit,


nyeri, kekakuan dan bengkak yang disebabkan oleh osteoarthritis dan rheumatoid
arthritis. Meloksikam merupakan obat analgetik golongan AINS. Bekerja dengan
menghentikan produksi suatu zat tubuh yang menyebabkan rasa sakit seperti
prostaglandin.

50
Meloksikam diindikasikan untuk pengobatan simptomatik jangka pendek pada
eksaserbasi akut osteoarthritis, pengobatan simptomatik jangka panjang pada
arthritis reumatoid. Meloksikam kadang-kadang digunakan untuk mengobati
ankylosing spondilitis (radang sendi yang terutama mempengaruhi tulang
belakang).
Kontraindikasi
Ulkus peptikum aktif, insufisiensi hati berat, gagal jantung kongestif, sirosis hati
penyakit ginjal, pasien yang mengkonsumsi diuretik atau terapi koagulan.

Efek samping
Diare, sembelit, batuk, hidung beringus. Beberapa efek samping dapat serius
sehingga perlu penanganan dokter seperti demam, lepuh, gatal-gatal, pembekakan
mata, lidah, tenggorokan, lengan, kaki, suara serak, detak jantung cepat,
menguning kulit atau mata, gejala mirip flu.
4. Caldece
Komposisi
Vitamin B6 15 mg 1153,85, Vitamin C 1000 mg 1111,11, Vitamin D 300 IU 75
Kalsium Karbonat 625 mg yang setara dengan Kalsium 250 mg 31,25 *% AKG
(Angka Kecukupan Gizi) berdasarkan diet 2000 kalori. mengandung Kalsium,
Vitamin C, Vitamin D dan Vitamin B6. Kalsium Karbonat merupakan sumber
Kalsium yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan tulang, membantu
memenuhi kebutuhan Kalsium.Vitamin D diperlukan dalam penyerapan Kalsium
dari saluran pencernaan. Vitamin B6 penting untuk keaktifan susunan saraf pusat
yang normal, metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Vitamin C adalah
vitamin yang esensial pada manusia. Berperan dalam pembentukan substansi
antarsel dari jaringan kolagen yang merupakan bagian dari jaringan ikat.
digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan Kalsium, Vitamin B, C dan D
terutama pada wanita hamil dan anak-anak pada masa pertumbuhan, serta
memelihara kesehatan tulang.
- Jangan melebihi dosis yang dianjurkan. Dosis lebih dapat menyebabkan diare
dan menyebabkan gangguan fungsi ginjal.

51
- Hati-hati pemakaian pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
- Hati-hati pemakaian pada penderita yang mendapat levodopa.
- Jangan digunakan pada penderita yang mengalami hipervitaminosis D,
hiperkalsemia, hiperkalsiuria gagal fungsi ginjal berat.
- Hati-hati pemakaian pada penderita yang hipersensitif terhadap salah satu
komponen obat.
- Vitamin C dapat meningkatkan kadar serum dari estrogen dan estrogen yang
dikandung oleh sediaan kontrasepsi oral.
- Vitamin C dapat menurunkan akitivitas antikoagulasi warfarin.
- Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi.
- Mengandung pemanis buatan Aspartam.
- Tidak dianjurkan untuk penderita fenilketonuria dan wanita hamil dengan kadar
fenilalanin tinggi.
Aturan pakai
1 tablet effervescent sehari atau menurut petunjuk dokter

5. PRC

PRC berasal dari darah lengkap yang disedimentasikan selama


penyimpanan, atau dengan sentrifugasi putaran tinggi. Sebagian besar (2/3) dari
plasma dibuang.(1) Satu unit PRC dari 500 ml darah lengkap volumenya 200-250
ml dengan kadar hematokrit 70-80%, volume plasma 15-25 ml, dan volume
antikoagulan 10-15 ml. Mempunyai daya pembawa oksigen dua kali lebih besar
dari satu unit darah lengkap. Waktu penyimpanan sama dengan darah lengkap.
(3,5)
Secara umum pemakaian PRC ini dipakai pada pasien anemia yang tidak
disertai penurunan volume darah, misalnya pasien dengan anemia hemolitik,
anemia hipoplastik kronik, leukemia akut, leukemia kronik, penyakit keganasan,
talasemia, gagal ginjal kronis, dan perdarahan-perdarahan kronis yang ada tanda
“oksigen need” (rasa sesak, mata berkunang, palpitasi, pusing, dan gelisah). PRC
diberikan sampai tanda oksigen need hilang. Biasanya pada Hb 8-10 gr/dl.(6,8,12)

