Vous êtes sur la page 1sur 8

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI PENDEKATAN BARU

UNTUK MENGHITUNG ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB)


DALAM PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA
DAERAH (APBD)

Sri Fadilah
Fakultas Ekonomi Universitas Islam Bandung

Abstrak
Sistem ini mencakup semua bidang kegiatan akuntansi keuangan terkait dengan
anggaran. Oleh karena itu, semua transaksi dalam pemerintah daerah harus
menjadi sistem pembukuan yang memadai sebagai pendukung akuntabilitas
keuangan daerah, sampai laporan keuangan yang dipublikasikan. Analisis
standar pengeluaran / biaya yang berasal dari arah kebijakan publik dan
anggaran pemerintah kemudian dikembangkan dalam strategi dan program
pengembangan prioritas dan kegiatan yang telah mendefinisikan pemerintah
daerah. Selanjutnya, Pengeluaran Analisis Standar (ASB) adalah standar atau
pedoman yang digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya
dari setiap program atau kegiatan yang dilakukan dalam satu tahun anggaran.
Penilaian anggaran ASB mencakup dua hal: keadilan, kewajaran beban kerja
dan biaya. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai
kewajaran analisis pengeluaran standar adalah Activity Based Costing (ABC).
Activity Based Costing (ABC) adalah harga barang atau biaya anggaran
berdasarkan aktivitas. Ini berarti bahwa biaya aktivitas pemicu (driver biaya)
dalam pendekatan untuk Activity Based Costing (ABC's). Pendekatan Activity
Based Costing (ABC) adalah teknik untuk mengukur biaya secara kuantitatif
dan kinerja suatu kegiatan (biaya dan kinerja kegiatan) dan alokasi sumber daya
dan biaya, baik oleh operasi dan oleh personil administratif. Diharapkan dengan
menggunakan Activity Based Costing (ABC) dalam menentukan analisis
standar pengeluaran akan disiapkan anggaran pendapatan dan pengeluaran
pemerintah (anggaran) secara efisien dan efektif.
Kata kunci: Analisis Pengeluaran Standar (ASB), Activity Based Costing
(ABC) dan Anggaran Belanja Lokal (Anggaran)

KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan makalah ini, maka kesimpulan yang dapat
diambil,terdiri dari:
a. Sistem akuntansi keuangan daerah mencakup semua kegiatan yang berkaitan
dengan APBD. Oleh karena itu, semua transaksi dalam pemerintah daerah harus
dilakukan pembukuan yang memadai sebagai pendukung sistem
pertangungjawaban keuangan daerah, hingga diterbitkan laporan keuangan.
Selanjutnya informasi yang dihasilkan dari sistem manajemen keuangan daerah
akan digunakan oleh pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan dan
penganggaran. Komponen APBD terdiri dari pendapatan yaitu sejumlah nilai
yang diterima oleh pemerintah daerah sebagai penerimaan pemerintahan daerah
dan pembiayaan yaitu sejumlah nilai yang digunakan pemerintah daerah untk
membiayai kegiatan/program yang telah ditetapkan berkaitan dengan
pembangunan daerah..
b. Standar analisis belanja/biaya berawal dari arah dan kebijakan umum
anggaran pemerintah daerah kemudian dikembangkan dalam strategi dan
prioritas program dan kegiatan pembangunan yang telah ditetapkan pemerintah
daerah. 83 Selanjutnya Analisis Standar Belanja (ASB) adalah standar atau
pedoman yang digunakan untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau biaya
setiap program atau kegiatan yang dilaksanakan dalam satu tahun anggaran.
Penilaian anggaran dalam Analisis Standar Belanja mencakup dua hal yaitu
kewajaran beban kerja dan kewajaran biaya. Salah satu pendekatan yang bisa
digunakan untuk menilai kewajaran dari standar analisis belanja adalah Activity
Based Costing (ABC).

