Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Oklusi vena retina adalah salah satu gangguan pembuluh darah yang
mempengaruhi penglihatan.1 Oklusi vena retina merupakan penyebab kedua
gangguan penglihatan setelah diabetic neuropathy.2 Oklusi cabang vena retina dan
oklusi vena sentral retina adalah dua tipe dasar oklusi vena. Oklusi cabang vena retina
atau yang disebut juga branch retinal vein occlusion tiga kali lebih sering terjadi
daripada oklusi vena sentral retina. Penyebab terjadinya Branch Retinal Vein
Occlusion (BRVO) adalah multifactorial. Pada dasarnya penyebab BRVO adalah
faktor sistemik yakni hipertensi dan kelainan anatomi yaitu persilangan
arteriovenous.1
Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO) pada umumnya terjadi lebih dari 90%
pada usia lebih dari 50 tahun. BRVO pertama kali dijelaskan oleh Leber pada tahun
1877. Pada BRVO yang mengalami oklusi adalah salah satu cabang dari vena retina
sentral. Adanya oklusi pada cabang vena retina menyebabkan perdarahan intra-retina
segmental dan tidak melebihi garis tengah.1
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : Tn.B
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Pendidikan : SMA
Status : Menikah
Alamat : RT 27 Talang Bakung
2
merah, berair, dan perasaan melihat silau atau cahaya. Riwayat trauma
kepala disangkal.
3
Respiratory rate : 24 x/menit
Suhu : afebris
Pemeriksaan eksternal
OD OS
4
Pemeriksaan eksternal
Palpebra Inferior edema (-), hiperemis (-) edema (-), hiperemis (-)
Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
lytiasis (-). lythiasis (-)
5
Jaringan fibrovaskuler (-) Jaringan fibrovaskuler (-)
Reflek cahaya Direct (+), Indirect (+) Direct (+), Indirect (+)
Diameter 3 mm 3mm
6
(-) Reguller (+) Isokor (-) Reguller (+)
Lensa Jernih, iris shadow test (-) Jernih, iris shadow test (-)
Tonometri
Funduscopy
OD OS
Media : Bening Media : Bening
Papil : Batas Tegas, warna merah Papil : Batas Tegas, warna merah muda,
muda, C/D 0,4 C/D 0,4
Pembuluh darah : Arteri : Vena (2:3) Pembuluh darah : Arteri : Vena (2:3)
Retina : Perdarahan (-), Eksudat (-), Retina : bercak perdarahan (+) pada
Sikatrik (-), pigmen (-) kuadran infranasal, bercak putih (+),
Makula : Refleks Povea (+) Sikatrik (-), pigmen (-).
Makula : Refleks Povea (+)
Pemeriksaan pada keadaan midriasis
OD OS
Tidak dilakukan
7
Pemeriksaan Umum
Tekanan darah :
Paru-Paru : tidak ada kelainan
120/90 mmHg
Suhu : 36,6
Pernafasan : 24
x/mnt
V. DIAGNOSIS KERJA
BRVO (Branch Retina Vein Oclution)
8
VII. ANJURAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan GDS/GDP
Pemeriksaan profil lipid
Fundus Flourescein Angiografi
VIII. PENATALAKSANAAN
Non farmakologi
- Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan kemungkinan
penyebab penyakit.
- Mengatur pola makan yang baik dan olahraga secara teratur.
- Evaluasi berkala faktor penyebab penyakit.
Farmakologi
Tetes mata prednisone acetate 1-2 tetes OS, 2-4 kali sehari
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Retina adalah lapisan berlapis dengan sifat yang semi transparan, tipis, dan
banyak mengandung jaringan saraf yang melewati bagian dalam posterior dari 2/3
bagian dinding bola mata. Retina membentang dari dari corpus cilliare, dan berakhir
di ora serrata. Pada orang dewasa ora serrata berukuran lebih kurang 6.5 mm berada
di belakang Schwalbe’s Line pada sisi temporal dan 5.7 mm di belakang sisi nasal.
