Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respons trakea dan
bronkusterhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas danderajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (The
AmericanThoracic Society, 1962). Muttaqin, Arif: 2008
Asma bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode
episodicspasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus).
Spasme bronkus ini menyempitkan jalan nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan
menimbulkan bunyi mengi. Asih, Niluh Gede Yasmin: 2004
Asma bronchial adalah inflamasi pada jalan nafas. Pasien-pasien mengalami episode
batuk,mengi, dada terasa seperti diikat, dan/atau dispnea (sesak nafas), yang sering memburuk
saatmalam atau pagi hari. Terdapat variasi keparahan dan frekuensi serangan. Asma dapat
didefinisikan sebagai “Peningkatan responsivitas bronkus terhadap berbagai
stimulus,bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang meluas yang keparahannya
berubah secara spontan maupun berbagai akibat pengobatan”. J.P.T. Ward, Richard M.
Leach,Charles M. Wiener: 2006B.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Asma Bronkial ?
2. Apa etiologi dari Asma Bronkial ?
3. Apa manifestasi klinis dari Asma Bronkial ?
4. Bagaimana patofisiologi dari Asma Bronkial ?
5. Bagaiman klasifikasi dari Asma Bronkial ?
6. Apa komplikasi dari Asma Bronkial ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Asma Bronkial ?
8. Bagaimana penatalaksanaan Medis dari Asma Bronkial ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan dari Asma Bronkial ?
1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Asma Bronkial
2. Untuk mengetahui etiologi dari Asma Bronkial
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Asma Bronkial
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari Asma Bronkial
5. Untuk mengetahui klasifikasi dari Asma Bronkial
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Asma Bronkial
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Asma Bronkial
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan Medis dari Asma Bronkial
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan dari Asma Bronkial
1.4 Manfaat
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, baik penyusun maupun pembaca dapat
memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien Asama Bronkial dengan tepat
dan bermutu. Selain itu diharapakan makalah ini, kita dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya di bidang keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Definisi
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible
dimana trakeobronkial berespon secara hiper aktif terhadap stimuli tertentu. Asma
bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang
luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan ( The American Thoracic Society ).
2. 2 Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan
asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
• Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg biasanya mempunyai
keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita
sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
• Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan ex: debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit ex: perhiasan, logam dan jam
tangan
Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan,
3
musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
Stress Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus
segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat
untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka
gejala asmanya belum bisa diobati.
Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik
pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat Sebagian besar penderita asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling
mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.
4
2.4 Patofisiologi
Infeksi merusakan dinding bronkhials, sehingga akan menyebabkan struktur penunjang dan
meningkatnya produksi sputum kental yang akhirnya akan menobstruksi bronkus. Dinding secara
permanen menjadi distensi oleh batuk yang berat. Infeksi meluas ke jaringan peripbronkial, pada
kondisi ini timbulah saccular bronchiectasis. Setiap kali dilatasi sputum kental akan berkumpul dan
akan menjadi abses paru, eksudat keluar secara bebas melalui bronkus. Bronkietasis biasanya
terlokalisasi dan mempengaruhi lobus atau segmen paru lobus bawah merupakan area yang Paling
sering terkena. Retensi dari sekret dari sekret dan timbul obstruksi pada akhirnya akan menyebabkan
obstruksi dan colaps (atelektasis) alveoli distal. Jaringan parut (fibrosis) terbentuk sebagai reaksi
peradangan akan menggantikan fungsi dari jaringan paru. Pada saat ini kondisi klien berkembang ke
arah insufiensi pernapasan yang di tandai dengan menurunnnya kapasityas vital (vital capacity),
penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio residual volume terthadap kapasitas total paru. Terjadi
kerusakan pertukaran gas dimana gas inspirasi saling bercampur dan juga terjadi hipoksemia.
Pencetus serangan yaitu berupa alergen, emosi, stress, obat-obatan, infeksi,dll dapat menimbulkan
reaksi antigen dan antibodi kemudian dikeluarkannya substansi vasoaktif/sel mast ( histamin,
bradikinin, anafilatoksin, prostaglandin), setelah itu terjadi kontraksi otot polos (bronkospasme),
peningkatan permeabilitas kapiler (adema, mukosa, hipersekresi), dan sekresi mukus meningkat
kemudian obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk, dispnea, dan mengi.
5
2.5 KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor
pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic
dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus
spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi
bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
2.6 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
1. Status asmatikus
Setiap serangan asma berat atau yang kemudian menjadi berat dan tidak memberikan
respon (refrakter) adrenalin dan atau aminofilin suntikan dapat digolongkan pada status
asmatikus.
