Vous êtes sur la page 1sur 20

TUGAS KIMIA KLINIK

“Paper Klirens”

Disusun Oleh :

Dina Yunita Sari P1337434116048


Wini Dwi Yuniarti P1337434116049
Ramadhan Rizki Al-Ghani P1337434116061
Yunani Sri Angesti P1337434116087

TINGKAT II REGULER B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

TAHUN AKADEMIK 2016/2017

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga paper mengenai “Klirens” ini dapat terselesaikan dengan baik meskipun
masih sederhana.

Ucapan terimakasih kami berikan kepada rekan-rekan kelas Reguler B yang telah
membantu dan berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, tak lupa ucapan terimakasih juga
diberikan kepada Hj. Nurul Qomariyah, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah
kimia klinik.

Harapan dibuatnya paper ini yaitu untuk menambah pengetahuan tentang pemeriksaan
klirens. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa paper ini masih jauh dari sempurna, karena
keterbatasan dan kekurangan ilmu pengetahuan penulis. Maka dengan senang hati penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Semarang, 22 Februari 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2

DAFTAR ISI.................................................................................................... 3

ISI……………………………………………………………………………...4

A. Anatomi Fisiologi Ginjal ............................................................................ 4

B. Fungsi Ginjal .............................................................................................. 5

C. Sekresi Urin dan Mekanisme Fungsi Ginjal…………………………...….5

D. Pengertian Klirens………………………………………………………....6

E. Mekanisme klirens………………………………………………………...6

F. Kadar Ureum………………………………………………………….…...7

G. Kadar Kreatinin………………………………………………..…………..8

H. Kadar Kreatinin………………………………………………..…………..9

I. Permasalahan Saat Pemeriksaan Klirens…………………………………..18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………19

INTISARI……………………………………………………………………...20

3
ISI

A. Anatomi Fisiologi Ginjal

Gambar 1. Anatomi Ginjal


Sumber :Buku Panduan Pelayanan Medik, 2008.

Ginjal termasuk salah satu organ tubuh manusia yang vital. Organ ini berperan
penting dalam metabolisme tubuh seperti fungsi ekskresi, keseimbangan air dan elektrolit,
serta endokrin. Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal,
di sebelah kanan dan kiri tulang belakang, dibungkus lapisan lemak yang tebal, di belakang
peritoneum. Setiap ginjal panjangnya 6 sampai 7 cm dan tebal 1.5 sampai 2.5 cm. pada
orang dewasa beranya kira-kira 140 gram. Bentuk ginjal seperti biji kacang dan sisi
dalamnya atau hilum menghadap ke tulang punggung. Sisi luarnya cembung, pembuluh-
pembuluh ginjal semuanya masuk dan keluar pada hilum. Di atas setiap ginjal menjulang
sebuah kelenjar suprarenal, ginjal kanan lebih pendek dan lebih tebal dari ginjal sebelah
kiri.

4
B. Fungsi Ginjal

Fungsi ginjal adalah pengaturan keseimbangan air, pengaturan konsentrasi garam


dalam darah dan kesimbangan asam basa darah, dan ekskresi bahan buangan dan kelebihan
garam.

C. Sekresi Urin dan Mekanisme Fungsi Ginjal

Glomeroulus adalah saringan, setiap menit kira-kira 1 liter darah yang


mengandung 500 ccm plasma mengalir melalui semua glomeruli dan sekitar 100 cmm
(10%) dari itu disaring keluar. Plasma yang berisi semua garam, glukosa dan benda halus
lainnya disaring. Sel dan protein plasma terlalu besar untuk dapat menembus pori saringan
dan tetap tinggal dam aliran darah. Cairan yang disaring yaitu filtrate glomeroulus
kemudian mengalir melalui tubula renalis dan sel-selnya menyerap semua bahan yang
diperlukan tubuh dan ditnggalkan yang tidak diperlukan. Dengan mengubah jumlah yang
diserap atau ditinggalkan dalam tubula, maka sel dapat mengatur susunan urin di satu sisi
dan susunan darah di sisi sebaliknya. Dalam keadaan normal semua glukosa, diabsorbsi
kembali, air sebagian besar diabsorbsi kembali, kebanakan produk buangan dikeluarkan.
Dalam keadaan tertentu tubula menambahkan bahan pada urin. Demikian maka sekresi
terdiri atas 3 faktor :

