Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ISPA
Jumat, 15 Mei 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian
bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi.Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.40 % -60 % dari kunjungan
diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA.Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena pneumonia dan pada
bayi berumur kurang dari 2 bulan .
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan tujuan
berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan anak balita
yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian tersebut masih
tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah disebutkan di atas
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan
bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru,
beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru. Sebagian
besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak
memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila
infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya. Tetapi ISPA yang
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang
dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada
anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu
besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau
berlebihannya pemakaian antibiotic
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Melakukan Asuhan keperawatan keluarga Tn. L pada An. T dengan ISPA di desa Biontong
dusun IV
C. Manfaat
1. Mahasiswa
a. Untuk melatih dan membiasakan mahasiswa dalam menyelsaikan masalah keperawatan
b. Untuk meningkatkan ktrampilan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah kesehatan
keluarga melalui asuhan keperawatan keluarga.
2. Keluarga
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menyelesaikan ksehatan sendiri. Sehingga tercipta
peningkatan status dan derajat kesehatan keluarga yang optimal.
BAB II
PEMBAHASAN
1. METODE
A. Lokasi
Praktek kerja lapangan bagi mahasiswa semester VIII Prodi Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Manado bertempat di desa Biontong Induk. Dalam penyusunan Asuhan
Keperawatan keluarga ini mengambil studi kasus dengan mengambil sasaran keluarga Tn. L
yang beralamatkan dsa Biontong Induk Dusun IV Kec. Bolangitang Timur, Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara.
2. TINJAUAN MEDIS
A. Definisi ISPA .
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru Sebagian besar
dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan
pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru
ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,
tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita.
Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus
mendapat antibiotik (Rasmaliah, 2004)
B. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan
pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada bagian bawah
atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit
atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada
bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang
tldak menangis atau meronta).
Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah 50
kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah
dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).
C. Etiologi ISPA
Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya
antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan
Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus,
Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.
D. Gejala ISPA
Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya
sistem kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium
awal, gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin
terus menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan
mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan
berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis, infeksi
telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang paru).
E. Cara Penularan Penyakit ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit
masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk
golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang
terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar
penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang
penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung
unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab
F. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA
a. Agent
Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut atau
kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis
simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan
penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus,
Coxsackie, dan Echo.
b. Manusia
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih tua.
Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan lumen
saluran nafasnya masih sempit.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.
3. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama kematian
terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal karena
penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan. Rendahnya
daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat berkembangnya bibit
penyakit dalam tubuh.
4. Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500 gram.
Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi dari pada
bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Pneumonia adalah
penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
5. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan faktor
antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu pertama (4-6
hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat kekebalan
(Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat penting
untuk melindungi bayi dari infeksi.
6. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit menular
tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi didasarkan
pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam pemeliharaan
kesehatan anak.
c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain cross
sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA pada
balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan mempunyai
exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan
menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
2. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C. Hal ini
berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah tersebut tidak
memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi faktor risiko
terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar aliran
udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
4. Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses kejadian
pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat
dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil penelitian
Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya ISPA sebesar
9 kali.
5. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru
sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
6. Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan kualitas
udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak memenuhi standar
nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan penyakit paru dan
penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
7. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok terdiri
dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon Monoksida (CO),
Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian Pradono
dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada semua umur di Indonesia
adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.
8. Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu yang membawa
anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji statistik didapatkan
bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat ke pelayanan
kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.
