Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Kelompok 1
PROGRAM VOKASI
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
JAKARTA, Februari 2018
1
UNIVERSITAS INDONESIA
PROGRAM VOKASI
BIDANG STUDI KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
konferensi kasus Fisioterapi dengan tepat waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan
untuk melengkapi tugas dalam Praktek Klinik II Semester VI.
Kami sebagai tim penulis mengucapkan terima kasih kepada instruktur
praktek klinik atau fisioterapis di RSUP Fatmawati, terutama infrastruktur
fisioterapi yang telah memberikan waktu untu membimbing dan mendukung kami
selama pembuatan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terimakasih kepada
orangtua, pasien, dan teman-teman mahasiswa Fisioterapi Universitas Indonesia
yang telah memberi bantuan baik material maupun spiritual kaeran tanpa bantuan
mereka makalah ini tidak dapat selesai dengan baik.
Kami menyadari tanpa bimbingan dan pengarahan dari semua pihak, maka
laporan ini tidak akan tersusun dengan baik. Pada kesempatan kali ini kami
mengucapkan pula terima kasih kepada seluruh pembimbing pada umumnya dan
rekan-rekan fisioterapis pada khususnya.
Makalah ini belum atau tidak bisa dijadikan acuan sebelum disetujui dosen
pembimbing dan dikonferensikan atau dipresentasikan.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
DAFTAR TABEL
5
DAFTAR GAMBAR
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Spinal Cord Injury (SCI) merupakan salah satu kasus yang cukup
besar menimpa masyarakat kota pada masa sekarang ini. Apabila kasus ini
kehilangan rasa percaya diri yang semuanya itu jika tidak diatasi dapat
membawa penderita tersebut mengalami masalah yang lebih besar lagi yang
terjadi deficit neurologis parsial atau total dibawah level lesi berupa
karena factor trauma dan non trauma (infeksi bakteri atau virus) yang dapat
1 Universitas Indonesia
menganggu hubungan antara saraf pada medulla spinalis dan tubuh.
(NINDS 2012)
tahun 2011, dari perkiraan kejadian kasus Tuberculosis (TB) tahunan secara
global sebesar 8,7 juta, sistem saraf pusat (SSP) menyumbang sekitar 1%
dari semua kasus TB; setengah dari ini melibatkan tulang belakang. Pada
sebanyak 1-8 juta orang di Amerika Serikat, sekitar 1400 kasus baru per
Sedangkan insiden myelitis transversa idiopatik sekitar 1,34 - 4,6 juta per
tahun.
kualitas hidup penderita Spinal Cord Injury. Hal ini dapat dilakukan karena
2 Universitas Indonesia
bidang kajian pelayanan fisioterapi dan masalah yang ditangani fisioterapi
dalam praktek sehari-hari adalah masalah atau gangguan fungsi dan gerak.
diberikan pada penderita SCI yaitu penanganan yang bertujuan utama untuk
di RSUP Fatmawati”
B. Identifikasi Masalah
e. Gangguan mobilisasi
f. Gangguan seksual
3 Universitas Indonesia
2. Pembatasan masalah
Agar tidak meluas dari pembahasan yang dimaksud, maka masalah ini
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Metode Penulisan
literature yang berkaitan dengan kasus yang telah diangkat serta melakukan
4 Universitas Indonesia
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pendidikan
cord injury.
3. Bagi Pasien
5 Universitas Indonesia
BAB II
PROFIL RSUP FATMAWATI DAN INSTALASI REHABILITASI MEDIK
FISIOTERAPI
A. Profil Fatmawati
Bermula tahun 1953, dari Ibu Fatmawati yang saat itu sebagai Ibu
Negara RI bermaksud mendirikan sebuah Rumah Sakit Tuberculose
anak-anak, untuk perawatan penderita TBC anak serta tindakan
rehabilitasinya. Peletakan batu pertama pembangunan pada tanggal 2
Oktober 1954.