1. Filtrasi Glomeroulus
2. Reabsorbsi tubula
3. Sekresi tubula

Besar daya selektif tubula

Disaring Dikeluarkan
Air 150 liter 1.5 gram
Garam 700 gram 15 gram
Glukosa 170 gram 0 gram
Urea 50 gram 30 gram

5
D. Pengertian Klirens
Klirens adalah volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui
glomeroulus serta dibersihkan dari plasma dan diekskresikan ke dalam urin, karena itu
nilai klirens mewakili fungsi glomeroulus. Penanda yang digunakan untuk klirens ginjal
dapat berasal dari senyawa endogen seperti kreatinin, urea, dan cystatinC, dapat juga
yang berasal dari senyawa eksogen seperti inulis, iohexol dan beberapa senyawa aktif.
Diantara beberapa senyawa yang paling sering digunakan adalah pengukuran klirens
kreatinin. Pengukuran klirens kreatinin dapat dilakukan dengan menggunakan urin
tampung 24 jam atau dapat juga berdasarkan perhitungan menggunakan formula. Proses
klirens terjadi pada ginjal dan bekerja seiring proses ekskresi.

E. Mekanisme klirens

Mekanisme klirens mengikuti mekanisme ekskresi pada ginjal yaitu filtrasi


glomeroulus, sekresi aktif, dan reabsorbsi.

1. Filtrasi Glomeroulus

Filtrasi glomerulus merupakan suatu proses tidak langsung yang terjadi untuk
sebagian besar molekul-molekul kecil (BM <500), meliputi obat-obat yang tidak
terionisasi. Obat-obat yang terikat protein sebagai molekul-molekul besar dan tidak dapat
difiltrasi pada glomerulus. Sebagian besar gaya penggerak untuk filtrasi glomerulus adalah
tekanan hidrostatik dalam kapiler-kapiler glomerulus. Ginjal menerima pasokan darah
yang besar kira-kira 25% curah jantung melalui arteri ginjal dengan penurunan tekanan
hidrostatik yang sangat kecil.

Laju filtrasi glomerulus (GFR) diukur dengan menggunakan suatu obat yang
dieliminasikan hanya dengan filtrasi (yakni tidak direarsorpsi atau disekresi). Contoh obat-
obat tersebut adalah inulin dan kreatinin. Oleh karena itu, klierens inulin akan sama dengan
laju filtrasi glomerulus, sama dengan 125-130 ml/menit. Harga laju filtrasi glomerulus
mempunyai kolerasi cukup baik dengan permukaan tubuh. Filtrasi glomerulus obat
berhubungan langsung dengan konsentrasi obat bebas atau obat yang terikat bukan dengan

6
protein dalam plasma. Bila konsentrasi obat bebas dalam plasma naik, maka filtrasi
glomerulus obat akan naik secara proporsional.

2. Sekresi aktif

Sekresi aktif lewat ginjal merupakan suatu proses transpor aktif. Sekresi aktif
lewat ginjal merupakan sistem yang diperantarai pembawa yang memerlukan masukan
energi, karena obat diangkat melawan suatu gradien konsentrasi.sistem pembawa
kapasitasnya terbatas dan dapat dijenuhkan. Obat dengan struktur yang sama dapat
bersaing untuk sistem pembawa yang sama. Dua sistem sekresi aktif ginjal yang telah
diketahui, yaitu sistem untuk asam lemah dan basa lemah. Sebagai contoh, probenesid akan
bersaing dengan penisilin untuk suatu sistem pembawa yang sama (asam lemah). Laju
sekresi tubular aktif tergantung pada aliran plasma ginjal. Obat-obat yang umum
digunakan pada pengukuran tubular aktif meliputi asam p-aminohipurat (PAH) dan
iodopiraset (Diodras). Kedua senyawa ini difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan oleh
sel tubular. Sekresi aktif untuk obat-obat ini sangat cepat, dan praktis semua obat yang
dibawa ke ginjal dieliminasi dalam satu jalur. Oleh karena itu, klierens untuk obat-obat ini
mencerminkan aliran plasma ginjal efektif. Aliran plasma ginjal efektif (ERPF) bervariasi
dari 425 sampai 650 ml/menit.

