Vous êtes sur la page 1sur 14

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PASIEN


DENGAN TETANUS

Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Praktik Klinik Keperawatan

Disusun Oleh :
Indah Tri Lestari(14401.15.160016)

PRODI D-III KEPERAWATAN HAFSHAWATY


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2018
ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN TETANUS

A. KONSEP DASAR

I. Pengertian

Tetanus adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh toksin kuman clostiridium

tetani yang dimanefestasikan dengan kejang otot secara proksimal dan diikuti

kekakuan seluruh badan. Kekakuan tonus otot ini selalu nampak pada otot masester

dan otot rangka.

II. Etiologi

Clostiridium tetani adalah kuman yang berbentuk batang seperti penabuh genderang

berspora, golongan gram positif, hidup anaerob. Kuman ini mengeluarkan toksin

yang bersifat neurotoksik (tetanus spasmin), yang mula-mula akan menyebabkan

kejang otot dan saraf perifer setempat. Timbulnya teteanus ini terutama oleh

clostiridium tetani yang didukung oleh adanya luka yang dalam dengan perawatan

yang salah.

III. patofisiologi

Suasana yang memungkinkan organisme anaerob berploriferasi dapat disebabkan

berbagai keadaan antara lain :

a. luka tusuk dalam, misalnya luka tusuk karena paku, kuku, pecahan kaleng, pisau,

cangkul dan lain-lain.

b. Luka karena kecelakaan kerja (kena parang0, kecelakaan lalu lintas.

c. Luka ringan seperti luka gores, lesi pada mata, telinga dan tonsil.
Cara kerja toksin

Toksin diabsorbsi pada ujung saraf motorik dan melalui sumbu limbik masuk ke

sirkulasi darah dan masuk ke Susunan Saraf Pusat (SSP). Toksin bersifak antigen ,

sangat mudah diikat jaringan syaraf dan bila dalam keadaan terikat tidak dapat lagi

dinetralkan oleh toksin spesifik. Toksin yang bebas dalam darah sangat mudah

dinetrakan oleh antitoksin spesifik.

IV. Faktor predisposisi

a. Umur tua atau anak-anak

b. Luka yang dalam dan kotor

c. Belum terimunisasi

V. Tanda dan gejala

a. Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari

b. Ketegangan otot rahang dan leher (mendadak)

c. Kesukaran membuka mulut (trismus)

d. Kaku kuduk (epistotonus), kaku dinding perut dan tulang belakang

e. Saat kejang tonik tampak risus sardonikus

VII. Gambaran umum yang khas pada tetanus

a. Badan kaku dengan epistotonus

b. Tungkai dalam ekstensi

c. Lengan kaku dan tangan mengepal

d. Biasanya keasadaran tetap baik

e. Serangan timbul proksimal dan dapat dicetuskan oleh karena :

1. Rangsang suara, rangsang cahaya, rangsang sentuhan, spontan

2. Karena kontriksi sangat kuat dapat terjadi aspiksia, sianosis, retensi urine, fraktur

vertebralis (pada anak-anak), demam ringan dengan stadium akhir. Pada saat
kejang suhu dapat naik 2-4 derakat celsius dari normal, diaphoresis, takikardia

dan sulit menelan.

VIII. Prognosa

Sangat buruk bila ada OMP (Otitis Media Purulenta), luka pada kulit kepala.

IX. Pemeriksaan diagnostik

a. Diagnosa didasarkan pada riwayat perlukaan disertai keadaan klinis kekakuan

otot rahang.

b. Laboratorium ; leukositosis ringan, peninggian tekanan otak, deteksi kuman sulit

c. Pemeriksaan Ecg dapat terlihat gambaran aritmia ventrikuler

x. Penatalaksanaan

a. Umum

Tetanus merupakan keadaan darurat, sehingga pengobatan dan perawatan harus

segera diberikan :

1. Netralisasi toksin dengan injeksi 3000-6000 iu immunoglobulin tetanus disekitar

luka 9tidak boleh diberikan IV)

2. Sedativa-terapi relaksan ; Thiopental sodium (Penthotal sodium) 0,4% IV drip;

Phenobarbital (luminal) 3-5 mg/kg BB diberikan secara IM, iV atau PO tiap 3-6

jam, paraldehyde 9panal) 0,15 mg/kg BB Per-im tiap 4-6 jam.