Dengan adanya dana yang dihimpun oleh Yayasan Ibu Soekarno dan
banuan dari Yayasan Bantuan Departemen Sosial RI dilaksanakan
Pembangunan Gedung Rumah Sakit Ibu Soekarno hingga selesai dan
dapat difungsikan sebagai rumah sakit. Fungsi rumah sakit tersebut
berubah menjadi rumah sakit umum seperti ketentuan dalam surat
KEMENKES RI Nomor 21286/Kep/121 tanggal 1 April 1961 yang
ditandatangani oleh Prof. Dr. Satrio yang berisi ketetapan sebagai
berikut:
6 Universitas Indonesia
Dengan KEPMENKES RI Nomor 294/Menkes/SK/V/1984,
RSU Fatmawati ditetapkan sebagai pusat rujukan wilayah
Jakarta Selatan. Berdasarkan surat KEPMENKES RI Nomor
754/Menkes/SK/VI/1994 tanggal 2 September 1992 RSU
Fatmawati ditetapkan menjadi rumah sakit swadana. Pada tahun
1998 RSU Fatmawati ditetapkan menjadi Rumah Sakit PNBP.
Akhir Tahun 2002 sebagai RS Perusahaan Jawatan (Perjan),
sehingga tatanan organisasi dan kebijakan disempurnakan Akhir
Tahun 2005, Rumah Sakit PERJAN menjadi UPT Departemen
Kesehatan dengan pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum, maka tatanan organisasi dan kebijakan akan
disempurnakan. Yaitu pada tanggal 11 Agustus 2005
berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.
1243/Menkes/SK/VIII/2005 RSUP Fatmawati ditetapkan
sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Departemen Kesehatan RI
dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum (PPK BLU).
2. Misi
a. Memberikan pelayanan, Pendidikan, dan penelitian yang berkualitas
dan terintegrasi.
b. Meningkatkan kinerja, kompetensi dan kesejahteraan karyawan.
c. Menyelenggarakan Good Corporate Government.
d. Memberikan pelayanan berbasiskan Continuum of Care Throughout
Life Cycle.
C. Falsafah
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjunjung tinggi kehidupan dan nilai-nilai luhur kemanusiaan
c. Menghargai pentingnya persatuan dan kerjasama
7 Universitas Indonesia
d. Menjunjung keseimbangan dan kelestarian lingkungan
e. Kebersamaan dalam kemajuan dan kesejahteraan
D. Tata Nilai
"Peduli, PROfesional, IntegritAs, Komitmen, Teamwork, Inovatif"
E. Tujuan
a. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dan paripurna yang
memenuhi kaidah keselamatan pasien (Patient Safety).
b. Terwujudnya pelayanan rumah sakit yang bermutu tinggi dengan
tarif yang terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
c. Mewujudkan pengembangan berkesinambungan dan akuntabilitas
bagi pelayanan kesehatan, pendidikan dan penelitian.
d. Terwujudnya SDM yang profesional dan berorientasi kepada
pelayanan pelanggan.
e. Terwujudnya kesejahteraan yang adil dan merata bagi seluruh
sumber daya manusia rumah sakit
8 Universitas Indonesia
F. Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati
9 Universitas Indonesia
2. Visi dan Misi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati
a. Visi :
tahun 2019.”
b. Misi :
sakit.
10 Universitas Indonesia
Tujuan
Medik
jalan.
Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi Medis
11 Universitas Indonesia
1. Fisioterapi
a. Elektroterapi
b. Terapi Latihan
c. Hidroterapi
d. Grouptherapy
2. Terapi Okupasi
a. Latihan koordinasi/keseimbangan
3. Terapi Wicara
a. Afasia
b. Dysphagia
c. Dysatria
d. Delayed speech
e. Terapi Kelompok
4. Psikologi
Memberikan pelayanan :
a. Konseling
b. Evaluasi psikologi
12 Universitas Indonesia
c. Tumbuh kembang anak
d. Geriatric
Meliputi
1. Prostetik Orthotik
2. Workshop
kursi roda
penelitian.
13 Universitas Indonesia
6. Kegiatan Instalasi Rerhabilitasi Medis
terkait
Meliputi :
• Rehabilitasi Umum
Development.
Medis.