Sisi terluar dari sensori retina berhadapan langsung dengan epitel pigmen retina, yang
mudah terlepas membentuk ruang subretina pada pelepasan retina. Retina dan epitel
pigmen retina menyatu kembali pada discus opticus dan ora serrata, yang membatasi
sebaran cairan subretina pada pelepasan retina. Pelepasan choroid membentang di
antara ora serrata, dibawah pars plana dan pars plicata. Lapisan epitel pada
permukaan bagian dalam corpus cilliare dan permukaan posterior dari iris merupakan
perpanjangan anterior retiona dan epitel pigmen retina. Permukaan dalam retina
berbatasan langsung dengan corpus vitreous. Retina terbagi atas 3 lapis utama yang
membuat sinaps saraf retina, yaitu sel kerucut dan batang, sel bipolar, dan sel
ganglion.6
10
Gambar 1. Struktur bagian dalam mata manusia.6
11
8. Membrana Limitans Externa (lapisan yang memisahkan antara bagian dalam
fotoreseptor dari badan selnya)
9. Stratum Kerucut dan Batang
10. Epitel Pigmen
Retina memiliki ketebalan lebih kurang 0.1 mm pada bagian ora serrata dan
0.56 mm pada kutub posterior. Pada bagian tengah posterior dari retina terdapat
macula dengan diameter 3 mm, yang dapat diidentifikasi berupa area dengan pigmen
kekuningan. Pigmentasi yang ada pada daerah tersebut disebabkan oleh warna
pigmen luteal (Xanthophyll). Pada bagian ini, sel ganglion lebih banyak
terkonsentrasi dari bagian lainnya. Bagian tengah macula, berjarak sekitar 4 mm
12
bagian lateral discus opticum, terdapat fovea centralis. Fovea centralis dapat
diidentifikasi secara klinis berupa daerah depresi yang membentuk beberapa refleksi
ketika dilihat menggunakan ophthalmoscop. Hal ini disebabkan oleh karena zona
avascular dari angiography fluorescein. Secara histologis, fovea ditandai dengan
penipisan lapisan nuclearis externa dan hilangnya lapisan parenkim yang lain sebagai
hasil dari lapang oblique axon sel fotoreseptor (lapisan serat Henle) dan pergeseran
secara sentrifugal lapisan retina yang semakin mendekat ke permukaan retina.
Foveola adalah daerah paling pusat dari fovea, yang hanya terdiri dari fotoreseptor sel
kerucut, dengan ketebalan 0.25 mm (bagian paling tipis dari retina). Pada kondisi
normal, rongga extraseluler retina terkosong berada paling besar kemungkinannya di
daerah macula, dan penyakit yang menyebabkan akumulasi material extraselular
dapat menyababkan penebalan pada daerah ini.6
Pada bagian posterior, retina tidak terdiri dari 10 lapisan. Hal ini untuk
memudahkan sinar dari luar mencapai sel kerucut dan batang. Bagian ini disebut
makula lutea yang pada pemeriksaan funduskopi koroid terlihat lebih jelas karena
tipis adanya refleks fovea karena sinar dipantulkan kembali. Fovea sentral merupakan
bagian retina yang sangat sensitif dan yang akan menghasilkan ketajaman penglihatan
maksimal atau 6/6. Jika terjadi kerusakan pada fovea sentral ini, maka ketajaman
penglihatan sangat menurun karena pasien akan melihat dengan bagian perifer
makula lutea.5
13
secara sentrifugal lapisan retina yang lebih dekat ke permukaan dalam retina. Foveola
adalah bagian paling tengah pada fovea, di sini fotoreseptornya adalah sel kerucut,
dan bagian retina paling tipis.6
Retina menerima nutrisi dari dua sistem sirkulasi, yakni pembuluh darah
retina dan uvea atau pembuluh darah koroid. Keduanya berasal dari arteri
ophthalmica yang merupakan cabang pertama dari arteri carotis interna. Cabang
utama dari arteri ophthalmica merupakan arteri retina sentral, arteri siliaris posterior,
dan cabang muskular. Secara khas, dua arteri siliaris posterior ada pada bagian ini,
yakni medial dan lateral, namun kadang-kadang sepertiga arteri siliaris posterior
superior juga dapat terlihat. Arteri siliaris posterior kemudian terbagi menjadi dua
arteri siliaris posterior yang panjang dan menjadi beberapa cabang arteri siliaris
posterior yang pendek.6
14
Gambar 3. Funduskopi retina normal.4
Oklusi vena retina adalah gangguan vascular retina yang sering terjadi dan
mudah didiagnosis, serta berpotensi menyebabkan kebutaan. Klasifikasi oklusi vena
retina yaitu oklusi vena sentralis retina dan oklusi cabang vena retina. Oklusi cabang
vena retina biasanya terjadi di tempat-tempat persilangan arteriovenous. Salah satu
tanda dari oklusi cabang vena retina adalah adanya penurunan tajam penglihatan.
