Vous êtes sur la page 1sur 19

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup
merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat
penting di untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba, adapun faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba terdiri dari faktor intrinsik
dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik meliputi pH, Aw, potensial
oksidasi-reduksi, kandungan nutrisi, kandungan senyawa anti mikrobia
dan stuktur biologi. Sedangkan faktor ekstrinsik meliputi temperatur,
kelembapan relatif lingkungan, dan susunan gas di lingkungan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba ini
dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan pertumbuhan mikroba seperti
pH, Aktivitas mikroorganisme secara signifikan dipengaruhi oleh pH,
pH adalah parameter untuk mengetahui intensitas tingkat
kesamaan/kebasaan dari suatu larutan yang dinyatakan dengan
konsentrasi ion hidrogen terlarut. Mikroba yang ada disekitar kita
mempunyai syarat tumbuh yang berbeda-beda, agar mereka dapat
tumbuh dengan baik. Syarat tumbuh mikroba dapat berupa suhu
maupun pH. untuk pertumbuhan mikroba biasanya terdapat 3 pH
pertumbuhan yaitu pH optimum, pH maksimum dan pH minimum. Dari
ketiga pH diatas biasanya pH yang paling cocok untuk pertumbuhan
mikroba disebut pH optimum. pH minimum merupakan pH terendah
dimana mikroba tidak dapat tumbuh, sedangkan pH maksimum
merupakan pH tertinggi dimana mikroba tidak dapat tumbuh, ketiga
jenis pH pertumbuhan itu sesuai dengan karakteristik kebutuhan
mikroba untuk hidup pada pH tertentu . Mikroba umumnya hidup pada
pH netral (6,6-6,7), pH pertumbuhan bakteri adalah 4,0-8,0 , kapang
1,5-12, sedangkan khamir mempunyai daerah pH 1,5-8,5. Berdasarkan
daerah pH bagi kehidupannya, mikroba dibedakan menjadi 3 golongan,
mikroba asidofil yaitu mikroba yang dapat tumbuh pada pH antara 2,0-
5,0, mikroba mesofil yaitu mikrobayang dapat tumbuh pada pH antara
5,5-8, mikroba alkalifil yakni mikroba yang dapat tumbuh pada pH
antara 8,5-9,5. Nilai pH merupakan faktor yang mempengaruhi aktivitas
enzim, dimana aktivitas enzim ini akan maksimum pada kondisi pH
optimum. Nilai pH sel mikroorganisme dipengaruhi oleh pH
lingkungan dimana mikroorganisme tersebut hidup. Bila pH
lingkungan tidak sesuai untuk aktivitas enzim secara optimal, maka
mikrobia tidak dapat melakukan metabolisme dengan baik. Akibatnya
mikrobia tidak dapat tumbuh dengan optimal. Untuk itulah dengan
adanya praktikum ini kita dapat mengetahui pengaruh pH (HCl, NaOH,
Akuades) terhadap pertumbuhan mikroba baik gram positif Bacillus
cereus maupun bakteri gram negatif E.coli.

