TINJAUAN ATAS PP NOMOR 71 TAHUN 2010 DAN PSAP YANG TERKAIT
DENGAN LAPORAN OPERASIONAL
Tugas Mata Kuliah
Akuntansi Sektor Publik
Oleh: Rachmawati Yudiani 150810301092
Program studi akuntansi
Fakultas ekonomi dan bisnis Universitas jember 2017 BAB I PENDAHULUAN Penerapan system akuntansi berbasis akrual dalam organisasi pemerintah tidak hanya menjadi tuntutan masyarakat Indonesia di era reformasi. Akan tetapi, juga merupakan tuntutan di masyarakat internasional , terutama dari lembaga-lembaga internasional seperti IMF, World Bank, dan OECD. Sistem akuntansi berbasis akrual diyakini dapat menhasilkan dan menjadikan informasi sekaligus laporan pertanggung jawaban yang lebih berkualias sangat dibutuhkan utuk menciptakan akuntabilitas dan transparasi dalam pengelolaan dana public yang dikelola oleh pemerintah. Meskipun demikian, bukan berarti penerapan akuntansi berbasis akrual dalam organisasi sektor publik sudah merupakan kesepakatan umum dan tidak ada tantangan dalam pelaksanaanya. Beberapa pemikir akuntansi dan administrasi publik menyatakan ketidaksetujuannya terhadap penerapan akuntansi akrual (penuh) dalam organisasi sektor publik, dan beberapa yang lain mendukung. Akuntansi akrual pada organisasi swasta ditunjukkan untuk mendukung tujuan organisasi untuk mendukung tujuan organisasi utuk mencari laba dengan membandingkan informasi pendapatan dan beban secara akurat. Sementara, organisasi sektor publik tidak hanya mencari laba. Perbedan tujuan utama ini berdampak pada penyajian informasi dan pelaporan keuangan yang berbeda pula. Sebagaimana menurut Mardiasmo (2009) dan Mahmudi (2007) bahwa penerapan basis akrual dalam akuntasni sektor publik pada dasarnya dalah untuk menentukan cost of servise dan charging for service, yaitu untuk mengetahui besarnya biaya yang dibutuhkan utuk menghasilkan pelayanan public serta menentukan harga pelayanan yang dbebankan kepada public. Pada awalnya, SAP pertama yang diterbitkan oleh KSAP tidak langsung berbasis akrual, melainkan berbasis kas menuju akrual. SAP berbasis kas menuju akrual mulai berlaku pada tahun 2005 dengan adanya PP Nomor 24 Tahun 2005. Lima tahun kemudian, KSAP menerbitkan SAP berbasis akrual yang ditetapkan dengan PP Nomor 71 Tahun 2010. Meskipun PP Nomor 24 tahun 2005 tidak lagi berlkau dengan terbitnya PP Nomor 71 tahun 2010, bukan berarti SAP Berbasis kas menuju akrual tidak lagi digunakan. PP Nomor 71 tahun 2010 masih memperkenankan bagi entitas pemerintahan yang belum siap menerapkan SAP Bebrbasis akrual untuk tetap menggunakan SAP berbasis kas menuju akrual. SAP berbasis akrual dapat diterapkan secara bertahap oleh setiap entitas pemerintahan sampai batas waktu yang ditetapkan oleh aturan perundang-undangan. Oleh karena itu, SAP berbasis kas menuju akrual juga dilampirkan dalam PP Nomor 71 tahun 2010. Hal ini menunjukkan SAP berbasis akrual tidak diterapkan secara radikal melainkan secara gradual. Makalah ini memberikan gambaran atas SAP berbasis akrual yang ditetapkan. Gambaran secara menyeluruh atas PP Nomor 71 tahun 2010 dimaksudkan untuk membantu para pengguna SAP memahami SAP Berbasis akrual yang dimaksud oleh PP tersebut. Makalah ini juga membahas mengenai seluk belu Laporan Operasional sesuai dengan PP Nomor 71 tahun 2010, yang dibandingkan dengan LRA. BAB II PEMBAHASAN
PP NOMOR 71 TAHUN 2010: APAKAH MERUPAKAN JAWABAN ATAS
TUNTUTAN AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL Dalam rangka peningkatan kualitas informasi pelaporan keuangan pemerintah dan untuk menghasilkan pengukuran kinerja yag lebih baik, serta memfasilitasi manajemen keuangan yang lebih transparan dan akuntabel, maka perlu penerapan akuntansi berbasis akrual yang merupakan best practice di dunia internasional. Laporan keuangan yang yang dihasilkan dari penerapan ASP berbasis akrual dimaksudkan untuk memberikan manfaat yang lebih baik bagi para pelaku kepentingan , baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerinah.
