Vous êtes sur la page 1sur 35

LAPORAN PENDAHUUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HIV

Nama : SISPANDI
PUSKESMAS TAMAN KROCOK - BONDOWOSO

PRODI DIII KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA
MALANG
TAHUN 2018
Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pasien dengan
HIV

1. Definisi

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan


gejala dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan
tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa
ahli antara lain:

a. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana


mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200
atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges,
1999).
b. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan
hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005)

HIV (Human Immunodeficiency Virus). Termasuk salah satu retrovirus


yang secara khusus menyerang sel darah putih (sel T). Retrovirus adalah virus
ARN hewan yang mempunyai tahap ADN. Virus tersebut mempunyai suatu
enzim, yaitu enzim transkriptase balik yang mengubah rantai tunggal ARN
(sebagai cetakan) menjadi rantai ganda kopian ADN (cADN). Selanjutnya,
cADN bergabung dengan ADN inang mengikuti replikasi ADN inang. Pada
saat ADN inang mengalami replikasi, secara langsung ADN virus ikut
mengalami replikasi.

2. Etiologi

AIDS adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang merusak


sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh mudah diserang penyakit-penyakit
lain yang dapat berakibat fatal. Padahal, penyakit-penyakit tersebut misalnya
berbagai virus, cacing, jamur protozoa, dan basil tidak menyebabkan
gangguan yang berarti pada orang yang sistem kekebalannya normal. Selain
penyakit infeksi, penderita AIDS juga mudah terkena kanker. Dengan
demikian, gejala AIDS amat bervariasi.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus HIV (Human
Immuno-deficiency Virus). Dewasa ini dikenal juga dua tipe HIV yaitu HIV-1
dan HIV-2. Sebagian besar infeksi disebabkan HIV-1, sedangkan infeksi oleh
HIV-2 didapatkan di Afrika Barat. Infeksi HIV-1 memberi gambaran klinis
yang hampir sama. Hanya infeksi HIV-1 lebih mudah ditularkan dan masa
sejak mulai infeksi (masuknya virus ke tubuh) sampai timbulnya penyakit
lebih pendek.

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :


a. Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan
seksual
b. Melalui darah, yaitu:
1) Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-
2) Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan
3) Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan
4) Transmisi dari ibu ke anak :
a) Selama kehamilan
b) Saat persalinan, risiko penularan 50%
c) Melalui air susu ibu(ASI)14%

3. Klasifikasi

Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO)


mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan
sistem tahapan untuk pasien yang terinfeksi dengan HIV-1.Sistem ini
diperbarui pada bulan September tahun 2005. Kebanyakan kondisi ini adalah
infeksi oportunistik yang dengan mudah ditangani pada orang sehat.

a. Stadium I: infeksi HIV asimtomatik dan tidak dikategorikan sebagai AIDS


b. Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil dan radang
saluran pernapasan atas yang berulang

c. Stadium III: termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan selama
lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah, dan tuberkulosis.

5
d. Stadium IV: termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus, trakea,
bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua penyakit ini adalah
indikator AIDS.

Sistem tahapan infeksi HIV AIDS menurut WHO

4. Patofsiologi

Setelah terinfeksi HIV, 50-70% penderita akan mengalami gejala yang


disebut sindrom HIV akut. Gejala ini serupa dengan gejala infeksi virus pada
umumnya yaitu berupa demam, sakit kepala, sakit tenggorok, mialgia (pegal-
pegal di badan), pembesaran kelenjar dan rasa lemah. Pada sebagian orang,
infeksi dapat berat disertai kesadaran menurun. Sindrom ini biasanya akan
menghilang dalam beberapa mingggu. Dalam waktu 3 – 6 bulan kemudian, tes
serologi baru akan positif, karena telah terbentuk antibodi. Masa 3 – 6 bulan

6
ini disebut window periode, di mana penderita dapat menularkan namun
secara laboratorium hasil tes HIV-nya masih negatif.

Setelah melalui infeksi primer, penderita akan masuk ke dalam masa


tanpa gejala. Pada masa ini virus terus berkembang biak secara progresif di
kelenjar limfe. Masa ini berlangsung cukup panjang, yaitu 5 10 tahun. Setelah
masa ini pasien akan masuk ke fase full blown AIDS. Sel T dan makrofag
serta sel dendritik / langerhans ( sel imun ) adalah sel-sel yang terinfeksi
Human Immunodeficiency Virus ( HIV ) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe,
limpa dan sumsum tulang. Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD 4, dengan bagian
virus yang bersesuaian yaitu antigen grup 120. Pada saat sel T4 terinfeksi dan
ikut dalam respon imun, maka Human Immunodeficiency Virus ( HIV )
menginfeksi sel lain dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya
kematian sel T 4 yang juga dipengaruhi respon imun sel killer penjamu, dalam
usaha mengeliminasi virus dan sel yang terinfeksi.

Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin
lemah secara progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan
menurunnya fungsi sel T penolong. Seseorang yang terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV ) dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat
berkurang dari sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar
200-300 per ml darah, 2-3 tahun setelah infeksi.

Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi ( herpes


zoster dan jamur oportunistik ) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat
timbulnya penyakit baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya
terjadi infeksi yang parah. Seorang didiagnosis mengidap AIDS apabila
jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau apabila terjadi infeksi
opurtunistik, kanker atau dimensia AIDS

7
5. WOC Menyerang T Limfosit,
sel saraf, makrofag,
Virus HIV Merusak seluler monosit, limfosit B Immunocompromise

HIV- positif ?
Invasi kuman patogen Flora normal patogen

Organ target
Reaksi psikologis

Manifestasi oral Manifestasi saraf Gastrointestinal Respiratori Dermatologi Sensori

Disfungsi Penyakit
Lesi mulut Kompleks Ensepalopati akut Diare Hepatitis anorektal Infek Gatal, sepsis, Gangguan
biliari
demensia si nyeri penglihatan
dan
pendengaran
Nutrisi inadekuat

Cairan berkurang

Gangguan rasa nyaman :

Gangguan rasa nyaman :

Tidak efektif pol napas

Gangguan body imageapas


Tidak efekti bersihan
Gangguan mobilisasi

Gangguan pola BAB


Aktivitas intolerans

Gangguan sensori
Nutrisi inadekuat
Cairan berkurang

jalan napas
hipertermi
nyeri

nyeri
8
6. Manisfetasi Klinis

Klasifikasi klinis infeksi HIV pada orang dewasa menurut WHO


Stadium Gambaran Klinis Skala Aktivitas
I 1. Asimptomatik Asimptomatik ,
aktifitas normal
2. Limfadenopati generalisata
II 1. 1. Berat badan menurun < 10 % Simptomatik , aktifitas
normal
2. Kelainan kulit dan mukosa yang ringan
seperti , dermatitis seboroik, prurigo,
onikomikosis ,ulkus oral yang
rekuren ,kheilitis angularis

3. Herpes zoster dalam 5 tahun

4. terakhir

5. Infeksi saluran napas bagian atas seperti


,sinusitis bakterialis
III 1. Berat badan menurun < 10% Pada umumnya lemah ,
aktivitas ditempat tidur
2. Diare kronis yang berlangsung
kurang dari 50%
3. lebih dari 1 bulan

4. Demam berkepanjangan lebih dari 1


bulan

3. Kandidiasis orofaringeal

4. Oral hairy leukoplakia

5. TB paru dalam tahun terakhir

6. Infeksi bacterial yang berat seperti


pneumonia, piomiositis
IV 1. HIV wasting syndrome seperti yang Pada umumnya sangat
didefinisikan oleh CDC lemah , aktivitas
2. Pnemonia Pneumocystis carinii ditempat tidur lebih
dari 5
3. Toksoplasmosis otak

4. Diare kriptosporidiosis lebih dari 1


bulan

5. Kriptokokosis ekstrapulmonal

6. Retinitis virus situmegalo

7. Herpes simpleks mukokutan >1 bulan

8. Leukoensefalopati multifocal progresif

9. Mikosis diseminata seperti


histoplasmosis

10. Kandidiasis di esophagus ,trakea ,


bronkus , dan paru

11. Mikobakterisosis atipikal diseminata

12. Septisemia salmonelosis non tifoid

13. Tuberkulosis diluar paru

14. Limfoma

15. Sarkoma Kaposi

16. Ensefalopati HIV

7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium

Tes laboratorium untuk menetapkan diagnosis infeksi HIV dapat


dibagi dalam dua kelompok yaitu tes yang mencari adanya virus tersebut
dalam tubuh penderita :

1) Tes untuk diagnosa infeksi HIV :


a) ELISA
b) Western blot
c) P24 antigen test
d) Kultur HIV
2) Tes untuk deteksi gangguan system imun.
a) Hematokrit.
b) LED
c) CD4 limfosit
d) Rasio CD4/CD limfosit
e) Serum mikroglobulin B2
f) Hemoglobulin

b. Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000)


adalah :

1) Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait


dengan AIDS.
2) Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.
3) Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan
kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut,
kulit, dan funduskopi.
4) Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi
HIV, dan pemeriksaan Rontgen.

8. Penatalaksanaan
a. Medis

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka


terapinya yaitu (Endah Istiqomah : 2009) :

1) Pengendalian Infeksi Opurtunistik

Bertujuan menghilangkan,mengendalikan, dan pemulihan infeksi


opurtunistik, nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi
penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan
perawatan kritis.

2) Terapi AZT (Azidotimidin)


Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang
efektif terhadap AIDS, obat ini menghambat replikasi antiviral
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat
enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS
yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien
dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif
asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3
3) Terapi Antiviral Baru
Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun
dengan menghambat replikasi virus / memutuskan rantai
reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah :
a) Didanosine
b) Ribavirin
c) Diedoxycytidine
d) Recombinant CD 4 dapat larut
4) Vaksin dan Rekonstruksi Virus
Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti
interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat
menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan
penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi
AIDS.
b. Non Medis
Melakukan konseling yang bertujuan untuk :

1) Memberikan dukungan mental-psikologis


2) Membantu merekab untuk bisa mengubah perilaku yang tidak
berisiko tinggi menjadi perilaku yang tidak berisiko atau kurang
berisiko.

