Vous êtes sur la page 1sur 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

SOSIALISASI HIV-AIDS

Dibuat
FRITSON TOBIGO

STIKes WIDYA NUSANTARA PALU


2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : HIV-AIDS


Sub Pokok Bahasan : SOSIALISASI HIV-AIDS
Sasaran : Mahamahasiswa STIKes WN Palu, Kelas Non Reg Undata
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Maret 2018
Tempat : Ruang belajar STIKes WNP
Pukul : 08.30 – 09.20 WITA
Penyuluh : Fritson Tobigo

A. Latar Belakang
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang belum ada
obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus HIV, sehingga
penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat berbahaya bagi kehidupan
manusia baik sekarang maupun waktu yang datang. Selain itu AIDS juga dapat
menimbulkan penderitaan, baik dari segi fisik maupun dari segi mental. Mungkin
kita sering mendapat informasi melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-
seminar, tentang betapa menderitanya seseorang yang mengidap penyakit AIDS.
Dari segi fisik, penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena
gejalanya baru dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang
yang mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan
batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan bahwa masalah AIDS adalah
suatu masalah besar dari kehidupan kita semua.
Dengan pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah saya sebagai mahasiswa
keperawatan, merasa perlu memperhatikan hal tersebut.
Oleh karena itu saya membahasnya dalam SAP “Sosialisasi HIV-AIDS”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan mahasiswa dapat mengenal apa
yang dimaksud dengan HIV-AIDS
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan mengenal HIV-AIDS, diharapkan mahasiswa
mampu :
 Menjelaskan apa yang dimaksud dengan HIV-AIDS
 Memahami cara penularan HIV
 Mengetahui dan memahami hal-hal yang tidak dapat menularkan HIV
 Mengetahui tanda dan gejala HIV/AIDS
 Memahami cara mencegah penularan HIV

C. Materi (Terlampir)
1. Sejarah HIV-AIDS
2. Definisi HIV-AIDS
3. Penyebab HIV-AIDS
4. Cara Penularan HIV-AIDS
5. Cara Pencegahan HIV-AIDS
6. Penyebaran HIV-AIDS

C. Media
1. LCD
2. Leaflet

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Setting Tempat
Keterangan :
LCD

: Penyuluh
Meja

: fasilitator

F. Pengorganisasian
1. Penyuluh : Fritson Tobigo
2. Fasilitator : Ns. Parmin, M.Kep
Rincian Tugas
1. Penyuluh : Memberikan penyuluhan
2. Fasilitator : Memfasilitasi jalannya penyuluhan

G. Kegiatan Penyuluh
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUH RESPON PESERTA
1. 5 menit Pembukaan :
a. Salam a. Membalas salam
b. Perkenalan b. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
d. Kontrak waktu d. Memberikan respon
e. Menggali pengetahuan peserta e. Memberikan respon
2. 30 menit Inti :
1. Menjelaskan
a. Sejarah HIV-AIDS a. Menyimak
b. Definisi HIV-AIDS b. Menyimak
c. Penyebab HIV-AIDS c. Menyimak
d. Cara Penularan HIV-AIDS d. Menyimak
e. Cara Pencegahan HIV-AIDS e. Menyimak
f. Penyebaran HIV-AIDS f. Menyimak

2. Sesi Tanya jawab 2.Bertanya


3. 10 menit Evaluasi materi :
Memberikan 5 pertanyaan yang Menjawab pertanyaan
berkaitan dengan materi
4. 5 menit Penutup :
a. Salam penutup a. Menjawab salam

H. Evaluasi Lisan
1. Apakah pengertian dari HIV-AIDS?
2. Bagaimanakah cara penularan HIV-AIDS?
3. Hal – hal apa saja yang tidak menularkan HIV-AIDS?
4. Bagaimanakah gejala mayor dari HIV?
5. Bagaimanakah cara pencegahan penularan HIV-AIDS?
Materi :
SOSIALISASI HIV-AIDS