Basis Akuntansi di Indonesia: Perspektif Sejarah dan Hukum
Penerapan sistem akuntansi pemerintahan di suatu Negara akan sangat berantung pada peraturan perundang-undangan yang berlaku pada Negara yang bersangkutan (Dwi Ratma, 2010). Misalnya, adalah UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamantkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan SAP. Dwi Ratna (2010: 7) menuliskan bahwa menurut PBB ciri- ciri dari sistem akuntansi pemerintah antara lain : 1. Sistem akuntansi pemerintah harus dirancang sesuai dengan konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada suatu negara 2. Sistem akuntansi pemerintah harus dapat menyediakan informasi yang akuntabel dan auditabel 3. Sistem akuntansi pemerintah harus mampu menyediakan informasi keuangan yang diperlukan untuk penyususnan rencana atau program dan evaluasi pelaksanaan secara fisik dan keuangan.
Due Process PP Nomor 71 Tahun 2010
Due Process atau dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai proses baku penyusunan, dalam konteks penyusunan standar , berarti bahwa sebuah lembaga pembuat standar mencoba melibatkan semua pihak yang dipengaruhi oleh regulasi tersebut, sehingga dapat menjaga legitimasi dari sebuah penyusunan standar. Denga kata lain, semua pihak yang terpengaruh oleh regulasi memiliki kesempaan untuk memberikan masukan di dalam proses pengambulan keputusan regulasi tersebut (Wolk dkk., 2008). Proses penyiapan SAP Berbasis Akrual dilakukan melalui prosedur yang meliputi tahap-tahap kegiatan (due process) yang dilakukan dalam penyusunan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) oleh KSAP. Due process meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar Tahap ini merupakan proses pengidentifikasian topik-topik akuntansi dan pelaporan keuangan yang memerlukan pengaturan dalam bentuk pernyataan standar akuntansi pemerintahan. 2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP KSAP dapat membentuk pokja yang bertugas membahas topik-topik yang telah disetujui. Keanggotaan Pokja ini berasal dari berbagai instansi yang kompeten di bidangnya. 3. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja Untuk pembahasan suatu topik, Pokja melakukan riset terbatas terhadap literatur-literatur, standar akuntansi yang berlaku di berbagai negara, praktik-praktik akuntansi yang sehat (best practices), peraturan-peraturan dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan topik yang akan dibahas. 4. Penulisan Draf SAP oleh Kelompok Kerja Berdasarkan hasil riset terbatas dan acuan lainnya, Pokja menyusun draf SAP. Draf yang telah selesai disusun selanjutnya dibahas oleh Pokja. 5. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja Draf yang telah disusun oleh pokja dibahas oleh anggota Komite Kerja. Pembahasan diutamakan pada substansi dan implikasi penerapan standar. Dengan pendekatan ini diharapkan draf tersebut menjadi standar akuntansi yang berkualitas. 6. Pengambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan Komite Kerja berkonsultasi dengan Komite Konsultatif untuk pengambilan keputusan peluncuran draf publikasian SAP. 7. Peluncuran Draf SAP (Exposure Draft) KSAP melakukan peluncuran draf SAP dengan mengirimkan draf SAP kepada stakeholders, antara lain masyarakat, legislatif, lembaga pemeriksa, dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh tanggapan. 8. Dengar Pendapat Publik Terbatas (Limited Public Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public Hearings) 9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draf SAP KSAP melakukan pembahasan atas tanggapan/masukan yang diperoleh dari dengar pendapat terbatas, dengar pendapat publik dan masukan lainnya dari berbagai pihak untuk menyempurnakan draf SAP. 10. Finalisasi Standar Dalam rangka finalisasi draf SAP, KSAP memperhatikan pertimbangan dari BPK. Di samping itu, tahap ini merupakan tahap akhir penyempurnaan substansi, konsistensi, koherensi maupun bahasa. Finalisasi setiap PSAP ditandai dengan penandatanganan draf PSAP oleh seluruh anggota KSAP. Berdasarkan tahapan-tahapan di atas, secara kronologis, SAP Berbasis Akrual tersusun melalui bebrapa peristiwa penting yang usahanya dinilai pada tahun 2007, adalah sebagai berikut (KSAP, 2010). 