3) Mengingatkan kembali tentang cara hidup sehat, sehingga bisa


mempertahankan kondisi tubuh yang baik.

4) Membantu mereka untuk menemukan solusi permasalahan yang


berkaitan dengan penyakitnya, antara lain bagaimana
mengutarakan masalah-masalah pribadi dan sensitif kepada
keluarga dan orang terdekat.

9. Komplikasi
a. Oral Lesi
Karena kandidia, herpes simplek, sarcoma Kaposi, HPV oral,
gingivitis, peridonitis Human Immunodeficiency Virus (HIV),
leukoplakia oral, nutrisi, dehidrasi, penurunan berat badan, keletihan dan
cacat
b. Neurologik
1) Kompleks dimensia AIDS karena serangan langsung Human
Immunodeficiency Virus (HIV) pada sel saraf, berefek perubahan
kepribadian, kerusakan kemampuan motorik, kelemahan, disfasia,
dan isolasi social
2) Enselophaty akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemia,
ketidakseimbangan elektrolit, meningitis / ensefalitis. Dengan efek :
sakit kepala, malaise, demam, paralise, total / parsial
3) Infark serebral kornea sifilis meningovaskuler,hipotensi sistemik, dan
maranik endokarditis.
4) Neuropati karena imflamasi demielinasi oleh serangan Human
Immunodeficienci Virus (HIV)
c. Gastrointestinal
1) Diare karena bakteri dan virus, pertumbuhan cepat flora normal,
limpoma, dan sarcoma Kaposi. Dengan efek, penurunan berat badan,
anoreksia, demam, malabsorbsi, dan dehidrasi.
2) Hepatitis karena bakteri dan virus, limpoma,sarcoma Kaposi, obat
illegal, alkoholik. Dengan anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen,
ikterik,demam atritis.
3) Penyakit Anorektal karena abses dan fistula, ulkus dan inflamasi
perianal yang sebagai akibat infeksi, dengan efek inflamasi sulit dan
sakit, nyeri rectal, gatal-gatal dan siare.
d. Respirasi
Infeksi karena Pneumocystic Carinii, cytomegalovirus, virus
influenza, pneumococcus, dan strongyloides dengan efek nafas pendek,
batuk, nyeri, hipoksia, keletihan,gagal nafas.
e. Dermatologik
Lesi kulit stafilokokus : virus herpes simpleks dan zoster,
dermatitis karena xerosis, reaksi otot, lesi scabies/tuma, dan dekobitus
dengan efek nyeri, gatal,rasa terbakar, infeksi skunder dan sepsis.
f. Sensorik
1) Pandangan : Sarkoma Kaposi pada konjungtiva berefek kebutaan
2) Pendengaran : otitis eksternal akut dan otitis media, kehilangan
pendengaran dengan efek nyeri.

B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data Demografi
Nama klien :
Umur :
Diagnosa Medik :
Tanggal Masuk :
Alamat :
Suku :
Agama :
Pekerjaan :
Status perkawinan :
Status pendidikan :

b. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu, flu,
pusing, dan diare
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat kesehatan menunjukkan terjadinya panas, merasa capek,
mudah lelah, letih, lesu, flu, pusing, dan diare
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
5) Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 Desember 2011
ditemukan benjolan pada leher.
c. Pemeriksaan fisik
1) Aktivitas/istirahat
a) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
b) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi
jantung, pernafasan.
2) Sirkulasi
a) Gejala : proses penyembuhan luka yang lambat; perdarahan lama
pada cedera.
b) Tanda : takikardia, perubahan TD postural, menurunnya volume
nadi perifer, pucat atau sianosis; parpanjangan pengisian kapiler.
3) Integritas ego
a) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan
(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa
tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan
depresi.
b) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
4) Eliminasi
a) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
b) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare
pekat yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,
perianal. Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik
urine.
5) Makanan/cairan
a) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
b) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.
6) Hygiene
a) Gejala :tidak dapat menyelesaikan AKS
b) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
7) Neurosensori
a) Gejala :pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan
pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
b) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia. remor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
8) Nyeri/kenyamanan
a) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
b) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri
tekan. Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang,
gerak otot melindungi yang sakit.