c. Activity Based Costing (ABC) merupakan penetapan harga pokok atau biaya
anggaran yang didasarkan aktivitas. Artinya aktivitas menjadi pemicu biaya
(cost driver) dalam pendekatan Activity Based Costing (ABC). Pendekatan
Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu teknik untuk mengukur secara
kuantitatif biaya dan kinerja suatu kegiatan (the cost and performance of
activities) serta alokasi penggunaan sumber daya dan biaya, baik by operasional
maupun by administratif. Terdapat beberapa catatan penting berkaitan dengan
penentuan standar biaya berdasarkan Activity Base Costing (ABC) supaya tidak
berbenturan dengan peraturan/ketentuan yang ada. Perlu disadari bahwa setiap
aktivitas/kegiatan dalam konteks pemerintah daerah harus bersumber pada
produk hukum yang berlaku. Diharapkan dengan menggunakan Activity Based
Costing (ABC) dalam penentuan analisis standar belanja akan dapat disusun
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) yang efisien dan efektif.
PERANAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM
PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI KAIN YANG
SEBENARNYA UNTUK PENETAPAN HARGA JUAL
Studi kasus pada PT Panca Mitra Sandang Indah
Riki Martusa dan AgnesFransisca Adie

Abstrak
Penelitian ini membahas hubungan antar aktivitas-sistem berdasarkan biaya
sebagai dependen variabel dalam perhitungan biaya aktual kain dan pengaturan
harga jual sebagai variabel independen. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian deskriptif analitis, yaitu penelitian yang dilakukan
dengan mengumpulkan data mengenai biaya-biaya yang terjadi di PT Panca
Mitra Pakaian Indah, menyajikannya sehingga memberi gambaran true state PT
Panca Mitra Indah Pakaian, apakah PT Panca Mitra Indah Clothing dengan
benar mengklasifikasikan pengeluaran. Juga membawa biaya menganalisis data
yang menghasilkan perhitungan harga biaya dan harga jual dari kain kain yang
lebih sesuaie. Kemudian, dari menganalisis kesimpulan yang ditarik dan saran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Panca Mitra Indah Clothing tidak
mengklasifikasikan biaya yang dikeluarkan oleh pihak kanan. Selain itu, PT
Panca Mitra Indah Clothing tidak menghitung biaya produk codengan tepat
karena mereka tidak membebankan biaya yang ada untuk setiap produk.
Miscalculated biaya produk ini mengakibatkan PT Panca Mitra Indah Clothing
Memiliki basis salah dalam harga jual. PT Panca Mitra Indah Clothing
menetapkan harga jual dengan menetapkan mtabut- hanya cukup untuk
menutupi biaya produksi. Penentuan harga jual dalam hal ini mengarah ke PT
Panca Mitra Indah Clothing menetapkan harga jual terlalu tinggi pada sebagian
besar produk, dan terlalu rendah untuk sebagian kecil produk meskipun biaya
produksi masih tertutup. Itu Hasil diskusi menunjukkan ada perbedaan yang
signifikan antara perhitungan harga biaya dan harga jual produk yang dibuat
oleh perusahaan dengan perhitungan biaya produk menggunakan aktivitas-
sistem biaya berdasarkan dan untuk menandai harga yang sesuai. Perhitungan
menggunakan aktivitas-sistem biaya berdasarkan dapat menghasilkan biaya
produksi yang lebih tepat bahwa itu dapat menjadi dasar yang baik
untuk menentukan harga jual produk. Untuk mengatur harga jual yang tepate,
mark up hak untuk mempertimbangkan situasi kompetitif dan daya beli
pembeli.
Kata kunci:
Aktivitas-Sistem Costing berbasis, Biaya barang yang diproduksi, dan harga.

Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT Panca Mitra Sandang Indah dan hasil
pembahasan yang sudah diuraikan pada bab sebelumnya, didapat kesimpulan
sebagai berikut:
1.PT Panca Mitra Sandang Indah hanya mengelompokkan biaya menjadi dua,
yaitu biaya bahan baku dan biaya non-bahan baku. Pengelompokkan biaya
dengan cara seperti ini kurang tepat karena perusahaan tidak membedakan
antara biaya langsung dan biaya tidak langsung, padahal kedua jenis biaya
tersebut membutuhkan perlakuan yang berbeda. Pengelompokkan biaya yang
salah dapat mengakibatkan perusahaan salah dalam menetapkan harga pokok
produknya.
2.PT Panca Mitra Sandang Indah menjalankan sistem pembebanan biaya yang
masih sangat sederhana, yaitu hanya membebankan seluruh biaya bahan baku
yang digunakan,biaya tenaga kerja, listrik, dan telepon untuk menetapkan harga
pokok tiap produknya. Biaya non-bahan baku yang dicatat oleh perusahaan
hanya digunakan untuk menghitung keseluruhan laba akhir perusahaan. PT
Panca Mitra Sandang Indah menetapkan harga jual produk dengan cara
menambahkan harga pokok produk yaitu biaya material perproduk dengan mark
up yang sesuai dengan kebijakan perusahaan untuk menutup biaya non-material
yang tidak ditelusuri pada tiap produk. Penetapan harga jual dengan cara seperti
itu kurang tepat karena ternyata sebagian besar produk ditetapkan harga jual
terlalu tinggi, yaitu untuk kain TC. Kain TR dan Katun ditetapkan harga jual
yang terlalu rendah, namun harga jual tersebut masih menutup harga pokok
kainnya.
3. Pembebanan biaya tidak langsung dengan menggunakanactivity-based
costing systemdapat menghasilkan perhitungan harga pokok produk dan harga
jual yang berbeda dibandingkan perhitungan perusahaan. Perhitungan harga
pokok produk menggunakan activity-based costing system dapat
memperlakukan biaya tidak langsung dengan tepat,sehingga menghasilkan
perhitungan harga pokok produk yang tepat pula. Dengan perhitungan harga
pokok produk yang tepat dan penetapan mark up yang tepat,perusahaan dapat
menetapkan harga jual produk dengan tepat.
Analisis Pengaruh Faktor-Faktor Ekuitas Merek Sepeda Motor Merek
Honda terhadap Keputusan Pembelian

Abstract
Pemasaran telah mempengaruhi seluruh kegiatan harian individu maupun
organisasi. Pemasaran dengan sistem dan aktivitasnya mampu mengakrabkan
konsumen dengan produk dan nama-nama merek perusahaan yang ditawarkan.
Saat ini dalam aspek pemasaran tidak hanya mengarah pada fungsi produk saja,
namun akan lebih fokus pada persaingan merek. Produk atau jasa yang sukses
selalu memiliki merek yang kuat atau dominan di pasar. Perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh ekuitas merek yang terdiri
dari : kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek
terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda di lingkungan
Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan
menganalisis pengaruh ekuitas merek yang terdiri dari : kesadaran merek, kesan
kualitas, asosiasi merek, dan loyalitas merek terhadap keputusan pembelian
sepeda motor merek Honda di lingkungan Universitas Sumatera Utara; (2)
untuk mengetahui ekuitas merek mana yang paling dominan mempengaruhi
keputusan pembelian sepeda motor merek Honda tersebut. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori Manajemen Pemasaran, khususnya
yang berhubungan dengan Ekuitas Merek dan Keputusan Pembelian. Selain itu
juga digunakan teori-teori lainnya yang berhubungan langsung dengan
penelitian ini Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif
dimana variabel diukur dengan skala Likert. Metode pengumpulan data
dilakukan dengan wawancara (interview) dan dengan daftar pertanyaan
(questionairre). Pendekatan penelitian adalah studi kasus yang didukung dengan
survey. Pengolahan data menggunakan perangkat lunak SPSS versi 12,0 dengan
analisa deskriptif dan pengujian hipotesis dengan analisis regresi berganda.
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa USU yang terdaftar dan aktif
mengikuti perkuliahan dan juga seluruh staf administrasi maupun dosen USU
yaitu sebanyak 34.862 orang. Penentuan jumlah sampel yaitu 100 orang
menggunakan rumus Slovin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) secara
serempak kesadaran merek, kesan kualitas, asosiasi merek dan loyalitas merek
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek
Honda di lingkungan Universitas Sumatera Utara; (2) secara parsial kesan yang
dirasakan, asosiasi merek dan loyalitas merek mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda di
lingkungan Universitas Sumatera Utara. Loyalitas merek mempunyai pengaruh
yang paling dominan terhadap keputusan pembelian sepeda motor merek Honda
di lingkungan Universitas Sumatera Utara.