52
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1
unit dapat menaikkan kadar hematokrit 3-5 %.
1. Keuntungan transfusi PRC dibanding darah lengkap :
Kemungkinan overload sirkulasi menjadi minimal.
2. Reaksi transfusi akibat komponen plasma menjadi minimal.
3. Reaksi transfusi akibat antibodi donor menjadi minimal.
4. Akibat samping akibat volume antikoagulan yang berlebihan menjadi minimal.
5. Meningkatnya daya guna pemakaian darah karena sisa plasma dapat dibuat
menjadi komponen-komponen yang lain.
Kerugian PRC adalah masih cukup banyak plasma, lekosit, dan trombosit yang
tertinggal sehingga masih bisa terjadi sensitisasi yang dapat memicu timbulnya
pembentukan antibodi terhadap darah donor. Sehingga pada pasien yang
memerlukan transfusi berulang, misalnya pasien talasemia, paroksismal nocturnal
hemoglobinuria, anemia hemolitik karena proses imunologik, dsb serta pasien
yang pernah mengalami reaksi febrile sebelumnya (reaksi terhadap lekosit donor)
Untuk mengurangi efek samping komponen non eritrosit maka dibuat PRC yang
dicuci (washed PRC). Dibuat dari darah utuh yang dicuci dengan normal saline
sebanyak tiga kali untuk menghilangkan antibodi. Washed PRC hanya dapat
disimpan selama 4 jam pada suhu 4oC, karena itu harus segera diberikan.
6. Ringer Laktat
Ringer laktat adalah larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan
ekstraseluler (cairan diluar sel). Larutan RL juga bisa di gunakan untuk
menormalisasi tekanan darah pada pasien combustio, 18 sampai 24 jam setelah
terjadi cedera luka bakar. Larutan RL juga termasuk salah satu cairan kristaloid
yang bisa digunakan untuk terapi sindroma syok, kombustio, serta hipovolemia
dengan asidosis metabolik.
Cairan RL berisi Natrium Laktat, C3H5NaO3, Natrium klorida, NaCL, Kalium
klorida, KCl, CaCI2.2H2O, serta air untuk injeksi. Tempat metabolisme cairan RL
terutama pada hati serta sebagian kecil pada ginjal. Kelebihan dalam memberikan
cairan ini dapat mengalami edema pada seluruh badan pasien sehingga pemakaian
larutan RL yang berlebih itu perlu di cegah.

53
Cairan NaCL berisi sodium chloride beserta air untuk injeksi. Pada kasus
Gadar, biasanya cairan ini di gunakan untuk membantu proses penanganan serta
perawatan pada luka. Larutan NaCL Juga termasuk cairan kristaloid. Di anjurkan
pada penanganan awal syok hipovolemik dengan hiponatremik, alkalosis
metabolik atau hipokhloremia.
b. Gizi

Diit TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein)

B. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS: Mioma Uteri Nyeri akut
- Klien mengatakan ↓
Histerektomi
nyeri pada bagian luka

post op histerektomi Post Operasi
- Nyeri apabila bergerak ↓
Luka insisi
serta berbicara dan

berkurang apabila Terputusnya kontuinitas
diistirahatkan jaringan
- Nyeri seperti ditususk- ↓
Pengeluaran mediator
tusuk
- Nyeri dirasakan hilang nyeri ( bradikinin,
timbul dan menyebar serotonin, histamin,
ke bagian punggung prostaglandin)
- Skala nyeri 4 (0-10) ↓
DO: Merangsang neuroreseptor
- Klien nampak ↓
Hipotalamus
meringis kesakitan bila

berpindah posisi Saraf motorik
- Terdapat luka dibagian ↓
Nyeri dipersepsikan
perut post op

histerektomi, tertutup Nyeri akut
kassa yang letaknya

54
dibawah umbilikal
memanjang hingga
pubis
- Tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmHg
N: 84 x/menit
S: 37 oC
RR: 20 x/menit
DS: - Mioma uteri Resiko Infeksi
DO: ↓
- Terdapat luka insisi Histerektomi

dibagian perut post op
Post operasi
histerektomi, tertutup ↓
Insisi jaringan
kasaa yang letaknya

dibawah umbilikal Terputusnya kontinuitas
- Leukosit post op 5900
jaringan
sel/uL ↓
Luka

Tempat masukanya
mikroorganisme

Imun inadekuat

Resiko infeksi
DS: Mioma uteri Defisit
- Klien mengatakan ↓
perawatan diri
Histerektomi
belum mampu

bergerak bebas Post operasi
- Klien mengatakan ↓
Terputusnya kontinuitas
nyeri apabila bergerak
- Klien mengatakan jaringan

belum mandi setelah
Nyeri insis saat bergerak
operasi ↓
DO: Ketidak mampuan untuk
- Klien terpasang DC
melakukan aktivitas secara
- Klien bed rest Post
mandiri
Operasi histerektomi