9) Pernapasan
a) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
b) Tanda : takipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
10) Keamanan
a. Gejala : riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat
penyembuhannya. Riwayat menjalani tranfusi darah yang sering
atau berulang. Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker
tahap lanjut. Demam berulang: suhu rendah, peningkatan suhu
intermitetn/memuncak; berkeringat malam.
b. Tanda : perubahan integritas kulit : terpotong, ram, mis. Eczema,
eksantem, psoriasis, perubahan warna, perubahan ukuran/ mola
warna mla,; mudah terjadi memar yang tidak dapat dijelaskan
sebabnya. Rectum, luka-luka perianal/abses,.timbulnya nodul-
nodul, pelebaran kelenjar linfe pada dua area tubuh/lebih (leher,
ketiak, paha).menurunnya kekebalan imim, tekanan otot,
perubahan pada gaya berjalan.
11) Seksualitas
a) Gejala : riwayat perilaku beresiko tinggi yakni mengadakan
hubungan seksual deang pasangan yang positif HIV, pasangan
seksual mltipel, aktivitas seksual yang tidak terlindung, dan seks
anal. Menurunnya libido, terlalu sakit untuk melakukan hubungan
seks.penggunaan kondom yang tidak konsisten. Menggunakan pil
pencegah kehamilan.
b) Tanda : kehamilan atau resiko terhadap hamil. Genetalia :
manifestasi kulit(mis. Kutil, herpes)
12) Interaksi social
a) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
b) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas
yang tak terorganisasi.
13) Penyuluhan/pembelajaran
a) Gejala :kegagalan untuk mengikuti perwatan, melanjutkan
perilaku beresiko tinggi(seksual/penggunaan obat-obatan IV).
Penggunaan/ penyalahgunaan obat-obatan IV, sast ini merokok,
penyalahgunaan alcohol.
b) Pertinbangan rencana pemulangan: memerlukan bantuan
keuangan, obat-obatan/tindakan, perawatan kulit/luka,
peralatan/bahan, transpotasi, belanja makanan dan persiapan ;
perawatan diri, prosedur perawatan teknis,dll.

2. Dianosa Keperawatan
a. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan
pola hidup yang beresiko.
b. Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV,
adanya infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.
c. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran
oksigen, malnutrisi, kelelahan.
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan
menurunnya absorbsi zat gizi.
e. Diare berhubungan dengan infeksi GI
f. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang
keadaan yang orang dicintai.
3. Intervensi dan Rasional

Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
No
Keperawatan Tujuan dan criteria hasil Intervensi Rasional

1 Resiko tinggi Pasien akan bebas infeksi 1. Monitor tanda-tanda infeksi 1. Untuk pengobatan dini
2. Mencegah pasien terpapar oleh
infeksi oportunistik dan baru.
kuman patogen yang diperoleh di
berhubungan komplikasinya dengan 2. gunakan teknik aseptik pada
rumah sakit.
dengan kriteria tak ada tanda- setiap tindakan invasif. Cuci tangan
3. Mencegah bertambahnya infeksi
imunosupresi, tanda infeksi baru, lab sebelum meberikan tindakan.
malnutrisi dan pola tidak ada infeksi 3. Anjurkan pasien metoda
hidup yang oportunis, tanda vital mencegah terpapar terhadap 4. Meyakinkan diagnosis akurat dan
beresiko. dalam batas normal, tidak lingkungan yang patogen. pengobatan
5. Mempertahankan kadar darah yang
ada luka atau eksudat. 4. Kumpulkan spesimen untuk tes
terapeutik
lab sesuai order.
5. Atur pemberian antiinfeksi
sesuai order

2 Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau orang 1. Pasien dan keluarga mau dan
infeksi (kontak ditransmisikan, tim penting lainnya metode mencegah memerlukan informasikan ini
pasien) kesehatan memperhatikan transmisi HIV dan kuman patogen
2. Mencegah transimisi infeksi HIV ke
berhubungan universal precautions lainnya.
orang lain
dengan infeksi dengan kriteriaa kontak 2. Gunakan darah dan cairan tubuh
HIV, adanya pasien dan tim kesehatan precaution bial merawat pasien.
infeksi tidak terpapar HIV, tidak Gunakan masker bila perlu.
nonopportunisitik terinfeksi patogen lain
yang dapat seperti TBC.
ditransmisikan.

3 Intolerans aktivitas Pasien berpartisipasi 1. Monitor respon fisiologis 1. Respon bervariasi dari hari ke hari
berhubungan dalam kegiatan, dengan terhadap aktivitas
2. Mengurangi kebutuhan energy
dengan kelemahan, kriteria bebas dyspnea dan 2. Berikan bantuan perawatan yang
3. Ekstra istirahat perlu jika karena
pertukaran oksigen, takikardi selama aktivitas. pasien sendiri tidak mampu
meningkatkan kebutuhan metabolik
malnutrisi, 3. Jadwalkan perawatan pasien
kelelahan. sehingga tidak mengganggu
isitirahat.

4 Perubahan nutrisi Pasien mempunyai intake 1. Monitor kemampuan 1. Intake menurun dihubungkan dengan
kurang dari kalori dan protein yang mengunyah dan menelan. nyeri tenggorokan dan mulut
2. Menentukan data dasar
kebutuhan tubuh adekuat untuk memenuhi 2. Monitor BB, intake dan ouput
3. Mengurangi muntah
berhubungan kebutuhan metaboliknya 3. Atur antiemetik sesuai order 4. Meyakinkan bahwa makanan sesuai
dengan intake yang dengan kriteria mual dan 4. Rencanakan diet dengan pasien dengan keinginan pasien
kurang, muntah dikontrol, pasien dan orang penting lainnya.
meningkatnya makan TKTP, serum
kebutuhan albumin dan protein dalam
metabolic, dan batas n ormal, BB
menurunnya mendekati seperti sebelum
absorbsi zat gizi. sakit.

