Vous êtes sur la page 1sur 9

MAKALAH PRIMER HEALTH CARE

LIFE BELOW WATER : SUMBER DAYA LAUT DIPELIHARA

DI SUSUN OLEH :
CICI DEVIYANI
15701020043

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2017
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang menyeluruh, pembangunan kesehatan di
Indonesia diarahkan untuk mencapai visi “Indonesia Sehat” yaitu suatu keadaan masa
depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku
hidup bersih dan sehat serta mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil
dan merata sehingga memiliki derajat kesehatan yang optimal. Dengan visi ini, maka
pembangunan kesehatan dilandaskan pada paradigma sehat. Kondisi sehat dapat dicapai
dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan
lingkungan sehat di rumah tangga oleh karena itu kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan
ditingkatkan oleh setiap anggota rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua Aspek
perilaku merupakan hal yang paling penting agar terwujud status kesehatan masyarakat
yang semakin meningkat. Agar terwujud status kesehatan masyarakat yang semakin
meningkat, maka seluruh anggota masyarakat, baik secara individu/pribadi, anggota
keluarga, anggota dari lingkungan sekolah, lingkungan kerja,dan sebagainya harus hidup
dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, serta mampu menjangkau pelayanan
kesehatan yang bermutu, adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya. Untuk mewujudkan peningkatan kesehatan masyarakat tersebut, maka
pemerintah membuat suatu program yang dinamakan PHBS atau Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat. Salah satu indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah akses jamban
sehat
Pemerintah Indonesia telah mengindikasikan bahwa target Tujuan Pembangunan
Millenium (Millennium Development Goal – MDG) untuk sebagai suatu sasaran yang
“memerlukan perhatian khusus” karena tidak berada pada jalur yang benar. Pemutakhiran
data global pada tahun 2010 mengungkapkan bahwa 63 juta penduduk Indonesia masih
buang air besar sembarangan (BABS) di sungai, kali, danau, laut atau di daratan.
Mayoritas
pelaku praktek buang air besar sembarangan tinggal di desa-desa. Dari penduduk
pedesaan yang memiliki akses yang layak. Hal tersebut memperlihatkan bahwa sangat
sedikit rumah tangga di pedesaan. yang benar-benar mempunyai akses ke jamban sehat.
Berdasarkan hasil observasi di wilayah Kelurahan Selumit pantai cukup banyak terlihat
masyarakat yang tidak memanfaatkan jamban sehat terbukti dengan beberapa masyarakat
yang masih BAB di laut. Padahal akses jamban sudah tersedia dimana sudah terdapa
ttoilet umum, namun sebagian masyarakat lebih memilih untuk BAB di laut. Dilihat dari
segi estetika, terlihat kurang baik apalagi wilayahnya dekat dengan pusat kota.Dari segi
kesehatan lingkungan juga sangat mengganggu dimana kondisi air di laut terlihat kering
sehingga tinjanya tidak mengalir terbawa air terlebih di sekitar pesisir laut juga terdapat
warteg sehingga hal ini dapat mempermudah terjadinya penularan penyakit diare, kolera
disentri, kecacingan, typus, penyakit saluran pencernaan, penyakit kulit dan keracunan.
Selain itu wilayah Sekayu lokasinya dekat dengan pusat kota sehingga ini menjadi suatu
fenomena bahwa ternyata masyarakat kota masih ada beberapa yang melakukan praktek
Buang Air Besar di laut.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Life Below Water : Sumber daya laut dipelihara


1. Tujuan
Mengetahui penyebab warga di kelurahan selumit pantai BAB di sungai,
ketersediaan sarana jamban umum dan keuarga, keterjangkauan sarana jamban
umum, agar masyarakat kelurahan selumit pantai terhindar dari penyakit yang di
tularkan akibat tinja yang ada di laut.
2. Nama Program
Pembangunan jamban umum didaerah pesisir
3. Kegiatan
Perencanaan pembuatan jaman umum yang dapat terjangkau dan melakukan
sosialisasi tentang dampak yang ditimbulkan akibat BAB dan BAK dilaut.
4. Sasaran
Sasarannya yaitu warga kelurahan selumit pantai, pak RT, Tokoh masyarakat,
pemerintah, dinas kesehatan

B. Item Sustainable Development Goals (SDGS)


1. Identifikasi dan analisa isu-isu nasional
Praktek buang air besar sembarangan merupakan salah satu masalah yang
memerlukan perhatian khusus.Sebanyak 63 juta penduduk Indonesia masih buang
air sembarangan (BABS) di sungai, danau, laut atau daratan. Padahal sanitasi dan
perilaku hidup sehat dapat mengurangi kejadian penyakit menular melalui air,
serta memberikan manfaat sosial, lingkungan dan ekonomi. Dampak dari
kebiasaan warga yang seperti ini dapat merusak ekosistem dan sumber daya laut
yang seharusnya di lestarikan dan bias menjadi manfaat. Tujuan dari perencanaan
ini yaitu untuk membiasakan warga kelurahan selumit pantai agar hidup bersih
dan sehat dan terhindar dari penyakit juga.
2. Tetapkan target dan tujuan
Targetnya yaitu setelah dilaksanakan pembuatan jamban sehat, agar dapat
berguna bagi warga setempat, dan apa saja dampak positif dan negatif dari
perencanaan tersebut. Tujuannya yaitu untuk menghindari tercemarnya laut dari
tinja tersebut, dan agar ikan-ikan yang ada di laut dapat terjaga dan dapat
dimanfaatkan bagi para nelayan dan ada juga tujuannya bagi kesehatan agar
warga setempat terhindar dari penyakit yang dapat ditimbulkan dari lalat yang
hinggap dimakanan warga.