A. Sejarah HIV AIDS

Kasus AIDS pertama kali ditemukan oleh Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun
1983 dan virusnya di temukan Luc Montagnier pada tahun 1983. AIDS pertama kali
dilaporkan pada tanggal 5 juni 1981, ketika Centers for Disease Control and Prevention
Amerika Serikat mencatat adanya Pneumonia pneumosistis (sekarang masih
diklasifikasi sebagai PCP tetapi diketahui disebabkan oleh Peneumocystis Jirovecii)
pada lima laki-laki homoseksual di Los Angeles.
Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit hampir setiap didunia (pandemi),
termasuk diantaranya Indonesia. Hingga November 1996 diperkirakan telah terdapat
sebanyak 8.400.000 kasus didunia yang terdiri dari 6,7 juta dewasa dan 1,7 anak-anak.
Di Indonesia berdasarkan data-data yang bersumber dari Direktorat Jendaral P2M dan
PLP Depertemen Kesehatan RI sampai dengan 1Mei 1998 jumlah penderita HIV/AIDS
sebanyak 685 orang yang dilaporkan oleh 23 provinsi di Indonesia. Data jumlsh
penderita yang sebenarnya. Pada penyakit ini berlaku teori “Gunung Es” dimana
penderita yang kelihatan hanya sebagian kecil dari yang semestinya. Untuk itu WHO
mengestimasikan bahwa 1 penderita yang terinfeksi telah terdapat kurang lebih 100-200
penderita HIV yang belum diketahui.
Penyakit AIDS telah menjadi masalah internasional karena dalam waktu singkat
terjadi peningkatan jumlah penderita dan melanda semakin banyak negara. Dikatakan
pula bahwa epidemic yang terjadi tidak saja mengenal penyakit (AIDS), virus (HIV)
tetapi juga reaksi/dampak negative berbagai bidang seperti kesehatan, social, ekonomi,
politik, kebudayaan dan demografi. Hal ini merupakan tantangan yang harus diharapi
baik oleh negara maju maupun negara berkembang.
B. Definisi
1. HIV
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun
yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat
berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat
digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.
Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak
memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena
pilek biasa.

2. AIDS
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau
efek dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan
sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau menghilangnya
sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4 pada sel darah putih
yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk
menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat
menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin yang
dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.
C. Penyebab dan Gejala Terserang Virus HIV/AIDS
HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa seperti
jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan peralatan makan
dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan kamar mandi atau WC/Jamban
yang sama atau tinggal serumah bersama Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). ODHA
yaitu pengidap HIV atau AIDS. Sedangkan OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau
AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV
atau AIDS.
Lebih dari 80% infeksi HIV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-
laki, tetapi proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi
dan anak, 90 % terjadi dari Ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang
pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala klinis tertular HIV, namun demikian
orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu, AIDS mulai
berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.Tanda-tanda klinis
penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati
Gejala minor :
1. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
2. Dermatitis generalisata yang gatal
3. Adanya Herpes zoster multisegmental dan berulang
4. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai
risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :
1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa
menggunakan kondom
2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama
3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik
4. Bayi yang ibunya positif HIV

Para ahli menjelaskan bahwa Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang
terkena virus HIV pada awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala
yang khas, penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung
daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut. Setelah kondisi membaik,
orang yang terkena virus HIV akan tetap sehat dalam beberapa tahun dan perlahan
kekebelan tubuhnya menurun/lemah hingga jatuh sakit karena serangan demam yang
berulang. Satu cara untuk mendapat kepastian adalah dengan menjalani Uji Antibodi
HIV terutama jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang berisiko terkena
virus.
Adapun tanda dan gejala yang tampak pada penderita penyakit AIDS diantaranya
adalah seperti dibawah ini :
1. Saluran pernafasan. Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak,
batuk, nyeri dada dan demam seprti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia).
Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai
TBC.
2. Saluran Pencernaan. Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala
seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit
jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diarhea yang
kronik.
3. Berat badan tubuh. Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting
syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal
karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang
dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan
makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi
letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan. Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang
mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering
tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system
persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada
telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi
darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit). Penderita mengalami serangan virus cacar
air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit
kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah
mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering
berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita. Penderita seringkali mengalami
penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV.
Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria
maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya
adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga
(tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan
mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).