B. Tujuan
Mengetahui pengaruh pH terhadap pertumbuhan mikroba gram
positif dan negatif.
II. TINJAUAN PUSTAKA.

Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu berhubungan dengan


berbagai macam mikroorganisme yang dapat menginfeksi yang dapat
membahayakan atau merusak inang. Akan tetapi, agar dapat memahami
lebih banyak masalah dalam mendiagnosis dan pencegahan infeksi, maka
perlu diketahui bahwa mikroorganisme tumbuh dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang menunjang pertumbuhannya. (M. Natsir Djide, 2005).
Seperti makhluk hidup pada umumnya, pertumbuhan mikroba
tentunya tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi itu dapat berupa faktor fisika, faktor kimia, maupun faktor
biologi. Namun, pertumbuhan mikroba ini tidak hanya dipengaruhi faktor
lingkungan, tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Akibat
ukurannya yang sangat mikroskopis, pertumbuhan mikroba sangat
tergantung pada keadaan sekelilingnya (Pelczar dan Chan, 2006).
Beberapa faktor abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
bakteri, antara lain: suhu, kelembaban, cahaya, pH, Aw dan nutrisi.
Apabila faktor-faktor abiotik tersebut memenuhi syarat, sehingga optimum
untuk pertumbuhan bakteri, maka bakteri dapat tumbuh dan berkembang
biak (Haastuti, 2008).
Mikroba umumnya menyukai pH netral (pH 7). Beberapa bakteri
dapat hidup pada pH tinggi (medium alkalin). Contohnya adalah bakteri
nitrat, rhizobia, actinomycetes, dan bakteri pengguna urea. Hanya
beberapa bakteri yang bersifat toleran terhadap kemasaman, misalnya
Lactobacilli, Acetobacter, dan Sarcina ventriculi. Bakteri yang bersifat
asidofil misalnya Thiobacillus. Jamur umumnya dapat hidup pada kisaran
pH rendah. Apabila mikroba ditanam pada media dengan pH 5 maka
pertumbuhan didominasi oleh jamur, tetapi apabila pH media 8 maka
pertumbuhan didominasi oleh bakteri. Berdasarkan pH-nya mikroba dapat
dikelompokkan menjadi 3 yaitu:
a. Mikroba asidofil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH
2,0-5,0,
b. Mikroba mesofil (neutrofil), adalah kelompok mikroba yang dapat
hidup pada pH 5,5-8,0.
c. Mikroba alkalifil, adalah kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH
8,4-9,5. Contoh pH minimum, optimum, dan maksimum untuk
beberapa jenis bakteri adalah sebagai berikut menurut (Waluyo, 2005)
dalam buku berjudul mikrobiologi pangan :

Nama mikroba pH

minimum optimum maksimum


Escherichia coli 4,4 6,0-7,0 9,0
Proteus vulgaris 4,4 6,0-7,0 8,4
Enterobacter aerogenes 4,4 6,0-7,0 9,0
Pseudomonas aeruginosa 5,6 6,6-7,0 8,0
Clostridium sporogenes 5,0-5,8 6,0-7,6 8,5-9,0
Nitrosomonas spp 7,0-7,6 8,0-8,8 9,4
Nitrobacter spp 6,6 7,6-8,6 10,0
Thiobacillus Thiooxidans 1,0 2,0-2,8 4,0-6,0
Lactobacillus acidophilus 4,0-4,6 5,8-6,6 6,8

Secara garis besar, bakteri dibagi menjadi dua kategori yaitu


bakteri Gram positif dan Gram negatif. Bacillus cereus merupakan salah
satu contoh bakteri Gram positif, dan Escherichia coli merupakan salah
satu contoh bakteri Gram negatif. Ciri-ciri bakteri Gram negatif adalah:
- struktur dinding selnya tipis, sekitar 10-45mm, berlapis tiga atau multi
layer,
- dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%),
peptidoglikan terdapat dalam lapisan kaku sebelah dalam dengan
jumlah sedikit (10% dari berat kering), tidak mengandung asam laktat,
- kurang rentan terhadap senyawa penisilin,
- tidak resisten terhadap gangguan fisik (Waluyo,2005).
Sedangkan ciri-ciri bakteri Gram positif adalah:
- struktur dinding selnya tebal, sekitar 10-50mm,
- dinding selnya mengandung peptidoglikan yang tinggi (90% dari berat
kering,
- sensitif terhadap penisilin,
- biasanya dapat bersifat tahan asam (Hafsan, 2011).
Berikut merupakan tabel perkiraan nilai pH pertumbuhan bakteri
pathogen pada makanan menurut International Comission on
Microbiological Specification for Foods, 2004:

Tabel 1.1 Perkiraan Nilai pH Pertumbuhan Bakteri Patogen


Nilai pH
Bakteri patogen
pH minimum pH optimum pH maksimum
B. cereus 4,9 6,0-7,0 8,8
E. coli 4,4 6,0-7,0 9,0

