Vous êtes sur la page 1sur 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seorang pemimpin diibaratkan seperti nahkoda kapal yang harus siap-
siaga dalam setiap pelayaran guna bertanggung jawab atas kesejahteraan dan
keselamatan seisi kapal. Mulai dari lingkup kecil, sosok ayah sebagai tulang
puggung rumah tangga adalah pemimpin bagi setiap anggota keluarganya.
Sementara di lingkup yang lebih besar (masyarakat), sosok lurah, bupati, gubernur
dan juga presiden atau pemimpin negara merupakan figur-figur yang harus
bertanggung jawab atas kesejahteraan para rakyatnya.
Menjadi sosok pemimpin yang dicintai anggotanya adalah mimpi dan
harapan besar dari setiap pemimpin. Hal ini dapat dimengerti karena salah satu
parameter sederahana yang dapat digunakan untuk mengukur seorang pemimpin
itu sukses atau tidak adalah dengan melihat respon serta kecintaan masyarakat
kepadanya. Bila respon masyarakat kepadanya baik, maka bisa dipastikan
pemimpin itu telah sukses dalam mengayomi para anggotanya. Namun
sebaliknya, bila respon masyarakat kepadanya buruk, maka besar kemungkinan
bahwa ia telah gagal dalam melaksanakan amanah sebagai pemimpin rakyat.
Islam sebagai ‘pemimpin’ dan penyempurna bagi agama-agama
sebelumnya, dalam sejarahnya telah mampu melahirkan sosok-sosok pemimpin
yang dicintai rakyat. Contoh paling masyhur dan nyata adalah Nabi Muhammad
saw, yang selain menjadi Rasul (utusan) juga menjadi pemimpin negara kala itu.
Islam, melalui ‘tangan emas’ Rasulullah mampu mensejahterakan, bahkan
mengayomi semua lapisan masyarakat, tanpa memandang ras, suku bahkan
agama. Rasulullah tidak hanya dicintai kaum muslimin, tapi lebih dari itu orang-
orang non-muslim juga merasa mendapatkan perlindungan serta pengayoman di
bawah payung kepemimpinannya. Sosok pemimpin seperti inilah yang senantiasa
dirindukan kehadirannya oleh umat. Sosok pemimpin yang bertanggung jawab,
adil, jujur, tidak otoriter, berpihak kepada yang lemah dan merakyat. Meskipun
sekarang Rasulullah telah tiada, namun paling tidak spirit kepemimpinan beliau
dapat terus terwariskan ke dalam setiap diri pemimpin yang benar-benar berusaha

1
meneladaninya. Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana
kepemimpinan dalam Islam

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penulisan makalah ini adalah, yaitu:
1. Bagaimana konsep kepemimpinan dalam Islam?
2. Apa yang menjadi dasar-dasar kepemimpinan dalam Islam?
3. Bagaimana karakteristik pemimpin ideal dalam perspektif Islam?
4. Apa saja syarat-syarat pemimpin dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep kepemimpinan dalam Islam?
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi dasar-dasar kepemimpinan dalam
Islam?
3. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik pemimpin ideal dalam
perspektif Islam?
4. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat pemimpin dalam Islam?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Kepemimpinan Dalam Islam