- Klien immobilisasi

55
- Kondisi klien lemah Defisit perawatan diri
- Klien terpasang infus
RL 20 gtt/menit di
tangan sebelah kanan
- Terdapat luka post
operasi histerektomi
- Aktifitas klien masih
dibantu oleh keluarga
belum dapat
melakukan aktivitas
secara mandiri
DS: Mioma Uteri Defisiensi
- Klien dan keluarga ↓
pengetahuan
Histerektomi
mengatakan tidak

mengetahui mengenai Post operasi

kondisi penyakit yang
Tidak mengetahui
dideritanya
mengenai informasi
- Tidak mengetahui
penyakitnya dan
perawatan selama di
perawatan paska operasi
Rumah Sakit (RS) dan

di rumah setelah Pasien dan keluarga
pulang dari RS bertanya-tanya dan
DO:
kebingungan
- Klien selalu bertanya-

tanya mengenai Belum terpaparnya
penyakitnya informasi mengenai
- Klien tampak
penatalaksanaan penyakit
kebingungan ↓
Defisit pengetahuan

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ( prosedur post


histerektomy)
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ( prosedur post
histerektomy)

56
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi klien post
histerektomy
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan informasi
kesehatan yang disampaikan pada klien.

57
D. Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional


1. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji lokasi, karakteristik, 1. Untuk mengevaluasi
dengan agen cedera fisik keperawatan selama 3 x 24 jam, durasi, frekuensi, skala nyeri, penurunan rasa nyeri yang
(prosedur post
diharapkan respon nyeri pasien kualitas, intensitas beratnya dirasakan klien
histerektomy)
dapat terkontrol dan nyeri nyeri, dan faktor-faktor pencetus
berkurang dengan kriteria hasil
sebagai berikut : 2. Observasi isyarat-isyarat 2. Ekspresi wajah dapat
- Klien mampu mengenal faktor- verbal dan non verbal dari melihat keadaan umum klien
faktor penyebab nyeri, beratnya ketidaknyamanan, meliputi dan obseravasi keluhan klien
ringannya nyeri, durasi nyeri, ekspresi wajah, pola tidur, nafsu untuk melihat tingkat keadaan
frekuensi dan letak bagian tubuh makan, aktitas dan hubungan klien.
yang nyeri sosial.
- Klien mampu melakukan
tindakan pertolongan non- 3. Gunakan komunikiasi 3. Komunikasi terapeutik
analgetik, seperti napas dalam, terapeutik agar pasien dapat dapat melihat ekspresi nyeri
relaksasi dan distraksi mengekspresikan nyeri yang dirasakan klien
- Klien melaporkan gejala-gejala
kepada tim kesehatan 4. Evaluasi tentang keefektifan 4. Evaluasi rasa nyeri untuk

58
- Klien mampu mengontrol nyeri dari tindakan mengontrol nyeri melihat keadaan nyeri yang
- Ekspresi wajah klien rileks yang telah digunakan dirasakan
- Klien melaporkan adanya
penurunan tingkat nyeri dalam 5. Anjurkan teknik relaksasi dan 5. Teknik relaksasi dan napas
rentang sedang (skala nyeri 0-10) napas dalam untuk mengurangi dalam dapat membatu relaksasi
hingga nyeri ringan rasa nyeri otot-otot dan mengurangi rasa
- Klien melaporkan dapat nyeri
beristirahan dengan nyaman
- Nadi klien dalam batas normal 6. Berikan dukungan terhadap 6. Dukungan dari keluarga
(80-100x/menit) pasien dan keluarga dapat meningkatkan rasa
- Tekanan darah klien dalam percaya diri dan meningkatkan
batas normal (120/80 mmHG) diri untuk sehat
- Frekuensi pernafasan klien
dalam batas normal (12 – 20 8. Kolaborasi pemberian 8. Pemberian analgetik harus
x/menit) analgetik yaitu keterolac 3×1 gr memperhatikan hal-hal sebagai
melalui intravena dan berikut : prinsip pemberian
meloxicam 2×1 g per oral obat 6 benar (benar nama,
benar obat, benar dosis, benar
cara, benar waktu pemberian,

59
dan benar dokumentasi).
Analgetik untuk mengurangi
rasa nyeri

2. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan 1. Ajarkan klien cuci tangan 1. Kebersihan tangan untuk
berhubungan dengan keperawatann kepada pasien untuk menjaga kesehatan mengurangi resiko infeksi
prosedur invasif
selama 3 x 24 jam, diharapkan individu
( prosedur post
histerektomy) pasien dapat menjelaskan kembali
cara mengkontrol infeksi dengan 2. Anjurkan pengunjung untuk 2. Mencuci tangan untuk
menjaga kebersihan dan
kriteria hasil sebagai berikut: mencuci tangan sebelum dan
terhindar dari kuman
- Mampu menerangkan cara-cara setelah meninggalkan ruangan
penyebaran infeksi pasien
- Mampu menerangkan factor-
3. Mencuci tangan sebelum dan
faktor yang berkontribusi dengan 3. Cuci tangan sebelum dan
sesudah tindakan mengurangi
penyebaran sesudah kontak dengan pasien infeksi nosocomial
- Mampu menjelaskan tanda- dan melakukan tindakan
tanda dan gejala
- Mampu menjelaskan aktivitas