2. Atelektasis
Keadaan yang berkerutnya sebagian atau seluruh paru-paru yang mengakibatkan
penyumbatan pada saluran udara (bronkus/maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan
yang dangkal.
3. Hipoksemia
Tubuh kekurangan oksigen.
4. Pneumothoraks
Penggumpalan udara atau gas dalam rongga pleura, yang berada antara paru-paru dan
toraks. Udara dapat keluar dari paru-paru ke rongga pleura saat kantung udara di paru-
7
paru atau bulla , meledak,latihan fisik secara berlebihan dapat mendorong terjadinya
penyakit ini.
5. Emfisema
Penyempitan (obstruktif) saluran nafas karena kantung udara di paru menggelembung
secara berlebihan dan mengalami kerusakan yang luas.
Adanya hipersekresi lama-kelamaan alveolus membesar dan septum intra alveolar akan
pecah,terbentuk suatu rongga, dan rongga akhirnya menyatu terbentuknya emfisema.
6. Deformitas thoraks
7. Gagal nafas
PENCEGAHAN
1. PENCEGAHAN PRIMER
- Periode prenatal
Penelitian menunjukkan menghindari makanan yang bersifat alergen pada ibu hamil
dengan risiko tinggi, tidak mengurangi risiko melahirkan bayi atopi, bahkan makanan
tersebut menimbulkan efek yang tidak diharapkan pada nutrisi ibu dan fetus. Saat ini,
belum ada pencegahan primer yang dapat direkomendasikan untuk dilakukan pada
periode ini.
-Periode prenatal
Berbagai upaya menghindari alergen sedini mungkin dilakukan terutama difokuskan
pada makanan bayi seperti menghindari protein susu sapi, telur, ikan, kacang-kacangan.
2. PENCEGAHAN SEKUNDER
8
3.PENCEGAHAN TERSIER
Pada tingkat ini yang dilakukan adalah mencegah terjadinya serangan Asma yang dapat
ditimbulkan oleh berbagai jenis pencetus. Menghindari pajanan pencetus akan
memperbaiki kondisi Asma dan menurunkan kebutuhan medikasi/obat.7 Pemberian anti
inflamasi merupakan pengobatan rutin yang bertujuan mengontrol penyakit serta
mencegah serangan, dikenal sebagai pengontrol.
9
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
4. Scanning paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama
serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator
aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC
sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol
bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk
menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek
pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya
menunjukkan obstruksi.
2.8 PenatalaksaanMedis
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit
asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita
mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.
10
Beri O2 bila perlu.
2. Pengobatan farmakologik :
a. Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Teofilin (Amilex) Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi
cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma
akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan.
Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
11
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal
tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
c. Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin biasanya
diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah
pemakaian satu bulan. Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti
kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini
adalah dapat diberika secara oral.
12
BAB III
3.1 Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut:
Aktivitas
Pernapasan
• Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
• Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur.
• Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung.
• Adanya bunyi napas mengi.
• Adanya batuk berulang.
Sirkulasi
13
Integritas ego
• Ansietas
• Ketakutan
• Peka rangsangan
• Gelisah
Asupan nutrisi
Hubungan sosal
Seksualitas
• Penurunan libido
3.2 DiagnosaKeperawatan
1. Bersikan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi secret.
2. Gangguan kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
4. Kurang pengetahuan nerhubungan dengan kurang informasi / tidak mengenal informasi.
14
3.3 IntervensiKeperawatan
NOC NIC
15
8. Buka jalan
nafas,gunakan
teknik”chin lift atau
jaw thrust” jika perlu
9. Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat
bronkodilator.
16
3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah direncanakan
dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini perawat harus
mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada pasien, tehnik komunikasi,
kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien serta memahami
tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-
hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknik
intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan
psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam,
2008).
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi adalah
kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota
kesehatanlainnya
Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapi
dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang. Kriteria dalam menentukan
tercapainya suatu tujuan, pasien:
1. Pasien tetap sadar dan berorirentasi
2. Kebutuhan volume cairan terpenuhi
3. Pasien menyatakan kesadaran ansietas dan cara sehat menerimanya.
4. Ekspresi wajah pasien menunjukan rileks, perasaan cemas berkurang.
5. Menunjukan pemahaman tentang rencana terapeutik.
6. Pasien ikut berpartisipasi dalam perawatan dirinya.
7. Gaya hidup pasien berubah.
8. Sesak nafas berkurang
9. Dahak yang dikeluarkan berkurang
17
BAB IV
ASKEP KASUS
Pada tanggal 03 November 2016 pada jam 15.25 WIB Ny. H berusia 29 tahun masuk
RSUD Jombang.Mengeluh sesak nafas dan batuk yang disertai dahak sejak 1 minggu terakhir
dan semakin meningkat ketika beraktivitas..
