Vous êtes sur la page 1sur 6

ASAM TIAPROFENAT

Asam tiaprotenat memperlihatkan sifat sama seperti derivat asam


propionat lainnya. Waktu paruh dalam plasma kira-kira 2 jam dan ekskresi
terutama melalui ginjal sebagai konjugat asilglukuronida. Efek samping sama
seperti obat AINS lainnya. Dosis 3 kali 200 mg sehari

INDOMETASIN
Merupakan derivat indolasam asetat. Obat ini sudah dikenal sejak 1963
unjuk pengabaian arthritis rheumatoid dan sejenisnya. Walaupun obat ini efektif
tetapi karena toksik maka penggunaan obat ini dibatasi. Indometasin memiliki
efek anti-inflamasi dan analgesik-antipiretik yang kira-kira sebanding dengan
aspirin, Telah terbukti bahwa indometasin memiliki efek analgesic penter maupun
sentral. In vitro, indometasin menghambat enzim sikloksigenase. Seperti kolkisin,
indometasin menghambat motilitas leukosit polimorlonuklear.
Absorpsi indometasin setelah pemberian oral cukup baik; 92-9y %
indometasin terikat pada protein plasma. Metabolismenya terjadi di hati. Indo-
metasin diekskresi dalam bentuk asal maupun metabolit melalui urin dan empedu
Waktu paruh plasma kira-kira 2-4 jam.
Efek samping indometasin tergantung dosis dan insidennya cukup tinggi.
Pada dosis terapi, se-pertiga penderita rnenghentikan pengobatan karena efek
samping. Efek samping saluran cerna berupa nyeri abdomen, diare, perdarahan
lambung dan pankreatitis. Sakit kepala hebat dialami oleh kira-kira 20-25 %
penderita dan sering disertai pusing, depresi dan rasa bingung. Halusinasi dan
pstkosis pemah dilaporkan. Indometasin juga dilaporkan menyebabkan
agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia. Vasokonstriksi pembuluh
koroner pernah dilaporkan. Hiperkalemia dapat terjadi aki-bat hambatan yang
kuat terhadap biosintesis PG di ginjal. Alergi dapat pula timbul dengan
manifostasi urtikaria. gatal dan serangan asma. Obat ini mengurangi efek
natnuretik dari diu-relik tiazid dan turo-semid serta memperlemah efek hipotensit
obat beta bicker.
Karena toksisitasnya, indometasin tidak dianjurkan diberikan kepada
anak, wanita hamil, pen-derita gangguan psikiatris dan penderita penyakit
lambung. Penggunaannya kini dianjurkan hanya bila AINS lain kurang berhasil
misalnya pada spondylitis ankilosa, artritis pirai akut dan osteoartrilis tungkai,
Indometasin tidak berguna pada penyakit pirai kronik karena tidak berefek
urikosurik. Oosis indometasin yang lazim ialah 2-4 kali 25 mg sehari. Untuk
mengurangi gejala reumatik di malam hari, indometasin diberikan 50-100 mg
sebelum tidur.

PIROKSIKAM
Obat ini merupakan salah satu AINS dengan struktur baru yaitu oksikam.
Waktu paruh dalam plasma lebih dan 45 jam sehingga dapat diberikan hanya
sekali sehari. Absorpsi berlangsung cepat di lambung; terikat 99 % pada protein
plasma. Obat ini menjalani siklus enterohepatik. Kadar taraf man-tap dicapai
sekitar 7-10 hari dan kadar dalam plasma kira-kira sama dengan kadar di cairan
sinovia.
Frekuensi kejadian efek samping dangan plroksikam mencapai 11-46 %,
dan 4-12 % dan jumlah penderita terpaksa menghentikan obat ini. Efek samping
tersering adalah gangguan saluran cerna, antara lain yang berat adalah tukak
lambung. Efek samping lain adalah pusing, tinitus, nyeri kepala dan erilem kulit.
Piroksikam tidak dianjurkan diberikan pada wanita hamil, penderita tukak
lambung dan penderita yang sedang minum antikoagulan. Indikasi piroksikam
hanya untuk penyakit inflamasi send! misalnya artritis reumatoid, osteoartrllls,
spondilitis ankilosa dengan dosis 10-20 mg sehari.