1. Dengar pendapat (hearing) telah dilaksankan dari tahun 2007 sampai tahun 2008. 2. Mengadakan konsultasi ke DPR pada bulan September 2008. 3. Pada Desember 2008, draf final telah dismaikan ke BPK untuk dimintakan pertimbangn. 4. Pada Februari 2009 menerima Surat Perimbangan BPK. 5. RPP SAP Akrua disampaikan ke Menkeu dan Menhukham pada bulan Agustus 2009. 6. Pada periode antara bulan November 209 s.d. Juni 2010, dilakukan pembahasan dengan Menhukham. 7. RPP SAP Berbasis Akrual disampaikan ke Mensetneg pada Juli 2010. 8. Pada Oktober 2010 terbitlah PP Nomor 71 Tahun 2010 SAP Berbasis Akrual. SAP Berbasis Akrual telah disusun dengan melalui tahapan proses penyiapan (due process) sebagaimana tersebut di atas. Dalam menyusun SAP Berbasis Akrual, KSAP menggunakan materi dan rujukan yang dikeluarkan oleh: 1. Pemerintah Indonesia, berupa Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP; 2. International Federation of Accountants; 3. International Accounting Standards Committee/International Accounting Standards Board; 4. International Monetary Fund; 5. Ikatan Akuntan Indonesia; 6. Financial Accounting Standards Board – USA; 7. Governmental Accounting Standards Board – USA; 8. Federal Accounting Standards Advisory Board – USA; 9. Organisasi profesi lainnya di berbagai negara yang membidangi pelaporan keuangan, akuntansi, dan audit pemerintahan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan SAP Berbasis Akrual sebagai berikut: 10. SAP Berbasis Akrual dikembangkan dari SAP PP 24/2005 dengan mengacu pada Internatonal Public Sector Accounting Standards (IPSAS) dan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku. 11. SAP Berbasis Akrual adalah SAP PP 24/2005 yang telah dikembangkan sesuai dengan basis akrual. 12. Laporan Operasional – yang dalam SAP PP 24/2005 disebut dengan nama Laporan Kinerja Keuangan dan bersifat opsional – dalam SAP Berbasis Akrual menjadi salah satu PSAP untuk pelaporan atas pendapatan dari sumber daya ekonomi yang diperoleh dan beban untuk kegiatan pelayanan pemerintahan. 13. Kerangka konseptual dalam SAP PP 24/2005 dimodifikasi dan diperbarui sehingga menjadi kerangka konseptual dari PSAP berbasis akrual.
SAP Berbasis Akrual versi PP Nomor 71 Tahun 2010
Sebelum membahas mengenai konsep akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 2010, terlebih dahulu me-review ulang definisi basis akrual. Pengertian basis akrual menurut PSAK (IAI, 2004) adalah mengkaui pengaruh transaksi dan peristiwa lain pada saat kejadian (dan bukanpada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatata dalam catatan akuntansi serta dilporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Pengertian SAP Berbasis Akrual di atas memunculkan beberapa kritik dan pertanyaan, sebagai berikut: 1. SAP yang terdapat dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 dinamai dengan “SAP Berbasi Akrual”, namun menurut pengertian diatas SAP tersebut mengindikasikan adanya penerapan dua basis yang berbeda (kas dan akrual) dalam dua pelaporan yang berbeda (pelaporan finansial dan pelaporan pelaksanaan anggaran). 2. Apabila dicermati lebih detail lagi, SAP tersebut hanya menyatakan dengan tegas bahwa basis akrual diterapkan pada pelaporan finansial, sementara pelaporan pelaksanaan anggaran menggunakan basis akuntansi sesuai dengan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD. 3. Apa konsekuensi dari diterapkannya basis akrual (modifikasian) menurut SAP Berbasis Akrual tersebut? Konsekuensi dari diterapkannya SAP tersebut dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang hukum dan sudut pandang praktik akuntansi. 4. Sebagaimana disebutkan pada poin 3 diatas, bahwa penerapan SAP Berbasis Akrual tersebut juga memiliki konsekuensi secara hukum. Pada sesi sebelumnya dijelaskan bahwa batas waktu penerapan SAP Berbasis Akrual sudah tidak sesuai dengan amanat undang-undang, terutama UU Omor 1 Tahun 2004.