G. Penatalaksanaan
Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis, misalnya
ekspektoransia untuk mengatasi bauk, sedatif untuk menenangkan pasien, dan anti peiretik untuk
menurunkan demam. Obstruksi hidung pada bayi sangat sukar diobati. Penghisapan lendir
hidung tidak efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk
pengeluaran sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada anak besar dapat
diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %, bila ada infeksi sekunder hendaknya diberikan
antibiotik. Batuk yang produktif ( pada bronkoinfeksi dan trakeitis ) tidak boleh diberikan
antitusif, misalnya : kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah,
penumpukan sekret hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut,
terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran ( Ngastiyah, 1995 ; 13
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
PADA Tn. L DENGAN ANGGOTA KELUARGA An. T MENDERITA ISPA
DI DESA BIONTONG DUSUN IV KABUPATEN BOLANG MANGONDOW UTARA
PENGKAJIAN DILAKUKAN
Nama : Sanjay Syawie
Hari : Minggu
Tanggal : 22 Februari 2015
Waktu : 16.00 WITA
Metode : Wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
B. Komposisi Keluarga
Hubungan dg Status Status
No Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan
KK imunisasi Kesehatan
1. A 32 Th P Istri SMA IRT Sehat
2. S 15 Th L Anak SMP Pelajar Sehat
3. N 10 Th P Anak SD Pelajar Sehat
C. Genogram
Keterangan
= Laki – laki
= Perempuan
= Menikah
= Anak Kandung
D. Tipe Keluarga
Keluarga Tn.S merupakan keluarga dengan tipe keluarga Extended Family dimana terdiri dari
keluarga inti bapak, ibu dan anak.
E. Struktur peran
o Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai Petani.
o Ny. A berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus keluarga beserta anak-anaknya.
o An. S berperan sebagai anak dari pasangan Tn. S dan Ny. A yang merupakan anak pertama
berperan sebagai anak sekolah.
o An N merupakan anak kedua dari pasangan Tn. S dan Ny. A berperan sebagai anak pra sekolah.
F. Suku Bangsa
Keluarga Tn. S termasuk dalam suku Mangondow dan kewarganegaraan Indonesia.
G. Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama
Islam.
H. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahapan perkembangan dengan anak sekolah
dimana anak I dan II Tn S berumur 15 dan 10 thn,sekolah SMP dan SD. Tn. S bekerja sebagai
petani yang berangkat pagi dan pulang sore hari.
2. Tahap perkembangan keluarga yang belum dipenuhi keluarga Tn. S adalah memenuhi
kebutuhan dasar keluarga yang meningkat, termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota
keluarga (makan seadanya, pakaian cukup, alat sekolah, tidak ada fasilitas kamar mandi dan
WC, bila anak sakit terkadang hanya dibelikan obat di Warung ,bila tidak sembuh baru
diperiksakan ke Puskesmas).
3. Riwayat kesehatan keluarga inti
o Ny. A menyatakan An. N mengidap batuk, pilek sudah 5 hari yang lalu dan sudah minum obat
beli di Warung.
o Ny. A mengatakan bila anak sakit, anak hanya dibelikan obat warung apabila tidak sembuh
kemudian baru diperiksakan ke Puskesmas terdekat.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Dalam keluarga Tn. S ditemukan adanya penyakit menular TBC yang pernah diidap oleh kakak
dari Ny.Y
B. Kebutuhan Eliminasi
o Pola BAB : 2 kali sehari
o Pola BAK : 5 – 6 kali per hari
C. Istirahat Tidur
o Waktu Tidur : Siang 1 jam dan malam 4 – 5 jam
o Waktu Bangun : bangun umumnya/seringnya jam 04.30 WITA
D. Kebersihan Diri
o Mandi : 2 kali sehari
o Gosok gigi : 2 kali sehari
o Potong kuku : 1 minggu 1 kali
E. Rekreasi/waktu senggang
Keluarga mempunyai kegiatan (aktifitas) rekreasi (melihat TV untuk hiburan keluarga).
V. FAKTOR LINGKUNGAN
A. Karakteristik rumah
1. Karakteristik Rumah
o Rumah bentuk semi permanen dengan atap seng, lantai sudah diplester, tetapi dapur masih
berlantai tanah.
o Ukuran rumah 4 x 5 m2 menghadap ke barat.
o Tiap kamar mempunyai jendela, namun sebagian tidak dibuka sehingga siang hari tampak gelap
ruangan yang lain tidak ada ventilasi (jendela).
o Penerangan sudah menggunakan listrik tetapi kurang terang.
o Barang yang tak terpakai,sepeda dll disimpan di gudang.
2. Persediaan air bersih
Persediaan air bersih untuk minum dan memasak diambil dari sumur gali. Air untuk minum
dimasak terlebih dahulu, mandi, mencuci selalu di sumur tetapi bila BAB disungai dengan jarak
12 meter dari rumah.
3. Pembuangan sampah
Sampah yang terkumpul dibakar
4. Pembuanganair limbah
Keluarga Tn.S membuang di belakang rumah, air limbah yang dihasilkannya dan dibiarkan
meresap ke dalam tanah.