3. Reabrorbsi

Reabsorpsi tubular terjadi setelah obat difiltrasi melalui glomerulus dan dapat
aktif atau pasif. Jika suatu obat direabsorpsi sempurna (misal glukosa), maka harga
klierens obat mendekati nol. Untuk obat-obat yang direabsorpsi sebagian, harga
klierensnya akan menjadi lebih kecil daripada GFR 125-130 ml/menit.

F. Kadar Ureum

Ureum merupakan produk metabolit dari protein. Protein makanan dipecah


menjadi asam amino yang kemudian sebagian oleh bakteria dipecah menjadi amoniak. Di
hati amoniak diubah menjadi ureum yang masuk ke sirkulasi dan kemudian diekskresikan
oleh ginjal dalam urin. Hampir 90% ureum darah diekskresikan oleh ginjal. Ureum juga
merupakan 75% dari nitrogen non-protein (non-protein nitrogen = NPN). Peningkatan

7
kadar Non Protein Nitrogen dinamakan azotemia. Jadi dapat dibedakan azotema pra
renal, renal dan pasca renal tergantung kepada jenis dan letak penyebabnya. Kadar ureum
darah dipengaruhi oleh banyak faktor di luar ginjal sehingga mempengaruhi penafsiran
hasilnya. Kadar ureum darah akan meningkat pada peningkatan asupan protein,
kurangnya aliran darah ginjal misalnya pada dehidrasi atau gagal jantung, pada
perdarahan saluran cerna bagian atas, pada peningkatan keadaan hiperkatabolisme seperti
infeksi, pasca operasi dan trauma. Obat-obatan juga dapat mempengaruhi misalnya
kortikosteroid meningkatkan katabolisme protein sedangkan androgen meningkatkan
anabolisme protein. Sebaliknya kadar ureum darah menurun pada kurangnya asupan
protein(Lamb, 2006; Thomas L, 1999). Ureum dapat diukur dari bahan pemeriksaan
plasma, serum, ataupun urin. Jika bahan plasma harus menghindari penggunaan
antikoagulan natrium citrate dan natrium fluoride, hal ini disebabkan karena citrate dan
fluoride menghambat urease. Ureum urin dapat dengan mudah terkontaminasi bakteri.
Hal ini dapat diatasi dengan menyimpan sampel di dalam refrigerator sebelum diperiksa.

G. Kadar Kreatinin
Kreatinin merupakan produk penguraian keratin. Kreatin disintesis di hati dan
terdapat dalam hampir semua otot rangka yang berikatan dalam bentuk kreatin fosfat
(creatin phosphate, CP), suatu senyawa penyimpan energi. Dalam sintesis ATP
(adenosine triphosphate) dari ADP (adenosine diphosphate), kreatin fosfat diubah
menjadi kreatin dengan katalisasi enzim kreatin kinase (creatin kinase, CK). Seiring
dengan pemakaian energi, sejumlah kecil diubah secara ireversibel menjadi kreatinin,
yang selanjutnya difiltrasi oleh glomerulus dan diekskresikan dalam urin.
Jumlah kreatinin yang dikeluarkan seseorang setiap hari lebih bergantung pada
massa otot total daripada aktivitas otot atau tingkat metabolisme protein. Pembentukan
kreatinin harian umumnya tetap, kecuali jika terjadi cedera fisik yang berat atau penyakit
degeneratif yang menyebabkan kerusakan masif pada otot.
Kadar kreatinin darah menggambarkan fungsi ginjal secara lebih baik, lebih
stabil, daripada kadar ureum darah. Kreatinin dipengaruhi oleh massa otot. Karena itu
kadar kreatinin darah lebih tinggi pada laki-laki daripada perempuan, meningkat pada
atlit dengan massa otot banyak, dan juga pada kelainan pemecahan otot (rhabdomiolisis).