D. Cara Penularan
Cara penularan HIV ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi
penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau peradangan
jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia, kankroid, dan
trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding seks vaginal dan
resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selam hamil,
saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
Infeksi HIV kadang-kadang ditularkan ke bayi melalui air susu ibu (ASI). Saat
ini belum diketahui dengan pasti frekuensi kejadian seperti ini atau mengapa hanya
terjadi pada beberapa bayi tertentu tetapi tidak pada bayi yang lain. Di ASI terdapat
lebih banyak virus HIV pada ibu-ibu yang baru saja terkena infeksi dan ibu-ibu
yang telah memperlihatkan tanda-tanda penyakit AIDS.
Setelah 6 bulan, sewaktu bayi menjadi lebih kuat dan besar, bahaya diare dan
infeksi menjadi lebih baik. ASI dapat diganti dengan susu lain dan memberikan
makanan tambahan. Dengan cara ini bayi akan mendapat manfaat ASI dengan
resiko lebih kecil untuk terkena HIV.

E. Cara Pencegahan dan Penanganan HIV/AIDS


1. Cara pencegahan:
 Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan
dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang
lain.
Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan
seksual.
 Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada
janinnya.
 Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
 Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus
dijamin sterilisasinya.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mencegah penularan AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-penyuluhan
atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau yang berkaitan
dengan AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka, melalui penyebaran brosur
atau poster-poster yang berhubungan dengan AIDS, ataupun melalui iklan
diberbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik.penyuluhan
atau informasi tersebut dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan,
kepada semua lapisan masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui
bahaya AIDS, sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa
menimbulkan virus AIDS.
2. Penanganan HIV/AIDS
a. Penanganan Umum
Setelah dilakukan diagnosa HIV, pengobatan dilakukan untuk
memperlambat tingkat replikasi virus. Berbagai macam obat diresepkan
untuk mencapai tujuan ini dan berbagai macam kombinasi obat-obatan
terus diteliti. Untuk menemukan obat penyembuhannya. Pengobatan-
pengobatan ini tentu saja memiliki efek samping, namun demikian
ternyata mereka benar-benar mampu memperlambat laju perkembangan
HIV didalam tubuh. Pengobatan infeksi-infeksi appertunistik
tergantung pada zat-zat khusus yang dapat menginfeksi pasien, obat anti
biotic dengan dosis tinggi dan obat-obatan anti virus seringkali
diberikan secara rutin untuk mencegah infeksi agar tidak menjalar dan
menjadi semakin parah.
b. Penanganan Khusus
 Penapisan dilakukan sejak asuhan antenatal dan pengujian dilakukan
atas permintaan pasien dimana setelah proses konseling risiko PMS
dan hubungannya dengan HIV, yang bersangkutan memandang perlu
pemeriksaan tersebut.
 Upayakan ketersediaan uji serologic.
 Konseling spesifik bagi mereka yang tertular HIV, terutama yang
berkiatan dengan kehamilan da risiko yang dihadapi.
 Bagi golongan risiko tinggi tetapi hasil pengujian negative lakukan
konseling untuk upaya preventif (penggunaan kondom).
 Berikan nutrisi dengan nilai gizi yang tinggi, atasi infeksi oportunistik.
 Tatalaksana persalinan sesuai dengan pertimbangan kondisi yang
dihadapi (pervaginanm atau perabdominam, perhatikan prinsip
pencegahan infeksi).