5 Diare berhubungan Pasien merasa nyaman 1. Kaji konsistensi dan frekuensi 1. Mendeteksi adanya darah dalam feses
dengan infeksi GI dan mengnontrol diare, feses dan adanya darah.
2. Hipermotiliti mumnya dengan diare
komplikasi minimal 2. Auskultasi bunyi usus 3. Mengurangi motilitas usus, yang
dengan kriteria perut 3. Atur agen antimotilitas dan pelan, emperburuk perforasi pada
lunak, tidak tegang, feses psilium (Metamucil) sesuai order intestinal
4. Untuk menghilangkan distensi
lunak dan warna normal, 4. Berikan ointment A dan D,
kram perut hilang, vaselin atau zinc oside

6 Tidak efektif Keluarga atau orang 1. Kaji koping keluarga terhadap 1. Memulai suatu hubungan dalam
koping keluarga penting lain sakit pasein dan perawatannya bekerja secara konstruktif dengan
berhubungan mempertahankan suport 2. Biarkan keluarga keluarga.
2. Mereka tak menyadari bahwa
dengan cemas sistem dan adaptasi mengungkapkana perasaan secara
mereka berbicara secara bebas
tentang keadaan terhadap perubahan akan verbal
3. Menghilangkan kecemasan tentang
yang orang kebutuhannya dengan 3. Ajarkan kepada keluaraga
transmisi melalui kontak
dicintai. kriteria pasien dan tentang penyakit dan transmisinya.
sederhana.
keluarga berinteraksi
dengan cara yang
konstruktif
TINJAUAN KASUS

Tn Y disangkal mempunyai riwayat hepatitis.Tn Y saat mudanya (>10 tahun


yang lalu) sering ke diskotik dengan teman-teman ceweknya diluar pengawalan
orang tua karena kedua orang tuanya berada di Belgia. Tn Y mudah lelah sehingga
menjadi malas untuk mengerjakan sesuatu. Sering mengalami diare yang tidak
diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan sel-T CD4+ adalah
100 sel/mm3. Diberikan vitamin dan surat pengantar untuk periksa darah dan urin
dari dokter. Selang seminggu kemudian, pasien datang lagi membawa hasil
pemeriksaan. Setelah di analisa oleh dokter bedasarkan hasil pemeriksaan Tn Y di
diagnosa mengidap penyakit HIV.

A. Pengkajian
1. Data Demografi
Nama klien : Tn Y
Umur : 38 th
Diagnosa Medik : HIV - AIDS
Tanggal Masuk : 7 November 2014
Alamat : Jl Delima No. 05 Panam. Pekanbaru
Suku : Batak
Agama : Islam
Pekerjaan : Guru
Status perkawinan : Duda
Status pendidikan : Sarjana Pendidikan

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh demam, merasa capek, mudah lelah, letih, lesu,
flu, pusing, dan diare. Pasien mengalami berat badan menurun derastis
dari 60 kg menjadi 54 kg

b. Riwayat Penyakit Terdahulu


Klien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang di
alaminya saat ini.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut pengakuan keluarga, dalam keluarganya tidak ada yang
mengalami penyakit yang sedang di derita pasien.
d. Keluhan waktu di data
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 7 November 2014
ditemukan benjolan pada leher.
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas/istirahat
1) Gejala : mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas
biasanya, progresi kelelaha/malaise. Perubahan pola tidur.
2) Tanda : kelelahan otot, menurunya masa otot. Respon fisiologis
terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernafasan.
b. Integritas ego
1) Gejala : faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan
(keluarga, pekerjan, gaya hidup,dll), mengkuatirkan penampilan
(menurunyya berat badan,dd), mengingkari diagnosa, merasa tidak
berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah, dan depresi.
2) Tanda : mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.perilaku
marah, menangis, kontak mata yang kurang.
c. Eliminasi
1) Gejala : diare yang intermiten, terus menerus, sering atau tanpa
disertai kram abdominal. Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi.
2) Tanda : feses enter atau tanpa disertai mucus atau darah. Diare pekat
yang sering, nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal, perianal.
Perubahan dalam jumlah, warna, sdan karakteristik urine.

d. Makanan/cairan
1) Gejala : tidak nafsu makan, perubahan dalam mengenali makanan,
mual/muntah. Disfagia, nyeri retrosternal saat menelan. penurunan
berat badan yang progresif.
2) Tanda : Penurunan berat badan, dapat menunjukkan adanya bising
usus hiperaktif, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, adanya
selaput puih dan perubahan warna, edema.
e. Hygiene
1) Tanda :memperlihatkan penampilan yang tidak rapih. Kekurangan
dalam banyak atau semua perawatan diri, aktivitas perawatan diri.
f. Neurosensori
1) Gejala : pusing/pening, sakit kepala. Perubahan status mental,
kehilangan ketajaman/ kemampuan diri untukmengawasi masalah,
tidak mampu mrngingat/ konsentrasi menurun.kelemahan otot,
tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan. Kebas, kasemutan
pada ekstremiats(kaki menunjukkan perubahan paling awal).
2) Tanda : perubahan status mental, dngan rentang antara kacau mental
sampai demensia, lupa, konsentrasi buruk, tingkat kasadaran
menurun, apatis, retardasi psikomotor/respon lambat. Ide paranoid,
ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul reflek tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya
berjalan ataksia.tremor pada motorik kasar/halus, menurunnya
motorik fokalis. Hemoragi retina dan eksudat.
g. Nyeri/kenyamanan
1) Gejala : nyeri umum /local, sakit, rasa terbakar pada kaki. Sakit
kepala, nyeri dada pleuritis.
2) Tanda : pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan/pincang, gerak
otot melindungi yang sakit.
h. Pernapasan
1) Gejala : ISK sering, menetap. Napas pendek yang progresif. Batuk
(mulai dari sedang sampai parah), produktif/non-produktif sputum.
Bendungan atau sesak pada dada.
2) Tanda : Tacipneu, disters pernapasan. Perubahan bunyi npas/bunyi
napas adventius. Sputum :kuning
i. Interaksi social
1) Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan
karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk
mengungkapkannya pada orang lain, takut akan
penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat
ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan
kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
2) Tanda : perubahan oada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas
yang tak terorganisasi.

