Vous êtes sur la page 1sur 3

Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek

kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Yang dimaksud
praktek kefarmasian tersebut meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu
sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat,
serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

Profesional
Peran profesi seorang apoteker di apotek tidak lain adalah melaksanakan kegiatan
Pharmaceutical Care atau asuhan kefarmasian. Salah satu tujuan utama asuhan
kefarmasian adalah meningkatkan kualitas hidup pasien. Maksudnya pasien yang
sakit bisa menjadi sehat, dan pasien yang sehat bisa menjaga kesehatannya
tersebut.
Penerapan asuhan kefarmasian yang baik atau GPP (Good Pharmaceutical
Practice) di apotek telah diatur dalam Permenkes 1027 tahun 2004. Dalam PP no.
51 Pasal 21 ayat 2 juga sudah dipaparkan, bahwa yang boleh melayani pemberian
obat berdasarkan resep adalah apoteker. Secara tidak langsung tersirat bahwa
apoteker harus selalu ada di apotek untuk melakukan asuhan kefarmasian.
Bila seorang apoteker ingin melaksanakan asuhan kefarmasian, ia harus memiliki
3C. Apa itu ?3C adalah Competency, Commitment, dan Care. Apoteker
sejatinya harus memiliki kompetensi, maksudnya memiliki ilmu (knowledge) dan
keterampilan (skill) dalam melakukan asuhan kefarmasian. Ilmu tersebut misalnya
untuk obat-obatan diabetes, jantung, kolesterol harus diminum secara teratur,
jangan berhenti kecuali konsultasi dengan dokter. Contoh lain untuk salep
kortikosteroid penggunaannya tidak boleh ditekan di tempat yang luka dan jangan
terlalu tebal mengoleskannya. Informasi-informasi seperti itu yang harus diberikan
kepada pelanggan.

Tugas, peran, dan tanggungjawab Apoteker menurut PP 51 tahun

2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian

1. Tugas

•Melakukan pekerjaan kefarmasian (pembuatan termasuk pengendalian mutu


Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan
informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional).
•Membuat dan memperbaharui SOP (Standard Operational Procedure) baik di
industri farmasi maupun •Harus memenuhi ketentuan Cara Distribusi yang Baik
yang ditetapkan oleh Menteri saat melakukan pekerjaan kefarmasian dalam
distribusi atau penyaluran sediaan farmasi, termasuk pencatatan segala sesuatu
yang berkaitan dengan proses distribusi atau penyaluran sediaan farmasi.
•Apoteker wajib menyerahkan obat keras, narkotika dan psikotropika kepada
masyarakat atas resep dari dokter sesuai dengan ketentuan peraturan perundang

Peran farmasis di rumahsakit (farmasi klinik) tidak saja sebatas memberikan


informasi dan pelayanan obat yang akurat, tetapi juga melakukan berbagai upaya
untuk menjamin agar obat yang diperoleh pasien adalah yang efficacious dan
aman serta digunakan secara benar sehingga mencegah risiko medication error.

Peran farmasi klinik secara komprehensif haruslah difokuskan pada upaya untuk
mencegah terjadinya medication error, dengan mengembangkan sistem yang
mampu mendeteksi, mencegah, mengidentifikasi, dan meminimalkan risiko
medication error serta jika sudah terjadi, mampu melakukan langkah-langkah
korektif yang dapat mencegah risiko kecacatan lebih lanjut dari pasien.

Hal tersebut tidak terlepas dari peran dan bidang yang digeluti serta
tanggung jawab-nya. Untuk Peranan Apoteker di Farmasi Komunitas di
antaranya meliputi:

1. Tanggung jawab pada obat yang tertulis pada resep

Saat ini, pelayanan yang paling utama dari peran apoteker adalah
informasi tentang obat yang sering kali diperlukan dan dibutuhkan oleh
pasien.

Untuk memberikan informasi yang benar tentang obat, seorang


apoteker harus selalu berada di TKP (Tempat Kegiatan Penjualan &
Pelayanan ). Di samping itu juga harus mengetahui tentang:

a. bagaimana obat diminum (penggunaan)

b. bagaimana reaksi samping obat

c. bagaimana stabilitas obat pada berbagai kondisi

d. toksisitas dan dosis obat

e. rute penggunaan obat

f. ada yang ingin menambahkan ?

1. Tanggung jawab terhadap penjualan obat bebas

Tanggung jawab apoteker juga penting dalam kasus swamedikasi


(pengobatan sendiri/penggunaan obat tanpa resep). Apoteker wajib:
a. “menasehati” pasien

b. mengarahkan pasien

c. ada yang ingin menambahkan ?

Misalnya, apakah obat yang dipilih pasien itu cocok/sesuai? Atau


pasien sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter tentang penyakit dan
obat yang sesuai dsb.

Nah, dari uraian singkat di atas lah sebuah tolak ukur ke-profesionalitas-an
seorang apoteker terlihat. Seorang apoteker sejati akan lebih terbuka berkonsultasi
dengan dokter dan pasien. Hal ini semata-mata dilakukan karena dedikasi dan
“beban” moral yang ada di pundaknya. Moral sebagai seorang ahli dalam ilmu
obat yang diperlukan pasien dan masyarakat.

Vous aimerez peut-être aussi