3. Terapi Wicara
4. Ortotik – Prostetik
14 Universitas Indonesia
5. Workshop Kursi Roda
6. Konsultasi Psikologi
3. UI S1 Fisip
4. UI S2 Psikologi
5. UIN S2 KESOS
6. UEU S1 Fisioterapi
15 Universitas Indonesia
Struktur organisasi fisioterapi
16 Universitas Indonesia
BAB III
KAJIAN TEORI
A. Definisi
2. Myelitis TB
Mielitis transversa adalah kelainan neurologi yang disebabkan oleh
peradangan sepanjang medulla spinalis baik melibatkan satu tingkat
atau segmen dari medulla spinalis. Istilah mielitis menunjukkan
peradangan pada medulla spinalis, trasversa menunjukkan posisi dari
peradangan sepanjang medulla spinalis. Serangan inflamasi pada
medulla spinalis dapat merusak atau menghancurkan mielin yang
merupakan selubung serabut sel saraf. Kerusakan ini menyebabkan
jaringan parut pada sistem saraf yang menganggu hubungan antara saraf
pada medulla spinalis dan tubuh.
Mieliti transversa merupakan suatu gangguan neurologi yang
disebabkan oleh kehilangan selubung mielin pada medulla spinalis,
disebut juga sebagai demielinisasi. Demielinisai ini muncul secara
idiopatik menyertai infeksi atau vaksinisasi, atau disebabkan multipel
sclerosis. Salah satu teori mayor tentang penyebabnya adalah bahwa
17 Universitas Indonesia
inflamasi immune-mediated adalah sebagai suatu hasil paparan terhadap
antigen virus. Kelainannya berupa inflamasi melibatkan medulla
spinalis pada kedua sisinya. Pada mielitis transversa akut, onset terjadi
tiba – tiba dan progresif dalam beberapa jam dan atau beberapa hari.
Lesi dapat terjadi di setiap bagian dari medulla spinalis meskipun
biasanya terbatas pada bagian kecil saja.
Sumber: National Institut of neurological disorder and stroke, myelitis
trasversa dalam www.ninds.nih.gov/disorder/trasversemyeilitis.
Medulla spinalis merupakan bagian dari sistem saraf pusat yang menjadi
jalur informasi antara otak dan bagian tubuh lainnya. Pengetahuan akan
struktur neuroanatomi medulla spinalis adalah kebutuhan mendasar yang
diperlukan untuk mengerti setiap manifestasi klinis yang dapat ditimbulkan
oleh cedera medulla spinalis. Selain itu, pada bagian ini akan dibahas pula
mengenai anatomi tulang belakang dan sekitarnya dan perfusi dari medulla
spinalis karena cedera pada medulla spinalis umumnya terasosiasi dengan
struktur-struktur yang ada di sekitarnya.
18 Universitas Indonesia
yang mirip. Vertebra umumnya terdiri dari korpus di bagian anterior dan
arkus vertebra di posterior, dan diantaranya terdapat lubang yang
disebut sebagai foramen vertebralis yang berisikan medulla spinalis dan
lapisan meninges. Arkus vertebra terdiri dari sepasang pedikel dan
laminae. Arkus vertebralis membentuk 7 prosesus, antara lain satu
prosesus spinosus, dua prosesus tranversus, dan 4 prosesus artikularis.
Prosesus spinosus merupakan sambungan dari kedua laminae,
sedangkan prosesus transversus terletak diantara laminae dan pedikel.
Kedua prosesus tersebut berfungsi sebagai tuas pengungkit dan menjadi
tempat perlekatan otot dan ligamen. Prosesus artikularis terbagi menjadi
dua prosesus superior dan dua prosesus inferior, kedua prosesus tersebut
membentuk sendi sinovial. Pedikel terdiri dari inferior
notch dan superior notch yang membentuk foramen intervertebralis
(dari dua vertebra). Sendi dari kolumna vertebralis terbagi menjadi 2,
antara lain sendi antara dua korpus vertebra yaitu fibrocartilaginous
joint dari diskus intervertebralis dan sendi antara dua arkus vertebralis
yaitu sendi sinovial antara prosesus artikularis.Terdapat 6 ligamen di
sekitar kolumna vertebralis (Gambar 3), antara lain ligamen anterior
longitudinal dan posterior longitudinal (ligamen di sekitar korpus) dan
ligamen supraspinatus, interspinatus, intertraversum, dan flavum
(ligamen diantara arkus vertebralis). Pada daerah servikal, ligamen
supraspinatus dan interspinatus bergabung membentuk ligamentum
nuchae.