4. Hasil Lab
a. Jumlah limfosit CD4 100 yang normal berkisar antara 500 dan 1.600.
b. LISA ( +)
c. Western Blot (+)

B. Analisa data

Masalah
No Sumber Data Etiologi
Keperawatan
1 Objektif : Virus HIV Resiko tinggi terhadap
 Pasien mengatakan diare
 Pasien mengatakan demam kekurangan volume
 Pasien mengatakan capek Merusak seluler cairan
 Pasien mengatakan mudah
lelah
Menyerang T Limfosit, sel
 Pasien mengatakan letih
 Pasien mengatakan lesu saraf, makrofag, monosit,
 pasien mengatakan
limfosit B
berkeringat malam hari
Subjektif :
 TTV : Immunocompromise
TD : 130/80
N : 80x/menit
S : 39 C Invasi kuman pathogen
RR : 26x/menit
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak tidak segar Organ target
 Pasien mengalami berat badan
menurun derastis dari 60 kg
Gastrointestinal
menjadi 54 kg
 Pasien tampak sering BAB /
Diare
diare
 Pasien terlihat perubahan
pada tekanan darah Cairan berkurang
 pasien terlihat pucat
 pasien terlihat sianosis
 n pasien mengalami diare
 pasien mengalami perubahan
jumlah dan warna urin
 pasien anoreksia
 turgor kulit pasien terlihat
buruk

2 Subjektif : : Virus HIV Perubahan nutrisi


 Pasien mengatakan capek kurang dari kebutuhan
 Pasien mengatakan mudah
Merusak seluler tubuh
lelah
 Pasien mengatakan letih
 Pasien mengatakan lesu Menyerang T Limfosit, sel
 Pasien tidak nafsu makan
saraf, makrofag, monosit,
Objektif
limfosit B
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak tidak segar
 Pasien mengalami berat badan Immunocompromise
menurun derastis dari 60 kg
menjadi 54 kg Invasi kuman pathogen
 Porsi makan klien tidak habis
 Pasien mengalami kelemahan
Organ target
otot
 Pasien terlihat pucat
 Pasien terlihat sianosis
Gastrointestinal
 Pasien anoreksia

anoreksia

3 Subjektif : Virus HIV Infeksi


 Pasien mengatakan mudah
sakit-sakitan
Merusak seluler
 Pasien mengatakan demam
 Pasien mengatakan gampang
terserang flu Menyerang T Limfosit, sel
 Pasien mengatakan pusing
saraf, makrofag, monosit,
 Pasien mengatakan pusing,
limfosit B
sakit kepala
 Pasien mengatakan rasa
terbakar pada kaki Immunocompromise
 Pasien mengatakan nyeri dada
pleuritis
Invasi kuman pathogen
 Pasien mengatakan
berkeringat malam hari
Objektif : Organ target
 TTV :
TD: 130/80
N: 80x/menit
S: 39 C
Infeksi
RR : 26x/menit
 Pasien teraba benjolan di
daerah leher
 Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan sel-T CD4+ = 100
sel/ mm3
 Pasien mengalami Takikardia
 Pasien mengalami nyeri
panggul
 Pasien mengalami nyeri
abdomen

C. Diagnosa
1. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b.d output yang
berlebihan
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat
3. Infeksi b.d adanya virus HIV-AIDS
D. Intervensi Dan Evaluasi