Eschericia coli merupakan bakteri dari kelompok koliform. Bakteri


dari jenis tersebut selalu terdapat di dalam kotoran manusia, sedangkan
bakteri patogen (penyebab penyakit) tidak selalu ditemukan.
Mikroorganisme dari kelompok koliform secara keseluruhan tidak umum
hidup atau terdapat di dalam air, sehingga keberadaannya dalam air dapat
dianggap sebagai petunjuk terjadinya pencemaran kotoran dalam arti luas,
baik kotoran hewan maupun manusia. Bakteri kelompok koliform meliputi
semua bakteri berbentuk batang pendek, gram negatif, tidak membentuk
spora dan dapat memfermentasi laktosa dengan memproduksi gas dan
asam pada suhu 37 derajat celcius dalam waktu kurang dari 48 jam.
Adapun bakteri Eschericia coli selain memiliki karakteristik seperti
bakteri koliform pada umumnya, juga dapat menghasilkan senyawa indole
di dalam air pepton yang mengandung asam amino triptofan, serta tidak
dapat menggunakan natrium sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon.
(Purwoko, 2007)
Bacillus adalah bakteri gram positif, membentuk endospora, dan
berbentuk batang. Terdapat lebih dari 70 spesies, yang dapat diamati
morfologi dan diversitas fisiologinya. Hanya dua jenis yakni B. Anthracis
dan B. Cereus yang diketahui bersifat patogen. Habitat B. Subtilis adalah
pada tanah, namun juga ditemukan pada air tawar, daerah perairan di
pesisir pantai, dan samudra. Alasan banyak ditemukannya bakteri tersebut
adalah karena pembentukan endospora, yang mengijinkan pertahanan
hidup, walaupun lingkungan yang ditempati sangatlah ekstrim. Bacillus
subtilis juga dapat ditemukan pada tumbuhan, hewan dan kotoran hewan.
Bacillus subtilis memproduksi enzim dan antibiotik dalam respons untuk
pembatasan nutrisi. Enzim yang dihasilkan yaitu protease, amilase,
selulase dan lipase. Produksi enzim sangat maksimal saat sel berada pada
fase stasioner pada masa pertumbuhan. Produksi enzim tersebut diduga
sebagai strategi pertahanan hidup untuk mencari sumber energi
makromolekuler saat nutrisi mulai berkurang. Sebagian besar enzim
digunakan secara luas dalam pembuatan makanan, masakan, dan industri
detergen biologis. Enzim yang memiliki manfaat bagi manusia seperti
“termostability”, mengaktifkan jangkauan pH, aktivitas pada detergen dan
mengoksidasi lingkungan, dapat diidentifikasi oleh Bacillus subtilis.
Peranan B. Subtilis pada industri enzim adalah dapat merefraktor analisis
genetik dan itulah alasan B. Subtilis dipilih untuk dipelajari mekanisme
produksi enzimnya. Selain itu, kode genetik yang heterogen dengan materi
yang dapat diklon-kan ke dalam B. Subtilis yang dapat menghasilkan
manipulasi untuk gandum berkualitas tinggi (Stainer, 2010)
Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima
proton dari Na+. Natrium hidroksida mengandung unsur dari golongan
alkali, yakni Natrium (Na+). Ciri –ciri yang dimiliki golongan alkali seperti
reduktor kuat dan mampu mereduksi asam, mudah larut dalam air,
merupakan penghantar arus listrik yang baik dan panas, urutan
kereaktifannya meningkat seiring dengan bertambahnya berat atom.pada
umumnya NaOH digunaka sebagai pelarut, penggunaan NaOH sebagai
pelarut disebkan kegunaan dan efektifitasnya seperti untuk menetralka
asam. NaOH terbentuk dari elektrolisis larutan NaCl dan merupakan basa
kuat (Linggih, 1988).