5. Lingkungan rumah
Lingkungan rumah cukup luas dengan perabotan yang cukup jendela dan meja kursi tampak
banyak debu. Halaman rumah dan ruangan selalu disapu. Banyak pakaian yang bergantungan di
kamar dan ruang makan (di tembok). Jendela kamar jarang dibuka, sehingga siang hari tampak
gelap. Tn. L mengatakan mereka nyaman dengan kondisi rumah yang sekarang. Kebiasaan Ny A
memasak dengan kayu bakar di dalam rumah dan asap pembakaran keluar lewat pintu.
6. Jamban keluarga
Keluarga Tn. S tidak memiliki jamban, sehingga bila BAB selalu di sungai (kali) yang tidak jauh
dari rumah sekitar 12 meter dari rumah.
B. Denah Rumah
5m
Dapur dan gudang R. Tamu dan R.Keluarga
Sumur R.makan
2m
12m
4m kamar tidur kamar tidur kamar tidur
gudang
Sungai
B. Konsep Diri
o Body Image : Tn. S melihat dirinya sebagai kepala keluarga bagi Ny.A,
An. S, dan An N. Persepsi dan perasaan Tn. S terhadap
bentuk tubuh, postur tubuh, fungsi dan penampilan diri, Tn L
merasa lebih dari cukup terhadap gambaran dirinya.
o Personal Identity : Tn. S seorang kepala keluarga dengan 2 orang anak dan
mempunyai istri Ny.A
o Peran : Tn. S berperan sebagai kepala rumah tangga dari Ny. A dan
anaknya serta sebagai penanggungjawab dalam mencari
nafkah keluarga
Ny.A sebagai ibu rumah tangga dan istri dari Tn. S yang
selalu menyiapkan dan memenuhi kebutuhan keluarga, juga
sebagai pengelola keuangan keluarga.
An. S sebagai anak sulung dan sedang memasuki tahap
sekolah,sedangkan anak N memasuki tahap pra sekolah.
o Ideal Diri : Tn. S mengharapkan dan selalu berdoa kepada Allah SWT
agar diberikan ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi
ujian/masalah dan dikabulkan cita-citanya untuk dapat
menyekolahkan anaknya setinggi-tingginya.
o Harga Diri : Tn. S menerima setiap ujian/masalah yang dihadapi
keluarganya dengan ikhlas.
C. Pola Komunikasi
Keluarga selalu menggunakan bahasa Mangondow dalam melaksanakan komunikasi dan setiap
ada masalah selalu dibicarakan satu sama lain.
Pemeriksaan tanda2
vital
o Tekanan Darah 120/70 mmHg 110/80 mmHg 90/60 mmHg
o HR 80 kali/menit 84 kali/menit 96 kali/menit
o Respirasi 22 kali/menit 24 kali/menit 30 kali/menit
o Suhu Badan 36,5 ºC 36,7 ºC 36,5 ºC
o BB 60 kg 45 kg 20 kg
o TB 168 cm 150 cm 97 cm
Pemeriksaan Fisik
Head to Toe
o Kepala
Kepala Simetris Simetris Simetris
Rambut Hitam, lurus Hitam, lurus Hitam, lurus
o Mata
Bentuk Simetris Simetris Simetris
Konjungtiva Tidak anemia Tidak anemia Tidak anemia
Sklera Tidak ikterus Tidak ikterus Tidak ikterus
Pupil Isokor Isokor Isokor
o Hidung
Bentuk Simetris Simetris Simetris
Perdarahan /secret Tidak Tidak mengalami Tidak mengalami
mengalami perdarahan perdarahan
perdarahan tampak mengeluarkan
ingus dari hidung
o Telinga
Bentuk Telinga Simetris Simetris Simetris
o Mulut
Keadaan Bibir Lembab Lembab Lembab
Keadaan Gusi Tidak ada Tidak ada Tidak ada perdarahan
perdarahan gusi perdarahan gusi gusi dan gigi
dan gigi dan gigi
Keadaan Lidah Tidak ada tanda Tidak ada tanda Tidak ada tanda
perdarahan perdarahan perdarahan
o Leher
Tyroid Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tyroid
o Integumen
Kebersihan Klien Klien tampak Klien tampak Klien tampak bersih
bersih bersih
Turgor Turgor kulit Turgor kulit baik Turgor kulit baik
baik