Diagnosa
No Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
1 Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri :
1. Indicator dari volume cairan sirkulasi
terhadap kekurangan selama 1 x 24 jam diharapkan : 1. Pantau TTV, termasuk CVP bila
volume cairan b.d  Diare (-) terpasang. Catat hipertensi, termasuk
 Demam (-)
output yang perubahan postural.
 Pasien tidak mudah lelah 2. Meningkatkan kebutuhan metabolism
berlebihan  TTV :
dan diaphoresis yang berlebihan yang
TD: 120/80
2. Catat peningkatan suhu dan durasi
N: 80x/menit dihubungkan dengan demam dalam
S: 37 C demam. Berikan kompres hangat sesuai
meningkatkan cairan tak kasat mata
RR : 20x/menit
indikasi. Pertahankan pakaian tetap
 berat badan pasien naik dari 54 kg
kering. Pertahankan kenyamanan suhu
menjadi 54+ kg 3. Indicator tidak langsung dari status
 BAB / diare (-) lingkungan.
cairan.
 pasien tidak terlihat pucat
 sianosis (-)
4. Mempertahankan keseimbangan
 pasien tidak pingsan 3. Kaji turgor kulit, membrane mukosa,
 umlah dan warna urin normal cairan, mengurangi rasa haus, dan
dan rasa haus.
 anoreksia (-)
melembabkan membrane mukosa.
 Turgor kulit baik / lembab
4. Pantau pemasukan oral dan memasukka
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.
1. Mungkin diperlukan untuk mendukung
/ memperbesar volume sirkulasi,
terutama jika pemasukan oral tak
Kolaborasi :
adekuat, mual/muntah terus menerus.
1. Berikan cairan / elektrolit melalui selang 2. Bermanfaat dalam memperkirakan
pemberi makanan / IV kebutuhan cairan
3. Membantu mengurangi demam dan
respons hiper metabolism,
menurunkan kehilangan cairan tak
2. Pantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,
kasat mata.
mis.. : HB/HT
3. Antipiretik, mis.. : asetaminofen

2 Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri : 1. Lesi mulut, tenggorok, dan esophagus
kurang dari selama 3 x 24 jam, diharpkan : 1. Kaji kemampuan untuk mengunyah, dapat menyebabkan disfagia,
kebutuhan tubuh b.d  Pasien tidak mudah lelah merasakan, dan menelan. penurunan kemampuan pasien untuk
 Pasien tidak letih
intake yang tidak mengolah makanan dan mengurangi
 Pasien tidak lesu
adekuat  Nafsu makan bertambah, porsi keinginan untuk makan.
2. Indicator kebutuhan nutrisi /
makan habis 2. Timbang berat badan sesuai kebutuhan.
 Pasien dapat menverna makanan pemasukan yang adekuat. Catatan :
Evaluasi berat badan dalam hal adanya
dengan baik karena adanya penekanan system
berat badan yang tidak sesuai. Gunakan
 Berat badan naik dari 54 kg menjadi
imun, maka beberapa tes darah yang
serangkaian pengukuran berat badan dan
54+ kg
umumnya digunakan untuk menguji
 pasien tidak terlihat pucat antropometrik.
 pasien tidak sianosis 3. Dorong aktivitas fisik sebanyak mungkin status nutrisi menjadi tidak berguna.
 pasien tidak anoreksia 3. Dapat meningkatkan nafsu makan dan
4. Catat pemasukan kalori
perasaan sehat
4. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap
Kolaborasi : suplemen atau alternative metode
pemberian makanan
1. Mungkin diperlukan untuk
1. Pertahankan status puasa jika di menurunkan muntah
2. Kekurangan vitamin terjadi akibat
indikasikan
penurunan pemasukan makanan
2. Suplemen vitamin.
dan/atau kegagalan mengunyah dan
absorpsi dalam system gi

3 Infeksi b.d adanya Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mandiri : 1. Untuk pengobatan dini mencegah
virus HIV-AIDS selama 3 x 24 jam, diharapkan : 1. Monitor tanda-tanda infeksi baru. pasien terpapar oleh kuman patogen
 Demam (-) yang diperoleh di rumah sakit.
 Pusing (-) 2. Mencegah bertambahnya infeksi
2. Gunakan teknik aseptik pada setiap
 rasa terbakar pada kaki hilang
 nyeri dada pleuritis (-) tindakan invasif. Cuci tangan sebelum
 TTV 3. Mencegah bertambahnya infeksi
meberikan tindakan.
TD: 120/80 2. Berikan lingkungan yang bersih dan
N: 80x/menit berventilasi baik. Periksa pengunjung /
S: 37 C staf terhadap tanda infeksi dan
RR : 20x/menit pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi
 benjolan di daerah leher (-)
 Lesi (-)
Kolaborasi : 1. Dilakukan untuk mengidentifikasi
 Kejang (-)
 Dipsnea (-) 1. Periksa kultur / sensitivitas lesi, darah, penyebab demam, diagnose infeksi
 nyeri panggul (-)
urine dan sputum organism, atau untuk menentukan
 nyeri abdomen (-)
 tremor (-) metode perawatan yang sesuai
2. Menghambat proses infeksi. Obat-
obatan lainnya ditargetkan untuk
2. Berikan antibiotic antijamur / agen
antimikroba, missal : trimetroprim meningkatkan fungsi imun.
(bactrim, septra), nistatin (mycostatin), Meskipun tidak ada obat yang tepat,
ketokonazol, pentamidin atau zat seperti AZT ditujukan untuk
AZT/retrovir menghalangi enzim yang
memungkinkan virus memasuki
material genetis sel T4 sehingga dapat
memperlambat perkembangan
penyakit