60
yang dapat meningkatkan 4. Lakukan teknik perawatan 4. Teknik perawatan luka yang
steril dapat membantu
resistensi terhadap infeksi luka dengan memperhatikan
mengurangi resiko infeksi
prinsip steril dan aseptik

5. Kolaborasi pemberian terapi 5. Pemberian antibiotic untuk


mencegah penyebaran bakteri
antibiotik yaitu ceftriaxone 1 gr
post operasi
melalui intravena cefadroxyl
2×1 gr per oral dan caldece 1×1
gr per oral.
6. Untuk mengetahui gejala
6. Ajarkan pasien dan keluarga
resiko infeksi luka post operasi
tentang tanda-tanda, gejala dari
infeksi dan cara pencegahan
infeksi
3. Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji kemampuan pasien untuk 1. Mengkaji kemampuan
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x melakukan perawatan diri.
24 jam pasien untuk melakukan
imobilisasi klien post
pasien dan keluarga mampu perawatan diri memudahkan
histerektomy
merawat diri sendiri dengan intervensi selanjutnya.
kriteria hasil:
2.Lakukan perawatan vulva
-Pasien tampak bersih dan segar 2. Untuk menjaga kebersihan
hygiene

61
-Pasien mampu melakukan genitalia
perawatan diri secara mandiri atau 3. Mengganti pakaian
3. Ganti pakaian yang kotor
dengan bantuan dengan yang bersih. melindungi pasien dari kuman
dan meningkatkan rasa
nyaman.

4. Membimbing keluarga dan


4. Bimbing keluarga pasien
pasien agar keterampilan dapat
memandikan dan menyeka
pasien diterapkan

5. Membantu pasien untuk


5. Bantu klien mengungkapkan
mengerti mengenai kebersihan
arti kebersihan diri dan tujuan
diri
memelihara kebersihan diri.

6. Meningkatkan harga diri


6. Beri reinforcement positif
klien.
setelah klien mampu
mengungkapkan arti kebersihan
diri.

62
7. Ingatkan klien untuk 7. Membantu klien untuk
memelihara kebersihan diri menggingat hal-hal yang
seperti: mandi 2 kali pagi dan berhubungan dengan
sore, sikat gigi minimal 2 kali perawatan diri
sehari (sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas dan
menyisir rambut, gunting kuku
jika panjang.
mengadakan fasilitas kebersihan
diri seperti odol, sikat gigi,
shampoo, pakaian ganti, handuk.

4. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan asuhan 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Mempermudah dalam
berhubungan dengan memberikan penjelasan pada
keperawatann kepada pasien klien tentang penyakit
ketidaktahuan informasi klien
selama 3 x 24 jam, diharapkan
kesehatan yang
disampaikan pada klien. pasien dapat menjelaskan kembali 2. Jelaskan penyakit, proses
2. Meningkatan pengetahuan

63
tentang proses penyakit dan penyakit, faktor penyebab atau dan mengurangi rasa cemas
pasien
prosedur perawatan dengan faktor pencetus, tanda dan
kriteria hasil sebagai berikut: gejala, cara meminimalkan
- Klien mengenal nama perkembangan penyakit,
penyakit,definisi, tanda dan gejala komplikasi penyakit dan cara
juga penatalaksanaan myoma uteri mencegah komplikas
- Klien mengetahui dan
memahami penatalaksanaan 3. Berikan informasi tentang
3. Untuk melanjutkan
perawatan post histerektomy kondisi perkembangan klien intervensi dan melihat kondisi
perkembangan klien
( nutrisi dan pencegahan)
- Klien memahami pentingnya 6
langkah cuci tangan 4. Anjurkan klien untuk
4. Mencegah tingkat
melaporkan tanda dan gejala keparahan dan keadaan
penyakit klien
kepada petugas kesehatan

5. Informasikan klien waktu


5. Memberi gambaran tentang
pelaksanaan prosedur tindakan pilihan terapi yang bisa
digunakan
dan perawatan
6. Kaji pengalaman klien dan 6. Untuk mengetahui riwayat

64
tingkat pengetahuan klien keadaan pasien sebelumnya
.
tentang prosedur yang akan
dilakukan

7. Jelaskan tujuan prosedur


7. Agar klien dapat mengetahui
tindakan dan perawatan yang
tindakan dan perawatan yang
akan dilakukan dilakukan oleh perawat

65
E. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik ( prosedur post histerektomi)

No. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Sabtu, 17 15.00 1. Melakukan pengkajian dan 1. Keadaan umum klien


Desember pemeriksaan fisik klien baik, kesadaraan compos
2016 mentis. Klien mengeluh
nyeri luka post operasi.
Skala nyeri 4 (0-10) nyeri
dirasakan dibagian perut,
dan pasien diharuskan
bedrest. Terpasang infus
Rl + analgetik 20
gtt/menit. Terpasang DC
(+),