8
Sebaliknya kadar kreatinin menurun pada usila (orang usia lanjut) yang massa ototnya
berkurang.

H. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan Kadar Ureum
a. Tujuan
Untuk mengetahui kadar ureum pada darah.

b. Metode
Pemeriksaan ureum pada darah dengan menggunakan cara berthelot.

c. Prinsip
Serum darah ditambah dengan Urease, diinkubasi selama 20 menit pada suhu
37oC. Selanjutnya ditambahkan dengan Reagen I dan Reagen II dan diinkubasi pada 37oC
selama 20 menit. Kemudian dilakukan pembacaan pada spektrofotometer pada panjang
gelombang 546 – 548 nm.

d. Alat dan Bahan


 Alat :
1) Tabung reaksi dan raknya
2) Pipet tetes
3) Spektrofotometer
4) Beaker glass
5) Tissue

 Bahan :
1) Serum darah
2) Aquadest
3) Pereaksi test ureum :
a. Urease 40000 U/I

9
b. Buffer EDTA pH 6,5
c. Reagen I
( phenol 15 gr/l dan Na-Nitroprussid 0,5 gr/l )
d. Reagen II
( NaOCl 0,5 gr/l dan NaOH 6 gr/l )
e. Standar BUN 20 mg/l
e. Cara kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Test Bl Test Standar Bl St

T TBl St StBl

Urease, ml 0,10 - 0,10 -

Standar, ml - - 0,01 0,01

Serum, ml 0,01 0,01 - -

Dicampur dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 20 menit atau pada suhu kamar selama
30 menit.

2. Lalu berturut-turut ditambahi :


Reagen I, ml 2,50 2,50 2,50

Reagen II, ml 2,50 2,50 2,50

Dicampur dan diinkubasi pada suhu kamar selama 30 menit atau pada suhu 37oC
selama 20 menit.
3. Dibaca absorbansinya pada panjang gelombang 546 – 580 nm dan digunakan aquadest
sebagai titik nol.

Nilai rujukan kadar ureum :

10
1. Pemeriksaan Kreatinin Metode SIFRM
A. Tujuan
Mengetahui kadar kreatinin dalam darah.

B. Prinsip
Prinsip dari metode SIFRM adalah Pendeteksian kreatinin didasarkan pada
pembentukan senyawa berwarna (merah-orange) yang dihasilkan dari reaksi
antara kreatinin dan asam pikrat dalam suasana basa dan diukur pada panjang
gelombang 530 nm. Reaksi pembentukan senyawa kreatinin-pikrat dilakukan
melalui pembentukan segmen antara sampel dan reagen diholding coil dan
selanjutnya dilakukan proses flow reversal dimixing coil.

C. Alat dan bahan


 alat
1. neraca analitis Mettler
2. Micropipet 1mL dan 5mL
3. LaboratorymadeSIFRMsystem syringe pump
4. delapan katup selection valve mixing coil
5. detektor kolorimeter RedGreenBlueLightEmittingDiode (RGB-LED)
6. Personal Computer homemadesoftware berbasis VisualBasic Program
 Bahan
1. Natrium hidroksida
2. Asam pikrat
3. Kreatinin
4. Kreatin
5. Urin
6. Aquades.