3. Identifikasi pengambilan kebijakan


Setelah di identifikasi pengambilan keputusan kebijakan yang diambil sangatlah
tepat, jadi yang dimana warga tidak di pusingkan lagi karna banyak warga yang
terkena penyakit pencernaan. Dan konsep yang telah di bentuk sudah di fikir
secara matang, pembangunan tersebut sangatlah efektif.

4. Definisikan pesan atau harapan yang disampaikan


Harapannya kepada warga agar memanfaatkan dengan baik jaman umum yang
telah dibangun dengan baik dan melakukan pola hidup yang baik dengan tidak
mencemarkan lagi laut yang sangat bermanfaat tersebut.

5. Rencana pelaksanaan
Sebelum pelaksanaan kegiatan harus adanya dana atau agaran untuk kelancaran
pembuatan tersebut, dan harus ada beberapa warga yang berkontribusi dalam
pembuatan jamban sehat tersebut, dan juga harus ada perkiraan jarak antara
perumahan warga yang belum ada jambannya dengan jamban sehat yang akan di
buat, dan juga perhitungkan askes ke jamban tersebut, dan tidak ada penarikan
biaya untuk menggunakan jamban sehat tersebut, akan di bangun beberapa
jamban disekitaran pemukiman warga dan strategi penempatannya pun akan di
perkirakan.
6. Tetapkan sumberdaya, metode, implementasinya
Metode yang akan digunakan untuk membuat warga untuk mau berkontribusi
dalam perencanaan tersebut akan di adakan sosialisasi terlebih dahulu tentang apa
saja dampak-dampak yang akan di timbulkan dari kebiasaan yang kurang sehat
tersebut, dan juga apa kemungkinan terburuk yang akan menyerang para warga
jika masih melakukan kebiasaan tesebut. Sumberdaya laut memang harus di
lestarikan dan dapat menjadi bahan mata pencariaan bagi para nelayan setempat,
jadi dengan di adakan perencanaan tersebut untuk meminimaliskan kerusakan dan
pencemaran laut.

7. Monitor evaluasi dan hasil


Setelah pembangunan jamban sehat sudah terlaksanakan, akan dilihat apakah
masih banyak warga yang belum mau menggunakan jaman sehat tersebut, dan
apakah warga masih tetap melakukan kebiasaan buruk seperti sebelumnya atau
tidak, dan apa kah ada dampak negatif bagi pembuatan jamban. Setelah di
evaluasi namun masih banyak warga yang masih belum mau menggunakan
jamban sehat tersebut karna sudah terbiasa melakukan BAB dan BAK di laut
langsung, dari pada harus jalan lagi ke jamban sehat. Dan kemudian akan di
lakukan sosialisasi kembali untuk memberikan kepercayaan kepada warga bahwa
jamban akan di usulkan untuk di buatkan beberapa kembali.

8. Sosialisasikan program
Program yang akan di rencanakan akan di sosialisasikan terlebih dahulu untuk
dapat mencapai suatu tujuan yang tidak berdampak buruk bagi warga dan akan
bermanfaat baik bagi warga setempat. Sosialisasi disini akan di jelaskan tentang
pentingnya menjaga dan melestarikan sumber daya alam yang ada dilaut dan tidak
merusak laut, agar warga terhindar dari penyakit dimana kondisi air di laut terlihat
kering sehingga tinjanya tidak mengalir terbawa air terlebih di sekitar pesisir laut
juga terdapat warteg sehingga hal ini dapat mempermudah terjadinya penularan
penyakit diare, kolera disentri, kecacingan, typus, penyakit saluran pencernaan,
penyakit kulit dan keracunan. Maka diadakan lah pembuatan jamban sehat.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rendahnya pengetahuan warga kelurahan selumit pantai mengenai manfaat
jamban, pentingnya jamban, dampak yang ditimbulkan akibat BAB di
laut.Merupakan salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat
masihberperilaku BAB dilaut karena usia yang sudah lanjut, pendidikan yang
rendah menjadi penyebab utama dari kebiasaan tersebut. Tidak adanya aturan
tentang larangan untuk BAB dilaut menjadikan warga lebih leluasa BAB di
laut. Jadi di berikanlah sosialisasi mengenai pemanfaatan jamban sehat oleh
petugas Puskesmas dan tokoh masyarakat, berdampak positif bagi warga.
Namun sebagian warga menyambut baik perencanaan tersebut namun ada
juga banyak yang menentang tetapi telah di beri kepercayaan dan keyakinan
yang kuat bahwa jamban sehat itu sangat penting, dan melakukan perilaku
hidup bersih sehat juga sebagian dari tujuan perencnaan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani Sinta. Promosi Kesehatan. Yogyakarta. Garaha Ilmu. 2011.


Dinas Kesehatan Kota Semarang. Buku Pegangan Kader Kesehatan dan
Tokoh Masyarakat. Semarang. 2010.
Atikah dan Eni Rahmawati. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Yogyakarta.
Nuha Medika. 2012.
Nampira Zainal Ilyas dan Maraita Listyasari. Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat. Tim Water and Sanitation. 2013.
Dinas Kesehatan Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang tahun
2013. Semarang. 2013.
Fajar Delia Astuti. Hubungan Antara Pengetahuan dengan Praktek Buang
Air Besar Sembarangan (Skripsi). 2010.
Notoatmodjo Soekidjo. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
2010.

Vous aimerez peut-être aussi