3. Agen anti cemas ; Diazepam (valium) 0,2 mg/kg BB IM atau IV tiap 3-4 jam,

dosis ditingkatkan dengan beratnya kejang sampai 9,5 mg/kg BB/24 jam untuk

dewasa.

4. Beta-adrenergik bolcker; propanolol 9inderal) 0,2 mg aliquots, untuk total dari 2

mg IV untuk dewasa atau 10 mg tiap 8 jam intragastrik, digunakan untuk

pengobatan sindroma overaktivitas sempatis jantung.


5. Penanggulangan kejang; isolasi penderita pada tempat yang tenang, kurangi

rangsangan yang membuat kejang, kolaborasi pemeberian obat penenang.

6. Pemberian Penisilin G cair 10-20 juta iu (dosis terbagi0 dapat diganti dengan

tetraciklin atau klinamisin untuk membunuh klostirida vegetatif.

7. Pengaturan keseimbangan cairan dan elektrolit.

8. Diit tKTP melalui oral/ sounde/parenteral

9. Intermittent positive pressure breathing (IPPB) sesuai dengan kondisi klien.

10. Indwelling cateter untuk mengontrol retensi urine.

11. Terapi fisik untuk mencegah kontraktur dan untuk fasilitas kembali fungsi optot

dan ambulasi selama penyembuhan.

b. Pembedahan

1. Problema pernafasan ; Trakeostomi (k/p) dipertahankan beberapa minggu;

intubasi trakeostomi atau laringostomi untuk bantuan nafas.

2. Debridemen atau amputasi pada lokasi infeksi yang tidak terdeteksi.

Gambaran Patofisiologi

Individu terkena

Ekssotoksin

(masa inkubasi 2-21 hari)


Faktor penyebab :
Kuman anaerob (Closteridium
Faktor predisposisi :
tetani) - luka tusuk dalam
- luka karena kecelakaan kerja
Lain-lain : - luka ringan seperti luka gores, lesi pada
mata, telinga dan tonsil

Neurotoksi
Absorbsi melalui ujung saraf sensorik dan motrik

Masuk pembulu arah dan sumbu limbik ke

Susunan Saraf Pusat (SSP) pada intraaaaksonal samapai ganglia/

Simpul saraf

Hilangnya ketidakseimbangan tonus otot

Kekakuan otot

Lokal Generalisata

-trismus Sistem Sistem pernafasan Susunan Saraf

- opistotonus pencernaan Pusat

-risus sardonikud kekakuan otot pernafasan

- kekakuan otot Tekanan intra

dinding perut Gangguan kranial meningkat

- ekstremitas metabolik dan Status konvulsi

(ekstremitas atas proses (kejang yang berlangsung lama

fleksi dan ekstremitas pencernaan lebih dari 10 menit) Kerusakan satu

bawah ekstensi) atau beberapa

hipoksia saraf pusat.


- Proses

supuratif : eliminasi BAB gagal nafas

- Tindakan A,B dan C terganggu

- Atur posisi semi - Gangguan keluampuhan

prone pemenuhan diperlukan alat bantu nafas

- Hentikan kejang nutrisi (Ventilator

- cari penyebab Mekanik/Respirator)

- atasi penyulit

- debridemment Masalah keperawatan :

- Netralisis tetani - ketidak efektifan jalan nafas,

- Nutiris dan cairan gangguan pertukaran gas dan

- gangguan pola nafas

- Hipertermia, gangguan

komunikasi verbal, risiko

ketidakseimbangan cairan dan

elktrolit

- Pemenuhan nutrisi kurang

dari kebutuhan,

B. ASUHAN KEPERWATAN

II. Pengkajian

!. Pengkajian Umum

a. Riwayat penyakit sekarang; adanya luka parah atau luka bakar dan imunisasi

yang tidak adekuat.

b. Sistem Pernafasan ; dyspneu asfiksia dan sianosis akibat kontaksi otot pernafasan

c. Sistem kardio vaskuler; disritmia, takikardia, hipertensi dan perdarahan, suhu


tubuh awal 38-40 C atau febril, terminal 43-44 C

d. Sistem Neurolgis; (awal) irritability, kelemahan, (akhir) konvulsi, kelumpuhan

satu atau beberapa saraf otak.