Alat-alat yang digunakan dalampenelitian ini antara lain neraca analitis Mettler,
pipet mikro 1 mL dan 5 mL (Eppendorf), LaboratorymadeSIFRMsystem yang terdiri dari
syringe pump (SP; Hamilton, Reno, Nevada,USA) dengan volume 2,5 mL, delapan katup

11
selection valve (SV; Hamilton, Reno, Nevada, USA), mixing coil (PTFE tubing, 1.0 mm i.d
x 1m) dan detektor kolorimeter RedGreenBlueLightEmittingDiode (RGB-LED) yang
seluruhnya dikontrol melalui computer menggunakan homemadesoftware berbasis
VisualBasic Program. Semua pipa kapiler yang digunakan terbuat dari PTFE dengan inner
(d1ia.8memterm(i.id.)d)0..7S5I-mFRmM, kesciustaelmi unintuiksheobledninagrncyoial
merupakan modifikasi dari sistem yang telah dibuat oleh penulis dalam penelitian
sebelumnya (Sabarudin et al. 2006 & 2007). Adapun portable kolorimeter RGB-LED
dibuatlaboratorium berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suzuki et al. (2004 &
2005).
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bahan kimia pro
analisis (p.a) antara lain natrium hidroksida, asam pikrat, kreatinin, kreatin (Sigma-
Aldrich,Jerman), kecuali urin dan akuades.
Prosedur operasional SI-FRM untuk penentuan kreatinin secara online dan otomatis
ditunjukkan pada Gambar

Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pemeriksaan
2. Lakukan pencucian pipa kapiler (line) dan detector. Sebelum SI-FRM digunakan untuk
penentuan kreatinin, maka semua line dan flow cell detector harus dicuci terlebih
dahulu dengan aquades
3. Cara pencucian
 syringe pump (SP) berada pada posisi in dan mengambil 2500 uL akuades dengan
laju alir 200 uL/detik

12
 selanjutnya SP diubah ke posisi out untuk mengalirkan akuades menuju holding
coil (HC) dan selection valve (SV) pada semua line yang digunakan (port 3, 4,
dan 7) dengan volume masing-masing 500 uL dan laju alir 50 uL/detik.
 Sisa akuades dialirkan menuju detektor pada port 2 dengan laju alir 30 uL/detik.
4. Tahap Pengisian line
 Pada tahap ini dilakukan pengaliran larutan sampel kreatinin dan reagen yang
berupa campuran asam pikrat dengan NaOH ke dalam line dengan cara SP berada
pada posisi out dan mengambil 500 uL kreatinin dengan laju alir 50 uL/detik
untuk mengisi line pada port 3
 Selanjutnya SP mengambil 500 uL reagen (pikrat-NaOH) dengan kecepatan 50
uL/detik untuk mengisi line pada port 4. Kelebihan larutan kreatinin dan reagen
yang terdapat di HC dibuang melalui port 7 dengan cara mendorongnya
menggunakan akuades.
 Tahap pertama adalah pencucian pipa kapiler (line) dan detector. Sebelum SI-
FRM digunakan untuk penentuan kreatinin, maka semua line dan flow cell
detector harus dicuci terlebih dahulu dengan akuades dengan cara sebagai berikut:
syringe pump (SP) berada pada posisi in dan mengambil 2500 uL akuades dengan
laju alir 200 uL/detik. Selanjutnya SP diubah ke posisi out untuk mengalirkan
akuades menuju holding coil (HC) dan selection valve (SV) pada semua line yang
digunakan (port 3, 4, dan 7) dengan volume masing-masing 500 uL dan laju alir
50 uL/detik. Sisa akuades dialirkan menuju detektor pada port 2 dengan laju alir
30 uL/detik.
 Tahap kedua adalah tahap pengisian line. Pada tahap ini dilakukan pengaliran
larutan sampel kreatinin dan reagen yang berupa campuran asam pikrat dengan
NaOH ke dalam line dengan cara SP berada pada posisi out dan mengambil 500
uL kreatinin dengan laju alir 50 uL/detik untuk mengisi line pada port 3,
selanjutnya SP mengambil 500 uL reagen (pikrat-NaOH) dengan kecepatan 50
uL/detik untuk mengisi line pada port 4. Kelebihan larutan kreatinin dan reagen
yang terdapat di HC dibuang melalui port 7 dengan cara mendorongnya
menggunakan akuades.