Bakteri memiliki mekanisme yang sangat efektif untuk memelihara

kontrol regulasi pH sitoplasmanya (pHi). Pada sejumlah bakteri, pH

berbeda dengan 0,1 unit per perubahan pH pada pH eksternal. Hal ini

disebabkan kontrol aktivitas sistem transpor ion yang mempermudah

masuknya proton. Bermacam-macam sistem yang mencerminkan luas

rentang nilai pHi diperlihatkan oleh berbagai bakteri. Asidofil memiliki

nilai rentang pHi 6,5 – 7,0; neutrofil memiliki nilai rentang pHi 7,5 – 8,0,

dan alkalofil memiliki nilai rentang pHi 8,4 – 9,0. Mikroorganisme

fermentatif memperlihatkan rentang nilai pHi yang lebih tinggi

dibandingkan dengan mikroorganisme yang menggunakan jalur respirasi.

Pada mikroorganisme fermentatif , produksi produk fermentatif yang

bersifat asam dan akumulasinya mengakibatkan gangguan keseimbangan

pH dan pembatasan pertumbuhan. Sejumlah mikroorganisme

meningkatkan mekanisme kompensasi untuk mencegah efek toksik dari

akumulasi produk yang bersifat asam dan berkonsentrasi tinggi tersebut

(Entjang, 2003).
III. METODE

A. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah :
- Cawan petri steril
- Pipet mikro
- Kertas saring
- Jangka sorong
- Medium NA

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah :

- Biakan E.coli
- Biakan Bacillus cereus
- Asam sitrat (pH 3 dan 5)
- HCL (pH 3 dan 5)
- NaOH (pH 7 dan 9)
- Akuades

B. Prosedur Kerja

Dua cawan petri steril disiapkan, masing-masing dimasukan


1 ml starter mikroba ( E.coli dan Bacillus cereus )

Medium dimasukan ke dalam cawan petri steril dalam


keadaan hangat 45 0C.

Cawan diputar-putar untuk meratakan medium


Kertas cakram dicelupkan kedalam larutan per-pH tertentu
selama 10 menit lalu dikering anginkan dan dimasukan ke
dalam cawan pertri yang telah diisi medium

Medium diinkubasi selama 48 jam pada suhu ruang dan


posisi cawan terbalik

Zona bening diamati dan dilakukan pengukuran


penghambat antimikroba terhadap bakteri, pengamatan
dialukan 2 kali setelah 24 jam dan 48 jam
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil.
Pengukuran Zona Bening
Waktu
Bakteri pH Rata-
pengamatan I II III
rata
1. HCl 3,82cm 3,95cm 4,15cm 3,97cm
E.coli 2.NaOH 0,64cm 0,47cm 0,5cm 0,54cm
3. Akuades 0 0 0 0
24 jam
1. HCl 4,88cm 4,95cm 4,84cm 4,89cm
Bacillus
2.NaOH 0,6cm 0,56cm 0,44cm 0,53cm
cereus
3. Akuades 0 0 0 0
1. HCl 3,75cm 3,75cm 3,75cm 3,75cm
E.coli 2.NaOH 0 0 0 0
3. Akuades 0 0 0 0
48 jam
1. HCl 5,12cm 4,99cm 5,07cm 5,06cm
Bacillus
2.NaOH 0,60cm 0,60cm 0,63cm 0,61cm
cereus
3. Akuades 0 0 0 0
B. Pembahasan

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas kehidupan mikroba


antara lain faktor abiotik yang meliputi temperatur, kelembaban, tekanan
osmosis, pengaruh pH, pengaruh logam berat serta pengaruh zat-zat kimia.
Sedangkan faktor biotik meliputi bebas hama serta asosiasi. Berdasarkan
faktor-faktor tersebut, maka dilakukanlah pengamatan tentang pengaruh pH,
terhadap pertumbuhan Mikroba. Perlu diketahui bahwa aktivitas kehidupan
suatu jasad memerlukan keadaan sekitar yang sesuai, yang dapat
mempengaruhi sifat morfologi dan fisiologi dari jasad akan menyesuaikan
dengan keadaan sekitar yang ada pada waktu itu.

Pada praktikum ini bertujuan untuk mengamati pengaruh dari pH terhadap


pertumbuhan dari mikroba, dengan menggunakan 3 jenis larutan untuk
menentukan pH, antara lain larutan HCl, NaOH dan Akuades. Larutan HCl
ditepatkan sampai pH 3 dan 5 sebagai pH asam, larutan NaOH ditepatkan
sampai pH 7 dan 9 sebagai pH basa , dan akuades sebagai pH netral.