Ketajaman penglihatan menurun jika terjadi edema pada macula.11
15
Gambar 4. Fundus photograph of left eye showing superotemporal BRVO
BRVO adalah kelainan pada retina yang paling umum terjadi dalam praktek
klinis. Ini adalah penyakit dari kelompok usia tua dengan 90 % dari pasiennya berusia
lebih dari 50 tahun. BRVO secara umum terjadi pada satu mata saja atau unilateral,
namun dari data epidemiologi sebanyak 9% kasus BRVO terjadi pada kedua mata
1
atau bilateral. Prevalensi BRVO 3 kali lebih tinggi dibandingkan dengan CRVO.
Sebanyak 66% kasus BRVO terjadi diquadran supratemporal, sedangkan 22- 43%
terjadi pada inferotemporal quadran. Sebanyak 7% pasien dengan BRVO dapat
mengalami serangan kedua dalam kurun waktu 4 tahun. 3
Sebuah studi tahun 2010 melaporkan prevalensi BRVO menjadi 2,8 per 1000
kejadian pada kulit putih, 3,5 pada orang kulit hitam, 5.0 di Asia, dan 6.0 di Hispanik
Sebuah penelitian kohort populasi menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara pria dan wanita dalam terjadinya BRVO. Prevalensi semua jenis RVO
meningkat dengan usia. Kebanyakan BRVOs terlihat pada pasien berusia lebih dari
50 tahun, dengan tingkat tertinggi terjadinya selama dekade ketujuh dan kedelapan.
16
Stratifikasi usia ini mungkin karena hubungan usia dengan aterosklerosis. Ketika
RVO terlihat pada pasien yang lebih muda, mereka lebih mungkin untuk memiliki
koagulopati yang mendasari terjadinya BRVO, dan pasien lebih muda dari 45-50
tahun yang tidak memiliki faktor risiko kardiovaskular harus diskrining untuk
kelainan koagulopati.8
Faktor risiko terjadinya BRVO meliputi faktor sistemik dan anatomi lokal.
Faktor risiko sistemik BRVO diantaranya Hipertensi dan kelianan kardiovaskular.