e. Sistem perkemihan; retensi urine (distensi kandung kencing dan urine out put

tidak ada/oliguria)

f. Sistem pencernaan; konstipasi akibat tidak adanya pergerakan usus.

g. Sistem integumen dan muskuloskletal; nyeri kesemutan tempat luka, berkeringan

(hiperhidrasi). Pada awalnya didahului trismus, spasme oto muka dengan

meningkatnya kontraksi alis mata, risus sardonicus, otot-otot kaku dan kesulitan

menelan. Apabila hal ini berlanjut akan terjadi status konvulsi dan kejang umum.

2. Setelah dianalisa dari data yang ada maka timbul beberapa masalah keperawtan

atau amasalah kolaboratif.

a. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum

pada trakea dan spame otot pernafasan.

b. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme

otot-otot pernafasan.

c. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin

(bakterimia)

d. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot

pengunyah

e. Hubungan interpersonal terganggu berhubungan dengan kesulitan bicara

f. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kondisi lemah

dan sering kejang

g. Risiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

intake yang kurang dan oliguria

h. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang

i. Kurangnya pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit tetanus dan

penanggulangannya berhbungan dengan kurangnya informasi.


j. Kurangnya kebutuhan istirahat berhubungan dengan seringnya kejang

III. Rencana Keperawatan

a. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum

pada trakea dan spame otot pernafasan, ditandai dengan ronchi, sianosis,

dyspneu, batuk tidak efektif disertai dengan sputum dan atau lendir, hasil

pemeriksaan lab, Analisa Gasa Darah abnormal (Asidosis Respiratorik)

Tujuan : Jalan nafas efektif

Kriteria :

- Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada

- Pernafasan 16-18 kali/menit

- Tidak ada pernafasan cuping hidung

- Tidak ada tambahan otot pernafasan

- Hasil pemeriksaan laboratorium darah Analisa Gas Darah dalam batas normal

(pH= 7,35-7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)

Intervensi dan Rasional

1. Bebaskan jalan nafas dengan mengatur posisi kepala ekstensi

R/ Secara anatomi posisi kepala ekstensi merupakan cara untuk meluruskan rongga

pernafasan sehingga proses respiransi tetap berjalan lancar dengan menyingkirkan

pembuntuan jalan nafas.

2. Pemeriksaan fisik dengan cara auskultasi mendengarkan suara nafas (adakah

ronchi) tiap 2-4 jam sekali

R/ Ronchi menunjukkan adanya gangguan pernafasan akibat atas cairan atau sekret

yang menutupi sebagian dari saluran pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk

mengoptimalkan jalan nafas.

3. Bersihkan mulut dan saluran nafas dari sekret dan lendir dengan melakukan

suction

R/ Suction merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan sekret, sehingga


mempermudah proses respirasi.

4. Oksigenasi

R/ Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan

oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia.

5. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam

R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan

kerja jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang

memanjang/lama.

6. Observasi timbulnya gagal nafas.

R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis

dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation).

7. Kolaborasi dalam pemberian obat pengencer sekresi(mukolitik)

R/ Obat mukolitik dapat mengencerkan sekret yang kental sehingga mempermudah

pengeluaran dan memcegah kekentalan.

b. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme

otot-otot pernafasan, yang ditandai dengan kejang rangsanng, kontraksi otot-otot

pernafasan, adanya lendir dan sekret yang menumpuk.

Tujuan : Pola nafas teratur dan normal

Kriteria :

- Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan pemenuhan kebutuahn oksigen

- Tidak sesak, pernafasan normal 16-18 kali/menit

- Tidak sianosis.

Intervensi dan raasional.

1. Monitor irama pernafasan dan respirati rate

R/ Indikasi adanya penyimpangan atau kelaianan dari pernafasan dapat dilihat dari

frekuensi, jenis pernafasan,kemampuan dan irama nafas.

2. Atur posisi luruskan jalan nafas.


R/ Jalan nafas yang longgar dan tidak ada sumbatan proses respirasi dapat berjalan

dengan lancar.