2. Observasi tanda –
2. Mengobservasi TTV tanda vital
15.30
TD : 120/80 mmHg

N : 84 x/menit
3. Mengobservasi Nyeri
(PQRST) S : 37,00C

R : 20 x/menit

3. Nyeri dirasakan pada


18.30
bagian perut, nyeri
apabila bergerak serta
berbicara dan berkurang
4. Mengajarkan dan apabila diistirahatkan.
menganjurkan teknik Nyeri seperti ditususk-
relaksasi nafas dalam. tusuk, dirasakan hilang
timbul dan menyebar ke
bagian punggung dengan
5. Mengobservasi isyarat-
dengan skala nyeri 4 (0-
isyarat verbal dan non verbal
10).
dari ketidaknyamanan,
meliputi ekspresi wajah klien

66
18.45 4. Teknik relaksasi dan
6. Mengobservasi perdarahan napas dalam mengurangi
rasa nyeri dan pasien
7. Melakukan mengambil darah
tampak rileks tetapi
vena untuk pemeriksaan
meringis kesakitan .
laboratorium post operasi

18.45 8. Mengobservasi bising usus


5. Klien tampak meringis
kesakitan karena luka
post operasi

9. Mengobservasi TTV
6. Perdarahan sedikit

19.00
10.Mengobservasi Nyeri 7. Cek darah post operasi
(PQRST) : luka post operasi darah diambil

11. Mengobservasi nyeri selama


menggunakan DC dan
8. Bising usus 13 x/menit
melakukan perawatan hygine
19.15 menyeka pasien dan
mengganti baju
9. Mengobservasi tanda-
12.Memberikan terapi obat : tanda vital
meloxicam per oral
TD : 120/65 mmHg
13.Menghitung intake dan
output klien N : 70 x/menit

S : 37,30 C

R : 20 x/menit

10. Nyeri luka operasi,


skala nyeri 4 (0-10)

67
11. DC terpasang warna
urine kuning jernih dan
20.00 personal hygiene pasien
terpenuhi. Pasien tampak
nyaman

12. Terapi sudah


diberikan melalui per oral

13. Mi : 1 gls DC : 900

20.30 ∆ : 300

I : 500 O : 900

B : (-) 400

Senin, 19 08.00 1. Mengobservasi keadaan 1. Keadaan umum klien


Desember umum klien dam observasi TTV kesadaran compos
2016, mentis, terpasang infus
2. Mengobservasi Nyeri RL 20 gtt/menit,
(PQRST) terpasang DC,
perdarahan sedikit. Klien
mengeluh nyeri luka post
operasi skala nyeri 3 (0-
10)

Observasi tanda-tanda
vital :

TD : 118/62 mmHg

N : 70 x/menit

S : 36,30 C

R : 20 x/menit

3. Mengobservasi nyeri yang


68
dirasakan klien . 3. Nyeri luka post operasi
yang dirasakan pasien.
08.00 Skala nyeri 3 (0-10)

4. Memberikan terapi obat :


ketorolac 1 ampul keterolac 3×1 4. Terapi obat ketorolac 1
08.00 gr via intra vena. ampul keterolac 3×1 gr
sudah diberikan melalui
intravena
5. Menganjurkan klien untuk 5.Klien mulai mobilisasi
mobilisasi miring kiri dan miring
09.00
kanan dan duduk

6. Mengobservasi nyeri dan 6. Nyeri yang dirasakan


10.00 perdarahan luka post operasi, skala
nyeri 3 (0-10),
perdarahan sedikit

7. Mengobservasi TTV 7. mengobservasi tanda-


tanda vital klien
14.00
TD : 116/70 mmHg

N : 90 x/menit

S : 36,80 C

R : 20 x/menit

8. Keadaan umum klien


8. Mengobservasi keadaan
baik, kesadaran compos
umum klien dan keluhan yang
18.45 mentis, klien tampak
dirasakan
tenang, nyeri dirasakan
ringan luka post operasi,
skala nyeri 3 (0-10)

9. Mengobservasi perdarahan
9. Perdarahan sedikit

10. Menganjurkan klien


69
mobilisasi 10. Klien melakukan
mobilisasi miring kanan
19.00 dan miring kiri lalu
duduk, pasien tampang
tenang dan rileks.

12. Menciptakan lingkungan


yang nyaman dan tenang untuk 12. Pasien tampak tenang
20.00 pasien beristirahat dan rileks.

13. Memberikan obat meloxicam


per oral 13. Obat sudah diberikan
per oral

Selasa, 20 08.00 1. Mengobservasi keluhan dan 1. Keadaan umum klien


Desember keadaan umum klien. baik, kesadaran compos
2016 Mengobservasi tanda-tanda vital mentis, klien tampak
tenang

Observasi tanda-tanda
vital

TD : 110/80 mmHg

N : 86 x/menit

S : 36,50 C

R : 20 x/menit

09.00 2. Mengobservasi keluhan nyeri 2. Klien mengatakan


(PQRST) dan perdarahan nyeri berkurang, Nyeri
luka post operasi di
bagian perut, skala nyeri
menjadi ringan skala 3
(0-10), perdarahan sedikit