Faktor risiko anatomi lokal penyebab terjadinya BRVO adalah persilangan
arterioveous. Selain faktor risiko sistemik dan kelainan anatomi lokal, penyakit pada
mata termasuk glaukoma dan hyperopia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya
BRVO. Tekanan darah tinggi adalah penyebab paling umum untuk BRVO. 1
17
Tabel 1. Faktor risiko BRVO 2
18
atas vena dalam 97% dari persilangan arteriovenous yang menyebabkan terjadinya
BRVO. Sekitar 60% dari persilangan arteriovenous yang normal, arteri terletak
anterior ke vena. Hal ini menyatakan bahwa persimpangan arteri yang terletak
dianterior vena mungkin menjadi salah satu faktor risiko BRVO. Arteri melakukan
tekanan mekanik pada vena dimana hal ini menjadi penyebab utama dalam
patogenesis BRVO. Dua penelitian menemukan bahwa 2,4% BRVO terjadi pada
persilangan arteriovenous. Adanya kompresi pada vena oleh kekakuan arteri dapat
mengakibatkan aliran turbulen, endotel mengalami kerusakan, trombosis dan oklusi. 1
Patogenesis RVO adalah multifaktorial sementara pathogenesis terjadinya
BRVO kemungkinan karena kombinasi dari tiga faktor utama yaitu : kompresi vena
di persilangan arteriovenous ( A / V ), perubahan degeneratif dinding pembuluh darah
dan faktor hematologi yang abnormal. Pada bagian berikut faktor-faktor ini dibahas. 3
Persilangan Arteriovenous
Koyanagi pada tahun 1928 pertama kali melaporkan adanya hubungan
antara BRVO dan persilangan arteriovenous, dan saat ini ditetapkan bahwa
penyempitan mekanik dari lumen vena di persilangan ini berperan dalam patogenesis
BRVO. Faktor anatomi dari adanya persilangan arteriovenous dan efek sekunder dari
arteriosclerosis dapat menjelaskan kerentanan dari terjadinya oklusi vena. Pada
sebagian besar persilangan arteriovenous, vena yang berdinding tipis terletak di
antara arteri yang berdinding tebal dan lebih kaku. Pembagian oleh arteri dan vena
dari selubung adventisia dan penyempitan lumen vena yang biasanya terjadi pada
persilangan arteriovenous menjadi penyebab untuk terjadinya BRVO. Risiko oklusi
dapat meningkat ketika terjadi sclerosis arteriol sehingga terjadi peningkatan
kekakuan arteri pada tempat persilangan. Duker dan Brown memberikan dukungan
teori ini yang secara lebih lanjut meneliti secara mekanik resiko BRVO, mereka
memeriksa anatomi persilangan arteriovenous di lokasi oklusi pada 26 mata dengan
19
BRVO. Ditemukan di semua pasien yang diteliti arteri terletak anterior terhadap vena
(menuju rongga vitreous). 3
Zhao et al. mengevalusi posisi anatomi pembuluh darah pada persilangan
arteriovenous di 106 mata dengan BRVO dan menemukan letak arteri anterior
terhadap vena di 99% dari mata yang terkena. Namun, faktor risiko lain juga
memainkan peranan penting, karena sekitar 60% dari persilangan arteriovenous tidak
menyebabkan BRVO meskipun arteri terletak anterior ke vena. 3
20
berhubungan dengan gangguan sistemik ini dapat mengakibatkan kompresi lebih
lanjut dari vena, ketika kekakuan meningkat dari dinding arteri dan kontraksi
selubung adventisia bersama oleh arteri dan vena terjadi. obstruksi mekanik dari vena
melalui kekakuan arteri di persilangan arteriovenous dapat mengakibatkan aliran
darah turbulen yang menyebabkan kerusakan endotelium dan intima media pada
pembuluh darah vena dan menyebabkan terjadinya oklusi vena. Aliran darah turbulen
dikonfirmasi oleh Christoffersen dan Larsen dalam penelitian yang menganalisis
angiogram fluorescein dari 250 pasien dengan BRVO.3
Gangguan Hematologi
Beberapa penelitian telah mengungkapkan hubungan antara BRVO dan
hiperviskositas karena kadar hemotokrit yang tinggi. Viskositas darah meningkat
dalam kondisi aliran darah yang rendah dan agregasi eritrosit. Viskositas terutama
tergantung pada hematokrit dan fibrinogen plasma. Gangguan hematologi lain
dibahas dalam patogenesis BRVO adalah disregulasi keseimbangan trombosis -
fibrinolisis. Cascade koagulasi termasuk berbagai hasil faktor darah dalam produksi
trombin yang mengkonversi fibrinogen ke fibrin. Koagulasi dihambat oleh
antikoagulan tertentu termasuk protein C, protein S , dan antitrombin. Hasil penelitian
yang diterbitkan, namun, tidak konsisten, dan peran faktor koagulasi dalam
pengembangan RVO masih belum jelas.3
21
beberapa penulis lain telah melaporkan tingkat normal pada pasien dengan RVO.