Mikroba yang digunakan yaitu salah satu dari golongan Gram positif
dan negatif. B. cereus sebagai indikator dari Gram positif, sedangkan E. coli
sebagai indikator dari Gram negatif. Medium yang digunakan adalah medium
NA. Pengamatan pengaruh pH dilakukan selama 2x24 jam, dengan cara
mengamati zona bening yang ada pada sekitar kertas cakram. Adanya zona
bening menunjukkan bahwa tidak ada mikroba yang hidup atau tumbuh di
zona tersebut, sehingga ketika didapati zona bening pada kertas cakram
dengan pH tertentu berarti bahwa pH tersebut berpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba.
Hasil pengamatan dapat dilihat pada tabel di atas, bahwa pada 24 jam
setelah inkubasi, diukur diameter zona bening tiga kali kemudian di rata-rata
kan, pada E.coli dengan kertas cakram yang direndam selama 10 menit dalam
larutan HCl pH 3 dan 5 setelah dikukur 3 kali didapatkan hasil secara
berurutan dari pengukuran pertama sampai dengan ketiga, sebagai berikut
3,82cm, 3,95cm dan 4,15cm dengan rata-rata hasil 3,97cm , pada E.coli
dengan kertas cakram yang direndam selama 10 menit dalam larutan NaOH
pH 7 dan 9 setelah dikukur 3 kali didapatkan hasil secara berurutan dari
pengukuran pertama sampai dengan ketiga, sebagai berikut 0,64cm, 0,47cm
dan 0,5 cm dengan rata-rata hasil 0,54cm , sedangkan pada E.coli dengan
kertas cakram yang direndam selama 10 menit dalam larutan Akuades tidak
terlihat adanya zona bening, hal tersebut menunjukan bahwa pertumbuhan
E.coli terhambat dengan kondisi pH asam karena zona bening paling banyak
diameternya terdapat pada bagian cawan petri yang diletakan kertas cakram
yang telah di rendam dalam larutan HCl pH 3 dan 5 (asam), kemudian
pertumbuhan E.coli juga sedikit terhambat pada kondisi pH basa yang
dibuktikan dengan hasil yang didapat yaitu terdapat sedikit zona bening pada
bagian cawan petri yang diletakan kertas cakram yang telah direndam pada
larutan NaOH pH 7 dan 9 ( basa). Sedangkan pertumbuhan E.coli sama sekali
tidak dipengaruhi oleh kondisi dengan pH netral terbukti dari hasil
pengamatan pada larutan akuades tidak terdapat zona bening , hasil dari
pengamatan tersebut sesuai dengan literatur dari International Comission on
Microbiological Specification for Foods (2004), bahwa pH minimum
pertumbuhan E. coli adalah 4,4, pH maksimumnya adalah 9,0 dan pH
optimum 6,0-7,0 . Dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan bahwa pada
larutan HCl terdapat zona bening paling luas, yang berarti bahwa
pertumbuhan E. coli terhambat atau tidak tumbuh pada medium di sekitar
kertas cakram yang pH nya 3 dan 5. Sedangkan pada larutan NaOH terdapat
sedikit zona bening yang berarti bahwa pH 7 dan 9 masih mempengaruhi
pertumbuhan E. coli meskipun tidak terlalu menghambat ,namun pada larutan
Akuades yang pH nya 7 atau bisa dikatakan netral tidak terdapat zona bening
karena pH optimum pertumbuhan E. coli adalah 6,0-7,0, pH optimum bisa
dikatakan sebagai pH pertumbuhan mikroba, dengan kata lain mikroba dapat
tumbuh dengan baik pada pH optimumnya masing-masing mikroba.
Hasil pengamatan pada bakteri Gram positif atau B. cereus, dapat
dilihat bahwa pada 24 jam setelah inkubasi, diukur diameter zona bening tiga
kali kemudian di rata-rata kan, pada B. cereus dengan kertas cakram yang
direndam selama 10 menit dalam larutan HCl pH 3 dan 5 setelah dikukur 3
kali didapatkan hasil secara berurutan dari pengukuran pertama sampai dengan
ketiga, sebagai berikut 4,88 cm, 4,95cm, 4,84cm dengan rata-rata hasil
4,89cm. pada B. cereus dengan kertas cakram yang direndam selama 10 menit
dalam larutan NaOH pH 7 dan 9 setelah dikukur 3 kali didapatkan hasil secara
berurutan dari pengukuran pertama sampai dengan ketiga, sebagai berikut 0,6
cm, 0,56 cm, 0,44 cm dengan rata-rata hasil 0,53 cm. sedangkan pada B.
cereus dengan kertas cakram yang direndam selama 10 menit dalam larutan
Akuades tidak terlihat adanya zona bening, hal tersebut menunjukan bahwa B.
cereus terhambat pertumbuhannya pada pH asam karena pada cawan yang
telah diletakan kertas cakram yang direndam dalam larutan HCl selama 10
menit terdapat zona bening yang luas dibanding pada kertas cakram yang