10.00 3. Menganjurkan klien


mobilisasi 3. Klien sudah bisa
mobilisasi duduk dan

70
berjalan

4. Teknik relaksasi dan


napas dalam mengurangi
11.00 4. Mengajarkan dan rasa nyeri. Klien tampak
menganjurkan teknik relaksasi tenang
nafas dalam.
5. Terapi sudah bisa
peroral dan DC dilepas
karena ibu sudah bisa
mobilisasi secara mandiri
11.00 5. Mengaff infus dan DC

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Tanggal Subjektif, Objektif, Assesment Perencanaan Paraf

71
1. Selasa, 20 S : P : Intervensi dihentikan
Desember
2016 Klien mengatakan nyeri luka Pasien boleh pulang
post operasi berkurang menjadi
nyeri ringan Diberikan Discharge planning

O:

Keadaan umum klien baik,


kesadaran compos mentis, klien
tampak tenang. Nyeri luka post
operasi di bagian perut, skala
nyeri 3 (0-10), terapi obat
ceterolak 1 ampul keterolac 3×1
gr via intra vena masuk POD 2,
mobilisasi sudah bisa duduk dan
berjalan, DC dilepas, infus app,
pendarahan sedikit

A : Masalah teratasi

Diagnosa 2 : Resiko infeksi berhubungan dengan agen cedera fisik ( post histerektomy)

No. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf


72
1. Sabtu, 17 15.00 1.Mengobservasi kondisi 1. Keadaan luka baik,
Desember balutan luka post operasi luka tertutup balutan, dan
2016 tidak ada rembesan luka
15.00 2. Memberikan informasi pada
pasien dan keluarga tentang 2. Klien mengerti
tanda-tanda, gejala dari infeksi mengenai tanda dari
dan cara pencegahan risiko resiko infesi dan tidak
infeksi (luka post operasi) ada gejala infeksi yang
timbul pada klien

3. Personal hygiene klien


3.Menyeka pasien dan terpenuhi. Klien tampak
18.40 membimbing keluarga klien cara nyaman
menyeka pasien selama
imobilisasi

18. 40
4. Mengobservasi kondisi vulva 4. Keadaan vulva
klien hygiene bersih dan
perdarahan sedikit

5. Klien mengerti
18. 40 5. Menganjurkan klien agar mengenai kepentingan
menjaga kebersihan area vulva menjaga vulva hygiene

6. Menganjurkan klien agar 6. Klien mengganti


18. 40 frekuensi mengganti pembalut pembalut, perdarahan
minimal dua kali sehari sedikit. Mengganti
pembalut untuk
mencegah timbulnya
infeksi di bagian
genitalia.

7. Klien mengganti baju


7. Mengganti pakaian yang kotor
18.40 dank lien tampak nyaman
dengan yang bersih.

73
8. Mengingatkan klien untuk 8. Klien mengerti dan
memelihara kebersihan diri pentingnya melakukan
18.40 perawatan personal
seperti: mandi 2 kali pagi dan
hygiene agar memelihara
sore, sikat gigi minimal 2 kali kebersihan diri.
sehari (sesudah makan dan
sebelum tidur), keramas dan
menyisir rambut, gunting kuku
jika panjang.
mengadakan fasilitas kebersihan
diri seperti odol, sikat gigi,
shampoo, pakaian ganti, handuk

Senin, 19 08.00 1. Melakukan Bed Making 1. Setelah dilakukan bed


Desember making klien tampak
2016, nyaman

09.00 2. Mengobservasi kondisi 2. Luka klien tertutup


balutan luka post operasi balutan, keadaan luka
Memberikan obat melalui baik tidak ada rembesan.
intravena Ceftriaxone 1 gr Obat sudah diberikan
melalui melalui intravena

12.00 3. Menginformasikan klien dan 3. Nutrisi klien terpenuhi


keluarga untuk melakukan diit makan habis satu porsi
TKTP (tinggi protein tinggi
kalori) sesuai advise ahli gizi

4. Mengobservasi kondisi vulva 4. Keadaan vulva


15.00
pasien hygiene bersih dan

74
perdarahan ada sedikit

5. Mengobservasi kondisi 5. Luka balutan tertutup


balutan luka post operasi verban dan tidak ada
15.00 rembesan dibagian luka
klien

6. Menganjurkan klien agar rajin 6. Klien mandi diseka


melakukan mandi selama di dan mengganti baju
15.00 rawat di RS setiap hari. Klien tampak
nyaman

7. Memberikan terapi obat : 7. Terapi obat sudah


cefadroxyl 2×1 gr per oral dan diberika melalui per oral
20.00
caldece 1×1 gr per oral

Selasa, 08.00 1. Melakukan Bed Making 1. Setelah dilakukan bed


20 making klien tampak
Desember nyaman
2016

2. Mengobservasi kondisi 2. Kondisi balutan luka


09.00 kering dan tidak ada
balutan luka
rembesan

10.00
3. Melakukan teknik perawatan 3. Melakukan teknik
luka dengan memperhatikan perawatan luka dan
mengganti balutan luka,
prinsip steril dan aseptik
keadaan luka kering,
tidak ada tanda-tanda
kemerahan di daerah

75
sekitar luka.