19 Universitas Indonesia
20 Universitas Indonesia
2. Anatomi Medulla Spinalis
21 Universitas Indonesia
anterior dan medial dari femoralis), L2 (bagian anterior dari femoralis),
L3 (lutut), L4 (medial malleolus), L5 (dorsum pedis dan jari 1-3), S1
(jari 4-5 dan lateral malleolus), S3/Co1 (anus).
Medulla spinalis terdiri dari dua substansia, antara lain substansia
kelabu (gray matter) yang terletak internal dan substansia alba (white
matter) yang terletak secara eksternal. Secara umum, substansia alba
terdiri dari traktus ascending (sensorik) dan descending (motorik),
sedangkan substansia kelabu dapat dibagi menjadi 10 lamina atau 3
bagian (kornu anterior, posterior, dan lateral) yang tersusun dari
nukleus-nukleus yang berperan dalam potensi aksi neuron-neuron .
C. Biomekanika vetebra
22 Universitas Indonesia
memungkinkan fleksi dan ekstensi luas dari kepala. Articulation atlanto-
axialis memungkinkan rotasi luas pada atlas dan dengan demikian, juga rotasi
kepala di atas axis. 6
Columna vertebralis digerakkan oleh banyak otot, sebagian besar
melekat langsung pada vertebra, sementara yang lain, seperti m.
sternocleidomastoideus dan otot dinding perut, melekat pada cranium atau
pada iga atau fascia. 6
Di daerah cervical, fleksi dilakukan oleh m. longus colli, scalenus
anterior, dan sternocleidomastoideus. Ekstensi dikerjakan oleh otot-otot post
vertebralis. Laterofleksi dikerjakan oleh m. scalenus anterior dan medius dan
m. trapezius dan sternocleidomastoideus. Rotasi dikerjakan oleh m.
sternocleidomastoideus pada satu sisi dan m. splenius sisi lainnya. 6
Di daerah thoracal rotasi dilakukan oleh m. semi spinalis dan mm.
rotators, dibantu oleh m. obliquus dinding anterolateral abdomen.
Di daerah lumbal, fleksi dilakukan oleh m. rectus abdominis dan m.
psoas. Ekstensi dikerjakan oleh otot post vertebralis. Laterofleksi dilakukan
oleh otot post vertebralis, m. quadrates lumborum, m. obliquus dinding
anterolateral abdomen. M. psoas dapat pula berperan dalam gerakan ini.
Rotasi dilakukan oleh mm. rotators dan m, obliquus dinding anterolateral
abdomen. 6
23 Universitas Indonesia
penderita jenis NTSCI. Populasi NTSCI umumnya lebih tua, dengan
penyakit progresif membutuhkan lebih banyak perawatan mahal, meski
untuk periode yang lebih singkat. Sebagian besar penelitian tentang
kejadian SCI mencakup keduanya TSCI atau NTSCI, mungkin karena
perbedaan dengan sumber data dan metode pengumpulan data.
2. Myelitis Transverse Acute
Insiden ATM dari seluruh usia anak hingga dewasa dilaporkan
sebanyak 1-8 juta orang di Amerika Serikat, sekitar 1400 kasus baru
ATM per tahun yang di diagnosis di Amerika Serikat. Sebanyak 34000
orang dewasa dan anak-anak menderita gejala sisa ATM berupa cacat
sekunder.
Sekitar 20 % dari ATM terjadi pada anak-anak. ATM dapat diderita
oleh orang dewasa dan anak – anak baik pada semua jenis kelamin
maupun ras. ATM memiliki puncak insidensi yang berbeda yaitu umur
: 10-19 dan 30-39 tahun. Ini menunjukkan tidak ada faktor predileksi
seperti : ras, familial atau jenis kelamin pada kasus ATM. Sehingga
antara laki-laki dan perempuan mempunyai probabilty yang sama untuk
menderita ATM.
