Vous êtes sur la page 1sur 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi,

khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan

aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil

keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung

dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor.

Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal

berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan catatan-

catatan suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan profesi

akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan

orang-orang yang menjalankan operasi organisasi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi

aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi antara

orang yang dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi dengan para auditor.
BAB II
PEMBAHASAN

A. MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT

Sebagaimana diketahui, motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi

audit internal. Dua dari kebutuhan pokok Maslow adalah kebutuhan untuk menjadi

bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat

melayani auditor internal secara baik.

Kebutuhan menjadi bagian dari organisasi. Bagian audit merupakan bagian dari

keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut.

Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan

dipertimbangkan untuk dimasukan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna

memperbaiki kondisi operasi organisasi. Menghormati diri sendiri dan orang lain.

Kebutuhan akan rasa dihormati ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit

untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasi

bidang-bidang yang bermasalah, membantu dalam mengidentifikasi kinerja, serta

mengembangkan tindakan-tindakan korektif.

B. HUBUNGAN DENGAN GAYA MANAJEMEN

Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Empat gaya

tersebut meliputi gaya mengarahkan, gaya melatih, gaya mendukung, dan gaya

mendelegasikan. Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi


manajemen dari manajemen pihak yang diaudit akan menyebabkan audit kesulitan

dalam perolehan bantuan serta kerja sama secara sukarela.

Dari empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang

terpenting. Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan

seluruh manajemen dalam proses audit sehingga dapat meyakinkan pihak manajeman

bahwa auditor berada di pihak mereka dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan

desain guna membantu memperbaiki operasi.

Pada gaya keempat, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka

merupakan bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau

konsultan.

C. PENGELOLAAN KONFLIK

Dalam hal perubahan, konflik sering kali terjadi pada proses audit. Konflik terjadi

dalam hal lingkup (manajemen), tujuan (auditor eksternal), tanggung jawab (layanan

manajemen), dan nilai.

Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung

mempertahankan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung

mempertahankan lembaga atau keinginannya. Oleh sebab itu terdapat empat metode

khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik, yaitu arbitrasi,

mediasi, kompromi, dan langsung.

D. MASALAH-MASALAH HUBUNGAN
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk

memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut adalah:

1. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu, oleh

sebab itu auditor seharusnya mempertimbangkannya dalam kaitannya dengan

karyawan pihak yang diaudit.

2. Keberagaman perasaan-perasaan dan emosi, sehingga auditor seharusnya

mengidentifikasi keberagaman perasaan dan mencoba menangani hal tersebut

secara efektif.

3. Keberagaman persepsi. Staf pihak yang diaudit tidak memandang dengan cara

yang sama seperti yang dilakukan oleh staf audit.

4. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.

Auditor diharuskan untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika

menghadapi kelompok yang lebih luas.

5. Pengaruh dari berbagi situasi operasi sebagai suatu variasi akhir. Setiap

perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang, auditor

seharusnya memasuki variasi ini ke dalam pertimbangannya pada hubungan

interpersonal.

E. KARAKTERISTIK UMUM INDIVIDU

Sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individu dari pihak yang

diaudit, meliputi:

1. Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna.

2. Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang dianggap

penting.
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada

individu lain.

4. Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dan kebebasan pilihan.

5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.

6. Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji

dibandingkan dengan dikritik.

7. Mencari kepuasan diri sendiri.

8. Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usaha-usahanya.

9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik.

10. Menjadi bagian dari tim yang sukses.

11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.

12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.

13. Lebih cenderung untuk sensitif dibandingkan dengan membantu orang.

F. KESADARAN PADA DIRI SENDIRI

Dalam suatu situasi dimana banyak hubungan interpersonal, hal terpenting adalah

untuk menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandang diri

sendiri sebagaimana orang lain memandangnya (Ratcliff et al., 1988). Elemen-elemen

utama tersebut adalah:

1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam

hubungan secara mental, fisik, emosional, dan karakteristik pribadi.

2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.

3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalam lingkungan relatif yang dimiliki

seseorang, dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok

organisasi yang luas.

4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang lain.


5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang.

6. Suatu perasaan keterpaduan yang berasal dari kepercayaan bahwa seseorang

berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.

G. KOMUNIKASI SECARA EFEKTIF

Komunikasi terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, dan laporan

tertulis. Bahasa yang menggunakan aksioma seharusnya jelas, ringkas, bebas akronim,

dalam struktur gramatikal yang baik, dan mengungkapkan isi dalam aturan sederhana

yang logis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kominikasi yang efektif adalah:

1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah

bagian dari manajemen.

2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahn-kesalahan

kerja dari pihak yang diaudit.

3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara

verbal atau tertulis.

4. Pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit ketika memberi saran.

5. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.

6. Jangan berargunen mengenai moralitas.

7. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuanya.

8. Sepanjang proses penyusunan laporan mengizinkan pihak yang diaudit untuk

mengungkapkan pendapatnya.

9. Sopan dengan seluruh karyawan pihak yang diaudit dan menyambut manajemen

pihak yang diaudit dengan rasa hormat.

10. Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit.


11. Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang

diaudit.

H. PELAKSANAAN AUDIT PARTISIPASI

Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami

budaya organisasi. Porter et al. (1985) mengatakan bahwa budaya organisasi

mempengaruhi sikap dan perilaku auditor.

Elemen-elemen keperilakuan dalan audit partisipasi:

1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diaudit bidang mana yang akan

diaudit.

2. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam

menilai pemrograman dan pelaksanaan audit.

3. Peroleh persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi.

4. Dapatkan persetujuan atas isi laporan.

5. Memasukkan informasi nyata pada laporan audit.


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya

dibicarakan tentang teknik audit, tetapi juga bagaimana auditor mengambil kebijakan

untuk menentukan suatu fakta. Seringkali, pertimbangan yang diambil oleh auditor

menjadi penentu dalam memutuskan suatu masalah, terutama dalam penetapan

pendapat. Untuk itu, sikap, persepsi, dan perilaku menjadi acuan dalam pembahasan

mengenai pertimbangan seorang auditor, baik auditor internal maupun eksternal.

Vous aimerez peut-être aussi