3. Observasi tanda dan gejala sianosis

R/ Sianosis merupakan salah satu tanda manifestasi ketidakadekuatan suply O2 pada

jaringan tubuh perifer .

4. Oksigenasi

R/ Pemberian oksigen secara adequat dapat mensuplai dan memberikan cadangan

oksigen, sehingga mencegah terjadinya hipoksia.

5. Observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam

R/ Dyspneu, sianosis merupakan tanda terjadinya gangguan nafas disertai dengan

kerja jantung yang menurun timbul takikardia dan capilary refill time yang

memanjang/lama.

6. Observasi timbulnya gagal nafas.

R/ Ketidakmampuan tubuh dalam proses respirasi diperlukan intervensi yang kritis

dengan menggunakan alat bantu pernafasan (mekanical ventilation).

7. Kolaborasi dalam pemeriksaan analisa gas darah.

R/ Kompensasi tubuh terhadap gangguan proses difusi dan perfusi jaringan dapat

c. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin

(bakterimia) yang dditandai dengan suhu tubuh 38-40 oC, hiperhidrasi, sel darah

putih lebih dari 10.000 /mm3

Tujuan Suhu tubuh normal

Kriteria : 36-37oC, hasil lab sel darah putih (leukosit) antara 5.000-10.000/mm3

1. Atur suhu lingkungan yang nyaman

R/ Iklim lingkungan dapat mempengaruhi kondisi dan suhu tubuh individu sebagai

suatu proses adaptasi melalui proses evaporasi dan konveksi.

2. Pantau suhu tubuh tiap 2 jam


R/ Identifikasi perkembangan gejala-gejala ke arah syok exhaution.

3. Berikan hidrasi atau minum ysng cukup adequat

R/ Cairan-cairan membantu menyegarkan badan dan merupakan kompresi badan dari

dalam.

4. Lakukan tindakan teknik aseptik dan antiseptik pada perawatan luka.

R/ Perawatan lukan mengeleminasi kemungkinan toksin yang masih berada disekitar

luka.

5. Berikan kompres dingin bila tidak terjadi ekternal rangsangan kejang.

R/ Kompres dingin merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh dengan

cara proses konduksi.

6. Laksanakan program pengobatan antibiotik dan antipieretik.

R/ Obat-obat antibakterial dapat mempunyai spektrum lluas untuk mengobati

bakteeerria gram positif atau bakteria gram negatif. Antipieretik bekerja sebagai

proses termoregulasi untuk mengantisipasi panas.

7. Kolaboratif dalam pemeriksaan lab leukosit.

R/ Hasil pemeriksaan leukosit yang meningkat lebih dari 10.000 /mm3

mengindikasikan adanya infeksi dan atau untuk mengikuti perkembangan pengobatan

yang diprogramkan.

d. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot

pengunyah yang ditandai dengan intake kurang, makan dan minuman yang

masuk lewat mulut kembali lagi dapat melalui hidung dan berat badan menurun

ddiserta hasil pemeriksaan protein atau albumin kurang dari 3,5 mg%.

Tujuan kebutuhan nutrisi terpenuhi.

Kriteria :

- BB optimal

- Intake adekuat

- Hasil pemeriksaan albumin 3,5-5 mg %


Intervensi dan rasional

1. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam makan dan pentingnya

makanan bagi tubuh

R/ Dampak dari tetanus adalah adanya kekakuan dari otot pengunyah sehingga klien

mengalami kesulitan menelan dan kadang timbul refflek balik atau kesedak. Dengan

tingkat pengetahuan yang adequat diharapkan klien dapat berpartsipatif dan

kooperatif dalam program diit.

2. Kolaboratif :

a. Pemberian diit TKTP cair, lunak atau bubur kasar.

R/ Diit yang diberikan sesuai dengan keadaan klien dari tingkat membuka mulut dan

proses mengunyah.

b. Pemberian carian per IV line

R/ Pemberian cairan perinfus diberikan pada klien dengan ketidakmampuan

mengunyak atau tidak bisa makan lewat mulut sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi.

c. Pemasangan NGT bila perlu

R/ NGT dapat berfungsi sebagai masuknya makanan juga untuk memberikan obat.
KEPUSTAKAAN

Soeparman; 1990; Ilmu Penyakit Dalam; Universitas Indonesia Press; Jakarta

Deanna etc.: 1991; Infectious Diseases; St. Louis Mosby Year Book.