kata kunci: ekuitas merek, merek loyaty, dan keputusan pembelian

Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa dengan
mempertimbangkan pengelolaan ekuitas merek yang baik dan berkelanjutan
akan dapat mengikat konsumen lama dan mendatangkan konsumen baru maka
sebaiknya produsen sepeda motor merek Honda dapat menjadikan kegiatan
strategi merek ini sebagai pertimbangan dalam upaya pemasaran yang lebih
baik.
IMBALAN DAN GAYA KEPEMIMPINAN PENGARUHNYA
TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI BALAI BESAR
INDUSTRI HASIL PERTANIAN BOGOR

Ramlan Ruvendi

Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dan korelasi
antara ween: a) Hadiah yang diterima oleh karyawan IRDABI pada kepuasan
kerja mereka.b) gaya pemimpin-kirim pada kepuasan kerja. c) Hadiahi bersama
gaya kepemimpinan pada kepuasan kerja IR Karyawan DABI.Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada korelasi dan pengaruh yang signifikan antara pahala
pada kepuasan kerja dengan ditunjukkan oleh tdia nilai koefisien korelasi
parsial 0,6185 dan koefisienre ganda gression untuk variabel hadiah (β1) dari
0,412. Pengaruh variabel untuk gayakepemimpinan pada kepuasan kerja juga
signifikan cant dengan koefisien korelasi parsial 0,5495dan koefisien regresi
berganda (β2) 0,355. Dalam uji Analisis Varians (ANOVA) pada tia persamaan
regresi berganda menunjukkan bahwa F-nilai lebih besar dari F-tabel (F=58,97>
F-tabel = 3.098) atau Nilai Probabilitas lebih kecil dari 0,05. Dimenunjukkan
bahwa ada hubungan yang signifikan hubungan dan pengaruh antara variabel
hadiah bersama-sama dengan gaya kepemimpinan pada kepuasan kerja
karyawan. Nilai koefisien korelasi berganda (R)adalah 0,751 dan R Square
(R)2) adalah 0,564. Nilai R Square (0,564) berarti bahwa 56,5% variasi pro-
porsi total kepuasan kerja dapat dihilangkan
persamaan regresi berganda digunakan sebagai estimator daripada
menggunakan nilai rata-rata kepuasan kerja sebagai estimator.

Kesimpulan
Dari pembahasan hasil penelitian seba-gaimana yang diuraikan di atas maka
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan dan pengaruh signifikan antara variabel imbalan dengan
kepuasan kerja pegawai BBIHP yang di-perlihatkan oleh koefisien korelasi
partial sebesar 0,619. Koefisien regresi (ß1) X1sebesar 0,412.
2. Terdapat hubungan dan pengaruh signifikan antara variabel gaya
kepemimpinan dengan kepuasan kerja pegawai BBIHP yang diperlihatkan oleh
koefisien korelasi partial sebesar 0,549.Koefisien regresi (ß2) X2sebesar 0,355.
3. Terdapat hubungan dan pengaruh signifi-kan antara variabel imbalan dan
gaya kepemimpinan terhadap kepuasan kerja pegawai BBIHP Bogor yang
diperlihatkan oleh koefisien korelasi berganda sebesar 0,751. Sedangkan R
Square sebesar 0,564 yang berarti 56,4% dari total variasi kepuasan kerja (Y)
disebabkan oleh hubungan regresi berganda antara Y dengan variabel imbalan
(X1) dan gaya ke-pemimpinan (X2.). Sisanya sebesar 43,6% disebabkan oleh
faktor-faktor lain di luar model seperti faktor lingkungan pekerjaan, hubungan
dengan teman sekerja, jenis pekerjaan, kondisi kerja, pengawasan, promosi
jabatan, dan lain-lain.

Vous aimerez peut-être aussi