Vous êtes sur la page 1sur 5

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM TIFOID

DOSEN PENGAJAR
EVY NOORHASANAH, S.Kep.,Ns.,M.Imun

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK III
MEGA APRIANI HARAHAP
MUHAMMAD HUMAIDI
NIKMATULLAH RIDHA
RIFKY HIDAYAT
SITI QAMARIAH
SITI RAHMAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS
BANJARMASIN, 2018
LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM TIFOID

A. DEFINISI

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat


akut yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh
panas berkepanjangan, ditopang dengan bacteremia tanpa keterlibatan
struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe
usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui
makanan atau air yang terkontaminasi. (Nurarif & Kusuma, 2015)

Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang


disebabkan oleh salmonella typhi. Demam paratifoid adalah penyakit
sejenis yang disebabkan oleh salmonella paratyphi A, B, C. Gejala dan
tanda keduanya hampir sama, tetapi manisfestasi klinis paratifoid lebih
ringan. Kedua penyakit diatas disebut tifoid. Terminology lain yang sering
digunakan adalah typhoid fever, paratyphoid fever, typhus, dan paratyphus
abdominalis atau demam enteric. (Widoyono, 2011)
B. PATHWAY
Demam tifoid adalah infeksi Kuman salmonella typhi Lolos dari
akut pada saluran pencernaan yang masuk ke saluran GI asam lambung
yang disebabkan oleh Manifestasi klinis:
salmonella typhi. (Widoyono, Demam, malaise,
2011) Bakteri masuk perasaan tidak enak
usus halus badan, nyeri abdomen
Etiologi : salmonella typhi.
Pembuluh limfe Inflamasi Komplikasi intestinal:
perdarahan usus,
Penatalaksanaan:
perforasi usus (bag.
Non farmakologi: bed rest, Peredaran darah Masuk retikulo Distal ileum),
diet makanan rendah serat. (bacteremia endothelial peritonitus
Farmakologi: kloramfenikol, primer) (RES) terutama
amoksisilin, kotrimoksasol, hati & limfa
seftriakson.

Inflamasi pada Empedu Masuk kealiran darah


1. Ketidakefektifan termoregulasi hati & limfa (bacteremia sekunder)
NOC: risk control, risk detektion
NIC: monitor suhu, tingkatkan intake Rongga usus
cairan & nutrisi, berikan antipiretik pada kel. Endotoksin
jika perlu Limfoid halus
2. Nyeri akut
NOC: pain control Terjadi
NIC: ajarkan teknik relaksasi, Hepatomegaly Pembesaran limfa kerusakan sel
tingkatkan istirahat, kolaborasi
pemberian analgetik
Nyeri tekan Splenomegaly Merangsang
3. Ketidakseimbangan nutrisi
→ Nyeri akut melepas zat
kurang dari kenutuhan tubuh
NOC: nutrient intake, weight control epirogen oleh
NIC: monitor BB, monitor intake, leukosit
Lase plak peyer ↓mobilitas usus
kolaborasi pemberian diet
4. Resiko kekurangan volume cairan Memperngaruhi
NOC: fluid balance ↓peristaltic usus pusat
NIC: monitor intake & output, thermoregulator
monitor ttv, monitor status hidrasi, Erosi dihipotalamus
kolaborasi pemberian cairan IV
5. Konstipasi
NOC: bowel elemination Konstipasi ↑asam lambung Ketidakefektifan
NIC: monitor bising usus, kolaborasi termoregulasi
pemberian laksatif
Resiko kekurangan Anoreksia mual muntah
vuleme cairan
DAPUS
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Ketidakseimbang
Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Nyeri an nutrisi kurang
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa dari kebutuhan
Medis Nanda NIC – NOC. tubuh
Yogyakarta : MediAction Perdarahan masif
Widoyono. (2011). PENYAKIT
TROPIS Epidemiologi, Penularan, Komplikasi
Pencegahan & Pemberantasannya. perforasi
Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit &perdarahan usus
Erlangga
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
No. Jenis Pemeriksaan Nilai normal Manfaat
1. Pemeriksaan Darah Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula
Perifer Lengkap leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi
walaupun tanpa sisertai infeksi
sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT SGOT: 3-45 SGOT & SPGT sering meningkat,
& SPGT u/L tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT & SPGT
SGPT: 0-35
ini tidak memerlukan penanganan
u/L khusus.
3. Pemeriksaan Uji Negatif (-) Mendeteksi adanya antibodi terhadap
Widal bakteri salmonella typhi. Uji widal
dimaksudkan untuk menentukan
adanya agglutinin dalam serum
penderita demam tifoid. Akibat adanya
infeksi oleh ssalmonella typhi maka
penderita membuat antibodi
(agglutinin).
4. Kultur Negatif (-) Prosedur untuk mendeteksi infeksi
sistemik yang disebabkan oleh bakteri
atau jamur
Kultur darah: bisa positif pada minggu
pertama
Kultur urin: bisa positif pada akhir
minggu kedua
Kultur feses: bisa positif dari minggu
kedua hingga minggu ketiga.
5. Anti salmonella Negatif (-) Mendeteksi secara dini infeksi akut
typhi IgM salmonella typhi, karena antibody IgM
muncul pada hari ke 3 & 4 terjadinya
demam.

D. PENATALAKSANAAN
1. Non Farmakologi
- Bed rest
- Diet : diberikan nunur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya
nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa
makanan rendah serat.
2. Farmakologi
- Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau IV selama 14 hari.
- Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan
dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,
intravena saat belum dapat obat oral, selama 21 hari, atau
amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4
kali. Pemberian oral / intravena selama 21 hari kotrimoksasol
dengan dosis (tmp) 8 mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali
pemberian, oral, selama 14 hari.
- Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50
mg/kgBB/hari dan diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari,
sehari sekali, intravena, selama 5-7 hari.
- Pada kasus yang diduga mengalami MDR, maka pilihan antibiotika
adalah meropenem, azithtomisin dan fluoroquinolon.

E. DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan
Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC – NOC.
Yogyakarta : MediAction
Widoyono. (2011). PENYAKIT TROPIS Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan & Pemberantasannya. Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit
Erlangga

Vous aimerez peut-être aussi