Vous êtes sur la page 1sur 4

Login

Daftar

Friday, 24 January, 2014


 HOME
 COMMUNITY
 RESOURCES
 GALLERY PHOTO
 ARTIKEL
 BERITA
Automatic Dependent Surveillance-Broadcast (ADS-B)
Oleh: K.I

ADS-B ini memang terlihat revolusioner, dengan hanya berbekal antenna dan alat
kurang dari sebesar lemari es kecil dapat mendeteksi pesawat terbang dan
menampilkan lalu lintas udara. Inikah akhir dari era radar?

ADS-B atau kepanjangan dari Automatic Dependent Surveillance- Broadcast seperti


namanya adalah teknologi pendeteksi dimana setiap pesawat lewat transponder
yang dimiliki memancarkan setiap dua kali dalam tiap detik informasi ketinggian,
posisi, kecepatan, arah, dan informasi lainnya ke stasiun darat dan pesawat lainnya.
Informasi ini didapat dari informasi Global Positioning System (GPS) atau backup
FMS (Flight Management System) yang ada di pesawat masing-masing.
Diagram ADS-B- Setiap pesawat memancarkan sinyal data-data kondisi
penerbangan yang dibantu satelit GPS, via transponder yang dimiliki dan ditangkap
station base darat untuk diteruskan ke ATC.

Informasi yang menuju ke stasiun darat ini disebut ADS-B Out yang hasilnya dapat
dilihat berupa output layaknya melihat layar lalu lintas udara pada umumnya.
Informasi ini juga dapat dipancarkan untuk pesawat yang dilengkapi ADS-B dan
akan terlihat dalam cockpit traffic display. Inilah yang disebut sebagai ADS-B In.
Sebagai tambahan, stasiun darat ADS-B dapat memberikan informasi tambahan
lainnya seperti kondisi cuaca dan informasi ruang udara lewat link yang ada.

Radar

Sedangkan alat pendeteksi konvensional, radar atau kepanjangannya Radio


Detection and Ranging, menggunakan gelombang radio untuk pendeteksian. Jika
gelombang yang dipancarkan mengenai benda (dalam hal ini adalah pesawat) akan
berbalik arah, dan waktu yang diperlukan untuk kembali lewat alat penerima dapat
mengetahui informasi jarak, kecepatan, arah, dan ketinggian.

Perkembangan radar menambah peralatan baru yang bernama SSR (Secondary


Surveillance Radar) sebagai pelengkap radar (Primary Surveillance Radar). SSR
merupakan penemuan militer yang bernama IFF (Identification Friend or Foe). Cara
kerjanya setiap kali radar melakukan “sapuan” gelombang maka disaat itu juga
sinyal berfrekuensi tinggi akan dipancarkan. Sinyal ini diterima oleh transponder di
pesawat dan akan memancarkan sinyal untuk dikembalikan ke stasiun radar darat.
Ini akan memberikan keakuratan terhadap lokasi pesawat daripada hanya
mengandalkan gelombang radar semata.

Transponder di pesawat memiliki beberapa mode. Mode-A dapat memberikan


informasi digit identifikasi pesawat yang selalu di-update oleh pilot saat terbang
berdasarkan instruksi ATC. Mode-C dapat memberikan informasi ketinggian dengan
data dari altimeter pesawat. Perkembangan selanjutnya adalah Mode-S (dan varian
berikutnya Mode-S Extended Squitter/ES) yaitu memberikan informasi identifikasi
unik setiap pesawat yang diproduksi yang terus dipakai sampai non operasional.
Mode-S berbeda dengan lainnya karena selalu aktif memancarkan sinyal identifikasi
berfrekuensi 1090 MHz, ia juga memberikan informasi kondisi terbang pada masing-
masing pesawat. Ini juga-lah yang dipakai untuk pengembangan piranti pencegah
tabrakan antar pesawat, TCAS (Traffic Alert and Collision Avoidance System).

Pengganti Radar ?

Dengan sifatnya itu, Mode-S menjadi inspirasi lahirnya ADS-B. Cukup dengan
antenna untuk menangkap sinyal Mode-S ini lalu ditampilkan di layar. Stasiun darat
untuk operasi ADS-B ini memang sederhana dan murah, hanya antenna dan
peralatan dalam kotak kecil nan ringkas sehingga dapat dipasang dengan mudah
dan tidak makan banyak tempat. Bisa dipasang di menara seluler ataupun tempat
dengan ketinggian yang mencukupi.. Bandingkan dengan radar, yang memiliki
perangkat berat dan lebar, harus berputar 360 derajat untuk dapat mentransmisikan
gelombang untuk pendeteksian. Belum lagi untuk masalah perawatan dan listrik
yang dipakai.
Tapi yang jadi pembeda dari kedua alat ini adalah sifat mendasar ADS-B yaitu sinyal
pasif sedangkan radar adalah aktif. Inilah yang menjadi kelemahan ADS-B. Pesawat
yang tidak dilengkapi transponder, atau transpondernya rusak ataupun sengaja
dimatikan dapat menjelma menjadi pesawat “stealth” alias menghilang dari layar. Ini
akan beresiko terjadinya tabrakan di udara. Kelemahan ini yang menjadikan ADS-B
bukan sebagai pengganti ideal dari radar.