Dari hasil pengkajian didapatkan pasien mengeluh sesak, batuk berdahak dengan dahak
berwarna putih kental, dan pasien merasa sesaknya berkurang setelah dilakukan pengasapan
(nebulizer). Pasien mengaku tidak nafsu makan serta mempunyai riwayat asma sejak kecil dan
ada salah satu anggota keluarganya yang memiliki riwayat asma, yaitu ibunya.Dari hasil
observasi didapatkan hasil: tingkat kesadaran: komposmentis, dan hasil TTV: TD = 130/70
mmHg, RR = 30x/menit, HR = 76x/menit, suhu = 37o C.
4.1 Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Ny. H
Umur : 29 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
18
b. Penanggung jawab :
Nama : Tn. J
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Swasta
c. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak nafas dan batuk
d. Riwayat Keperawatan Sekarang
Klien datang ke rumah sakit pukul 14:00 WIB Klien mengatakan selama 1 minggu
terakhir menderita sesak, batuk pilek, demam yang disertai dahak putih kental.
e. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan bahwa sejak kecil menderita asma, klien pernah masuk rumah sakit di
RS Paru Agustus 2015 karena sesak selama 2 minggu. Klien mengatakan sedang
menjalani pengobatan terapi yang di berikan dokter. Klien mengatakan Asma akan timbul
saat dingin, akibat debu dan mencium bau yang menyengat.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa ibu klien juga menderita penyakit yang sama dengan ibu klien
dan masih hidup.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Umum
TD : 130/70 mmHg
RR : 30x/menit
Nadi : 76x/menit
Suhu : 37o C
19
4.2 Pemeriksaan Per Sistem
1) Sistem Pernapasan
Anamnesa: Pasien mengeluh sesak nafas disertai keluarnya dahak
Hidung
Mulut
Sinus paranasalis
Leher
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar Limfe
Area dada
Wajah
Leher
Inspeksi : tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : irama denyutan arteri carotis communis normal
Dada
Inspeksi : dada terlihat simetris, pergerakan cepat
20
Palpasi : taktil fremitus kanan dan kiri simetris, retraksi dinding dada (+)
Perkusi : tidak ada tanda - tanda bunyi redup.
Auskultasi : bunyi jantung S1-S2 Tunggal
3) Sistem Persyarafan
Anamnesa: Tidak ada pusing
1. GCS 15 : E4 V5 M6
2. Pemeriksaan nervus
Nervus I olfaktorius (pembau)
Klien bisa membedakan aroma saat diberi kopi.
Nervus II opticus (penglihatan)
Bisa melihat benda yang jaraknya 35 cm dengan jelas.
Nervus III oculomotorius
Tidak oedem pada kelopak mata
Nervus IV toklearis
Ukuran pupil normal, tidak ada perdarahan pupil
Nervus V trigeminus (sensasi kulit wajah)
Klien bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri dan ke kanan
Nervus VI abdusen
Bola mata simetris
Nervus VII facialis
Klien dapat membedakan rasa asin dan manis, bentuk wajah simetris
Nervus VIII auditorius/akustikus
Fungsi pendengaran baik
Nervus IX glosoparingeal
Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa pahit
Nervus X vagus
Uvula klien oedem terlihat ketika klien membuka mulut
Nervus XI aksesorius
Klien tidak merasa kesulitan untuk mengangkat bahu dengan melawan tahanan
Nervus XII hypoglosal/hipoglosum
Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan menggerakkannya ke
segala arah.
21
4) Perkemihan dan eliminasi uri
Amamnesa :Tidak ada keluhan
Perempuan
Genetalia eksterna
Inspeksi : tidak ada oedem, tidak ada tanda - tanda infeksi.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan maupun benjolan
Kandung kemih
Inspeksi : tidak ada benjolan, dan pembesaran
Palpasi : kandung kemih penuh
Ginjal :
Inspeksi : tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : tidak ada nyeri ketok.
5) Sistem pencernaan – eliminasi alvi
Anamnesa: Nafsu makan berkurang
Mulut
Inspeksi : mukosa bibir kering, gigi tidak ada plak dan karies. Tidak ada lesi.