Konsep ketahanan terhadap aktivasi protein C (disebut resistensi APC) pertama kali
diperkenalkan oleh Dahlb¨ Jack et al. pada tahun 1993.Rresistensi APC kemudian
terbukti menjadi faktor risiko untuk trombosis vena. Lebih dari 90% pasien dengan
resistensi APC telah menunjukan memiliki mutasi titik tunggal dalam gen faktor V.
Mutasi ini menghambat degradasi faktor V biasanya terjadi melalui protein C.
Beberapa peneliti telah melaporkan peningkatan frekuensi resistensi APC dalam
kelompok pasien dengan RVO, tetapi asosiasi ini belum dikonfirmasi dalam studi
lain. Selain itu, beberapa hasil tidak dapat disimpulkan karena sampel pasien kecil
atau kurangnya kelompok kontrol. Meta-analisis dari Janssen et al. menunjukkan
rasio ganjil untuk faktor V mutasi Leiden pada pasien dengan RVO 1,5 (95% CI 0,8-
3,2). Meskipun bukti pentingnya mutasi Leiden, efek dari gangguan hematologi ini
dalam etiologi RVO hanya marjinal.3
Defisiensi Antithrombin dan Mutasi di Prothrombin Gene
Dalam studi terbaru dari pasien dengan RVO, tidak ditemukan adanya
hubungan yang signifikan dengan defisiensi antitrombin atau dengan mutasi
protrombin.3
22
dan trombosis. Kadar homosistein dapat ditingkatkan dengan kebiasaan diet, obat-
obatan resep, atau mutasi enzimatik yang mempengaruhi metabolisme homosistein.
Hasil meta-analisis mengkonfirmasi jumlah homocysteine menjadi faktor risiko
independen untuk RVO. Loewenstein et al. menyelidiki prevalensi mutasi genetik
dalam reduktase enzim methylentetrahydrofolate (MTHFR) yang kegiatannya
terganggu dapat menyebabkan hyperhomocysteinemia. Prevalensi mutasi ini secara
signifikan lebih tinggi pada pasien dengan RVO dibandingkan dengan kejadian
MTHFR pada populasi kontrol. Namun, hasil ini tidak dikonfirmasi dalam studi lain.
Meta-analisis Cahill et al. menunjukkan hubungan antara oklusi vaskular retina dan
hyperhomocysteinemia tapi tidak dengan mutasi pada gen untuk MTHFR.3
Perkembangan edema makula (ME) yang terjadi akibat BRVO telah diduga
disebabkan oleh perpindahan cairan dari pembuluh ke jaringan menurut hukum
Starling, yang didasarkan pada pemecahan barrier pembuluh darah (BRB) sebagai
akibat dari kerusakan sel kapiler endotel, adhesi vitreoretinal, dan sekresi ke dalam
vitreous faktor vasopermeability diproduksi di retina. Pengamatan oleh Noma et al.
menunjukkan bahwa pada pasien dengan BRVO, oklusi vaskular menginduksi
ekspresi vascular faktor pertumbuhan endotel (VEGF) dan Interleukin-6 (IL-6),
mengakibatkan BRB mengalami kerusakan dan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah. Dengan demikian, VEGF dan IL-6 dapat berkontribusi pada pengembangan
dan perkembangan vasogenik ME di BRVO. ME sangat erat kaitannya dengan
hipoksia retina, dan tingkat hipoksia di pusat makula sesuai dengan penurunan
ketajaman visual (VA). Jika hipoksia berlanjut, terjadi perubahan struktural
ireversibel dalam macula dan tpenurunan tajam penglihatanhampir selalu terjadi.
Secara umum diketahui bahwa ME dan perdarahan intraretinal terjadi di BRVO
biasanya hilang dalam waktu 6 sampai 12 bulan.3
23
3.6 MANIFESTASI KLINIS BRANCH RETINAL VEIN OCCLUSION
Gejala dari BRVO adalah adanya blind spot ataupun penurunan tajam
penglihatan yang biasanya terjadi pada salah satu mata saja atau unilateral.7
Anamnesis pasien BRVO fokus pada waktu, tingkat keparahan, dan karakter dari
kehilangan penglihatan, ada atau tidak adanya trauma, unilateral atau bilateral, dan
gejala terkait. Hal lain yang juga penting untuk ditanyakan yaitu faktor-faktor risiko. 8
24
Gambar 6. Fundus photograph of left eye showing infratemporal BRVO
Secara umum, diagnosis BRVO bukan masalah besar karena fitur klasik.