F. Penyebaran Virus HIV Dalam Tubuh


Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel dan materi genetik virus
dimasukkan ke dalam DNA sel sehingga terjadi infeksi. Di dalam sel, Virus berkembng
biak pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan pertikel virus yang baru.
Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan
menghancurkannya.
Virus menempel pada limfosit yang memiliki satu reseptor protein yang disebut
CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. Sel-sel yang memiliki reseptor biasanya,
disebut sel CD4+ atu disebut limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi
mengaktifkan dan menagatur sel-sel lain pada sistem kekebalan.(misalnya limfosit B,
makrofag dan limfosit T stitostik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel
ganas dan organisme asing.
Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga teradi kelemahan
sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infksi dan kanker.
Seseorang yang terinfeksi HIV akan kehilangan limfosit Tpenolong melalui 3 tahap
selama beberpa bulan atau tahun.
1. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-1300 sel/mL darah.
Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV sejumlah sel menurun
sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV
kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat dalam luar darah.
Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan
infeksi.
2. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus didalam darah mencapai kadar
yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan
penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang
tinggi dak kadar Limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter mendapati
orang-orang yang berisiko tinggi menderita AIDS.
3. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun
drastis. Jika kadarnya turun hingga 200 sel/Ml darah, maka penderita menjadi
rentan terhadap infeksi.
Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B. Limfosit B adalah
limfosit yang menghasilkan antibodi. Seringkali HIV meyebabkan produksi antibodi
berlebihan. Antibodi yang diperuntukkan melawan HIV dan infeksi lain ini banyak
membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS.
Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan
berkurangnya kemampuan Sistem kekebalan tubuh dalam mengenali dan sasaran baru
yang harus diserang.

G. Pemeriksaan Laboratorium
Terdapat dua uji yang khas digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap HIV.
Yang pertama, enzymelinked immunosorbent assay(ELISA), bereaksi terhadap adanya
antibodi dalam serum dengan memperlihatkan warna yang lebih jelas apabila terdeteksi
antibodi virus dalam jumlah besar. Karena hasil positif-palsu dapat menimbulkan
dampak psikologis yang besar, maka hasil uji ELISA yang positif diulang, dan apabila
keduanya positif, maka dilakukan uji yang lebih spesifik, Western blot. Uji Western blot
juga dikonfirmasi dua kali. Uji ini lebih kecil kemungkinannya memberi hasil positif-
palsu atau negatif-palsu. Juga dapat terjadi hasil uji yang tidak konklusif, misalnya saat
ELISA atau Western blot bereaksi lemah dan agak mencurigakan.
Hal ini dapat terjadi pada awal infeksi HIV, pada infeksi yang sedang berkembang
(sampai semua pita penting pada uji Western blot tersedia lengkap), atau pada
reaktivitas-silang dengan titer retrovirus tinggi lain, misalnya HIV-2 atau HTLV-1.
Setelah konfirmasi, pasien dikatakan seropositif HIV. Pada tahap ini, dilakukan
pemeriksaan klinis dan imunologik lain untuk mengevaluasi derajat penyakit dan
dimulai usaha-usaha untuk mengendalikan infeksi.
HIV juga dapat dideteksi dengan uji lain, yang memeriksa ada tidaknya virus atau
komponen virus sebelum ELISA atau Western blot dapat mendeteksi antibodi.
Prosedur-prosedur ini mencakup biakan virus, pengukuran antigen p24, dan pengukuran
DNA dan RNA HIV yang menggunakan reaksi berantai polimerase (PCR) dan RNA
HIV-1 plasma. Uji-uji semacam ini bermanfaat dalam studi mengenai
imunopatogenesis, sebagai penanda penyakit, pada deteksi dini infeksi, dan pada
penularan neonatus. Bayi yang lahir dari ibu positif-HIV dapat memiliki antibodi anti-
HIV ibu dalam darah mereka sampai usia 18 bulan, tanpa bergantung apakah mereka
terinfeksi atau tidak.
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16725/4/Chapter%20II.pdf
http://www.aidsindonesia.or.id/ck_uploads/files/Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%2
01%202017.pdf