Kelembaban Baik Baik Baik
o Pemeriksaan
Thorax
Inspeksi
Bentuk Thorax Simetris Simetris Simetris
Pernafasan Irama teratur dan Irama teratur dan Irama teratur, ronchi
tidak ada suara tidak ada suara basah (+)
tambahan tambahan
o Pemeriksaan Paru
Palpasi Getaran suara Getaran suara Getaran suara
terdengar terdengar dg teratur terdengar dg teratur
dengan teratur
Perkusi Bunyi resonan Bunyi resonan Bunyi resonan
Auskultasi Suara nafas Suara nafas teratur Suara nafas teratur
teratur
o Abdomen
Inspeksi
Bentuk Abdomen Simetris Simetris Simetris
Benjolan Tidak ada Tidak ada benjolan Tidak ada benjolan
benjolan
Palpasi
Tanda nyeri tekan Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri tekan
tekan tekan
Benjolan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
o Muskuloskeletal
/Ekstremitas
Kesimetrisan Simetris Simetris Simetris
Kekuatan Otot Baik Baik Baik
Data Obyektif:
o An. N batuk dan pilek
o Badan tak panas, suhu badan 36,5 ºC
o Tampak mengeluarkan ingus dari hidung
o Pada pemeriksaan auskultasi paru An.T
terdengar ronchi basah (+)
o RR 28 kali/menit
o Nadi 96 kali/menit
o BB 20 kg
o TB 97 cm
X. DIAGNOSA KEPERAWATAN
5. Total Skore 4
2. Diagnosa II
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi
lingkungan yang mendukung kesehatan
2. Diagnosa Keperawatan II
Tujuan Jangka Tujuan Jangka EVALUASI Intervensi
Panjang Pendek Kriteria Standar
o Gali pengetahuan
Resiko/komplikasi Setelah penyuluhan Respon Tanda-tanda TBC tentang TBC
dari TBC tidak 1 x 15 menit : verbal o Batuk disertai darah. o Beri motivasi
terjadi. 1. Keluarga mengenal o Batuk berdahak lebih keluarga untuk
tanda-tanda TBC dari 3 minggu mengemukakan
o Sesak nafas pendapatnya
o Berkeringat pada tentang TBC
malam hari o Diskusikan
o BB turun bersama
o Nafsu makan menurun keluarga
Segera bawa ke
pelayanan kesehatan
:
o Puskesmas
o Rumah sakit
memburuk. didiskuasikan.
o Beri pujian atas
jawaban yang
diberikan.
5. Setelah 1 x 15 Respon Lingkungan yang o Diskusikan
menit pertemuan verbal mendukung tentang hal yang
dapat memodifikasi kesembuhan : mendukung
lingkungan. o Sarana sanitasi yang perawatan dan
memadai penyembuhan.
o Udara lingkungan o Beri kesempatan
rumah yang bersih untuk bertanya
dari asap. tentang hal-hal
o Pengobatan dan yang belum
perawatan yang baik. diketahui.
o Ventilasi memadai o Tanyakan kembali
dengan membuka hal-hal yang
jendela tiap hari. telah
disampaikan.
2 Saran
Dari Asuhan Keperawatan Keluarga yang di terapkan pada Keluarga Tn. S di Desa
Biontong Induk Dusun IV diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang
Bahaya penyakit ISPA, cara mencegah, dan pengobatan dalam keluarga serta meningkatkan
kemampuan keluarga dalam menyelesaikan ksehatan sendiri.
Untuk Mahasiswa Dapat dijadikan referensi dan bahan bacaan dalam menerapkan Asuhan
Keperawatan Keluarga dan dapat menjadi pengetahuan/pelajaran bagi adik-adik tingkat.
Diposting oleh sanjay syawie di 12.49 1 komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Postingan Lebih Baru Beranda
Langganan: Postingan (Atom)
Mengenai Saya
sanjay syawie
Lihat profil lengkapku
Arsip Blog
▼ 2015 (2)
o ► November (1)
o ▼ Mei (1)
BAB IPENDAHULUAN <!--[if !supportLists]-->A. <!...
Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.