Insiden meningkat menjadi 24,6 juta kasus per tahun jika didapatkan
penyebab demielinasi yang berhubungan dengan myelitis, terutama
multiple sclerosis. ATM mungkin timbul dari berbagai penyebab, tetapi
paling sering terjadi sebagai fenomena autoimun setelah infeksi atau
vaksinasi (jumlah 60% kasus pada anak-anak) atau karena infeksi
langsung, penyakit dasar seperti autoimun sistemik, atau diperoleh
penyakit demielinasi seperti multiple sclerosis atau spektrum dari
gangguan yang berhubungan dengan neuromyelitis optica (penyakit
Devic, penyakit demielinasi yang dikenal sebagai gabungan penyakit
myelitis transversa dan neuritis optik)
24 Universitas Indonesia
E. Etiologi
25 Universitas Indonesia
F. Patofisiologi
monyet maupun hewan yang telah dimanipulasi dengan berbagai tempat lesi
dilakukan pada penelitian yang lama. Dewasa ini paradigma penelitian telah
bergeser dengan menilik struktur sel syaraf atau segmen anatomi pada
Spinal cord injury disebabkan oleh kerusakan akibat faktor mekanik yang
oleh proses ischemic dan halangan untuk calcium influx ke dalam neuron
sehingga terjadi gangguan kelistrikan pada neuron dan akson. Cidera primer
yang bertanggung jawab atas terjadinya spinal cord injury adalah hilangnya
aligment tulang yang normal pada waktu tertentu. Dengan adanya dislokasi
Cidera pada medulla spinalis baik berupa adanya pergeseran fragmen tulang
26 Universitas Indonesia
terkena trauma. Kerusakan pada pembuluh darah diikuti dengan proses
edema pad spinal cord menyebabkan penurunan aliran darah dan oksigen.
Apabila suplai oksigen dan aliran darah dibiarkan terus menerus maka akan
ruptur vena. Ruptur mengakibatka pendarahan yang hebat pada grey motor,
bahkan beberapa minggu dengan gejala awal seperti hilangnya fungsi sel-
sel saraf medulla spinalis di bawah lesi, hilangnya reflek, flaccid. Pada akhir
B. Transversa Myelitis
Hingga saat ini, para peneliti tidak dapat menentukan secara pasti penyebab
ATM. Satu teori utama yang menyebabkan ATM adalah imun memediasi
Pada kasus ATM post infeksi, mekanisme sistem immun baik pada viral
27 Universitas Indonesia
respon terhadap infeksi menunjukkan bahwa suatu reaksi autoimun yang
Pada penyakit autoimun, sistem imun yang secara normal melindungi tubuh
tubuh sendiri yang menyebabkan inflamsi dan pada beberapa kasus merusak
ATM juga terdapat pada beberapa penyakit autoimun seperti systemic lupus
medulla spinalis, pembuluh darah yang menyumbat atau sempit, atau faktor
atau iskemik. Sel dan serabut saraf mulai mengalami perburukan secara
28 Universitas Indonesia
cepat. Kerusakan ini menyebabkan inflamasi yang luas kadang - kadang
sebagai hasil dari aktivasi abnormal sistem imun melawan medulla spinalis
(11).
grisea dan alba. Tampak pula kelainan degeneratif pada sel - sel ganglia,
pada akson – akson dan pada selubung mielin, disamping itu tampak adanya
29 Universitas Indonesia
G. Manifestasi Klinis
Kompresi medula spinalis menimbulkan gejala: nyeri yang terlokalisir
klinik bervariasi tergantung tingkat cedera, derajat syok spinal, fase dan
derajat pemulihan.6
cedera
aktivitas sehari-hari
sehari-hari.
30 Universitas Indonesia
T7-T12 Kelemahan/paralisis otot abdominal
bawahnya berkemih
Sumber : Ardiwqblog.blogspot.co.id
31 Universitas Indonesia
berkemih bervariasi, atau fungsi defekasi dan
sentuhan ringan.