E. Implementasi Dan Evaluasi

No Tanda
No Tanggal Implementasi Evaluasi (SOAP)
Dx Tangan
1 12 april 2018 1 1. Memantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. S:
mencatat hipertensi, termasuk perubahan  Pasien mengatakan sudah tidak diare lagi.
 Pasien mengatakan sudah tidak demam
postural.
 Pasien mengatakan sudah tidak tidak mudah
Hasil : indicator dari volume cairan sirkulasi
lelah
normal
O:
 Diare (-)
2. Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam.
 Demam (-)
memberikan kompres hangat sesuai indikasi.  Pasien tidak mudah lelah
 Pasien tidak berkeringat malam hari
mempertahankan pakaian tetap kering.
TTV :
mempertahankan kenyamanan suhu lingkungan.
Hasil : meningkatkan kebutuhan metabolisme TD : 120/80
N : 80x/menit
3. Mengkaji turgor kulit, membrane mukosa, dan S : 37 C
rasa haus. RR : 20x/menit
Hasil : turgor kulit dan membrane mukosa baik /
 berat badan pasien naik dari 54 kg menjadi 54.5
lembab
kg
 BAB /diare (-)
 pasien tidak terlihat pucat
3. Memantau pemasukan oral dan memasukka
 sianosis (-)
cairan sedikitnya 2500 ml/hari.  pasien tidak pingsan
Hasil : mempertahankan keseimbangan cairan,  umlah dan warna urin normal
 anoreksia (-)
mengurangi rasa haus, dan melembabkan
 Turgor kulit baik / lembab
membrane mukosa.
A : masalah kekurangan volume cairan tubuh sudah
teratasi
4. Memberikan cairan / elektrolit melalui selang
P : intervensi dihentikan
pemberi makanan / IV
hasil : memperbesar volume sirkulasi, pasien
tidak anoreksia

5. Memantau hasil pem. LAB sesuai indikasi,


mis.. : HB/HT
hasil : kebutuhan cairan adekuat

6. Memberikan Antipiretik, mis.. : asetaminofen


hasil : membantu mengurangi demam dan
respons hiper metabolism, menurunkan
kehilangan cairan tak kasat mata

2 13 april 2018 2 1. Mengkaji kemampuan untuk mengunyah, S:


merasakan, dan menelan.  Pasien tidak mengeluh lemah lagi
Hasil : pasien dapat mengunyah dan mencerna
O:
makanan dengan baik, dan dapat menelan
 Pasien tidak mudah lelah
 Pasien tidak letih
 Pasien tidak lesu
2. Menimbang berat badan sesuai kebutuhan.
 Nafsu makan bertambah, porsi makan habis
Evaluasi berat badan dalam hal adanya berat  Pasien dapat menverna makanan dengan baik
 Berat badan naik dari 54 kg menjadi 54.5 kg
badan yang tidak sesuai. Gunakan serangkaian
 pasien tidak terlihat pucat
pengukuran berat badan dan antropometrik.  pasien tidak sianosis
Hasil : berat badan kembali normal, kenaikan  pasien tidak anoreksia
berat badan dari 54 kg menjadi 54.5 kg A : masalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh sudah teratasi sebagian.
3. Mendorong aktivitas fisik sebanyak fisik P : Lanjutkan intervensi No 2 mandiri dan 2
mungkin kolaborasi
Hasil : nafsu makan meningkat, dan pasien
menjadi lebih sehat

4. Mencatat pemasukan kalori


Hasil : kebutuhan kalori untuk tubuh terpenuhi

5. Mempertahankan status puasa jika di indikasikan


Hasil : muntah berkurang

6. Memberikan suplemen vitamin.


Hasil : kebutuhan vitamin untuk tubuh terpenuhi

3 14 april 2018 3 1. Memonitor tanda-tanda infeksi baru. S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi.
Hasil : pasien tidak terpapar oleh infeksi kuman O:
pathogen di RS  Demam (-)
2. Menggunakan teknik actrim pada setiap tindakan  Pusing (-)
actrim. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan.  Rasa terbakar pada kaki hilang
Hasil : tidak terjadi infeksi  Nyeri dada pleuritis (-)
 Pasien sudah tidak berkeringat malam hari

3. Memberikan lingkungan yang bersih dan


TTV :
berventilasi baik. Periksa pengunjung / staf
TD: 120/80
terhadap tanda infeksi dan pertahankan
N: 80x/menit
kewaspadaan sesuai indikasi
Hasil : tidak terjadi penambahan infeksi yg lebih S: 370 C

parah RR : 20x/menit
4. Memeriksa kultur / sensitivitas lesi, darah, urine  benjolan di daerah leher (-)
dan sputum  Lesi (-)
Hasil : mengurangi demam dan tidak terjadi  Kejang (-)
 Dipsnea (-)
pertumbuhan kuman pathogen penyebab infeksi  nyeri panggul (-)
 nyeri abdomen (-)
 tremor (-)
5. Memberikan antibiotic antijamur / agen
A : masalah infeksi sudah teratasi
antimikroba, missal : trimetroprim (actrim,
P : intervensi dihentikan
septra), nistatin (mycostatin), ketokonazol,
pentamidin atau AZT/retrovir
Hasil : meningkatkan fungsi imun dan tidak
terjadi infeksi
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba


Medika.

Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Sudarth ed. 8. Jakarta: ECG.

Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius

Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis


Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC

Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa
: I Made Kariasa dan Ni Made S. Jakarta: ECG

Vous aimerez peut-être aussi