13
Nilai normal kadar kreatinin yang diukur menggunakan metode ini sama dengan kadar
normal pemeriksaan lainnya, pemeriksaan kreatinin dengan metode ini memiliki keakuratan
hingga 97,2 – 9,8 %

2. Pemeriksaan Klirens Ureum

Ureum clearance mengukur fungsi glomeruli, karena ureum difiltrasi melalui


glomeruli itu. Tetapi nilai urea clearance tidak boleh dipandang sama dengan nilai LFG.
Karena sebagian dari ureum itu dalam tubuli berdifusi kembali ke dalam darah. Banyaknya
ureum yang mendifusi kembali ikut ditentukan oleh besarnya diuresis.

Cara kerja:

1. Kira-kira setengah jam sebelum pemeriksaan dimulai, penderita disuruh minum air
sebanyak 400-500 ml yang harus dihabiskan sebelum test mulai.

2. Penderita mengosongkan kandung kencingnya habis-habisan, saat ia mulai


mengeluarkan kencingnya ialah permulaan test yang harus dicatat tepat dengan menyebut
menit.

3. Kira-kira satu jam kemudian diambil darah vena dari penderita. Jika mungkin ia
berkemih dan urin itu disimpan.

4. Satu jam kemudian, penderita diminta mengosongkan kandung kencingnya lagi dan urin
itupun disimpan untuk pemeriksaan. Catatlah tepat dengan menit waktunya.

5. Ukurlah tinggi dan berat badan penderita.

6. Tentukan volume urin yang dikeluarkan tadi selama dua jam dan tentukanlah pula kadar
ureum urin.

7. Tentukan kadar ureum darah.

8. Melakaukan perhitungan nilai urea clearance atas dasar diuresis per menit, kadar ureum
dalam darah dan kadar ureum dalam urin.

14
Rumus :

3. Pemeriksaan Kadar Kreatinin


a. Tujuan
Untuk mengetahui kadar kreatinin pada darah.

b. Metode
Pemeriksaan kreatinin pada darah dengan menggunakan cara jaffe.

c. Prinsip
Serum darah ditambah dengan Larutan Asam Pikrat dan disentrifuge akan menghasilkan
supernatan. Selanjutnya ditambah dengan NaOH dan dilakukan inkubasi. Selanjutnya
dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 545 nm.

d. Alat dan Bahan


 Alat :
1) tabung reaksi dan raknya
2) pipet tetes
3) spektrofotometer
4) beaker glass
5) tissue
 Bahan :
1) Serum darah
2) Aquadest
3) Pereaksi test kreatinin :
a. Larutan asam pikrat 0,032 mol/l
b. Larutan NaOH 1 mol/l
c. Standar kreatinin 2 mg.
15
Cara Kerja :
1) Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Memipet larutan test, larutan standar, dan
larutan blanko
Test Standar Blanko

Larutan Asam 1,50 1,50 1,50


Pikrat, ml

Serum, ml 0,20 - -

Standar, ml - 0,20 -

Aquadest, ml - - 0,20

Dicampur merata, larutan test dipusingkan selama 10 menit dan diperoleh supernatan.

2) Dipipet dengan hati-hati dan ditambahi :


Supernatan, ml 1,00 1,00 1,00

NaOH 1 ml/l, ml 0,10 0,10 0,10

Dicampur dan diinkubasi pada suhu 25oC selama 25 – 40 menit.

3) Dibaca absorbansinya pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 545 nm.

Nilai rujukan kadar kreatinin :

4. Klirens kreatinin

Klirens suatu zat adalah volume plasma yang dibersihkan dari zat tersebut dalam
waktu tertentu. Klirens kreatinin dilaporkan dalam mL/menit dan dapat dikoreksi dengan
luas permukaan tubuh. Klirens kreatinin merupakan pengukuran GFR yang tidak absolut

16
karena sebagian kecil kreatinin direabsorpsi oleh tubulus ginjal dan sekitar 10% kreatinin
urin disekresikan oleh tubulus. Namun, pengukuran klirens kreatinin memberikan
informasi mengenai perkiraan nilai GFR.