Tabel 3. 2 Manifestasi Klinik Spinal Cord Injury (SCI) Berdasarkan Lokasi Lesi
Sumber : Ardiwqblog.blogspot.co.id
32 Universitas Indonesia
H. Prognosa Spinal Cord Injury
harapan untuk sembuh kurang dari 5%. Jika kelumpuhan total telah terjadi
selama 72 jam, maka peluang untuk sembuh menjadi tidak ada. Jika sebagian
fungsi sensorik masih ada, maka pasien mempunyai kesempatan untuk dapat
berjalan kembali sebesar 50%. Secara umum, 90% penderita Spinal Cord
terbatas.
jam.
akan datang.
33 Universitas Indonesia
I. Teknologi / intervensi fisioterapi pada Penatalaksanaan Fisioterapi
untuk Meningkatkan Kemampuan Transfer Pada Kasus Kelumpuhan
Kedua Tungkai et Causa Myelitis TB AIS B
1. Resistance Exercise
Suatu bentuk latihan kontraksi otot dinamik atau statik dengan
menggunakan tahanan yang berasal dari external force.
a. Resistance Exercise terdiri atas Manual resistance exercise
dan Mechanical resistance exercise
1) Tujuan dan Indikasi Resistance Exercise :
Umum : meningkatkan fungsi fisik
Spesifik :
a) Meningkatkan kekuatan (strength)
b) Meningkatkan daya tahan otot (muscular
endurance)
c) Meningkatkan tenaga (power)
2) Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan
resistance exercise :
a) Kondisi cardiovaskuler
b) Kelelahan
c) Pemulihan dari kelelahan
d) Kerja yang berlebihan
e) Gerakan-gerakan substitusi
f) Osteoporosis
g) Nyeri otot
3) Kontra indikasi resistance exercise
a) Inflamasi
b) Nyeri
4) Tipe-Tipe Resistance Exercise:
a) Isotonic Resistance Exercise
b) Isokinetic Resistance Exercise
c) Isometrik Resistance Exercise
34 Universitas Indonesia
2. Transfer dan Ambulasi
a. Definisi
Transfer adalah suatu pola gerakan dimana terjadi perubahan posisi
pasien.Contohnya : dari posisi tidur ke duduk di tepi tempat tidur, dari
posisi duduk ke berdiri. Terdapat beberapa media untuk membantu
pasien untuk melakukan transfer salah satunya yaitu Transfer Board.
Transfer Board yaitu merupakan solusi bagi pengguna kursi roda untuk
berpindah dari kursi roda ke suatu tempat lainnya. Alat ini berbentuk
seperti papan yang dilengkapi dengan fitur yang memudahkan pengguna
untuk berpindah dengan hanya menggeser pinggang mereka saja.
Sebagai contoh perpindahan bisa dilakukan dari kursi roda ke kursi
mobil, ke sofa, ke tempat tidur dan tempat lainnya.
Ambulasi adalah perpindahan pasien dari suatu tempat ke tempat
lainnya dengan adanya jarak yang ditempuh. Contohnya berjalan.
b. Tujuan dan Manfaat
1) Mencegah dampak immobilisasi pasca operasi meliputi: sistem
integumen; kerusakan integritas kulit seperti abrasi, sirkulasi darah
yang lambat yang menyebabkan terjadinya atrofi otot dan perubahan
turgor kulit, system kardiovaskuler; penurunan kardiak reserve,
mengurangi depresi.
2) Mengurangi perubahan tingkah laku.
3) Memperbaiki perubahan siklus tidur
4) Perubahan kemampuan pemecahan masalah.
c. Alat yang digunakan
Banyak alat yang tersedia untuk membantu ketidakmampuan pasien
melaksanakan ambulasi. Jenis dari alat dipilih dan lamanya waktu untuk
menggunakan alat tersebut tergantung pada ketidakmampuannya.
Terlebih dahulu terapis harus menentukannya apakah kekuatan otot
pasien cukup dan mengkoordinasikannya dengan program ambulasi.
Alat bantu yang digunakan untuk ambulasi adalah:
1) Wheel Chair atau Kursi Roda
35 Universitas Indonesia
Merupakan salah satu alat ambulasi pertama untuk seseorang
ketika mengalami permasalahan pada ekstremitas bawah. Indikasi
penggunaan wheel chair adalah Seseorang dengan terlalu lemah
endurance secara keseluruhan (terlalu lama tirah baring), upper
extremitas dan sitting balance baik tapi masalahnya pada
strengthening balance dan koordinasi, balance dan koordinasi baik
tetapi endurance lower extremitas lemah (paraplegi, para parese).