Kebanyakan BRVO bisa tanpa gejala atau dengan pandangan kabur yang biasanya
melibatkan sektor bidang visual yang sesuai dengan daerah retina yang terlibat. Pada
makula BRVO, selalu ada gangguan visual sentral dengan penglihatan perifer normal.
Akut BRVO menyajikan fitur klinis yang khas dengan berbentuk api, dot dan blot
perdarahan, lembut dan eksudat keras, edema retina, dan melebar, vena berliku-liku
dalam distribusi segmental. Tanda-tanda oklusi adalah selubung pembuluh darah dan
adanya kolateral vena.3
Gejala dari BRVO adalah adanya blind spot ataupun penurunan tajam
penglihatan yang biasanya terjadi pada salah satu mata saja atau unilateral. 8 Tanda
dari BRVO adalah :
25
2) Cotton wool spots.
3) Edema retina.
4) Neovaskularisasi retina.
5) Perdarahan vitreus.
6) Penyempitan dan selubung arteri yang berdekatan.8
26
Diagnosis didasarkan pada pemeriksaan klinis dengan slit lamp dan
funduskopi yang sebelumnya dilakukan midriasis. Tajam penglihatan pentingnya
untuk prognosis visual yang di masa depan. BRVO sering mengarah ke zona non-
perfusi retina di daerah oklusi. Fluorescein angiography sangat berguna dalam
menentukan sejauh mana ME dan iskemia, meskipun daerah iskemik sering
dikaburkan oleh kehadiran perdarahan intraretinal. Neovaskularisasi retina terjadi
pada 36% dari mata dengan luas non-perfusi lebih besar dari 5 diameter disc. RVO
dikaitkan dengan peningkatan penyebab kematian vaskular (baik otak dan jantung) di
studi prospektif tindak lanjut yang besar. Pada semua pasien dengan RVO, yang
faktor sistemik risiko (hipertensi, diabetes mellitus, gangguan lipid darah) harus
diselidiki dan dikelola oleh spesialis yang tepat.7
1. Hypertensive retinopathy
2. Ocular ischemic syndrome
3. Radiation retinopathy
4. Retinal Artery Occlusion
5. Retinal Detachment
6. Temporal Arteritis
7. Vitreous Hemorrhage in Emergency Medicine
Terapi untuk RVO dimasa lalu digunakan untuk semua jenis oklusi vena
retina ( cabang, pusat dan hemi - tengah retina). Manajemen saat ini didasarkan pada
rekomendasi dari studi BRVO dan teknik bedah. Pilihan pengobatan pada BRVO
27
juga mengobati etiologi yang mendasari BRVO. Fokus pengangan BRVO yaitu pada
pengobatan gejala sisa dari oklusi cabang vena seperti edema macula dan perdarahan
vitreous.1
Terapi Bedah
Adanya kolaterah pembuluh darah di cabang oklusi vena retina memiliki efek
menguntungkan pada prognosis visual. Argonlaser-photocoagulation dapat mencegah
dan mengatasi neo-vascularitation. Penggunaan dari intra vitreous triamcinolone
acetonide semakin digunakan untuk pengobatan makula edema yang tidak responsif
terhadap terapi laser. Dua atau empat miligram (0,05 atau 0,1 ml, masing-masing)
dari triamsinolon acetonide (Kenalog, Bristol-Myers Squibb) disuntikkan melalui
pars rendah plana dalam kondisi steril. Penggunaan thrombolytic secara sistemik
terbatas karena efek samping yang serius tetapi mungkin membantu ketika
disuntikkan secara intra-okular.1
Perawatan Medis
Perawatan medis dari oklusi vena retina terdiri dari tiga tahap utama:1
28
BRVO adalah suatu kondisi yang dapat secara signifikan diobati dengan
pengobatan modern. Pilihan pengobatan yang terbaik hanya dapat dilakukan dan
bergantung pada kondisi individual di mana pola klinis dan durasi lamanya penyakit
dan kemudian opsi yang dibahas dalam semua temuan klinis.10
Manajemen dapat berkisar dari periode pengamatan melalui operasi. Hal ini
termasuk:10
1. Observasi:
2. Laser
29
3. Triamcinolone
4. Avastin
5. Bedah
30
rendah dan terjadi pada 1:5000. Prosedur ini dilakukan di ruang operasi di
bawah anestesi lokal dengan sedasi.10
VA adalah indikator yang sangat sensitif dari situasi oksigen dalam makula.