Cara kerja :

Percobaan ini biasanya berlangsung selama 24 jam untuk penderita yang dirawat dan
selama 12 jam untuk pasien poliklinik

1. pasien tidak boleh berkemih selama beberapa jam sebelum pemeriksaan.

2. Pada saat permulaan test, kandung kencing benar-benar dikosongkan. Saat


mengeluarkan urin dicatat tapat dengan menit.

3. Selama 24 jam atau 12 jam berikutnya semua urin yang dikeluarkan dikumpulkan.

4. Pada waktu urin terakhir dikeluarkan, diambil darah pasien untuk penetapan kadar
kreatinin darah.

5. Panjang dan berat badan diukur.

6. Nilai kreatinin ditentukan atas dasar kreatinin darah, kadar kreatinin urin dan diuresis
per menit.

Rumus :

Keterangan:

Ccr : klirens kreatinin

Ucr : kreatinin urin

Vur : volume urin dalam 24 jam

Pcr : kadar kreatinin serum

1,73/A : faktor luas permukaan tubuh

17
A adalah luas permukaan tubuh yang diukur dengan menggunakan tinggi dan berat tubuh.
Luas permukaan tubuh pasien bervariasi berdasarkan keadaan tertentu seperti obesitas
ataupun anak-anak.

Nilai normal :

Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2


Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2

I. Permasalahan Saat Pemeriksaan Klirens


a. Keakurasian dari pengumpulan urin yang sulit untuk dipastikan ketepatan
jumlahnya karena faktor asupan cairan setiap orang berbeda.
b. Terdapat perbedaan kadar pengeluaran urea di urin antara siang dan malam maka
pengukuran klirens ureum tidak dapat dipakai lagi.
c. Kemampuan

18
DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Ward, Jeremy.2005.At a Glance Fisiologi. Jakarta : Erlangga

Gandasoebrata. 2007. Penentuan Laboratorium Klinik. Jakarta : Dian Rakyat

Rubenstein, David. 2007. Lecture Notes Kedokteran Klinis. Jakarta : Erlangga

Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Ginjal : Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC

Pemeriksaan Fungsi Ginjal oleh Verdiansah Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi
Klinik, Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, Indonesia (diakses tanggal 14 Februari 2018)

19
INTISARI

Ginjal merupakan salah satu organ vital dalam tubuh yang berperan dalam sistem eksresi.
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen, daerah lumbal kanan dan kiri, dan dibungkus
oleh lapisan lemak yang tebal. Gangguan pada ginjal akan memengaruhi kinerja tubuh dalam
mencuci darah yaitu menyaring limbah tubuh dan cairan berlebih yang akan menjadi urine.
Ureum merupakan produk metabolit dari protein. Protein makanan dipecah menjadi asam amino
yang kemudian sebagian oleh bakteria dipecah menjadi amoniak. Kreatinin merupakan produk
sisa dari kreatinin fosfat, sebuah senyawa yang dapat ditemukan pada jaringan otot skelet dan
dikeluarkan melalui ginjal. Kadar kreatinin dalam darah dapat dipengaruhi oleh gangguan ginjal.
Oleh karena itu, kreatinin sangat berguna dalam mengevaluasi fungsi ginjal. Peningkatan kadar
kreatinin mengindikasikan penurunan laju filtrasi glomerulus.

Dalam menjalankan sistem ekresinya, ginjal perlu melakukan klirens. Klirens adalah
volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui glomeroulus serta dibersihkan
dari plasma dan diekskresikan ke dalam urin, karena itu nilai klirens mewakili fungsi
glomeroulus. Klirens dibagi menjadi dua yaitu klirens ureum dan klirens kreatinin. Klirens
ureum mengukur fungsi glomeruli, karena ureum difiltrasi melalui glomeruli tersebut. Kreatinin
Klirens mengukur berapa banyak kreatinin yang dibersihkan oleh tubuh, atau seberapa baik
fungsi penyaringan filter. Kreatinin Klirens menggunakan kombinasi dari pemeriksaan urin dan
serum darah.

20

Vous aimerez peut-être aussi