Theodore R.; 1993; Ilmu Bedah; EGC; Jakarta

Marlyn Doengoes; 1993; Nursing Care Plan; Edisi III, Philadelpia

Vous aimerez peut-être aussi

  • Kebutuhan Dasar Manusia Komprehensif
    Kebutuhan Dasar Manusia Komprehensif
    Document202 pages
    Kebutuhan Dasar Manusia Komprehensif
    Ridho Arendo
    50% (2)
  • Ephinephrine
    Ephinephrine
    Document2 pages
    Ephinephrine
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Format Penilaian Askep
    Format Penilaian Askep
    Document1 page
    Format Penilaian Askep
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Siap Print Ich
    Siap Print Ich
    Document9 pages
    Siap Print Ich
    Riskiyah Syaqueena
    Pas encore d'évaluation
  • Kompres Hangat Real
    Kompres Hangat Real
    Document1 page
    Kompres Hangat Real
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Bukti Perbaikan
    Bukti Perbaikan
    Document5 pages
    Bukti Perbaikan
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Kelompok Komunitas Dengan 3 Dusun
    Daftar Kelompok Komunitas Dengan 3 Dusun
    Document1 page
    Daftar Kelompok Komunitas Dengan 3 Dusun
    levina dian
    Pas encore d'évaluation
  • Daftar Kelompok Komunitas Dengan 3 Dusun
    Daftar Kelompok Komunitas Dengan 3 Dusun
    Document17 pages
    Daftar Kelompok Komunitas Dengan 3 Dusun
    levina dian
    Pas encore d'évaluation
  • Waham
    Waham
    Document24 pages
    Waham
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • LP CA Mammae
    LP CA Mammae
    Document3 pages
    LP CA Mammae
    fatimatus zahro
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document1 page
    Cover
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Bukti Perbaikan
    Bukti Perbaikan
    Document1 page
    Bukti Perbaikan
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Anfis Otak
    Anfis Otak
    Document61 pages
    Anfis Otak
    Mohammad Ryan Ipung
    Pas encore d'évaluation
  • Halusinasi
    Halusinasi
    Document22 pages
    Halusinasi
    fatimatus zahro
    Pas encore d'évaluation
  • LP Efusi Pleura Jadi
    LP Efusi Pleura Jadi
    Document13 pages
    LP Efusi Pleura Jadi
    Arika Firdaus
    Pas encore d'évaluation
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Document4 pages
    Analisa Data
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • LP Efusi Pleura Jadi-1
    LP Efusi Pleura Jadi-1
    Document8 pages
    LP Efusi Pleura Jadi-1
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Cover
    Cover
    Document4 pages
    Cover
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • LP CA Mammae
    LP CA Mammae
    Document3 pages
    LP CA Mammae
    fatimatus zahro
    Pas encore d'évaluation
  • Ca Mammae
    Ca Mammae
    Document13 pages
    Ca Mammae
    Azer Az Zahra
    Pas encore d'évaluation
  • PATHWAY
    PATHWAY
    Document1 page
    PATHWAY
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Epidural Hematoma
    Epidural Hematoma
    Document1 page
    Epidural Hematoma
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Miastenia Gravis
    Miastenia Gravis
    Document25 pages
    Miastenia Gravis
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Epidural Hematoma
    Epidural Hematoma
    Document10 pages
    Epidural Hematoma
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Kompres Hangat Real
    Kompres Hangat Real
    Document1 page
    Kompres Hangat Real
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • LP Hipotensi
    LP Hipotensi
    Document10 pages
    LP Hipotensi
    sukriadi
    100% (1)
  • Ephinephrine
    Ephinephrine
    Document12 pages
    Ephinephrine
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Rencana Keperawatan
    Rencana Keperawatan
    Document3 pages
    Rencana Keperawatan
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Ephinephrine
    Ephinephrine
    Document2 pages
    Ephinephrine
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation
  • Analisa Data
    Analisa Data
    Document4 pages
    Analisa Data
    IYAZUM HAYANI
    Pas encore d'évaluation