Jenis-jenis wheelchair :
a) Wheelchair manual
Kursi roda manual digerakkan dengan tangan si pemakai dan
biasa digunakan untuk semua kegiatan. Memiliki bobot
antara 21 – 24 kg dan bisa dilipat. Kursi roda manual ada dua
macam yaitu model standard dan model reclining.
b) Model standard adalah yang paling umum dipakai oleh
pasien di Rumah Sakit maupun di rumah. Bentuk dan
modelnya sangat sederhana serta pada bagian sandarannya
tidak dapat direbahkan.
c) Model reclining sering disebut juga dengan kursi roda rebah.
Fungsinya memudahkan pasien untuk menyandarkan
kepalanya agar dapat duduk lebih nyaman. Pada bagian
sandaran punggung bisa direbahkan dengan kemiringan ±
145°-180° sesuai dengan kebutuhan pasien, begitu juga
dengan bagian kaki yang dapat dinaik-turunkan. Model
reclining biasa digunakan oleh pasien penderita stroke atau
pasien yang mempunyai kelemahan / masalah pada bagian
punggung. Karena ada bagian-bagian tertentu yang bisa
diatur, maka untuk pasien yang menjalani therapy khusus
bisa memilih kursi roda reclining ini.
d) Wheelchair elektrik
Kursi roda elektrik adalah yang digerakkan dengan tenaga
battery atau listrik. Model ini biasa disebut juga motorized
wheel chair dan sering dilengkapi dengan remote control.
36 Universitas Indonesia
Baik yang manual maupun yang elektrik memiliki fungsi
yang sama, namun model elektrik memiliki lebih banyak
fitur.
d. Pelaksanaan Ambulasi
1) Perambulation
3. Delorme Exercise
37 Universitas Indonesia
cidera , menurut kawalek, delorme mengatakan dia tau kalau idenya itu
berlawanan dengan metode terapi konvensional, namun delorme
berfikir bahwa kurangnya kekuatan adalah faktor penting pada proses
penyembuhan cidera. Setelah itu kawalek sukarela untuk bereksperimen
dengan delorme.
Kekuatan otot adalah sebuah istilah untuk menggambarkan
kemampuan jaringan kontraktil untuk memproduksi tegangan dan
sebuah akumulasi gaya yang berdasarkan pada tempat otot itu berada.
Lebih spesifik, kekuatan otot merupakan gaya terukur yang dapat
digunakan otot atau grup otot untuk menahan beban selama satu kali
usaha maksimal. Untuk peningkatan kekuatan otot tipe otot yang
distimulasi adalah jenis tipe otot II (phasic) yaitu vastus lateralis, vastus
medialis, vastus intermedius.
38 Universitas Indonesia
1) Tentukan kontrol beban sebesar 10 RM
2) Klien melakukan :
a) 10 kali pengulangan dengan beban ½ dari 10 RM.
b) 10 kali pengulangan dengan beban ¾ dari 10 RM.
c) 10 kali pengulangan dengan beban 10 RM penuh.
Setiap sesi dari latihan tersebut diselingi oleh istirahat singkat.
39 Universitas Indonesia
3) Menfasilitasi penggunaan oksigen oleh otot karena hemoglobin
mele-paskan oksigen lebih cepat pada temperatur tinggi
4) Memfasilitasi transmisi nerve/saraf dan memetabolisme otot pada
temperatur tinggi. Pada spesific warm-up akan memfasilitasi
recruitmen motor unit yang diperlukan dalam aktifitas beri-kutnya.
5) Meningkatkan aliran darah pada seluruh jaringan yang aktif seperti
pada lokal vaskularisasi akibat dilatasi pada metabolisme pada
level yang lebih tinggi dan temperatur otot.
Warm-up secara bertahap akan meningkatkan temperatur dan kemampuan
otot tanpa menye-babkan fatigue atau mengurangi cadangan energi
40 Universitas Indonesia