Untuk alasan ini, pra-perawatan VA mungkin merupakan faktor prognostik penting.
Enam penelitian menganalisis hubungan antara awal dan akhir VA ditemukan lima
yang digunakan dalam analisis data dengan memuaskan yaitu VA akhir (20/200 atau
lebih buruk) dalam kaitannya dengan inisial VA. Ada 2 kelompok; pertama terdiri
31
dari mata dengan VA awal 20/50 atau lebih baik dan kelompok kedua mata dengan
VA awal 20/200 atau lebih buruk. Pada kelompok kedua ditemukan persentase jauh
lebih tinggi dari mata dengan VA akhir dari 20/200 atau lebih buruk, terlepas apakah
mata telah menjalani perawatan laser atau tidak. Karena ada yang berbeda dibagi
subkelompok untuk akhir VA.3
Magargal et al. menyelidiki prognosis visual dalam 246 mata dengan BRVO
dibagi menjadi dua kelompok: dengan dan tanpa perawatan laser. Dari analisis
diperoleh bahwa pada kelompok mata dengan awal VA 20/50 atau lebih baik, tidak
ada mata (tidak menerima perawatan laser) dan hanya 13% mata (telah menjalani
perawatan laser) memiliki VA akhir dari 20/200 atau lebih buruk, sedangkan pada
kelompok mata dengan (perawatan laser telah menjalani) awal VA 20/200 atau lebih
buruk, 83% dari mata (tidak menerima perawatan laser) dan 50% dari mata memiliki
akhir VA tidak memuaskan ini. Dalam cara yang analog, data untuk final VA 20/50
atau lebih baik dalam kaitannya dengan VA awal. Kita bisa melihat bahwa dalam
kelompok mata dengan VA awal 20/50 atau lebih baik, 89% dari mata (tidak
menerima perawatan laser), dan 75% dari mata (telah menjalani perawatan laser)
ditahan VA baik ini, sedangkan pada kelompok mata dengan awal VA 20/200 atau
lebih buruk, hanya 14% dari mata (tidak menerima perawatan laser) dan hanya 22%
dari mata (telah menjalani perawatan laser) memiliki akhir VA 20/50 atau lebih baik.
Analisis kami menunjukkan bahwa di mata dengan awal VA 20/50 atau lebih baik,
prognosis visual yang baik bahkan tanpa pengobatan.3
Hal ini juga dapat disimpulkan bahwa kasus BRVO dengan VA awal 20/200
atau lebih buruk memiliki prognosis statistik signifikan lebih buruk tajam
penglihatannya dibandingkan mereka dengan VA awal 20/50 atau lebih baik.