Lidah
Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembesaran abdomen, tidak ada luka bekas operasi.
22
6) Sistem muskuloskeletel dan integumen.
Anamnesa :
5 5
Kekuatan otot
5 5
7) Sistem endokrin dan eksokrin
Anamnesa: Tidak ada keluhan pada pola eliminasi
Kepala
Inspeksi : Tidak terlihat moon face, tidak alophesia (botak), rambut tidak rontok
Leher
Palpasi : tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, dan tidak ada nyeri tekan.
Ekstremitas bawah
Palpasi: Akral dingin, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan,
8) Sistem reproduksi
Anamnesa : Tidak ada keluhan
Perempuan
Payudara
Inspeksi : payudara simetris
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
Axila
23
9) Persepsi sensori
Anamnesa : tidak ada nyeri pada mata, tidak ada masalah pada penglihatan
Mata
Inspeksi : bentuk simetris, kornea normal, warana iris hitam, lensa normal jernih, sclera
putih,
Palpasi : tidak ada nyeri dan tidak ada pembengkakan kelopak mata
Penciuman-(hidung)
Palpasi : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri saat palpasi fosa kanina
Telinga
24
4.3 Diagnosa Keperawatan
00031
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
NS.
__________________________________________________
DIAGNOSIS :
Domain : 11 Keamanan atau Perlindungan
(NANDA-I)
Kelas : 2 CideraFisik
Lingkungan
Perokok
Perokok pasif
Terpajan asap
25
Spasme jalan napas
Fisiologis
Asma
Disfungsi neuromuskular
Infeksi
Jalan napas alergik
SESSMENT
- Nadi : 76x/menit
AS
- Suhu : 37o C
Related to:
Statement:
Obstruksi jalan nafas
26
4.4 INTERVENSI
NOC NIC
27
perlu
9. Kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian
obat bronkodilator.
28
4.5 IMPLEMENTASI
Hari
NO DIAGNOSA TINDAKAN
Tgl/ Jam
29
4.6 EVALUASI
Ketidak efektifan jalan 3 November S: Pasien mengeluh sesak nafas dan batuk
nafas b.d obstruksi jalan 2016 (13.00) mengeluarkan sekret
nafas O: TTV
- Sesak nafas
- Batuk berdahak berwarna putih
- Suara nafas terdengar wheezing
- TD : 130/70 mmHg
- RR : 30x/menit
- Nadi : 76x/menit
- Suhu : 37o C
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi 4,5,7,8
30
S: pasien mengatakan batuknya reda, tidak
sesak nafas,
Ketidak efektifan jalan 5 November O: TTV
nafas b.d obstruksi jalan 2016 (07.00)
nafas - Sesak nafas tidak ada
- Sekret tidak ada
- Suara nafas terdengar normal
- TD : 110/80 mmHg
- RR : 18x/menit
- Nadi : 76x/menit
- Suhu : 36o C
A: Masalah teratasi
P: Hentikan intervensi
31
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asma bronchial adalah penyakit inflamasi obstruktif yang ditandai oleh periode
episodicspasme otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus).
Spasme bronkus ini menyempitkan jalan nafas, sehingga membuat pernafasan menjadi sulit dan
menimbulkan bunyi mengi. Asih, Niluh Gede Yasmin: 2004
Asma bronchial adalah inflamasi pada jalan nafas. Pasien-pasien mengalami episode
batuk,mengi, dada terasa seperti diikat, dan/atau dispnea (sesak nafas), yang sering memburuk
saatmalam atau pagi hari. Terdapat variasi keparahan dan frekuensi serangan. Asma dapat
didefinisikan sebagai “Peningkatan responsivitas bronkus terhadap berbagai
stimulus,bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang meluas yang keparahannya
berubah secara spontan maupun berbagai akibat pengobatan”. J.P.T. Ward, Richard M.
Leach,Charles M. Wiener: 2006B.
5.2 Saran
Dari informasi yang terdapat pada makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dalam memberikan asuhan keperawatan yang tepat kepada pasien yang sesuai
dengan tanda dan gejala yang ada pada pasien tersebut. Penulis juga berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi pembaca. Informasi yang terdapat pada makalah ini dapat menambah
pengetahuan pembaca tentang penyakit Asma Bronkial.
32
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/215489951/Askep-Asma-Bronkial
http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jilid I.Jakarta: Salemba Medika.Asih, Niluh Gede Yasmin. 2004.
Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Cetakan I. Jakarta: EGC.
33