Peranan Laporan Operasional
Berdasarkan PSAP No. 12 paragraf 6 SAP Berbasis Akrual dinyatakan bahwa ada 4 informasi yang disediakan oleh Laporan Operasional. Masing- masing dari keempat infirmasi tersebut mencerminkan peranan dari Laporan Operasional, yaiu informasi (a) mencerminkan peran dalam perhitungan biaya pelayanan, informasi (b) mencerminkan peran untuk menilai kinerja pemerintah, informasi (c) berperan dalam mengestimasi pendapatan yang akan diterima, dan infomasi (d) berperan untuk menentukan besarnya perubahan ekuitas yang dimiliki oleh pemerintah.
Konsepsi Akrual Dan Keterkaitan Antarlaporan
Konsep akrual pada laporan operasional terlihat pada transaksi pendapatan – LO dan beban dalam bentuk barang atau jasa. Transaksi pendapatan dan beban yang terkait dengan transaksi selain kas dapat segera dicatat pada pendapatan - LO dan beban pada saat terjadinya transaksi. Sedangkan, pembiayaan tidak diperhitungkan dalam perhitungan surplus atau defisit - LO karena transaksi pembiayaan tidak terkait dengan operasi pada periode pelaporan.
Akuntansi Pendapatan-LO Versus Pendapatan-LRA
Menurut PSAP Nomor 01, pendapatan LO didefinisikan sebagai hak pemerintah pusat atau daerah yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Sedangkan, Pendapatan LRA adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara atau Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali.
Akuntansi Belanja Versus Beban
Menurut PSAP Nomor 01, beban adalah penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban. Sedangkan, belanja adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum negara atau daerah yang mengurangi saldo angaran lebih dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah. Berdasarkan definisi tersebut, jelas bahwa beban merupakan semua transaksi yang dapat menurunkan manfaat ekonomi atau potensi jasa, baik yang berupa kas maupun non/selain kas, yang berpengaruh terhadap penurunan ekuitas. Hal ini berati cakupan beban lebih luas daripada belanja yang hanya berupa pengeluaran kas saja, serta keterkaitannya dengan laporan keuangan yang berbeda, sama halnya pada pendapatan.
Akuntansi Surplus/Defisit-LRA Versus Surplus/Defisit-LO
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA adalah selisih lebih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan. Defisit-LRA adalah selisih kurang antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan. Sedangkan Surplus dari kegiatan operasional adalah selisih lebih antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan. Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan. Surplus/Defisit-LO adalah penjumlahan selisih lebih/kurang antara surplus/defisit kegiatan operasional, kegiatan non operasional, dan kejadian luar biasa.
Akuntansi Pembiayaan Versus Kegiatan Non-Operasional Dan Pos Luar Biasa
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh pemerintah.
Transaksi Dalam Bentuk Barang Dan Jasa
Transaksi pendapatan-LO dan beban dalm bentuk barang/jasa yang harus dilaporkan berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal transaksi dan diungkap dalam CaLK sehingga dapat memberikan semua informasi yang relevan mengenai bentuk dari pendapatan dan beban. AGENDA MASA MENDATANG SAP Berbasi akrual menurut PP Nomor 71 Tahun 2010 menghadapi beberapa permaslahan yang cukup krusial dalam penerapan. Dalam hal ini paling tidak ada tiga masalah utama yang harus segera dijawab dan ddicarika solusinya, yaitu sebagai berikut. 1. Masalah legitimasi hukum atas PP Nomor 71 Tahun 2010. 2. Maslah praktik akuntansi menurut SAP Berbasia Akrual terkait pencatatan dan pelaporannya 3. Masalah strategi penerapannya SAP berbasis Akrual sehingga dapat diterima dan dilksanakan oleh semua entitas pemerintah sesai batas waktu yang ditentukan oleh aturan perundang-undangan. BAB III KESIMPULAN
Dalam penerapan SAP Berbasis Akrual, terdapat tiga permaslahan utama
yang dihadapi dan menjadi agenda di masa mendatang yang harus segera dicarikan solusinya, yaitu masalah legitimasi hukum, masalah praktik akuntansi, masalah strategi penerapan. Laporan Operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dan siklus akuntansi berbasis akrual sehingga: 1. Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Neraca mempunyai keterkaitan yang dapat dioertanggungjawabkan; 2. Laporan pertanggungjawaban anggaran dapat dibedakan dengan Laporan Kinerja Keuangan; 3. Dapat diketahui kinerja operasional pemerintah untuk periode pelaporan tertentu; 4. Laporan operasional mempunyai nilai prediktif karena informasinya dapat digunakan untuk memprediksi pendapatan LO yang akan diterima untuk mendanai kegiatan pemeirntah dalam periode mendatang.