NABUMETON
Naburrteton, salah satu obat AINS terbaru merupakan pro-drug. Obat ini
diserap cepat dari saluran cerna dan di hati akan dikonversi ke satu atau lebih
zat aktifnya, terutama 6-methoxy-2 naphtyla-cetic acid (6-WNA). Metabolit Ini
merupakan penghambat kuat dari enzim siklo-oksigenase. Zat aktif tersebut
diinaktivasi di hati secara o-demetilasi dan kemudian dikonjugasi untuk di
ekskresi.
Hasil uji klinis nabumeton menyimpulkan bahwa obat ini sama efektif
dengan obat AINS lainnya pada pengobatan arthritis rheumatoid dan osteo-artri-
tis. Dikatakan bahwa efek samping yang timbul selama pengobatan relatif lebih
sedikit, terutama efek samping terhadap saluran cerna. Penjelasan-nya ialah
karena nabumeton merupakan pro-drug yang baru aktif setelah absorpsi dan
mengalami konversi, juga karena nabumeton tidak bersifat asam. Selain itu data
pada hewan coba menunjukkan bahwa nabumeton memperlihatkan stat selektif
menghambat iso-enzim prostaglandin untuk peradangan tetapi kurang
menghambat prostasiklin yang bersifat sitoprotektit.

Farmakokinetik. Dengan dosis 1 gram/hari didapatkan waktu paruh (T 1/2)


sekitar 24 jam (22,5 + 3,7 Jam). Pada kelompok usia lanjut, T 1/2 Inl bertambah
panjang dengan 3-7 jam.
OBAT PIRAI
Ada 2 kelompok obat penyaklt pirai, yaitu obat yang menghentikan proses
mflamasi akut misalnya kolkisin, feniibutazon, oksitenbutazon, dan indome-tasjn;
dan obat yang mempengaruhi kadar asam urat misalnya probenesid, Alpurinol
dan sultinpira-zon. Kebanyakan obat pirai telah dibicarakan sebelumnya,
sehingga pada bagan ini hanya akan dibahas mengenai kolkisin, probenesid,
Alpurinol dan sulfinpirazon.
Obat yang mempengaruhi kadar asam urat tidak berguna mengatasi
serangan Minis malah kadang-kadang meningkatkan frekuensi serangan pada
awal terapi. Kolkisin dalam dosis protilaktik dianjurkan diberikan pada awal terapi
alopurlnol, sullinpirazon dan probenesid.

KOLKISIN
Kolkisin adalah suatu anti-inflamasi yang unik yang terutama
diindikasikan pada penyakit pirai. Obat ini merupakan alkaloid Colchicum
auturnnala, sejenis bunga leli.
Farmakodinamik. Sifat antiradang kolkisin spesifik terhadap penyakit pirai dan
beberapa artritis lainnya sedang sebagai antiradang umum kolkisin tidak efektif.
Kolkisin tidak memiliki efek analgesik.

Pada penyakit pirai, kolkisin tidak meningkatkan ekskresi. sintesis atau


kadar asam urat dalam darah. Obat mi berikatan dengan protein mikroiu-bular
dan menyebabkan depolimerisasi dan meng-hilangnya mikrotubul (ibrllar
granulosa dan sal ber gerak lainnya. Hal Ini menyebabkan penghambatan
migrasi granulosit ke tempat radang sehingga penglepasan mediator inflamasi
juga dihambat dan responds inflamasi ditekan. Peneliti lain juga mempertihatkan
bahwa kolkisin mencegah penglepasan glikoprotein dari leukosit yang pada
penderita gout menyebabkan nyeri dan radang sendi.
Farmakokinetik. Absorpsi melalui saluran cerna baik. Obat ini didistribusi secara
luas dalam jaringan tubuh; volume distribusinya 49,5 ± 9,5 L Kadar tinggi didapat
di ginjal, halt, limpa, dan saluran cerna tetapi tidak terdapat di otot rangka,
jantung dan otak. Sebagian besar obat ini diekskresi dalam bentuk utuh melati
tinja. 10-20 % diekskresi melalui urin. Pada penderita dengan penyakit hati elimi-
na-sinya berkurang dan lebih banyak yang diekskresi lewat urin. Kolkisin dapat
ditemukan dalam leukosit dan urin sedikitnya untuk 9 hari setelah suatu suntikan
IV.