KineticsAvionics – dengan kotak seukuran 19 x 15 x 4.5 cm dan antena kecil (inset),


maka seseorang lewat monitor PC dapat menjadi ATC. Dalam gambar terlihat
situasi lalu lintas penerbangan daerah Gatwick dan sekitarnya.

Karena teknologi dan alat yang simple, ADS-B ini dapat dimonitor pula oleh publik.
Hobbyists dapat membeli merk yang tersedia dipasaran diantaranya adalah Kinetiks
Avionics dan AirNav System RadarBox. Dengan memakai sebuah antenna penerima
dan alat yang compatible dengan Personal Computer (PC), sehingga seseorang
dapat berperan sebagai ATC amatir. Memang belum ada regulasi yang mengatur
mengenai hal ini. Tapi untuk pengamanan, situasi yang ditampilkan dilayar adalah
delay lima menit.

Implementasi ADS-B

Teknologi memang terus berkembang, bisa jadi suatu saat perangkat ADS-B ini
dapat mendeteksi secara aktif. Meskipun belum 100 persen sempurna teknologi ini
dapat dipakai secara luas sebagai komplementer dan sebagai back up dari radar
konvensional jika mengalami kegagalan. Apalagi dengan mudahnya memasang
peralatan ini untuk negara berwilayah luas dan kondisi geografis yang tidak
memungkinkan seluruh wilayah dipasang radar.

Amerika Serikat misalnya lewat FAA (Federal Aviation Administration) sejak 2002
melangkah lebih jauh dengan mengadopsi UAT(Universal Access Transmiter)
berfrekuensi 978 MHz yang lebih murah dan ringan, selain Mode-S ES untuk
pesawat sipil kelas ringan non airliner/air carrier. Program Next Generation Air
Transportation System dari FAA akan mengimplementasikan ADS-B dalam 3 tahap
mulai dari tahun 2006-2009 sebagai tahap awal, tahap kedua 2009-2014 dengan
pemasangan menara ADS-B untuk meng-cover seluruh wilayah udara termasuk
wilayah perairan (diantaranya dengan pemasangan ADS-B di oil rig) dan tahap
terakhir 2015-2020 yang diharapkan sebagian besar SSR akan digantikan oleh
ADS-B ini.

Negara lain seperti Kanada telah memasang ADS-B di wilayah utara termasuk Teluk
Hudson yang tak terjangkau radar. Australia telah menguji coba dengan sukses
pemasangan sebuah menara ADS-B di wilayah Bundaberg tahun 2006 yang
nantinya akan menambah lagi sampai 28 unit stasiun darat. Sementara itu Swedia
telah membangun 12 unit stasiun darat telah dipasang di wilayah Swedia dan secara
teknis jaringan antar stasiun telah operasional mulai tahun 2007.

Untuk implementasi pada pesawat terbang masih terbatas. Tercatat Universitas


Embry-Riddle Aeronautical dan Universitas North Dakota memakai ADS-B pada
pesawat ringan miliknya sekaligus untuk riset kampus. Untuk air carrier sendiri baru
United Parcel Service yang pertama menggunakannya. Kargo udara memang
mengambil keuntungan dari teknologi ini mengingat perjalanan sering dilakukan di
malam hari.

Bagaimana dengan Indonesia ? Dengan wilayah geografis yang luas dan masih
belum terjangkau seluruh wilayah dengan radar, lalu lintas udara yang makin ramai,
plus kendala keuangan, ADS-B harus segera diterapkan di Indonesia. Sejak tahun
2008 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mulai menggelar beberapa unit ADS-
B antara lain di wilayah Tangkuban Perahu, Cilacap, Sitoli, Banda Aceh, Kintamani,
Tarakan, Galela, dan Palu. Dengan demikian diharapkan kasus hilangnya Adam Air
awal tahun 2008 tidak perlu terjadi kembali dan semakin meningkatkan keselamatan
terbang khususnya lalu lintas udara nasional. (Sudiro Sumbodo, Jakarta, 2008).
Anda ingin tahu lebih jauh tampilan ADS-B klik disini
(dari berbagai sumber)
Artikel Terkait

Vous aimerez peut-être aussi