11.00 4. Menginfeksi luka post 4. Keadaan luka kering


operasi (mengkaji ada tidaknya tidak ada tanda-tanda
tanda –tanda infeksi REDDA) kemerahan, nanah,
bengkak,rembes,
pendarahan di daerah
luka dan sekitar luka .
Luka bagus tidak ada
tanda-tanda resiko infeksi

11.20 5. Menginformasikan dan 5. Mengajarkan dan


mengajurkan klien dan keluarga melakukan penkes
klien pentingnya cuci tangan mengenai cuci tangan 6
langkah kepada klien dan
keluarga. Kebersihan
tangan untuk mencegah
timbulnya penyebaran
kuman.

CATATAN PERKEMBANGAN

No. Tanggal Subjektif, Objektif, Assesment Perencanaan Paraf

76
1. Selasa, 20 S : - P : Intervensi dihentikan
Desember
2016 Pasien diperbolehkan pulang

O : Luka POD 3 , GP Perdana, Diberikan Discharge Planning


Keadaan luka kering tidak ada
tanda-tanda kemerahan, nanah,
bengkak, pendarahan di daerah
luka dan sekitar luka . Luka
bagus tidak ada tanda-tanda
resiko infeksi. penkes mengenai
cuci tangan 6 langkah sudah
kepada klien dan keluarga,
pasien memahami pentingnya
kebersihan diri ( personal
hygiene)

A : Masalah teratasi

Diagnosa 3 :

Defisit perawatan diri berhubungan dengan imobilisasi klien post histerektomy

77
No. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf

1. Sabtu, 17 18.40 1. Membantu klien dalam 1. Personal hygiene


Desember pemenuhan KDM : klien terpenuhi, klien
2016 menyeka klien tampak nyaman setelah
dilakukan personal
hygiene
2. Menganjurkan keluarga 2. Klien mobilisasi
klien untuk miring kanan dan miring
memperhatikan kiri setelah post operasi.
kebutuhan klien selama
imobilisasi paska
operasi

CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa 3

No. Tanggal Subjektif, Objektif, Assesment Perencanaan Paraf

78
1. Sabtu, 17 S : - P : Intervensi dihentikan
Desember
2016 Klien diperbolehkan pulang

O : Personal hygiene klien


terpenuhi, klien tampak nyaman
setelah dilakukan personal
hygiene. Klien mobilisasi
miring kanan dan miring kiri
setelah post operasi

A : Masalah teratasi

Diagnosa 4 :

Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan informasi kesehatan yang sampai


pada klien.

No. Tanggal Jam Implementasi Evaluasi Paraf


79
1. Sabtu, 17 18.40 1. Memberikan informasi pada 1. Klien mengerti apa
Desember klien dan keluarga klien yang dijelaskan oleh
2016 mengenai pentingnya nutrisi perawat dan bisa
yang baik untuk menjelaskan kembali apa
penyembuhan luka post yang sudah dijelaskan
operasi klien. perawat.

2. Memberikan informasi
mengenai pentingnya 2. Klien mengerti
kebersihan diri seperti: penjelasan yang dijelakan
mandi 2 kali pagi dan sore, oleh perawat mengenai
sikat gigi minimal 2 kali pentingnya melakukan
sehari (sesudah makan dan perawatan diri untuk
sebelum tidur), keramas dan menjaga kebersihan diri
menyisir rambut, gunting
kuku jika
panjang.mengadakan
fasilitas kebersihan diri
seperti odol, sikat gigi,
shampoo, pakaian ganti,
handuk, dan kebersihan
perawatan vulva ).

Senin, 19 1. Memberikan informasi 1. Klien mengerti


Desember 11.00 mengenai kondisi terkait penjelasan yang
2016, penyakit klien (definisi, dijelakan oleh perawat
penyebab, tanda dan gejala, mengenai (definisi,
dan penatalaksanaan): myoma penyebab, tanda dan
uteri. gejala, dan
penatalaksanaan):
myoma uteri.
2. Memberikan informasi pada 3. Klien mengerti
klien dan keluarga klien penjelasan yang
tentang nutrisi terkait diit dijelakan oleh perawat
TKTP. mengenai nutrisi
terkait diit TKTP.