Efek nonterapi. Efek samping kolkisin yang paling sering adalah muntah, mual
dan kadang-kadang diare, terutama dengan dosis maksimal. Bila efek ini terjadi,
pengobatan harus dihentikan walaupun efek terapi belum tercapai. Gejala
saluran cerna ini tidak terjadi pada pemberian IV dengan dosis lerapi, tetapi bila
terjadi ekstravasasi dapat menimbulkan peradangan dan necrosis kulit serta
|anngan lemak Depresi sumsum tulang, purpura, neuritis peri-ter, miopati, anuria,
alopesia, gangguan hati, reaksi alergi dan kolitishemoragik jarang terjadi. Reaksi
in) umumnya terjadi pada dosis berlebihan pada pemberian IV, gangguan
ekspresi akibat kerusakan ginjal dan kombinasi keadaan tersebut. Koagulasi
intravaskular diseminata merupakan manifestasi keracunan kolkisin yang berat;
timbul dalam 48 jam dan sering bersifat fatal. Kolkisin harus diberikan dengan
hati-hati pada penderita lanjut usia, lemah. atau penderita dengan gangguan
ginjal, kardiovas kular dan saluran cerna.

Indikasi. Kolkisin adalah obat terpilih untuk penyakit piral. Pemberian harus
dimuati secepatnya pada awal serangan dan diteruskan sampai gejala hilang
atau timbul efek samping yang mengganggu. Gejala penyakit umumnya
menghilang 24-48 jam setelah pemberian obat. Bila terapi terhambat efektivitas
obat kurang. Kolkisin juga berguna untuk profilaktik serangan penyakit piral atau
mengurangi beratnya serangan. Obat ini juga dapat mencegah serangan yang
dicetuskan oleh obat urikosurik dan allopurinol. Untuk profilaksis, cukup diberikan
dosis kecil. Penderita yang mendapat dosis profilaktik memberikan respons
terhadap dosis kecil sewaktu serangan, sehingga efek samping tidak
mengganggu.
Dosis kolkisin 0,5-0,6 mg tiap jam atau 1,2 mg sabagai dosis awal diikuti
0.5 0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau gejala saluran cerna
timbul. Mungkin perlu diberikan sampai dosis maksimum 7-8 mg tetapi umumnya
penderita tidak dapat menenma dosis ini. Untuk profilaksis diberikan 0,5-1 mg
sehari.
Pemberian IV: 1-2 mg dilanjutkan dengan 0,5 mg Hap 12-24 jam. Dosis
jangan melebihi 4 mg dalam satu regimen pengobatan Untuk mencegah iritasi
akibat ekstravasasi sebaiknya larutan 2 ml diencerkan menjadi 10 ml dengan
larutan garam faal.