Subramanian et al. menunjukkan bahwa pada pasien dengan BRVO yang menjalani
perawatan laser ME, tingkat pra-operasi VA dapat menjadi prediktor yang berguna
dari hasil visual.3
32
3.11 KOMPLIKASI BRANCH RETINAL VEIN OCCLUSION
33
ion kalium dan uncoupling dari aquaporin-4 transportasi air dari arus kalium,
sehingga mengurangi penyerapan cairan melalui aquaporin-4 saluran dalam sel
Müller.2
Dalam sebuah studi dari 109 pasien, ablasi retina lebih umum pada BRVO
dari makula BRVO dengan 44 dari 70 kasus (63%) di BRVO besar dibandingkan
dengan 8 dari 39 kasus (21%) di makula BRVO. Studi retrospektif lain dari 111
34
pasien menunjukkan 20% pasien terjadi ablasi retina. Kadar VEGF meningkat telah
ditemukan terkait dengan kemungkinan ablasi retina serosa. Rhegmatogenous ablasi
retina terjadi kurang umum dari ablasi retina serosa, dengan satu studi retrospektif
melaporkan kejadian 1,3% rhegmatogenous retinal detachment dari total kejadian.2
35
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien atas nama Tn. B 52 tahun datang ke RSUD Raden Mattaher dengan
keluhan mata kiri kabur ± 2 minggu SMRS. Keluhan awalnya dirasakan saat pasien
bekerja pada siang hari, mata kiri tiba-tiba terasa kabur dan pasien mengatakan
pandangan pada mata kiri seperti terhalang bayangan hitam pada bagian bawah mata.
Saat keluhan muncul tidak disertai dengan nyeri pada mata dan sakit kepala. Keluhan
juga tidak disertai dengan mata merah, berair, dan perasaan melihat silau atau cahaya.
Riwayat trauma kepala disangkal. Riwayat hipertensi, penyakit jantung dan diabetes
mellitus disangkal.
Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa BRVO secara umum
terjadi pada satu mata saja atau unilateral, Kebanyakan BRVOs terlihat pada pasien
berusia lebih dari 50 tahun, Faktor risiko terjadinya BRVO meliputi faktor sistemik
dan anatomi lokal. Faktor risiko sistemik BRVO diantaranya Hipertensi dan kelianan
kardiovaskular. Gejala dari BRVO adalah adanya blind spot ataupun penurunan tajam
penglihatan yang biasanya terjadi pada salah satu mata saja atau unilateral. Pasien
mungkin mengeluh relatif skotoma atau bidang penglihatan kabur, klasik memburuk
selama jam sampai hitungan hari.
36
mengevaluasi faktor resiko penyebab penyakit pada pasien, dan terapi farmakologi
yaitu tetes mata prednisone 1-2 tetes diteteskan pada mata kiri 2-4 kali sehari. Hal ini
sesuai dengan teori penatalaksanaan BRVO, yaitu pengobatan terpenting adalah
mengatasi dari penyakit penyebab terjadinya oklusi vena retina. Obat yang dapat
diberikan untuk mengurangi gejala dapat berupa tetes mata kortikosteroid ataupun
injeksi steroid agar dapat mengurangi pembengkakan dan memungkinkan pembuluh
darah untuk memulai perbaikan.
37
BAB V
KESIMPULAN
Oklusi vena retina merupakan salah satu jenis penyakit vaskuler yang terdapat
pada retina. Oklusi vena retina ini lebih sering terjadi pada orang yang berusia 40
tahun ke atas. Adapun oklusi vena retina dibagi menjadi oklusi vena retina sentral dan
oklusi vena retina cabang. Selain itu, oklusi vena retina masih dapat dibagi lagi
menjadi oklusi iskemik maupun noniskemik. Pembagian ini dilakukan berdasarkan
perbedaan gambaran funduskopi pada pasien dengan oklusi vena retina.
Gejala klinis oklusi cabang vena retina yaitu adanya peurunan tajam
penglihatan pada salah satu mata. Penurunan tajam penglihatan diakibatkan oleh
adanya edema pada macula. Tatalaksana utama dari oklusi vena retina adalah
mengatasi penyakit yang mendasari terjadinya oklusi, mencegah oklusi berlanjut ke
mata sebelah yang masih sehat, dan mencegah terjadinya komplikasi.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
10. Eye Surgery Associates. Branch Retinal Vein Occlusion (BRVO). (online)
http://www.eyesurgery.com.au/wp-content/uploads/2013/03/Branch-Retinal-Vein-
Occlusion-BRVO-Patient-Information-2013.pdf. 2007. Diakses tanggal 31
Maret 2016.
11. Fletcher C. E, et al. Retina. Dalam: Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum
Edisi 17. Jakarta: EGC. 2009. Hal 193-194.
40