Pemimpin dalam bahasa Arab dikenal juga dengan banyak istilah,
diantaranya istilah “Khalifah” atau juga “Imam”. Khalifah diambil dari
kata khalafa yang berarti penggganti, kata khalafa ini mengalami perubahan dari
bentuk fiil menjadi bentuk masdar, yaitu menjadi khalifah yang memiliki arti man
yahklufu ghairuhu yang diartikan dengan “seseorang yang menggantikan yang
lainnya atau umat pengganti”, dari kata khalifah inilah lahir istilah khilafah yang
diartikan dengan al-niyabah ‘anil ghair (pengganti) dan al-imamatul ‘uzhma’
(Kekhalifahan)
Sedangkan kata imam seakar dengan kata al-umm yang berarti akar, asal
atau sumber. Imam itu sendiri memiliki banyak makna, diantaranya qayyimul
amri (pemimpin), man yuqtada bih (orang yang diikuti), qoidul jaisy (komandan
pasukan), al-dalil (petunjuk), al-khalifah, dan juga diartikan dengan Nabi
Muhammad saw. Kata imam melahirkan istilah imamah, yaitu hal atau keadaan
menjadi imam.
Kata “pimpin” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
sama dengan memimpin yang memiliki beberapa arti, yaitu (1) mengetuai atau
mengepalai, (2) memenangi paling banyak, (3) memegang tangan seseorang
sambil berjalan, (4) memandu, dan (5) melatih. Sedangkan kata pemimpin adalah
orang yang memimpin. Kepemimpinan sendiri diartikan dengan perihal
memimpin atau gaya atau cara memimpin.
Mohammad Ali Aziz menyimpulkan bahwa dari kata “pimpin’ itu lahir
beberapa istilah, antara lain; pemimpin (orang yang memimpin), kepemimpinan
(gaya atau sifat pemimpin), pimpinan (kelompok pemimpin), terpimpin (orang
yang dipimpin atau pengikut), dan keterpimpinan (sifat orang yang dipimpin).
Berdasarkan beberapa pengertian tentang pemimpin dan kepemimpinan di
atas dapat diambil intisarinya bahwa, pemimpin adalah orang yang menggantikan
masyarakat dalam mengurusi kebutuhan mereka, dan juga sekaligus menjadi

3
contoh dalam perilaku hidupnya. Sedangkan kepemimpinan adalah keadaan atau
sifat dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin.

B. Dasar-Dasar Kepemimpinan Dalam Islam


1. Q.S. Al-Baqoroh : 30
  
 
  
  
   
 
 
 
    
    
Artinya :
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat:
"Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi."
mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi
itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan
darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui."

2. Q.S. Al-Baqoroh : 124


  
 
   
  
   
    
  
Artinya :
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa
kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah
berfirman: "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh
manusia". Ibrahim berkata: "(Dan saya mohon juga) dari keturunanku".
Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim".

3. Q.S. Al-Fatir : 39

4
  
    
   
  
   
   
  


Artinya :
Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi.
Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya
sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan
menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang
yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka.

4. Q.S. Al-An’am : 165


  
  
  
 
    
  
  

Artinya :
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi
dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain)
beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya
kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat siksaan-Nya dan
Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

C. Karakteristik Pemimpin Ideal dalam Perspektif Islam


Islam adalah agama yang kaafah (sempurna), yang diturunkan Allah
melalui perantara Rosul-Nya yang amanah dengan membawa syari’at yang
mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah
Swt (Hablum minallah) maupun hubungan dengan manusia (Hablumminannas),
termasuk di antaranya yang paling prinsip adalah masalah kepemimpinan.
Masalah kepemimpinan di kalangan umat Islam mulai ramai dibicarakan sejak

5
sepeninggal Rosulullah saw. Diugkapkan oleh Abdurrahman Asy Syarqowi
(2010:92) bahwa sepeninggal Rosululah terjadi kekosongan pemimpinan. Terjadi
beberapa gesekan bagi mereka yang masih hidup seperti halnya udara yang masuk
dari ruang kosong yang saling bertabrakan. hingga akhirnya disepakati Abu Bakar
sebagai kholifah pertama.
Islam sendiri, banyak memberi gambaran tentang sosok pemimpin yang
benar-benar layak memimpin umat menuju kemaslahatan, baik dari Al-Qur’an,
Hadist, maupun keteladanan Rosul dan para sahabat. sebagai sosok pemimpin
ideal bagi umat Islam, Rosulullah saw. memiliki beberapa kriteria yang dapat
ditentukan dalam hal memilih seorang pemimpin antara lain:
1. Shidiq (Jujur)
Kejujuran adalah lawan dari dusta dan ia memiliki arti kecocokan sesuatu
sebagaimana dengan fakta. Nabi Muhammad saw. sebagai utusan terpercaya
Allah jelas tidak dapat lagi diragukan kejujurannya, kerena apa yang beliau
sampaikan adalah petunjuk (wahyu) Allah yang bertitik pada kebenaran yaitu
ridlo Allah. Sebagaimana difirmankan dalam QS. An-Najm:3-4.
   
     

Artinya:
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” (QS. An-Najm:3-4).