80
Selasa, 11.00 1. Memberikan informasi 1. Klien dan keluarga
20 kesehatan mengenai klien mengerti
Desember pentingnya cuci tangan penjelasan yang
2016 dijelakan oleh
perawat mengenai
pentingnya cuci
tangan.
11.00 2. Memberikan informasi 2. Klien mengerti
kesehatan mengenai penjelasan yang
prosedur penatalaksanaan dijelakan oleh
perawatan luka dengan perawat mengenai
prinsip aseptic pasca penatalaksanaan
perawatan di RS perawatan luka
dengan prinsip
aseptic paska
11.00 perawatan di RS
3. Memberikan Informasi
3. Klien mengerti
pentingnya perawatan vulva
penjelasan yang
hygiene pasca perawatan di
dijelakan oleh
RS
perawat mengenai
penatalaksanaan
perawatan perawatan
vulva hygiene pasca
perawatan di RS
4. Memberikan informasi 4. Klien mengerti
terkait pentingnya nutrisi penjelasan yang
untuk mengatasi anemia : dijelakan oleh
TKTP + tinggi kandungan perawat mengenai
vitamin pentingnya nutrisi
untuk mengatasi
anemia : TKTP +
tinggi kandungan
vitamin
5. Memberikan informasi 5. Klien mengerti
pentingnya gaya hidup sehat penjelasan yang
bagi klien dijelakan oleh
perawat mengenai
pentingnya nutrisi
untuk mengatasi
anemia : TKTP +
tinggi kandungan
81
vitamin.

CATATAN PERKEMBANGAN

Diagnosa 4

No. Tanggal Subjektif, Objektif, Assesment Perencanaan Paraf

82
1. Sabtu, 17 S : - P : Intervensi dihentikan
Desember
2016 Klien diperbolehkan pulang

O : Pasien dan keluarga pasien Diberikan Discharge Planning


antusias saat diberikan
informasi kesehatan dan
kooperatif bertanya-tanya
Leaflet sudah diberikan ( nutrisi
perawatan luka dan 6 langkah
cuci tangan), Informasi
kesehatan sudah diberikan, klien
maupun keluarga klien
memahami informasi yang
diberikan oleh perawat

A : Masalah teratasi

DISCHARGE PLANNING

1. Memberikan informasi pentingnya nutrisi yang baik bagi klien (diit TKTP, nutrisi penting
untuk mengatasi anemia)
2. Memberikan informasi pentingnya kebersihan diri terutama kebersihan vulva ( alat
kelamin)
83
3. Memberikan informasi mengenai cuci tangan
4. Menganjurkan klien dan keluarga untuk rajin melakukan kontrol ulang kondisi
kesehatan .klien ke rumah sakit.
5. Memberikan informasi pentingya menerapkan pola hidup sehat ( olahraga teratur,
menjaga konsumsi makanan dan minuman yang sehat,)
6. Anjurkan pasien untuk melakukan istirahat paska pemulihan perawatan

84
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari telah pustaka yang penulis lakukan maka dapat diperoleh kesimpulan:
Mioma uteri adalah neoplasma yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat
yang menumpangnya sehingga dapat disebut juga dengan leiomioma,
fibriomioma atau fibroid. Mioma uteri termasuk neoplasma jinak, yang berasal
dari otot uterus yang disebut juga dengan dua tempat yaitu serviks uteri dan
korpus uteri.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan reproduksi mioma
uteri adalah suatu tindakan keperawatan mulai dari pengkajian data, menentukan
diagnosa yang muncul, membuat rencana tindakan, lalu mengimplementasikan
dan terakhir mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan. Pada Ny. R dapat
ditegakkan 3 masalah yaitu nyeri, gangguan eliminasi dan cemas karena
kurangnya pengetahuan tentang mioma uteri. Setelah dilakukan tindakan maka
hasil evaluasi yang diperoleh semua masalah teratasi sebagian sehingga intervensi
tetap dilanjutkan.
B. Saran
Memberikan asuhan keperawatan harus lebih maksimal agar hasil yang
dicapai dapat terwujud sesuai keinginan dan mengupayakan terhadap pasien agar
menjaga kesehatan mereka supaya tidak ada orang yang sakit serupa seperti
mioma uteri. Memberikan motivasi pendidikan kesehatan tentang mioma uteri,
bagaimana mioma uteri itu bisa tumbuh di serviks untuk kita semua, memberikan
semaksimal mungkin untuk kesehatan bagi kita sendiri maupun orang lain atau
pasien.
Bagi pasien yang mengalami kesakitan hendaknya secepat mungkin untuk
memeriksa keadaan tubuhnya. Selain itu, sekiranya pasien belum mengetahui
tentang apapun untuk menanyakan ke pihak kesehatan setempat. Peningkatan
pelayanan di Rumah Sakit hendaknya ditinjau kembali dan dilakukan perbaikan

85
agar pasien yang dirawat memperoleh kepuasan dan cepat sembuh. Bagi
pelayanan kesehatan akan merasa puas bila melihat pasien yang dirawat sembuh
total dan merasakan kebahagiaan itu muncul bila melihat orang yang kesakitan
menjadi sembuh total, kekeluargaan akan muncul sewaktu pasien dirawat dan
kami merawatnya.
Kedepannya kami akan memajukan untuk pelayanan kesehatan seperti
mengutamakan pasien dan tidak membeda-bedakan antara pasien dengan pasien
yang lain.

86

Vous aimerez peut-être aussi