direndam dalam larutan NaOH dan pada akuades atau dapat dikatakan pH
netral B. cereus dapat tumbuh dengan baik, atau tidak terhambat
pertumbuhannya, hal ini sesuai dengan literatur dari International Comission
on Microbiological Specification for Foods (2004), bahwa pH minimum
pertumbuhan B. cereus adalah 4,9, pH maksimumnya adalah 8,8 dan pH
optimum 6,0-7,0 . Dapat dilihat dari tabel hasil pengamatan bahwa pada
larutan HCl terdapat zona bening paling luas, yang berarti bahwa
pertumbuhan B. cereus terhambat atau tidak tumbuh pada medium di sekitar
kertas cakram yang pH nya 3 dan 5. Sedangkan pada larutan NaOH terdapat
sedikit zona bening yang berarti bahwa pH 7 dan 9 masih mempengaruhi
pertumbuhan B. cereus meskipun tidak terlalu menghambat ,namun pada
larutan Akuades yang pH nya 7 atau bisa dikatakan netral tidak terdapat zona
bening karena pH optimum pertumbuhan B. cereus adalah 6,0-7,0, pH
optimum bisa dikatakan sebagai pH pertumbuhan mikroba, dengan kata lain
mikroba dapat tumbuh dengan baik pada pH optimumnya masing-masing
mikroba.
Pada hasil pengamatan setelah di inkubasi selama 2x24 jam yang
terjadi pada E.coli dengan larutan HCl mengalami penurunan dengan rata-rata
yang didapat 3,75cm lebih kecil dibanding dengan rata-rata pada inkubasi 24
jam yaitu 3,97cm , pada larutan NaOH juga mengalami penurunan dimana
setelah diinkubasi selama 2x24 jam tidak terdapat zona bening pada cawan
petri sedangkan pada larutan akuades masih tetap sama yaitu tidak terdapat
zona bening hal tersebut menunjukan bahwa ada peningkatan aktivitas dari
mikroba yang menyebabkan zona bening nya berkurang atau mengalami
penurunan.
Sedangkan pada B.cereus setelah di inkubasi selama 2x24 jam
mengalami penambahan jumlah zona bening pada cawan dengan perlakuan
perendaman kertas cakram larutan HCl dimana yang tadinya memiliki rata-
rata 4,89cm menjadi 5,06 cm, hal tersebut juga terjadi pada perlakuan dengan
larutan NaOH dimana zona bening bertambah dari rata-rata 0,54cm menjadi
0,61 cm hal tersebut, sedangkan pada larutan akuades tidak terdapat zona
bening, hal tesebut terjadi karena hal ini menunjukkan bahwa mikroba yang
telah tumbuh mengalami kematian. Sesuai dengan literatur Suharni (2009),
enzim sistem transport elektron dan sisem transport nutrien pada membran sel
bakteri sangat peka terhadap konsentrasi ion hidrogen (pH). Selama
pertumbuhan, mikrobia dapat menyebabkan perubahan pH medium sehingga
tidak sesuai lagi untuk pertumbuhan.Oleh karena itu perlu diberi bufer di
dalam medium untuk mencegah perubahan pH
Baik pada B. cereus maupun E. coli pertumbuhannya dipengaruhi oleh
pH. E. coli dan B. cereus sama-sama memiliki pH minimum sekitar 4 dan pH
maksimum sekitar 8-9. Berdasarkan pengamatan, zona bening pada B. cereus
dengan HCL lebih kecil daripada zona bening pada E. coli dengan larutan
asam. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri Gram positif lebih tahan terhadap
asam, karena dinding sel bakteri Gram positif lebih tebal sehingga bisa lebih
tahan terhadap kondisi-kondisi ekstrim. Ketika pH basa, tidak terlalu terlihat
perbedaan antara zona bening E. coli dan B. cereus karena pH maksimum
kedua bakteri tersebut tidak berbeda jauh (8,8 dan 9,0) (International
Comission on Microbiological Specification for Foods, 2004).
V. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum ini dampat disimpulkan bahwa:p
- Pada bakteri E. coli selalu terdapat zona bening pada pH asam yang
menunjukkan bahwa pH asam (3 dan 5) dapat mempengaruhi atau
menghambat pertumbuhan E. coli.
- Pada bakteri E. coli tidak pernah terdapat zona bening pada larutan
Akuades yang menunjukkan bahwa pH netral (7) tidak mempengaruhi
atau menghambat pertumbuhan E. coli.
- Pada bakteri B. cereus selalu terdapat zona bening pada pH asam maupun
basa walaupun pada 24 jam pertama tidak terdapat zona bening pada pH
5 sehingga menunjukkan bahwa B. cereus bisa terhambat
pertumbuhannya dalam kondisi basa walaupun hanya sedikit.
- Berdasarkan ukuran zona bening pH asam, zona bening pada E. coli lebih
besar dibandingkan dengan B. cereus karena B. cereus merupakan bakteri
Gram positif yang lebih tahan terhadap kondisi asam.

B. Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah:
- Sebaiknya praktikan lebih aseptis dan berhati-hati ketika menuangkan
bakteri dan mediumnya.
- Sebaiknya kertas cakram yang digunakan tidak terlalu kering tetapi juga
tidak terlalu basah agar lebih terlihat pengaruhnya.
- Sebaiknya praktikan mengetahui betul bagaimana pengukuran dengan
jangka sorong agar bisa lebih teliti sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
pengukuran.
LAMPIRAN

Larutan akuades, NaOH, HCl.

Pada saat memasukan mikroba ke


dalam cawan petri

Kertas cakram yang akan direndam


dilarutan NaOH, HCl dan Akuades

Pada saat memasukan medium NA


kedalam cawan petri yang sudah
berisi mikroba

Pada saat memasukan kertas cakram


pada cawan petri.
Pengamatan zona bening pada larutan akuades
setelah di inkubasi selama 24 jam

Pengamatan zona bening


DAFTAR PUSTAKA

Entjang,Indan.2003.”MikrobiologidanParasitologi”.PT.CitAdityaBakti:
Bandung.

Haastuti,UtamiSri.2008.PetunjukPraktikumMikrobiologi.Malang:Universit
as Negeri Malang.
Hafsan.2011.Mikrobiologi Umum.Makassar:Alauddin University Press.

Linggih, S. R dan P. Wibowo. 1988. Ringkasan Kimia. Ganeca.


ExactBandung. ITB, Bandung.

Natsir Djide, M, .Drs .2005. “Bakteriologi”. Fakultas MIPA Universitas


Hasanuddin : Makassar.

Pelczar, MJ dan ECS. Chan,.1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi jilid


II.Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI - Press).

Purwoko,Tjahjadi.2007.FisiologiMikrobe.Jakarta:BumiAksara.285halama
n

Stainer,R.Y,dkk.2010.Dunia Mikrobe 3.Jakarta:Bhratara Karya


Aksara.290 halaman

Suharni, Theresia Tri dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Penerbit


Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Waluyo, Lud.2005.Mikrobiologi Umum.Malang:UMM Press.

Vous aimerez peut-être aussi