2. Amanah/Terpercaya
Sebelum diangkat menjadi rasul, nabi Muhammad SAW bahkan telah
diberi gelar Al-Amien yang artinya orang yang dapat dipercaya. Hal ini tentunya
karena beliau adalah pribadi yang benar- banar dapat dipercaya dikalangan
kaumnya. Sperti yang telah dijelaskan oleh Eaton (2006:175). Pada tahun 605
dewan pemerintah Quraisy memutuskan untuk merenovasi ka’bah, pada saat
pemindahan hajar aswad terjadi sengketa antara bbeberapa klan (bani), ketidak
sepakatan ini muncul karena masing-masing mereka berebut untuk memperoleh
kehormatan memindahkan hajar aswad pada tempatnya. Diputuskan bahwa orang
pertama yang masuk lapangan (segi empat ka’bah) lewat satu pintu tertentu

6
hendaknya diminta bertindak sebagai juru damai, dan orang pertama yang adalah
Muhammad. Ia mengatakan kepada penduduk untuk menghamparkan sebuah
jubah besar, menempatkan batu itu diatasnya dan memanggil wakil tiap klan
untuk bersama-sama mengangkatnya dalam posisi, kemudian ia sendiri
meletakkan batu itu ketempatnya. Allah mengisyaratkan dengan tegas untuk
mengangkat “pelayan rakyat” yang kuat & dapat dipercaya dalam surat Al-
Qoshos ayat 26.
  
    
 
 

Artinya :
“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya” (Q.S.Al-Qoshos : 26).
Amanah merupakan kualitas yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Dengan memiliki sifat amanah, pemimpin akan senantiasa menjaga kepercayaan
masyarakat yang telah dibebankan sebagai amanah mulia di atas pundaknya.
Kepercayaan maskarakat berupa penyerahan segala macam urusan kepada
pemimpin agar dikelola dengan baik dan untuk kemaslahatan bersama.

3. Tablig (Komunikatif)
Kemampuan berkomunikasi merupakan potensi dan kualitas prinsip yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Karena dalam kinerjanya mengemban
amanat memaslahatkan umat, seorang pemimpin akan berhadapan dengan
kecenderungan masayarakat yang berbeda-beda. Oleh karena itu komunikasi yang
sehat merupakan kunci terjalinnya hubungan yang baik antara pemimpin dan
rakyat. Allah berfirman :
 
  
  
  
  

7
  
  

Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan
Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan
kepada kamu, ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia
dan hatinya dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan” (QS Al-
Anfal : 24)
Salah satu ciri kekuatan komunikasi seorang pemimpin adalah
keberaniannya menyatakan kebenaran meskipun konsekuensinya berat. Dalam
istilah Arab dikenal ungkapan, “kul al-haq walau kaana murran”, katakanlah
atau sampaikanlah kebenaran meskipun pahit rasanya.

4. Fathonah (cerdas)
Seorang pemimpin sebagai visioner haruslah orang yang berilmu,
berwawasan luas, cerdas, kreatif, dan memiliki pandangan jauh ke depan. Karena
untuk mewujudkan kemaslahatan dan kemakmuran masyarakat dibutuhkan
pemikiran besar dan inovatif serta tindakan nyata. Kecerdasa (inteleligen) dalam
hal ini mencakup segala aspek kecerdasan, baik kecerdasan emosional (EQ),
spiritual (SQ) maupun intelektual (IQ).
Cerdas sendiri dapat diartikan sebagai “kemampuan individu untuk
memahami, berinovasi, memberikan bimbingan yang terarah untuk perilaku, dan
kemampuan mawas diri. Ia merupakan kemampuan individu untuk memahami
masalah, mencari solusinya, mengukur solusi atau mengkritiknya, atau
memodifikasinya” (Al-Hajjaj, 2009:20). Kecerdasan seorang pemimpin akan
sangat mempengaruhi eksistensi kepemimpinannya baik di mata manusia maupun
dimata sang pencipta. Hal ini sebagaimana janji Allah yang tertuang dalam surat
Al-Mujadalah ayat 11.
   ……
  
   
  
Artinya :

8
“......Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Q.S. Al-Mujadalah:11).

D. Syarat-Syarat Pemimpin Dalam Islam


Menurut syari’at islam seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat
sebagai berikut :
1. Beriman dan beramal shalih
Kita harus memiliki pemimpin orang yang beriman, bertaqwa, selalu
menjalankan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya. Karena hal tersebut
merupakan jalan kebenaran yang membawa kepada kehidupan yang
damai, tentram, dan bahagia di dunia dan akhirat.