ALOPURINOL
Allopurinol berguna untuk mengobati penyakit pirai karena menurunkan
kadar asam urart. Pengobatan jangka panjang mengurangi frekuensi serangan.
rnenghambat pembentukan tofi, memobilisasi asam urat dan mengurangi
besarnya tofi. Mobilisasi asam ural ini dapat ditingkatkan dengan memberikan
urikosurik. Obat ini terutama berguna untuk mengaobati penyakit pirai kronik
dengan in-sutisiensi ginjal dan batu urat dalam ginjal, tetapi dosis awal hams
dikurangi. Berbeda dengan probe-nesid, efek allopurinol tidak dilawan oleh
salisilat, ledak berkurang pada tnsuflsiensi ginjal dan tidak menyebabkan batu
urat. Allopurinol berguna untuk pengobatan pirai sekunder akibat penyakit
polisite-mla vera, metaplasia myeloid, leukemia, limfoma, psoriasis, hiperurisemia
akibat obat, dan radiasi, Obat ini bekerja dengan rnenghambat xantin oksi-dase,
enzim yang mengubah hipoxantin menjadi xantin dan selanjutnya menjadi asam
urat. Melalui mekanisme umpan balik alopurinol rnenghambat sintesis purin yang
merupakan prekursor xantin. Allopurinol sendiri mengalami biotranstormasi oleh
enzim xantin oksidase menjadi aloxantin yang masa paruhnya lebih panjang dan
pada allopurinol, itu sebabnya allopurinol yang masa paruhnya pendek cukup
diberikan satu kali sehari.
Efek samping yang sering terjadi lalah raaksl kulit. Bila kemerahan kulit
timbul, obat harus dihentikan karena gangguan mungkin menjadi lebih berat.
Reaksi alergi berupa demam, menggigil, leukopenia atau leukosilosis, eostnoflia.
artralgiadan pruritus juga pernah dilaporkan. Gangguan saluran cerna kadang-
kadang juga dapat terjadi. Alupurinol dapat meningkatkan frekuensi serangan
sehingga sebaiknya pada awal terapi diberikan juga kolkisin. Serangan biasanya
menghilang setelah beberapa bulan pengobatan. Karena allopurinol
menghambat oksidasi merkaptopurin, dosis merkaplopurin harus dikurangi
sampai 25-35 % bila diberikan bersama-an. Dosis untuk penyakit pirai ringan
200-400 mg sehari, 400-600 mg untuk penyakit yang lebih berat. Untuk penderita
gangguan fungsi ginjal dosis cukup 100-200 mg sehari. Dosis untuk
hiperunsemia sekunder 100-200 mg sehari. Untuk anak 6-10 tahun: 30O mg
sehari dan anak di bawah 6 tahun : 150 mg sehari.

PROBENESID
Probenesid berefek mencegah dan mengurangi kerusakan sendi serta
pembentukan tofi pada penyakit pirai, tidak efektif untuk mengatasi serangan
akut. Probenesid juga berguna untuk pengobalan hiperurisemia sekunder.
Probenesid tidak berguna bila laju filtrasi glomerulus kurang dari 30 ml per menit.
Efek samping probenesid yang paling sering ialah, gangguan saluran cerna,
nyeri kepala dan reaksi alergi. Gangguan saluran cerna lebih ringan daripada
yang disebabkan oleh sultmpirazon tetapi tetap harus digunakan dengan hati-hati
pada pen-derita dengan riwayat ulkus peptik. Salisilat mengurangi efek
probenesid, Probenesid menghambat ekskresi renal dari sulfinpirazon,
Indometasin, penisilin, PAS, sullonamid dan juga berbagai asam organik,
sehingga dosis obat tersebut harus disesuaikan bila diberikan bersamaan. Dosis
probenesid 2 kali 250 mg/hari selama seminggu diikuti dengan 2 kali 500
mg/hari.

SULFINPIRAZON
Sulfinpirazon mencegah dan mengurangi kelainan send! dan tofi pada
penyakit pirai kronik bardasarkan hambatan reabsorpsi lubular asam urat.
Kurang efektif menurunkan kadar asam urat dibandingkan dengan allopurinol
dan tidak berguna mengatasi serangan pirai akut, malah dapat meningkatkan
frekuensi serangan pada awal terapi Sepuluh sampai 15 % penderita yang
mendapat Sulfinpirazon mengalami gangguan saluran cerna, kadang-kadang
perlu dihentikan pengobatan nya; sulfinpirazon tidak boleh diberikan pada
penderita dengan RIwayat ulkus peptik. Anemia, leukopenia, agranuio-sitosis
dapat terjadi. Sulfinpirazon mengurangi ekskresi tubuli dart asam aminohipurat
dan lenolsul fonftalein, sehingga uji diagnostik yang berdasarkan pengukuran zat
tersebut tidak berguna bila dilakukan pada penderila yang mendapat
sullinpirazon. Seperti fenilbutazon dan oksifenbutazon, sullinpirazon dapat
meningkatkan efek insulin dan obat hipo-glikemik oral sehingga harus diberikan
dengan pengawasan ketat bila diberikan bersama dengan obat-obat tersebut.
Sulfinpirazon secara kimia sangat mirip fenilbutazon dan oksifenbutazon sehing-
ga dapat menyebabkan reaksi alergi silang dengan obat tersebut. Dosis
sulfinpirazon 2 kali 100-200 mg sehari, ditingkatkan sampai 400- 800 mg
kemudian dikurangi sampai dosis efektif minimal.

Vous aimerez peut-être aussi