http://www.spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1001

http://www.spiritia.or.id/art/bacaart.php?artno=1030

http://www.spiritia.or.id/hivstop.php

Vous aimerez peut-être aussi

  • Tumor Otak
    Tumor Otak
    Document13 pages
    Tumor Otak
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Status Asmatikus
    Status Asmatikus
    Document12 pages
    Status Asmatikus
    banaatuzainal
    Pas encore d'évaluation
  • Tumor Paru
    Tumor Paru
    Document23 pages
    Tumor Paru
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Document9 pages
    Pneumonia
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Masalah Konstipasi Pada Anak
    Masalah Konstipasi Pada Anak
    Document5 pages
    Masalah Konstipasi Pada Anak
    Irwan Muhaimin
    Pas encore d'évaluation
  • Pengertian Asam Basah
    Pengertian Asam Basah
    Document2 pages
    Pengertian Asam Basah
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Gonore
    Gonore
    Document10 pages
    Gonore
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • TB Paru
    TB Paru
    Document17 pages
    TB Paru
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Sap Batuk Efektif
    Sap Batuk Efektif
    Document3 pages
    Sap Batuk Efektif
    Komalimabelas Selajur
    Pas encore d'évaluation
  • Keseimbangan Asam Basa Dalam Darah
    Keseimbangan Asam Basa Dalam Darah
    Document6 pages
    Keseimbangan Asam Basa Dalam Darah
    Bang Kira
    Pas encore d'évaluation
  • Konsep Medis
    Konsep Medis
    Document19 pages
    Konsep Medis
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Naskah Publikasi
    Naskah Publikasi
    Document14 pages
    Naskah Publikasi
    Sumber Sendang Alkes
    Pas encore d'évaluation
  • 42 83 2 PB
    42 83 2 PB
    Document8 pages
    42 83 2 PB
    Adi Suandana
    Pas encore d'évaluation
  • Sistem Buffer
    Sistem Buffer
    Document7 pages
    Sistem Buffer
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Asam Dan Basa
    Asam Dan Basa
    Document6 pages
    Asam Dan Basa
    yusrijal
    Pas encore d'évaluation
  • Asam
    Asam
    Document12 pages
    Asam
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • ISPA Anak
    ISPA Anak
    Document28 pages
    ISPA Anak
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Gonore
    Gonore
    Document31 pages
    Gonore
    Fira Thiodorus
    75% (4)
  • Diagnosa Keperawatan
    Diagnosa Keperawatan
    Document10 pages
    Diagnosa Keperawatan
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Sap Ispa K
     Sap Ispa K
    Document5 pages
    Sap Ispa K
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Non Medikamentosa Karsinoma Hepar
    Non Medikamentosa Karsinoma Hepar
    Document8 pages
    Non Medikamentosa Karsinoma Hepar
    Devi Eliani Chandra
    Pas encore d'évaluation
  • Gonore
    Gonore
    Document6 pages
    Gonore
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Sap Batuk Efektif
    Sap Batuk Efektif
    Document3 pages
    Sap Batuk Efektif
    Komalimabelas Selajur
    Pas encore d'évaluation
  • ISPA Anak
    ISPA Anak
    Document28 pages
    ISPA Anak
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • TB Paru
    TB Paru
    Document17 pages
    TB Paru
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Makalah DM
    Makalah DM
    Document17 pages
    Makalah DM
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • PERIKARDITIS
    PERIKARDITIS
    Document13 pages
    PERIKARDITIS
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Kumpulan Askep Nic Noc
    Kumpulan Askep Nic Noc
    Document21 pages
    Kumpulan Askep Nic Noc
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation
  • Hepatoma
    Hepatoma
    Document20 pages
    Hepatoma
    Micki Taryan
    Pas encore d'évaluation