2. Berilmu
Para pemimpin mesti mempunyai ilmu karena dengan ilmu, maka akan
membawa perubahan ke arah yang lebih baik dalam membangun fisik
maupun spiritual, baik pembangunan infrastruktur maupun pembangunan
manusianya itu sendiri.
3. Jujur
Seorang pemimpin yang jujur akan disukai oleh anggotanya apa yang
disampaikan kepada anggotanya tentu harus dilaksanakan.
4. Tegas
Tegas bukan berarti otoriter tetapi tegas yang dimaksud adalah
mengatakan yang benar dan yang salah katakana salah, serta melaksanakan
aliran hokum yang sesuai dengan perintah Allah Swt dan Rasul-Nya.
5. Amannah
Yaitu bertanggung jawab maksudnya melaksanakan aturan-aturan yang
ada dengan sebaik-baiknya dan bertanggung jawab dengan peraturan yang
dibuat.

9
Sementara itu, Imam al-Mawardi dalam kitab Ahkam ash-Shulthaniyah
menyebutkan syarat-syarat pemimpin diantaranya adalah:
1. Adil yaitu dengan ketentuan-ketentuannya.
2. Berilmu yang bisa mengantarkan ijtihat dalam menetapkan permasalahan
kontemporer dan hukum-hukum.
3. Sehat jasmani berupa pendengaran, penglihatan, dan lisan agar dapat
melangsungkan tugas kepemimpinannya. \
4. Normal (tidak cacat) yang menghalanginya untuk bergerak dan bereaksi.
5. Bijak yaitu bisa digunakan untuk mengurus rakyat dan mengatur
kepentingan negara.
6. Keberanian yaitu bisa digunakan untuk melindungi wilayah dan
memerangi musuh.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepemimpinan dalam Islam adalah kepemimpinan yang berdasarkan
kitabullah dan sunnah rasulullah SAW, oleh karena itu sosok pemimpin yang
disyariatkan adalah pemimpin yang beriman sehingga hukum-hukum Allah SWT
dapat ditegakkan dan diterapkan. Hukum-hukum allah harus ditegakkan agar
keadilan dan kebenaran dapat terjamah oleh orang-orang yang tertindas dan
terdzalimi baik itu dari kalangan muslim maupun non muslim karena pada
hakekatnya Islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam. Pemimpin ideal menurut
Islam erat kaitannya dengan figur Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin
agama dan juga pemimpin negara. Rasulullah merupakan suri tauladan bagi setiap
orang, termasuk para pemimpin karena dalam diri beliau hanya ada kebaikan.
Dalam kehidupan sosial dan keagamaan kepemimpinan adalah suatu yang
sangat urgen dalam mencapai cita-cita bersama. Oleh karena itu, dalam menata
kehidupan manusia yang dinamis dan interaktif sudah pasti dituntut adanya
seorang pemimpin yang bertugas melaksanakan, memandu, dan membawa
pekerjaan itu kearah tercapainya sasaran.

B. Saran
Mempelajari dan memahami konsep kepemimpinan dalam Islam, tentunya
akan memberikan suatu pemikiran dan pemahaman kepada kita akan sosok yang
ideal menjadi seorang pemimpin. Dengan pengetahuan tersebut pula dapat
memberikan pemahaman bagi kita siapa sosok yang ideal menjadi seorang
pemimpin.

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali Syari’ati, 1989. Ummah dan Imamah, Bandung : Pustaka Hidayah


Aunur Rohim Fakih, dk., 2001, Kepemimpinan Islam. Yogyakarta : UII Press
Baharuddin, 2012, Kepemimpinan Pendidikan Islam, Yogyakarta : Arruz Media
Fakih Rohim Aunur, dkk, 2001, Kepemimpinan Islam, Yogyakarta : Arruz Media
Hadawi Nawawi, 2001. Kepemimpian Menurut Islam. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Jalaluddin Rachmat. 2003. Filsafat Politik Islam Antara Al-Farabi-Khoimeni.
Bandung : Mizan.
Salim, A.M. 2002. Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Islam. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.

12

Vous aimerez peut-être aussi